SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas status
kesehatan atau penyakit yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertikal
maupun horizontal dalam pelayanan kesehatan. Memperkuat sistem rujukan
maternal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu.
Permasalahan maternal merupakan permasalahan yang disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti sistem rujukan yang belum paripurna, fasilitas dan sarana yang
tidak lengkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem
rujukan maternal di Puskesmas Teladan Kota Medan. Jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan
observasi kepada informan berjumlah 11 orang. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan persalinan di Puskesmas Teladan
tidak sesuai dengan fungsinya sebagai puskesmas mampu PONED, belum ada
SOP khusus dan belum sesuai dengan mekanisme alur rujukan yang telah
ditetapkan. Perlu diadakan upaya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan
dalam menangani persalinan darurat. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan
di Puskesmas Teladan khususnya dalam menunjang pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak masih kurang lengkap. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan agar berupaya
membenahi SOP kasus maternal dan memperkuat mekanisme alur rujukan, serta
melengkapi kebutuhan Puskesmas, baik SDM, fasilitas dan sarana. Kepada
Puskesmas untuk melengkapi dan membuat SOP khusus rujukan maternal guna
memperbaiki proses rujukan, mengusulkan penyediaan sarana dan fasilitas
kesehatan dan mengadakan program yang mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan, khususnya bidan dalam menangani persalinan
darurat.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Refferal system is a health service that regulates the delegation of duty and
responsibility of health status or disease on reciprocal like vertical or horizontal
in the level of public health. Strengthening the maternal referral system is an
effort to improve maternal health. Maternal problems are problems that are
caused by several factors, such as an incomplete referral system, incomplete
facilities and infrastructure. This study aims to determine the implementation of
the maternal referral system at the Teladan Health Center in Medan City. This
type of descriptive research with a qualitative approach using the method of in-
depth interviews and observations to informants totaling 11 people. Based on the
results of the study, it was shown that the implementation of delivery services in
the Exemplary Puskesmas was not in accordance with its function as a PONED
capable health center, there was no specific SOP and had not been in accordance
with the established referral flow mechanism. Efforts should be made to improve
the skills of health workers in handling emergency labor. The availability of
health facilities and facilities in the Exemplary Health Center especially in
supporting maternal and child health services is still incomplete. It is hoped that
the Health Office will try to improve the SOP of maternal cases and strengthen
the referral flow mechanism, and complement the needs of the Puskesmas, both
human resources, facilities and facilities. To Puskesmas to complete and make
special maternal referral SOPs to improve the referral process, propose the
provision of health facilities and facilities and conduct programs that are able to
improve the knowledge and skills of health workers, especially midwives in
handling emergency deliveries.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Medan Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga ahkir selesainya skripsi
ini, penulis mendapatkan banyak arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
penulis ucapkan atas bimbingan, saran, kritik dan waktu yang telah
4. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah
vi
Universitas Sumatera Utara
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen
seluruh Dosen FKM USU dan seluruh staf FKM USU yang telah
8. dr. Kus Puji Astuti selaku Kepala Puskesmas Teladan yang telah
besar Oppung Ranap Sianturi, dan keluarga besar Oppung Tiar Sinaga.
serta teman- teman FKM USU dan seluruh pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan semangat dan
vii
Universitas Sumatera Utara
11. Karya Salemba Empat USU, terimakasih untuk ayahanda dan ibunda
donatur yang baik dan rendah hati dalam membangun generasi bangsa
Developing.
penulisan skripsi, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
menyempurnakan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Sistem Rujukan 9
Pengertian sistem rujukan 9
Jenis rujukan 9
Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang 10
Sistem Rujukan Maternal 12
Pengertian sistem rujukan maternal 12
Persiapan rujukan 14
Kegiatan rujukan 14
Manfaat rujukan 16
Keuntungan sistem rujukan 17
Tahapan rujukan maternal dan neonatal 17
Konsep sistem rujukan maternal dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu 19
Maternal 22
Pengertian maternal 22
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 23
Pengertian puskesmas 23
Prinsip – prinsip penyelenggaraan puskesmas 23
Puskesmas mampu PONED 24
Sumber daya kesehatan PONED 25
Batas kewenangan dalam pelaksanaan Puskesmas PONED 27
ix
Universitas Sumatera Utara
Sistem rujukan Puskesmas PONED 29
Landasan Teori 30
Kerangka Berpikir 31
Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Subjek Penelitian 32
Definisi Konsep 33
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Analisis Data 34
Daftar Pustaka 68
Lampiran 70
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
3 Kerangka berpikir 31
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Pedoman Wawancara 70
3 Dokumentasi 90
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Lae Pinang pada tanggal 07 Mei 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak
dari empat bersaudara dari pasangan Bapak L. Sianturi dan (+) Ibu L.J. Sinaga
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
satunya adalah kesehatan. Kita berhak untuk menjalani kehidupan yang bahagia
jasmani dan rohani, mempunyai tempat tinggal yang nyaman, dan hidup sehat.
