Anda di halaman 1dari 11

Populasi, 5(2), 1994

KESEHATAN REPRODUKSI PEKERJA WANITA*

Muhadjir Darwin
Mabendra Wijaya**

Abstract
As a society becomes more modernized, the role of women in a working place is
increasing. A quite large number of women work in various sectors: agriculture,
industry, and services. While their participation contributes to the welfare of their
family and society at large, the health implication (particularly on reproductive
health) needs considerable attention. The study shows the incidence of various
reproductive health problems in a working place and low attention given by the
employers to this problem. Statutes and government regulations have been made to
protect female labours from reproductive health problems, but these laws and
regulations have not been implemented consistently by the employers. This study-
proposes to increase the government control on reproductive health services and
protection given by employers to private industries, and to give the workers the right
to organize themselves so that they can obtain the power to have reproductive health
services as well as protection from their employers.

Pendahuluan
Koridisiideal yang diharapkan dalam meliputi semua jenis gangguanfisik pada
bidang kesehatan reproduksi adalah sistem reproduksi manusia, seperti
terbebasnya masyarakat dari ke- menstruasi tidak teratur, impotensi,
mungkinan mengalami gangguan infeksi pada sistem saluran reproduksi,
kesehatan reproduksi dan tersedianya terjangkitnya penyakit karena hubungan
pelayanan kesehatan reproduksi secara seksual, kemandulan, kehamilan yang
memadai bagi semua lapisan atau tidak sehat, kelahiran dini, kelahiran
kelompok masyarakat yang membutuh- bayi dengan berat di bawah normal.
kannya. Gangguan kesehatan gangguan menvusui, dan sebagainya.
reproduksi yang dimaksud di sini

* Artikel ini merupakan penggabungan dua kertas kerja yang ditulis secara terpisah oleh
masing-masing penulis di atas, dan disajikan dalam seminar "Pendekatan Sosial dalam
Penelitian Kesehatan Reproduksi" tanggal 9 Agustus 1994 di Yogyakarta.
** Muhadjir Darwin, Ph.D. adalah staf peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta dan staf pengajar Fakultas Isipol Universitas Negeri Sebelas
Maret, Surakata.
Drs. Mahendra Wijaya, M.S. adalah staf peneliti Pusat Studi Kependudukan Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

51
Populasi, 5(2), 1994

Karena ciri biologis yang melekat keturunannya. Gangguan kesehatan


pada wanita, gangguan kesehatan yang dialami wanita, baik dikarenakan
reproduksi lebih banyak dialami kaum infeksi pada sistem reproduksinya, atau
wanita ketimbang yang dialami kaum karena mengalami gangguan kesehatan
pria. Hanya ada tiga macam gangguan selama proses kehamilan dan
yang dapat dialami pria, yaitu terjangkit persalinan, sangat berpengaruh
penyakit karena hubungan seks, terhadap kesehatan bayi yang
kemandulan baik karena faktor bawaan dilahirkannya. Itu berarti kesehatan
atau karena pengaruh faktor eksternal, generasi baru sangat ditentukan oleh
dan impotensi baik dalam arti psikis kesehatan ibuselama proses reproduksi
(hilangnya gairah seksual) atau fisik terjadi.
(ketidakmampuan alat reproduksi untuk
melakukan hubungan seksual). Peran Wanita
Sementara itu, gangguan kesehatan Wanita mempunyai peran sangat
reproduksi yang dapat diderita wanita penting tidak hanya selama proses
lebih beragam, sejak menstruasi kehamilan berlangsung (prenatal),
(menstruasi tidak teratur, keputihan,
tempi juga ketika dan setelah bayi lahir
pendarahan terlalu banyak, kesakitan (neonatal dan perinatal). Lebih dari
waktu menstruasi), hubungan seksual sekedar fungsi memberi keturunan,
(mengalami infeksi pada alat reproduksi wanita juga berperan sebagai ibu rumah
wanita, atau tertular penyakit), sampai tangga yang bertanggung jawab
terjadinya kehamilan dan kelahiran terhadap urusan-urusan domestik
dengan seluruh risiko kesehatan yang kerumah tanggaan. Termasuk dalam
menyertainya. Selain itu, dua macam pekerjaan rumah tangga adalah
gangguan kesehatan reproduksi untuk mencuci, belanja, memasak,
pria seperti dicontohkan di atas, yaitu menghidangkan makanan, berkebun,
kemandulan dan impotensi. dapat juga mengasuh dan mendidik anak, dan
dialami wanita. memelihara rumah, dan mengatur
Kehamilan dan kelahiran perlu keuangan rumah tangga. Menonjolnya
memperoleh penekanan tersendiri peran wanita sebagai ibu rumah tangga
ketika kita berbicara mengenai terlihat dari pola pengambilan
kesehatan reproduksi wanita. Konsepsi keputusan di rumah tangga. Hasil
adalah konsekuensi dari hubungan penelitian Molo (1993) menunjukkan
seksual pria dan wanita. Akan tetapi. bahwa pengambilan keputusan dalam
konsekuensi dari konsepsi, yaitu urusan-urusan domestik pada keluarga
kehamilan dan kelahiran, hanya dialami Jawa banyak ditentukan oleh istri.
wanita. Wanita dengan begitu Karena tuntutan emansipasi atau
mempunyai peran yang sangat strategis karena desakan kebutuhan ekonomi,
dalam proses reproduksi manusia, yaitu banyak ibu rumah tangga terjun ke
mengalami kehamilan dan melahirkan dunia yang sebelumnya didominasi

