Muhadjir Darwin
Mabendra Wijaya**
Abstract
As a society becomes more modernized, the role of women in a working place is
increasing. A quite large number of women work in various sectors: agriculture,
industry, and services. While their participation contributes to the welfare of their
family and society at large, the health implication (particularly on reproductive
health) needs considerable attention. The study shows the incidence of various
reproductive health problems in a working place and low attention given by the
employers to this problem. Statutes and government regulations have been made to
protect female labours from reproductive health problems, but these laws and
regulations have not been implemented consistently by the employers. This study-
proposes to increase the government control on reproductive health services and
protection given by employers to private industries, and to give the workers the right
to organize themselves so that they can obtain the power to have reproductive health
services as well as protection from their employers.
Pendahuluan
Koridisiideal yang diharapkan dalam meliputi semua jenis gangguanfisik pada
bidang kesehatan reproduksi adalah sistem reproduksi manusia, seperti
terbebasnya masyarakat dari ke- menstruasi tidak teratur, impotensi,
mungkinan mengalami gangguan infeksi pada sistem saluran reproduksi,
kesehatan reproduksi dan tersedianya terjangkitnya penyakit karena hubungan
pelayanan kesehatan reproduksi secara seksual, kemandulan, kehamilan yang
memadai bagi semua lapisan atau tidak sehat, kelahiran dini, kelahiran
kelompok masyarakat yang membutuh- bayi dengan berat di bawah normal.
kannya. Gangguan kesehatan gangguan menvusui, dan sebagainya.
reproduksi yang dimaksud di sini
* Artikel ini merupakan penggabungan dua kertas kerja yang ditulis secara terpisah oleh
masing-masing penulis di atas, dan disajikan dalam seminar "Pendekatan Sosial dalam
Penelitian Kesehatan Reproduksi" tanggal 9 Agustus 1994 di Yogyakarta.
** Muhadjir Darwin, Ph.D. adalah staf peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta dan staf pengajar Fakultas Isipol Universitas Negeri Sebelas
Maret, Surakata.
Drs. Mahendra Wijaya, M.S. adalah staf peneliti Pusat Studi Kependudukan Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
51
Populasi, 5(2), 1994
52
Populasi, 5(2), 1994
Data terakhir menunjukkan bahwa 97 persen angkatan kerja wanita berstatus bekerja.
Jika dihitung dari jumlah seluruh wanita berumur 10 tahun ke atas, proporsi wanita
yang berstatus bekerja adalah sebesar 43,97 persen (BPS, Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia, 1992)
53
Populasi, 5(2), 1994
54
Populasi, 5(2), 1994
55
J
Populasi, 5(2), 1994
Misalnya ketentuan bahwa buruh harus berstatus lajang, wajib lembur, wajib berhenti
jika hamil, pembatasan jumlah cuti haid, dan sebagainya.
56
Populasi, 5(2), 1994
Penelitian ini (1993-1994) dilakukan oleh Mahendra Widjaja dkk dari PSK-UNS dengan
biaya dari Ford Foundation dan dikoordinasi oleh PPK-UGM.
57
Populasi, 5(2), 1994
>8
Populasi, 5(2), 1994
penuh selama cuti, 22 perusahaan hanya berhak untuk menerima cuti haid
memberikan upah pokoknya, dan 5 dan cuti hamil.
perusahaan sisanya tidak mempunyai Jenis perlindungan yang sangat
aturan yang jelas, sepenuhnya dibutuhkan buruh wanita, tetapi tidak
tergantung manajer. satu pun perusahaan yang memberinya,
Prosedur untuk memperoleh cuti hamil adalah fasilitas tempat penitipan bayi
juga bermacam-macam. Perusahaan dan anak. Kebijakan yang kemudian
yang menyediakan tenaga medis di diambil oleh sebagian besar (23
pabrik (17 perusahaan) dapat perusahaan) adalah mengizinkan buruh
memberikan cuti hamil secara otomatis. wanita pulang untuk menyusui anaknya
Cuti diberikan setelah buruh yang pada saat jam istirahat/jam makan.
memberikan surat keterangan dari Sisanya (7 perusahaan) sama sekali tidak
tenaga medis di pabrik. Sebanyak 13 mengizinkan buruh wanita untuk
perusahaan lainnya, karena tidak meninggalkan lingkungan perusahaan,
mempunyai tenaga medis di pabrik, termasuk tidak mengijinkan buruh
meminta buruh hamil yang ingin untuk pulang menyusui anaknya.