aman, kualitas baik, mudah didapat dan merata bagi seluruh warna Negara. Oleh
karena itu, pemerintah harus menyelenggarakan layanan kesehatan secara adil dan
merata demi mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi di negeranya ( Undang-
undang Nomor 36, 2009). Rendahnya angka kematian ibu di sebuah negara dapat
AKI yang sangat tinggi menjadi salah satu sorotan di mata dunia. Pada
tahun 2014, angka kematian ibu di dunia sebasar 289.000 jiwa, artinya ada sekitar
791 ibu yang meninggal setiap hari. Data ini di peroleh berdasarkan angka
kematian ibu yang tinggi di beberapa Negara, seperti AKI Amerika Serikat
sebesar 3.900 jiwa, AKI Afrika Utara sebesar 179.000 jiwa, dan AKI Asia
menduduki peringkat pertama AKI tertinggi sebesar 214 per 100.000 kelahiran
hidup, disusul oleh AKI Filipina sebesar 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI
Thailand sebesar 44 per 100.000 KH, dan AKI Malaysia sebesar 39 per 100.000
(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007) menjadi 359 per 100.000 KH
1
Universitas Sumatera Utara
2
besar untuk angka kematian ibu yang tinggi, seperti kontribusi 50 % di berikan
oleh NTT, Banten, Jawa Barat, Jawa Tmur dan Jawa Tengah. Kontribusi AKI
ini di cetuskan oleh Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan KIA.
Kematian ibu yang tinggi di sebabkan oleh dua kelompok utama, yaitu
berhubungan dengan status kesehatan ibu sejak mulai hamil, masa kehamilan,
sebelum bersalin, ketika persalinan, dan setelah bersalin. Pencetus kematian ibu
partus tak maju/macet, abortus, trauma obstetrik, emboli obstetric, dan lain-lain
(SDKI, 2012). Dan untuk pencetus tidak langsung yaitu berupa faktor yang
mendorong timbulnya risiko kasus keibuan dan bayi baru lahir , seperti: aspek
(contoh : KEK), 4 terlalu ( amat muda dan terlampau berumur untuk melahirkan,
jarak mengandung yang amat dekat dan sangat banyak mengalami persalinan ),
fasilitas kesehatan yang tepat, dan telat ditangani oleh jasa yang tepat dan terampil
Angka kematian ibu tetap tinggi merupakan dampak dari status pelayanan
Untuk itu di perlukan satu langkah yang tepat untuk menurukan AKI, yaitu
kesehatan, baik dalam satu tingkatan maupun beda tingkatan agar saling
berkoordinasi dan bekerja sama dalam memperluas jasa kesehatan, berbobot, dan
program utama yaitu pelaksanaan rujukan yang efektif pada kasus komplikasi
maternal. Dasar utama penetapan program tersebut adalah fakta lambatnya proses
askes service kasus kegawat daruratan maternal. Saat ini, keterampilan menangani
mengatur peran dan wewenang setiap fasilitas kesehatan yang ada melalui sistem
atau berjenjang, yaitu dimulai dari jasa kesehatan primer ke jasa kesehatan
sekunder dan jasa kesehatan tersier. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan
kesehatan dilaksanakan dalam satu sistem dan saling berkaitan antar satu fasilitas
kesehatan dengan fasilitas kesehatan lainnya, dengan kata lain tidak berdiri
sistem rujukan, seperti pemantapan metode dan skema sistem rujukan KIA,
rujukan sudah baik, namun masih ada kendala, seperti pencatatan pasien rujukan
surat balasan yang di tujukan kepada faskes asal, belum pernah ada penerimaan
proaktif, taktis dan pargamatis di zona kerjanya. Prinsip utama gawat darurat
maternal adalah kecepatan dan ketepatan dalam menangani kasus, efektif, efisien
pemberikan rujukan bagi pasien yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas
terletak di wilayah perkotaan Kota Medan dan berada di bawah naungan Dinas
3 -4 persalinan dalam sebulan, jumlah rujukan persalinan pada tahun 2017 adalah
sebanyak 109 rujukan dan jumlah rujukan persalinan pada Januari – Mei 2018
pengambilan surat rujukan dari puskesmas ke RS. Kurangnya bobot dan mutu
Dari hasil pengamatan oleh peneliti juga menunjukkan bahwa alur rujukan
dimulai dari pasien datang ke bagian pendaftaran dengan membawa kartu berobat
dan kartu BPJS, kemudian di arahkan dan di periksa di ruang KIA oleh bidan.