52
Populasi, 5(2), 1994

laki-laki, yaitu mencari nafkah, baik di demikian dapat memberi dampak


dalam atau di luar rumah.* Repotnya, negatif bagi wanita pekerja itu sendiri
ketika fungsi baru ini muncul, fungsi dan keluarganya. Dengan bekerja,
pertamanya sebagai ibu rumahtangga waktu untuk mengurus rumah tangga
tetap melekat padanya. Wanita di sini berkurang, dan kekosongan peran ini
berdwifungsi: menjadi iburumah tangga tidak sepenuhnya dapat digantikan
sekaligus pencari nafkah bagi orang lain, misalnya pembantu rumah.
keluarganya. Kenakalan anak, misalnya, sering
Peran baru wanita ini secara politis diasosiasikan dengan kurangnya
menjadi lebih kokoh karena GBHN kita perhatian orang tua, terutama ibu,
menuntut peranan wanita dalam karena kedua orang tua terlalu sibuk
pembangunan: mengejar karier masing-masing. Bekerja
Pembangunan yang menyeluruh juga mengandung implikasi kesehatan
mensaratkan ikut sertanya pria reproduksi pada wanita, misalnya
maupun wanita secara maksimal mengalami pelecehan seksual, gangguan
di segala bidang. Dalam rangka ini menstruasi karena stress, keguguran,
wanita mempunyai hak, kelahiran dini, hilangnya atau
kewajiban dan kesempatan yang
berkurangnya kesempatan menyusui,
sama dengan pria untuk ikut serta
dan sebagainya. Gangguan-gangguan
dalam segala kegiatan
pembangunan. (GBHN 1983) semacam ini (terutama gangguan ketika
Dari satu sisi fungsi ganda ini kehamilan, persalinan, menyusui, dan
memberi dampak positif pada diri mengasuh anak) akan berpengaruh
wanita, keluarga, dan masyarakat. terhadap kesehatan ibu dan
Dengan bekerja, martabat wanita dalam perkembangan anak.
keluarga dan masyarakat terangkat. Ia Konsekuensi kesehatan reproduksi
menjadi lebih percaya diri dan pada wanita karier atau wanita pekerja
mempunyai kemampuan determinasi merupakan persoalan penting yang
yang lebih tinggi dalam berhadapan perlu dikaji dan menjadi perhatian
dengan suami dan anak, dan kebutuhan bersama. Masaiah yang penting untuk
keluarga menjadi lebih terpenuhi. dikaji adalah bagaimana konsekuensi
Masyarakat juga diuntungkan karena kesehatan reproduksi yang dialami
dengan terjunnya wanita di dunia kerja, wanita pekerja, dan seberapa jauh
produktivitas masyarakat meningkat. sistem hukum, sistem ketenagakerjaan,
Dengan kata lain, tingkat pendayaguna- dan sistem sosial kita telah memberi
an sumber daya manusia Indonesia perlindungan secara memadai kepada
menjadi lebih tinggi. Di lain pihak, fungsi wanita dari kemungkinan mengalami

Data terakhir menunjukkan bahwa 97 persen angkatan kerja wanita berstatus bekerja.
Jika dihitung dari jumlah seluruh wanita berumur 10 tahun ke atas, proporsi wanita
yang berstatus bekerja adalah sebesar 43,97 persen (BPS, Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia, 1992)