memperoleh hak cuti hamil untuk Keberadaan klinik kesehatan di
membawa surat keterangan dari pusat perusahaan penting artinya bagi buruh
pelayanan kesehatan rujukan. Masa cuti wanita. Di perusahaan-perusahaan yang
yang diberikan rata-rata adalah 1,5 tidak memiliki klinik, para buruh yang
bulan sebelum dan sesudah persalinan mengalami gangguan haid, hamil, dan
Walaupun kebanyakan perusahaan menyusui pada saat bekerja cenderung
memberikan hak cuti kepada buruh memilih beristirahat di tempat kerja atau
yang hamil. tidak seluruh hak tersebut pulang ke rumah dengan risiko
diambil oleh buruh. Banyak yang hanya kehilangan upah kerja satu hari.
mengambil cuti 1 bulan atau tidak
Insiden Gangguan Kesehatan
mengambil sama sekali karena beberapa
Reproduksi
alasan, misalnya sebagai berikut.
1. Prosedur yang panjang dan Dari 254 buruh wanita yang
berbelit-belit untuk memperoleh diwawancarai, 37,79 persen mengaku
surat keterangan kesehatan dari pernah mengalami gangguan haid
pelayanan kesehatan rujukan. keputihan, 20,47 persen mengalami
2. Lokasi pelayanan kesehatan rujukan gangguan haid berkepanjangan, dan
perusahaan umumnya jauh. Banyak 8,66 persen mengalami gangguan
buruh memilih puskesmas terdekat keputihan yang berkepanjangan pada
dengan risiko surat keterangan saat bekerja.
dokter tidak diakui perusahaan. Ada 6 buruh wanita yang mengaku
3 Upah yang diterima menjadi terlalu pernah mengalami gangguan kehamilan
kecil, jika yang dibayarkan berupa letak bayi tidak normal akibat
perusahaan hanya upah pokok kerja keras di perusahaan, 12 buruh
buruh. wanita mengalami gangguan persalinan
4. Buruh wanita yang belum lahir mati. Dari jumlah tersebut 4 di
mempunyai masa kerja kurang satu antaranva mengalami keguguran akibat
tahun dianggap perusahaan tidak kecelakaan kerja di lingkungan
59
-Tupuiasi;5(2), 1994
perusahaan, 2 buruh wanita mengalami. tripartide adalah kasus paket makan dan
pendarahan pada saat melaksanakan kasus PHK karena hamil.
kerja.
Selain itu, 32,28 persen responden Kesimpulan dan Saran
mengaku mengalami gangguan Dari uraian di depan dapat dibuat
pembengkakan susu, 29,92 persen
sejumlah kesimpulan sebagai berikut.
merasakan kuantitas ASI menurun, dan
1 Wanita mengemban fungsi yang
12,59 persen pernah mengalami
berat di dalam rumah tangga dan di
pembengkakan. Juga ditemukan
masyarakat. Wanita mempunyai
sebanyak 19 kasus buruh wanita
peran strategis, baik dalam proses
pemakai IUD mengalami gangguan
reproduksi, sebagai ibu rumah
pendarahan pada saat bekerja.
tangga, dan sebagai pencari nafkah
Mereka yang mengalami berbagai
bagi keluarganya.
gangguan di atas mengaku bahwa
2. Fungsi wanita sebagai manusia
gangguan tersebut disebabkan oleh
produktif semakin dominan, seperti
kelelahan kerja, kondisi lingkungan
terlihat dari tingginya angka
kerja yang kurang sehat, atau perlakuan
partisipasi kerja wanita di
yang mereka terima di perusahaan,
masyarakat.
misalnya tidak diberikannya sebagian
hak kesehatan reproduksi mereka 3 Wanita pekerja mempunyai risiko
mengalami gangguan kesehatan
Perselisihan Perburuhan: Hak-hak reproduksi dan besarnya risiko
Kesehatan Reproduksi ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
dilakukan, kondisi lingkungan, dan
Sejumlah 54 buruh wanita mengaku adanya jaminan perlindungan
pernah mengalami perselisihan kesehatan reproduksi bagi wanita
mengenai hak-hak kesehatan pekerja.
reproduksi. Jenis perselisihan yang 4 Terdapat bukti adanya gangguan
terjadi misalnya mengenai jam kerja, kesehatan reproduksi yang dialami
tidak menerima cuti haid, tidak oleh sebagian buruh wanita, seperti
menerima cuti hamil yang sesuai aturan, gangguan haid, gangguan kehamilan,
tidak diperbolehkan keluar perusahaan pendarahan, dan keguguran.