Untuk pasien yang ingin USG diberikan rujukan dengan ada atau tidaknya
surat rekomendasi yang di bawa dari out puskesmas. Untuk pasien yang tidak
membawa surat rujukan dari luar, maka pasien diperiksa oleh bidan. Bidan yang
pasien dirujuk adalah pasien tidak mau dan lebih percaya kepada tenaga medis
yang ada di rumah sakit daripada tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.
mengikuti pelatihan persalinan, ketersediaan obat dan alat kesehatan pun sudah
memadai namun pasien enggan untuk bersalin di puskesmas. Bidan dan Dokter
karena pasien sangat menuntut untuk di rujuk. Selain itu berdasarkan proses
rujukannya, pasien sering membawa surat pengantar dari faskes luar demi
mendapat surat rujukan dan tidak menjalani pemeriksaan lanjutan dari puskemas.
Langkah demikian tidak sejalan dengan cara merujuk yang telah di tetapkan.
Tantangan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah dalam Mendukung Sistem
2018.
Perumusan Masalah
Kota Medan?
Tujuan Penelitian
Tujuan khusus
Kota Medan.
Manfaat Penelitian
2. Untuk Bidan Koordinator dan Bidan petugas KIA sebagai acuan untuk
maternal.
Sistem Rujukan
suatu sistem yang mengatur penyerahan peran dan wewenang atas status
secara bersambutan bolak-balik baik dalam sesama maupun beda level. Rujukan
secara horizontal adalah perujuk tidak mampu menangani kasus kesehatan yang
9
Universitas Sumatera Utara
10
strata, boleh dari fasilitas kesehatan strata tinggi ke fasilitas kesehatan strata
a. Masalah kesehatan penderita sudah bisa di pecahkan sesuai dengan tugas dan
b. Pelayanan kesehatan lanjutan yang mudah, efisien dan waktu yang lama
terhadap orang sakit sudah bisa di lakukan oleh fasilitas kesehatan strata
c. Untuk rujukan ke fasilitas kesehatan strata tiga hanya boleh di izinkan melalui
dilakukan rujukan dari fasilitas strata pertama langsung ke fasilitas strata tiga.
a. Ada kejadian gawat darurat yang fatal sesuai dengan ketetapan yang berjalan.
maupun daerah.
Pelayanan kesehatan
lanjutan oleh dokter
spesialis
TINGKAT
Perawatan medis KETIGA
berulang hanya dapat
di lakukan di fasilitas
kesehatan strata Pelayanan kesehatan
pertama sesuai dengan lanjutan oleh dokter
diagnosis dan terapi
rencana yang sudah TINGKAT KEDUA
ditetapkan.
Pelayanan kesehatan
tingkat pertama
TINGKAT PERTAMA
merupakan pedoman dalam menangani kasus keibu dan dan neonatal. Penanganan
prosedur buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
yang luas dan menyeluruh untuk seluruh lapisan masyarakat, khususnya ibu-ibu
bersalin dan bayi yang baru lahir tanpa memandang status ekonomi, agama,
golongan, demi terciptanya derajat kesehatan ibu yang baik di lingkungan tempat
yang tepat, terutama dalam menangani rujukan ibu hamil dan neonatal yang
dua klausa merujuk kasus maternal dan perinatal yaitu perempuan dan bayi yang
dikandungnya.