53
Populasi, 5(2), 1994

gangguan kesehatan reproduksi karena terhadap kesehatan reproduksi wanita


bekerja. pekerja. Lingkungan pabrik yang kotor,
jam kerja terlalu lama tanpa masa
Implikasi Bekerja terhadap istirahat yang cukup, atau sistem
Kesehatan Reproduksi supervisi yang ketat dan kasar di pabrik-
Tidak semua jenis pekerjaan pabrik dapat mengganggu keteraturan
mempunyai potensi mengganggu menstruasi, atau bahkan dapat juga
kesehatan reproduksi wanita. Risiko menimbulkan keguguran. Selanjutnya,
mengalami gangguan kesehatan perlindungan hak buruh untuk menjaga
reproduksi akan diteniukan oleh jenis kesehatan reproduksi oleh perusahaan
pekerjaan, keadaan Jingkungan kerja, seperti hak cuti haid, cuti hamil, cuti
jaminan perlindungan dari kantor/ melahirkan, hak menyusui bayi, hak
perusahaan, dan lain-lain. menerima pelayanan kesehatan yang
Misalnya, wanita hamil akan lebih berhubungan dengan proses
mudah terganggu kesehatannya jika reproduksi, tersedianya penitipan bayi
melakukan pekerjaan yang membutuh- di perusahaan/kantor dan lain-lain,
kan kerjaftsik yang berlebihan, dan tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan
mudah terganggu jika pekerjaannya reproduksi pekerja.
lebih menuntut kerja pikiran. Gangguan Satu hal yang penting untuk dicatat
kesehatan reproduksi, seperti terkena adalah bahwa jaminan perlindungan
penyakit seks akan lebih mudah dialami kesehatan reproduksi ternyata lebih
oleh wanita yang melakukan pekerjaan- banyak dinikmati oleh para wanita yang
pekerjaan malam, alau pekerjaan bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang
pekerjaan berisiko tinggi seperti berisiko rendah, misalnya pegawai di
pegawai hotel, hostes, pramuria, tukang kantor (baik negeri atau swasta),
pijat, pelacur, dan scbagainya. Akan dibandingkan dengan mereka yang
tempi bekerja di kantor dengan jam bekerja pada pekerjan-pekerjaan yang
kerja teratur dapat pula menimbulkan berisiko tinggi, misalnya pekerja pabrik.
terutama pekerja harian dan borongan.
gangguan kesehatan reproduksi
Pengaruh ini datang bukan dari sifat Di banyak perusahaan, ketidakadilan
pekerjaan di kantor itu sendiri, tetapi semacam ini secara mencolok mudah
misalnya sistem pergaulan di kantor. dilihat. Perumahan-perumahan yang
Akhir-akhir ini bcrkembang tsu disediakan perusahaan untuk pegawai-
mengenai pergaulan bebas di kalangan pegawainya sangat kontras dengan
karyawan sehingga muncul istilah-istilah bedeng-bedeng yang disediakan untuk
baru, seperti MSB (Makan Siang pekerja hariannya. Penerapan hak cuti
Bersama) atau BSB (Bobok Siang untuk kedua kelompok tersebut
Bersama). Dari pergaulan semacam ini diterapkan secara berbeda, meskipun
kehamilan tidak dikchendaki atau secara hukum mereka tidak boleh
penularan penyakit seks dapat terjadi diperlakukan secara berbeda.
Lingkungan kerja juga berpengaruh

54
Populasi, 5(2), 1994

Hukum Perlindungan Kesehatan untuk memperoleh perlindungan


Reproduksi terhadap fungsi melanjutkan keturunan,
Uraian ini selanjutnya akan melarang perusahaan memecat buruh
menyoroti seberapa jauh sistem hukum atas dasar kehamilan, cuti haid, dan