pada saat jam kerja untuk menyusui, 5. Posisi buruh masih lemah untuk
tidak menerima uang makan pada hari memperjuangkan hak-hak kesehatan
kerja, merasa dirugikan karena reproduksi mereka.
perusahaan tidak memiliki klinik, dan di 6. Untuk meningkatkan perlindungan
PHK karena hamil. Sebagian dari kesehatan reproduksi bagi buruh
perselisihan tersebut dapat diselesaikan wanita, KKB harus lebih mengacu
pada forum bipartide antara buruh kepada undang-undang atau
melalui PUK-SPSI dengan manajer dan peraturan perburuhan yang berlaku,
sebagian kecil harus diselesaikan dan perusahaan harus lebih
melalui forum tripartide P4D antara konsisten di dalam melaksanakan
Depnaker. buruh wanita, dan kewajibannya melindungi kesehatan
pengusaha. Kasus perselisihan buruh reproduksi buruh-buruh mereka.
wanita yang diselesaikan pada forum
60
HE
7. Untuk itu, kondisi lingkungan kerja reproduksi seperti hak cuti haid,
dan fasilitas kesehatan harus hamil, bersalin, dan menyusui harus
disempumakan. Prosedur pelayanan diperlancar. Untuk maksud yang
kesehatan dan prosedur untuk sama, perusahaan perlu menyedia-
mengurus hak-hak buruh yang kan tempat penitipan bayi/anak bagi
berhubungan dengan kesehatan buruh wanita yang memiliki balita.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. 1991. Filosofis Kusyuniati, Sri. 1989. Buruh wanita di
dan wawasan ilmu kesehatan kawasan industri Ungaran,Jawa
kerja serta penerapannya pada Tengah. Yogyakarta. Yayasan
sektor informal. Jakarta: Annisa Swasti.
Departemen Kesehatan RI.
Molo, Marcelinus. 1993 "Hubungan
Alatas, Secha dan Mariyam, Chusnul. sumber daya dan pengambilan
1990. "Peranan wanita dalam keputusan: suatu kasus di
pembangunan dengan tinjauan pedesaan Jawa". Yogyakarta: Pusat
khusus peranan wanita dalam Penelitian Kependudukan
kegiatan ekonomi ', dalam, Arsyad, Universitas Gadjah Mada. Makalah
Moh. Arwan dan Aziz, Iwan Jaya, seminar bulanan PPK-UGM, 19
Prospek ekonomi Indonesia Agustus 1993
1990-1991 dan pengembangan Notopuro, Hardjito. 1979. Peranan
sumber daya manusia. Jakarta:
wanita dalam masa pembangun¬
Lembaga Penerbit Fakultas an di Indonesia. Jakarta: Ghalia
Ekonomi UI.
Indonesia.
Buruh perempuan angkat bicara: saya di
Perkumpulan Keluarga Berencana
PHK karena hamil. 1991. Kompas,
Indonesia. 1988. Kumpulan
10 Maret.
makalah pada Seminar PKBI
Hasyim, Adelina. 1994. Implementasi tentang Hak-hak Wanita dalam
perlindungan reproduksi pada Kesehatan Reproduksi dan
perusahaan swasta di Propinsi PenurunanKematian Ibu. Jakarta.
Lampung: laporan penelitian. Sidhi, Ida Purnomo 1988. Hak-hak
Yogyakarta: Kerjasama Universitas perempuan dalam kesehatan
Lampung dengan PPK-UGM.
reproduksi. Jakarta. Perkumpulan
Indonesia. Biro Pusat Statistik. 1992. Keluarga Berencana Indonesia.
Keadaan angkatan kerja di Soekanto, Soeryono dan Abdullah,
Indonesia. Jakarta. Mustafa 1990. Sosiologi hukum
Indonesia. Departemen Kesehatan. dalam masyarakat Jakarta:
1988. Sistem Kesehatan Nasional. Rajawali.
Jakarta. Wijaya, Mahendra, et al. 1994
Kesehatan reproduksiusiaremaja. 1990 Perlindungan kesehatan repro¬
Warta Generasi Sehat. Jakarta: duksi buruh wanita di
Departemen Kesehatan. Karesidenan Surakarta.
Kogi, Kazutaka. 1985 Improving Yogyakarta: Kerjasama PSK-UNS
working conditions in small dan PPK-UGM.
enterprises in developing Asia.
Geneva.
61