1. Rujukan kegawat daruratan, yaitu keadaan ibu dan calon bayi yag tidak
b. Janin berada dalam keadaan yang tidak stabil dan semakin down.
persalinan harus mengerti lokasi rujukan yang dapat untuk menangani kasus
komplikasi obstetric dan bayi akan lahir serta keterangan mengenai jasa kesehatan
yang tersuguh di sana, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya sesrvice dan
waktu tempuh ke lokasi rujukan. Rancangan dan berita dalam merujuk yakni
tenaga kesehatan dan keluarga pendamping, tujuan rujukan yang cocok, wahana
prasarana wajib ada, pendonor dan uang perawatan, transportasi yang harus
tersedia, obat dan bahan. Biasanya ini di singkat BAKSOKU ( Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang) dapat di buat sebagai acuan dalam
kelamin misalnya penyakit kewanitaan dan penggunaan alat bantu seks yang
kesehatannya.
maupun nasional.
1. Rujukan Kesehatan
dan lengkap.
2. Rujukan Medik
tingkat yang sama atau berbeda . Ada beberapa bentuk rujukan medik, yaitu:
laboratorium komplet.
perancangan.
medis secara cepat di fasilitas kesehatan sesuai fungsi dan wewenang fasilitas
kesehatan adalah jenjang karier yang jelas sehingga tenaga kesehatan akan terpacu
untuk semangat dan tekun bekerja, komitmen dan berusaha untuk membenahi diri
1. Pertolongan kepada pasien lebih cepat, murah dan terjangkau karena jaraknya
wewenang dalam menangani masalah yang dirujuk dan dekat dengan asal
pasien.
Informasikan rencana merujuk kepada ibu dan keluarga pasien. Jika ibu dan
tertulis status kesehatan ibu dan janinnya dan hasil partograf. Jika ibu tidak
setuju, maka lakukan diskusi bersama kerluarga dan berikan edukasi yang
.bantulah ibu dan keluarga agar bisa memilih pilihan yang terbaik agar
menolong pasien.
b. Pasien yang butuh di tindaklanjuti tapi datang, maka harus ada tenaga
kematian ibu. Upaya untuk merendahkan angka kematian ibu sudah banyak
dengan Word Summit for Children di New York, Amerika Serikat, dengan
maternal menjadi setengah pada tahun 2000. Lalu, pada tahun 1994 dibuat acara
penting dalam ekspansi sosial dan mengembankan sumber daya manusia. Salah
ibu hamil dapat melewati masa mengandungnya dan bersalin dengan aman.
Women, diperpanjang tahun 1997 di Colombia, Sri Lanka yang disebut Safe
penurunan angka kematian maternal pada tahun 2000. Terahkir, The Millenium
Summit in 2000, dihadiri oleh seluruh peserta PBB sepakat MDGs (Millenium
tahun 2015. Komitmen untuk mencapai target angka kematian maternal menjadi
tiga perempat (75%) pada tahun 2015 dilakukan karena tingginya angka kesakitan
dan kematian maternal yang terjadi pada wanita, khususnya di negara – negara
berkembang.
merendahkan angka kematian ibu dan skesekan perempuan yang disebabkan oleh
lanjutan dari Safe Motherhood yang di kemukakan WHO tahun 1987 untuk
anak dan waktu renggang mengandung, agar tidak didapati kandungan yang tidak
terjadi.
2. Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua tenaga kesehatan yang
Tersedianya fasilitas rujukan bagi ibu hamil baik beresiko atau tidak
merupakan salah satu upaya menurunkan angka kematian ibu. Penerapan sistem
rujukan yang efektif dan efisien merupakan bagian penting yang bertujuan
memperbaiki kesehatan maternal yang saat ini masih buruk. Hal ini sejalan
program Safe Motherhood. Sistem rujukan ialah acuan penting dalam sistem
kesehatan global.
Maternal (Persalinan)
Pengertian maternal (persalinan). Persalinan secara fisik diartikan
sebagai sebuah proses saat bayi, plasenta, dan membrane keluar melalui jalan lahir
yang menghasilkan kaitan antara ibu dan bayi, serta persalinan selanjutnya.