kita telah memberi perlindungan yang status perkawinan. Undang-undang ini

memadai kepada wanita pekerja, dan juga mewajibkan kepada perusahaan


seberapa jauh hukum yang telah dibuat untuk memberikan pelayanan
diirnplementasikan secara konsisten di kesehatan, termasuk pelayanan
lapangan. Untuk maksud itu, berikut ini persalinan dan sesudah persalinan.
diketengahkan beberapa undang- Pasal 16 Undang-Undang No.3 Tahun
undang atau peraturan pemerintah yang 1992 menetapkan bahwa tenaga kerja,
mengatur perlindungan kesehatan suami atau istri, dan anak berhak
reproduksi bagi wanita pekerja. memperoleh jaminan pemeliharaan
Ternyata sudah cukup banyak kesehatan, yang meliputi rawat jalan
undang-undang atau peraturan tingkat pertama, rawat jalan tingkat
dikeluarkan untuk melindungi wanita lanjutan, rawat inap, pemeriksanaan
pekerja dari gangguan kesehatan kehamilan, persalinan, penunjang
reproduksi. Undang-undang No.l diagnotis, pelayanan khusus, dan
Tahun 1951, misalnya, mengatur pelayanan gawat darurat.
ketentuan tentang jumlah hari dan jam Di samping itu, terdapat sejumlah
kerja maksimum, hak cuti haid, dan hak Peraturan Pemerintah dan Peraturan
menyusui. Pasal 10 dari UU tersebut Menteri yang mengatur perlindungan
menyatakan bahwa buruh tidak boleh kesehatan reproduksi bagi pekerja.
menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam Beberapa contoh diantaranya adalah PP
sehari atau 40 jam seminggu. Jika No. 4 Tahun 1951, Peraturan. Menteri
pekerjaannya tergolong berbahaya bagi Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1984,
kesehatan dan keselamatan buruh, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409
jumlah jam kerja tidak boleh lebih dari 6 tahun 1984, Peraturan Menteri Tenaga
jam sehari atau 35 jam seminggu. Juga Kerja No. 06 Tahun 1985, Peraturan
ada ketentuan bahwa setelah menjalan¬ Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1989,
kan pekerjaan 4 jam berturut-turut, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04
pekerja harus diberi kesempatan Tahun 1989, dan Instruksi Dirjen
beristirahat selama 1/2 jam. Selanjutnya Perlindungan dan Perawatan Tenaga
Pasal 13 menyatakan bahwa buruh Kerja No. 559/DD.II/Dpnpt/72.
wanita tidak boleh diwajibkan bekerja Satu hal yang perlu ditekankan di sini
pada hari pertama dan kedua masa haid. adalah bahwa sasaran dari peraturan-
Cuti hamil dan melahirkan harus peraturan tersebut telah mencakup
diberikan satu setengah bulan sebelum semua pekerja tanpa membedakan
status pekerjaannya di perusahaan,
melahirkan dan satu setengah bulan
setelah melahirkan. besarnya skala perusahaan di tempat
Undang-undang No. 7 Tahun 1984 pekerja itu bekerja, juga apakah
menentukan adanya hak buruh wanita perusahaan tersebut mempunyai

55
J
Populasi, 5(2), 1994

peraturan tertulis atau Kesepakatan oleh perusahaan dapat dilihat dari


Kerja Bersama (KKB) atau tidak. Pasal 1 beberapa hal sebagai berikut.
ayat 4 dari PP No 4 Tahun 1951, 1. Tidak seluruh perusahaan
misalnya, telah menegaskan bahwa mempunyai peraturan tertulis atau
peraturan perburuhan berlaku untuk kesepakatan kerja bersama (KKB)
semua buruh, termasuk buruh tetap, secara tertulis. Pada perusahaan-
harian, atau borongan (secara implisit di perusahaan yang tidak memiliki
semua perusahaan). peraturan tertulis atau KKB, tingkat
perlindungan kesehatan reproduksi-
Implementasi Undang-Undang/ nya sangat rendah. Pekerja sama
Peraturan Pemerintah sekali tidak memperoleh hak cuti
Undang-undang atau Peraturan haid, cuti hamil, cuti melahirkan,
Pemerintah umumnya tidak bersifat menyusui, dan hak-hak reproduktif
lainnya.
self-implemented, tetapi memerlukan 2. Tidak semua perusahaan yang
proses implementasi tertentu (biasanya
mempunyai peraturan tertulis atau
rumit dan panjang) agar undang-undang
KKB melaksanakan semua ketentuan
atau peraturan itu menjadi efektif.
yang digariskan oleh undang-undang
Dalam proses implementasi ini,
atau peraturan pemerintah yang
berbagai aktor terlibat dan ikui
berlaku.
menentukan efektivitas undang-undang
atau peraturan pemerintah, yaitu
3 Walaupun secara resmi sejumlah
perusahaan mencantumkan adanya
perusahaan, pekerja (sebagai individu
jaminan perlindungan kesehatan
atau kelompok), lembaga peradilan, dan
reproduksi sesuai dengan undang-
birokrasi pemerintah.
undang yang berlaku, dalam praktik
Terdapat bukti bahwakomitmen dari
ketentuan-ketentuan tersebut sering
lembaga-lembaga implementor
dilanggar oleh perusahaan. Bahkan
(birokrasi pemerintah, lembaga
ada sejumlah peraturan perusahaan
peradilan, dan perusahaan) masih yang bertentangan dengan jiwa
rendah, dan kesadaran serta
undang-undang atau peraturan
keberdayaan pekerja, baik sebagai pemerintah yang berlaku * Untuk
individu atau kelompok untuk memaksakan peraturan-peraturan
memperjuangkan hak-haknya juga yang menguntungkan perusahaan,
masih rendah Akibatnya, kesehatan tetapi merugikan buruh ini,
reproduksi pekerja secara umum belum perusahaan menggunakan peranan
cukup terlindungi mandor sebagai kekuatan pemaksa
Rendahnya implementasi peraturan 4. Perlindungan kesehatan reproduksi
perlindungan kesehatan reproduksi hanya diberikan kepada buruh tetap