Persalinan ialah proses keluarnya hasil pembuahan yang telah cukup bulan atau
sudah mampu bertahan hidup di dunia melalui atau tanpa jalan lahir, dengan
yang berakhir dengan pengeluaran bayi pada umur yang tepat, kemudian plasenta
keluar diikuti oleh lapisan pembungkus janin dari tubuh ibu. Tenaga kesehatan
a. Menghindari kontaminasi.
lebih tinggi.
e. Menyarakan dan memberi suntikan vitamin K1 dan obat oles mata pada bayi
pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung
yang sehat dicapai melalui hubungan yang erat dan saling berkoordinasi
dengan berbagai pihak, baik lintas sektoral, lintas program, lintas unit dan di
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang dapat
mencabut jiwa ibu dan neonatal. Puskesmas PONED adalah penyedia jasa
menangani obstetric dan neonatal yang mengalami gangguan yang buka 24 jam
Penurunan kematian dan penambahan kualitas hidup ibu dan anak sangat
perlengkapan, obat dan bahan medis, tata laksana rujukan. Koordinasi yang baik
mengeksplorasi potensi-potensi sumber daya yang ada menurut tugas dan keahlian
mitra kerjanya. Hal ini boleh dilakukan melalui loka kaarya mini puskesmas,
kesesuain antara jumlah tenaga kesehatan dengan beban pelayanan rawat inap
Seritifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan dan selalu siap sedia 24 jam, 7 hari
b. Bidan : 1 orang
c. Perawat : 1 orang
a. Marketing dan public relationship (PR) sebagai aplikasi dari program Safe
a. Tukang masak
b. Tukang cuci
d. Petugas kebersihan
Kesehatan Kab/Kota, serta Dinas Provinsi akan menaikkan mutu pelayanan dan
melibatkan lintas sektoral dan lintas program demi totalitas fungsi Puskesmas
maternal yaitu :
6. Ikterus
8. Infeksi neonatus
dan menambah wawasan para pelaksana agar sebanding dengan dengan tugas dan
fasilitas kesehatan yang bermutu. Kondisi yang harus segera dirujuk ke rumah
sakit, yaitu :
g. Primivara fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala 5/5
j. Ibu hamil memiliki riwayat penyakit turunan, seperti DM, kelainan jantung
RI, 2013).
pemberian peran dan tugas mengenai sakit penyakit seseorang atau masalah
masalah tersebut.
Pasien rujukan yang di terima adalah pasien berstatus sakit penyakit yang dikirim
pelayanan yang lebih lanjut mengenai sakit penyakitnya. Kasus yang dirujuk ke
B. Asal rujukan individu dari fasilitas kesehatan strata pertama, antara lain
dari :
Pasien yang sakit berat dan/atau mengalami komplikasi yang tidak dapat
diurus oleh unit kesehatan rawat inap sebab tim medis tidak terampil adalah focus
yang di susun.
dalam satu kabupaten kota untuk mempermudah proses rujukan dari sentral
Landasan Teori
pelayanan dan faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang
Kerangka Berpikir
Puskesmas
1. Alur rujukan maternal PONED
2. SDM
3. Ketersediaan fasilitas dan
sarana
Rumah Sakit
PONEK
Jenis Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dengan peneliti sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2016).
Medan Kota Kota Medan yang terletak di Jalan Sisingamangaraja No. 65,
Teladan, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan. Waktu penelitian ini dilakukan
Subjek Penelitian
informasi yang didapatkan dari informan tersebut. Oleh karena itu, informan
dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling atau
sampel bertujuan, yaitu sampel yang ditarik dengan maksud dan tujuan penelitian.
tertentu, misalnya orang yang paling mengerti dan yang paling tahu tentang apa
yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
Oleh karena itu, dalam penelitian ini informan penelitian terdiri dari :
32
Universitas Sumatera Utara
33
Definisi Konsep
1. Alur rujukan maternal adalah tahapan – tahapan yang harus dilakukan oleh
rujukan maternal. Alur ini meliputi ketika pasien maternal datang, menerima
2. Sumber Daya Manusia adalah keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan.
3. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan adalah ada tidaknya atau lengkap
tidaknya fasilitas kesehatan berupa obat dan alat kesehatan yang ada di
1. Wawancara Mendalam
dengan menggunakan alat bantu rekam. Tujuan dari wawancara mendalam adalah
untuk menemukan masalah lebih terbuka dimana pihak yang di ajak wawancara
diminta pendapat dan ide – idenya, sehingga peneliti perlu mendengarkan secara
teliti, mencatat, dan merekam apa yang dikemukan oleh informan (Sugiyono,
2016).
2. Observasi
3. Triangulasi
karena itu untuk menjaga validitas data yang diperoleh peneliti menggunakan
triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan
memfokuskan pada hal – hal penting, serta dicari tema dan polanya.maka dari
itu data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flow chart dan sejenisnya untuk
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
pada 28 Oktober 1968 oleh Gubernur KDH Provinsi Sumatera Utara yang
berlokasi di Jalan Sisimangaraja No. 65, Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota.
1. Kelurahan Mesjid
22.533 orang, dengan jumlah penduduk laki – laki 10.905 orang, jumlah
36
Universitas Sumatera Utara
37
penduduk perempuan 11.461 orang, dan jumlah Kepala Keluarga (KK) 9.065.
Tabel 1
paling tinggi terdapat di Kelurahan Teladan Barat sebanyak 3.513 KK, kemudian
Kelurahan Pandau Hulu sebanyak 1.598 KK, Kelurahan Pandau Hulu I sebanyak
1.438 KK, Keluarahan Mesjid 1.324 KK dan Keluharan Pasar Baru sebanyak
1.192 KK. Jadi total jumlah KK adalah 9.065 KK, yang terdiri dari 10.905 orang
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang terdiri dari 1 orang
KIA puskesmas, 2 orang bidan KIA, 1 orang staf rujukan puskesmas, 4 orang
pasien rujukan maternal di puskesmas, dan 1 orang bidan Pelaksana yang bekerja
Tabel 5
bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimana
pun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat
dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan
utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisiensi, efektif dan sesuai dengan
prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal.
Dalam pelaksanaan sistem rujukan maternal ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni alur rujukan maternal, ketersediaan dan kualitas sumber daya
manusia, serta ketersediaan\ fasilitas dan sarana. Hal-hal inilah yang menjadi
tentang alur rujukan maternal dalam pelaksanaan sistem rujukan maternal dapat
bahwa alur pelaksanaan sistem rujukan maternal belum memiliki SOP khusus.
SOP alur rujukan maternal masih sama dengan SOP alur rujukan umum yang
berlaku sesuai dengan peraturan rujukan yang telah ditetapkan oleh pihak BPJS.
Artinya, alur pelaksanaan rujukan maternal maupun penyakit lain sama. SOP
khususnya untuk rujukan ibu dan anak telah di sosialisasikan kepada tenaga
akan diketahui apakah pasien harus di rujuk atau tidak. Kalau untuk USG, ibu
memberikan rujukan 3 kali selama masa hamil untuk USG. Dari pernyataan di
atas juga diketahui bahwa tidak semua pasien maternal melakukan ANC di
Puskesmas.
diarahkan ke bagian pemeriksaan fisik untuk diukur tinggi badan, berat badan,
dan tekanan darah, kemudian pasien di arahkan ke ruang KIA untuk pemeriksaan
lebih lanjut oleh bidan.Dari hasil diagnosa tersebut diputuskanlah apakah pasien
akan di rujuk atau ditangani oleh tenaga kesehatan yang ada. Kalau pasien tidak
dapat ditangani dan memang harus di rujuk, maka pasien akan di arahkan ke
bagian Rujukan dan diberikan surat rujukan yang ditujukan ke rumah sakit
rujukan yang dipilih sendiri oleh pasien sesuai dengan list rumah sakit rujukan
berikut:
bahwa indikasi- indikasi yang menjadi alasan pemberian rujukan kepada pasien
maternal yaitu pecah ketuban, partus macet (partus tak maju), pendarahan, pre
atau dokter. Pernyataan informan tentang tindakan dokter jika pasien meminta
“Iya saya kesini mau minta rujukan, udah bawa surat rekomendasi
dari dokter kandungan. Saya kan pakai kartu BPJS makanya
minta rujukannya harus kesini dulu, biar nanti melahirkannya bisa
di rumah sakit. Rencananya mau operasi sekalian tutup. Kalau ke
puskesmas kan repot minta surat rujukannya, pasti agak susah
“kaka kemarin pas hamil adek ini kontrol hamil ke Klinik X dek,
minta rujukan pas mau USG, kaka daftar lalu ke KIA, periksa udah
langsung dikasi surat pengantar suruh ke ruang rujukan kalau
bersalin kaka gak mau di puskesmas dek…takut, kurang lengkap
soalnya. Kaka bawa surat pengantar dari klinik kesini biar dikasi
surat rujukan lahirannya di rumah sakit… (Informan VIII).