Misalnya ketentuan bahwa buruh harus berstatus lajang, wajib lembur, wajib berhenti
jika hamil, pembatasan jumlah cuti haid, dan sebagainya.

56
Populasi, 5(2), 1994

dan tidak diberikan kepada buruh dengan lokasi perusahaan berkisar


harian dan borongan. Sementara itu, antara 3 km sampai dengan 30 km.
di banyak perusahaan, pekerja Buruh wanita cenderung nglaju dari
harian dan borongan cenderung tempat tinggal ke lokasi perusahaan.
lebih banyak dibandingkan dengan Karena angkutan perusahaan sangat
buruh tetap. terbatas, kebanyakan buruh wanita
menggunakan sarana transportasi
Kasus Pekerja Wanita pada sepeda. Waktu yang dibutuhkan buruh
sejumlah Perusahaan dl Surakarta wanita untuk bersepeda pulang pergi
Untuk memberi gambaran empiris dari tempat tinggal ke lokasi perusahaan
yang rinci berikut dikemukakan hasil berkisar antara 1 jam sampai dengan 2
penelitian kasus di Surakarta. * iam. Waktu kerja mereka sekitar 8 jam
Penelitian ini dilakukan di 30 per hari, baik jika mereka mendapat
perusahaan berskala besar (mempunyai giliran pagi (pukul 7.00 -15.00), petang
lebih dari 100 tenaga kerja) di bidang (jam 15 00 - jam 22.00), atau malam (jam
tekstil, farmasi, dan kimia di Karesidenan 22.00 - jam 6.00).
Surakarta. Sebanyak 250 buruh wanita
diwawancarai dengan metode Focus Kondisi Lingkungan
Group Discussion. Juga dilakukan Dari 30 perusahaan yang diteliti, 23
wawancara mendalam dengan sejumlah perusahaan di antaranya (67 persen)
informan kunci di perusahaan, petugas memiliki kondisi lingkungan kerja yang
kesehatan, pimpinan organisasi buruh, dapat dikategorikan mengganggu
dan beberapa instansi daerah. Data aktivitas kerja buruh, misalnya sebagai
sekunder seperti laporan-laporan, berikut.
arsip-arsip, catatan-catatan dari buruh
dan lain-lain, dan hasil pengamatan
• Ruang kerja tidak memiliki ventilasi
yang cukup sehingga udara di
langsung di tempat kerja juga ruangan sangat panas (31° - 38°C).
dimanfaatkan dalam analisis. • Cahaya ruangan kurang terang atau
merata sehingga mata cepat lelah.
Karakteristik Buruh
• Tidak menggunakan alat penghisap
Buruh wanita di lingkungan debu sehingga udara di ruangan
perusahaan tekstil dan farmasi pada kotor.
umumnya tergolong muda (15-35 • Tidak ada alat peredam suara
tahun), berpendidikan rendah (umum¬ sehingga menimbulkan kebisingan.
nya tamatan SD), dan tinggal di • Tidak cukup tersedia kotak sampah.
pedesaan di sekitar lokasi perusahaan. • Jumlah kamar kecil kurang memadai
(rasio 1:35)
Jarak antara tempat tinggal buruh wanita

Penelitian ini (1993-1994) dilakukan oleh Mahendra Widjaja dkk dari PSK-UNS dengan
biaya dari Ford Foundation dan dikoordinasi oleh PPK-UGM.

57
Populasi, 5(2), 1994

Fasilitas Kesehatan berhak memperoleh hak-hak kesehatan


Tidak semua perusahaan dilengkapi reproduksi, alat-alatperlindungan kerja,
dengan fasilitas kesehatan bagi dan rujukan kesehatan. Perusahaan
buruhnya. Ada 13 perusahaan (43 lebih mengutamakan penjelasan
aturan-aturan kewajiban kerja karyawan
persen) yang tidak menyediakan tenaga
snedis dan ruang periksa. Obat-obatan kepada perusahaan. Sejumlah 14
memang mereka sediakan, tetapi perusahaan tidak menginformasikan
umumnya obat-obat sederhana yang aturan-aturan hak-hak kesehatan
mudah dibeli di warung-warung obat. Di reproduksi kepada buruh wanita
perusahaan-perusahaan ini para buruh sehingga buruh tidak mengetahui
juga tidak diberi kartu kesehatan dan hak-hak mereka dan prosedur rujukan
fasilitas gizi. Sebanyak 17 perusahaan kesehatan yang dapat mereka tempuh.
lainnya (57 persen) dilengkapi dengan
Praktik Perlmdungan Kesehatan
fasilitas kesehatan, seperti tenaga medis
Reproduksi
(dokter/perawat kesehatan), ruang
periksa dan istirahat, persediaan obat Terhadap kasus-kasus gangguan
yang menggunakan resep dokter, kartu kesehatan reproduksi yang dialami oleh
kesehatan karyawan, dan fasilitas gizi buruh wanita, tidak seluruh perusahaan
pekerja. memberikan perlindungannya.
Sejumlah 17 perusahaan masing- Hampir separo perusahaan tidak
masing 4 perusahaan farmasi dan 13 memberikan cuti haid secara otomatis
perusahaan tekstil yang mempunyai Cuti hanya diberikan 1hari, itu pun jika
fasilitas kesehatan dapat melaksanakan buruh membawa surat keterangan
fungsinya dalam melaksanakan tindakan kesehatan dari dokter. Prosedur yang
promotif, preventif, dan kuratif bagi harus dilalui untuk memperoleh surat
perawatan kesehatan reproduksi buruh keterangan kesehatan biasanya sangat
wanita. panjang dan melelahkan. Lokasi
perusahaan dan lokasi pelayanan
Peraturan Perusahaan tentang umumnya cukup jauh (1-3 km). Semua
Perlmdungan Kesehatan itu membuat buruh enggan
Reproduksi untuk Buruh Wanita. mengurusnya dan memilih tidak
Aturan-aturan hak-hak kesehatan mengambil hak cuti yang hanya sehari
reproduksi buruh tertuang dalam itu. Lebih parah lagi, ada 2 perusahaan
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)/ yang sama sekali tidak memberi cuti haid
Peraturan Perusahaan (PP). Setelah dengan alasan apa pun atau dalam
dipeiajari KKB dari 30 perusahaan yang situasi apa pun
diteiiti, ternvata sebagian besar di Perlakuan terhadap permintaan cuti
antaranya (26 perusahaan) tidak
hamil tidak sama antarperusahaan
memuat penjelasan pengambilan hak-
Semua perusahaan memberikan cuti
hak cuti haid, cuti hamil, izin hamil, tetapi jumlah upah yang
meninggalkan pekerjaan, gizi karyawan, dibayarkan tidak sama. Hanya 3
status penggolongan karyawan yang
perusahaan yang memberikan upah

>8
Populasi, 5(2), 1994

penuh selama cuti, 22 perusahaan hanya berhak untuk menerima cuti haid
memberikan upah pokoknya, dan 5 dan cuti hamil.
perusahaan sisanya tidak mempunyai Jenis perlindungan yang sangat
aturan yang jelas, sepenuhnya dibutuhkan buruh wanita, tetapi tidak
tergantung manajer. satu pun perusahaan yang memberinya,
Prosedur untuk memperoleh cuti hamil adalah fasilitas tempat penitipan bayi
juga bermacam-macam. Perusahaan dan anak. Kebijakan yang kemudian
yang menyediakan tenaga medis di diambil oleh sebagian besar (23
pabrik (17 perusahaan) dapat perusahaan) adalah mengizinkan buruh
memberikan cuti hamil secara otomatis. wanita pulang untuk menyusui anaknya
Cuti diberikan setelah buruh yang pada saat jam istirahat/jam makan.
memberikan surat keterangan dari Sisanya (7 perusahaan) sama sekali tidak
tenaga medis di pabrik. Sebanyak 13 mengizinkan buruh wanita untuk
perusahaan lainnya, karena tidak meninggalkan lingkungan perusahaan,
mempunyai tenaga medis di pabrik, termasuk tidak mengijinkan buruh
meminta buruh hamil yang ingin untuk pulang menyusui anaknya.
memperoleh hak cuti hamil untuk Keberadaan klinik kesehatan di
membawa surat keterangan dari pusat perusahaan penting artinya bagi buruh
pelayanan kesehatan rujukan. Masa cuti wanita. Di perusahaan-perusahaan yang
yang diberikan rata-rata adalah 1,5 tidak memiliki klinik, para buruh yang
bulan sebelum dan sesudah persalinan mengalami gangguan haid, hamil, dan
Walaupun kebanyakan perusahaan menyusui pada saat bekerja cenderung
memberikan hak cuti kepada buruh memilih beristirahat di tempat kerja atau
yang hamil. tidak seluruh hak tersebut pulang ke rumah dengan risiko
diambil oleh buruh. Banyak yang hanya kehilangan upah kerja satu hari.
mengambil cuti 1 bulan atau tidak
Insiden Gangguan Kesehatan
mengambil sama sekali karena beberapa
Reproduksi
alasan, misalnya sebagai berikut.
1. Prosedur yang panjang dan Dari 254 buruh wanita yang
berbelit-belit untuk memperoleh diwawancarai, 37,79 persen mengaku
surat keterangan kesehatan dari pernah mengalami gangguan haid
pelayanan kesehatan rujukan. keputihan, 20,47 persen mengalami
2. Lokasi pelayanan kesehatan rujukan gangguan haid berkepanjangan, dan
perusahaan umumnya jauh. Banyak 8,66 persen mengalami gangguan
buruh memilih puskesmas terdekat keputihan yang berkepanjangan pada
dengan risiko surat keterangan saat bekerja.
dokter tidak diakui perusahaan. Ada 6 buruh wanita yang mengaku
3 Upah yang diterima menjadi terlalu pernah mengalami gangguan kehamilan
kecil, jika yang dibayarkan berupa letak bayi tidak normal akibat
perusahaan hanya upah pokok kerja keras di perusahaan, 12 buruh
buruh. wanita mengalami gangguan persalinan
4. Buruh wanita yang belum lahir mati. Dari jumlah tersebut 4 di
mempunyai masa kerja kurang satu antaranva mengalami keguguran akibat
tahun dianggap perusahaan tidak kecelakaan kerja di lingkungan

59
-Tupuiasi;5(2), 1994
perusahaan, 2 buruh wanita mengalami. tripartide adalah kasus paket makan dan
pendarahan pada saat melaksanakan kasus PHK karena hamil.
kerja.
Selain itu, 32,28 persen responden Kesimpulan dan Saran
mengaku mengalami gangguan Dari uraian di depan dapat dibuat
pembengkakan susu, 29,92 persen
sejumlah kesimpulan sebagai berikut.
merasakan kuantitas ASI menurun, dan
1 Wanita mengemban fungsi yang
12,59 persen pernah mengalami
berat di dalam rumah tangga dan di
pembengkakan. Juga ditemukan
masyarakat. Wanita mempunyai
sebanyak 19 kasus buruh wanita
peran strategis, baik dalam proses
pemakai IUD mengalami gangguan
reproduksi, sebagai ibu rumah
pendarahan pada saat bekerja.
tangga, dan sebagai pencari nafkah
Mereka yang mengalami berbagai
bagi keluarganya.
gangguan di atas mengaku bahwa
2. Fungsi wanita sebagai manusia
gangguan tersebut disebabkan oleh
produktif semakin dominan, seperti
kelelahan kerja, kondisi lingkungan
terlihat dari tingginya angka
kerja yang kurang sehat, atau perlakuan
partisipasi kerja wanita di
yang mereka terima di perusahaan,
masyarakat.
misalnya tidak diberikannya sebagian
hak kesehatan reproduksi mereka 3 Wanita pekerja mempunyai risiko
mengalami gangguan kesehatan
Perselisihan Perburuhan: Hak-hak reproduksi dan besarnya risiko
Kesehatan Reproduksi ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
dilakukan, kondisi lingkungan, dan
Sejumlah 54 buruh wanita mengaku adanya jaminan perlindungan
pernah mengalami perselisihan kesehatan reproduksi bagi wanita
mengenai hak-hak kesehatan pekerja.
reproduksi. Jenis perselisihan yang 4 Terdapat bukti adanya gangguan
terjadi misalnya mengenai jam kerja, kesehatan reproduksi yang dialami
tidak menerima cuti haid, tidak oleh sebagian buruh wanita, seperti
menerima cuti hamil yang sesuai aturan, gangguan haid, gangguan kehamilan,
tidak diperbolehkan keluar perusahaan pendarahan, dan keguguran.
pada saat jam kerja untuk menyusui, 5. Posisi buruh masih lemah untuk
tidak menerima uang makan pada hari memperjuangkan hak-hak kesehatan
kerja, merasa dirugikan karena reproduksi mereka.
perusahaan tidak memiliki klinik, dan di 6. Untuk meningkatkan perlindungan
PHK karena hamil. Sebagian dari kesehatan reproduksi bagi buruh
perselisihan tersebut dapat diselesaikan wanita, KKB harus lebih mengacu
pada forum bipartide antara buruh kepada undang-undang atau
melalui PUK-SPSI dengan manajer dan peraturan perburuhan yang berlaku,
sebagian kecil harus diselesaikan dan perusahaan harus lebih
melalui forum tripartide P4D antara konsisten di dalam melaksanakan
Depnaker. buruh wanita, dan kewajibannya melindungi kesehatan
pengusaha. Kasus perselisihan buruh reproduksi buruh-buruh mereka.
wanita yang diselesaikan pada forum

60
HE

Populasi, 5(2), 1994

7. Untuk itu, kondisi lingkungan kerja reproduksi seperti hak cuti haid,
dan fasilitas kesehatan harus hamil, bersalin, dan menyusui harus
disempumakan. Prosedur pelayanan diperlancar. Untuk maksud yang
kesehatan dan prosedur untuk sama, perusahaan perlu menyedia-
mengurus hak-hak buruh yang kan tempat penitipan bayi/anak bagi
berhubungan dengan kesehatan buruh wanita yang memiliki balita.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 1991. Filosofis Kusyuniati, Sri. 1989. Buruh wanita di
dan wawasan ilmu kesehatan kawasan industri Ungaran,Jawa
kerja serta penerapannya pada Tengah. Yogyakarta. Yayasan
sektor informal. Jakarta: Annisa Swasti.
Departemen Kesehatan RI.
Molo, Marcelinus. 1993 "Hubungan
Alatas, Secha dan Mariyam, Chusnul. sumber daya dan pengambilan
1990. "Peranan wanita dalam keputusan: suatu kasus di
pembangunan dengan tinjauan pedesaan Jawa". Yogyakarta: Pusat
khusus peranan wanita dalam Penelitian Kependudukan
kegiatan ekonomi ', dalam, Arsyad, Universitas Gadjah Mada. Makalah
Moh. Arwan dan Aziz, Iwan Jaya, seminar bulanan PPK-UGM, 19
Prospek ekonomi Indonesia Agustus 1993
1990-1991 dan pengembangan Notopuro, Hardjito. 1979. Peranan
sumber daya manusia. Jakarta:
wanita dalam masa pembangun¬
Lembaga Penerbit Fakultas an di Indonesia. Jakarta: Ghalia
Ekonomi UI.
Indonesia.
Buruh perempuan angkat bicara: saya di
Perkumpulan Keluarga Berencana
PHK karena hamil. 1991. Kompas,
Indonesia. 1988. Kumpulan
10 Maret.
makalah pada Seminar PKBI
Hasyim, Adelina. 1994. Implementasi tentang Hak-hak Wanita dalam
perlindungan reproduksi pada Kesehatan Reproduksi dan
perusahaan swasta di Propinsi PenurunanKematian Ibu. Jakarta.
Lampung: laporan penelitian. Sidhi, Ida Purnomo 1988. Hak-hak
Yogyakarta: Kerjasama Universitas perempuan dalam kesehatan
Lampung dengan PPK-UGM.
reproduksi. Jakarta. Perkumpulan
Indonesia. Biro Pusat Statistik. 1992. Keluarga Berencana Indonesia.
Keadaan angkatan kerja di Soekanto, Soeryono dan Abdullah,
Indonesia. Jakarta. Mustafa 1990. Sosiologi hukum
Indonesia. Departemen Kesehatan. dalam masyarakat Jakarta:
1988. Sistem Kesehatan Nasional. Rajawali.
Jakarta. Wijaya, Mahendra, et al. 1994
Kesehatan reproduksiusiaremaja. 1990 Perlindungan kesehatan repro¬
Warta Generasi Sehat. Jakarta: duksi buruh wanita di
Departemen Kesehatan. Karesidenan Surakarta.
Kogi, Kazutaka. 1985 Improving Yogyakarta: Kerjasama PSK-UNS
working conditions in small dan PPK-UGM.
enterprises in developing Asia.
Geneva.

61

Anda mungkin juga menyukai