“Kaka pindahan dari jawa dek, pindah kesini udah pas hamil 7
bulanan, sempat periksa sih disini 2 kali, pas udah mau dekat
waktu saya datang lagi mau minta rujukan bersalin… Bidannya
bilang saya harus dirujuk dan melahirkan di rumah sakit. Saya
tanya saya bisa normal apa enggak, katanya enggak bisa karena
anak pertama kan operasi jadi yang kedua ini juga harus operasi,
jadi saya dirujuk ke Rumah Sakit X…” (Informan X).
bahwa pasien sering sekali langsung membawa surat rekomendasi dari dokter
spesialis atau klinik swasta untuk mendapatkan surat rujukan ke RS, sehingga
bidan kadang tidak lagi melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan langsung
memberikan persetujuan rujukan. Tenaga kesehatan juga tidak bisa berbuat apa-
apa karena adanya keterbatasan dari Puskesmas dan untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi oleh karena itu diberikanlah surat rekomendasi
alur rujukan KIA sama dengan alur rujukan umum sebagaimana ketetapan
rujukan yang ditetapkan oleh BPJS.Artinya, rujukan maternal tidak ada SOP
khusus. Namun dalam proses pelaksanaannya masih belum sesuai dengan standar
rujukan yang ada karena masih ditemukan pasien membawa surat rujukan dari
Jumapandang Baru untuk pelayanan obstetrik dan neonatal telah terpasang dan
dikarenakan tidak semua staf puskesmas mengerti tentang SOP. Stndart ini
tugas dan wewenang dalam memberikan pelayanan kesehatan secara timbal balik
dokter dan bidan KIA, dalam melayani pasien maternal dilakukan prosedur yang
pengobatan atau merujuk. Pertimbangan dokter dan bidan dalam merujuk adalah
di puskesmas maka pasien akan dirujuk. Informan juga menyatakan bahwa dokter
memberikan rujukan apabila pasien membawa surat dari dokter spesialis atau
klinik swasta di luar puskesmas. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No.28 Tahun 2014 bahwa hanya pasien yang memiliki indikasi medis
yang dapat dirujuk dan kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP harus
lengkap.
pelayanan dan perawatan di faskes rujukan yang lebih mampu dan lebih
kegawatdaruratan saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani
oleh fasilitas pelayanan rawat inap. Rujukan merupakan komponen penting dan
sering menjadi alternatif dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, terutama
dalam kasus darurat obstetrik dan BBLR dimana para pencari pelayanan
kesehatan harus mencapai tingkat tinggi perawatan yang dibutuhkan baik dalam
kurang optimal yang seharusnya melalui puskesmas terlebih dahulu dan dirujuk
oleh pihak puskesmas. Pasien yang membutuhkan rujukan yang ditujukan kepada
pernah dirujuk langsung oleh pihak puskesmas antara lain pecah ketuban, pre SC,
puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut.
perkotaan dan di kelilingi oleh beberapa rumah sakit. Tujuan rujukan rumah sakit
wilayah puskesmas tersebut. Salah satu rumah sakit yang menjadi tujuan rujukan
maternal paling sering dari Puskesmas Teladan adalah Rumah Sakit Estomihi.
Rumah Sakit Estomihi adalah rumah sakit umum milik swasta dan merupakan
salah satu rumah sakit tipe C yang terletak di Jln.Sisingamangaraja No.235, Kota
dukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis
lainnya.
sering mereka terima adalah pendarahan, partus tak maju, pre SC, ketuban pecah
adalah pendarahan, ketuban pecah dini, dan partus tak maju. Setiap rujukan
pendaftaran, dan harus menunjukkan surat rujukan dari Puskesmas, KTP, dan
dokumen lainnya agar bisa dilayani oleh rumah sakit. Jika tidak membawa surat
pasien dan dapat menyiapkan secara dini penanganan yang diperlukan pasien
segara setelah pasien sampai di rumah sakit. Koordinasi ke puskesmas dan rumah
sakit selain melalui telepon, sebaiknya juga dilakukan melalui pertemuan yang
Hal ini sejalan dari Rukmini dan Ristrini (2015) tentang Pelaksanaan
Kota Surabaya yang menyatakan bahwa koordinasi antara puskesmas dan rumah
sakit sudah terjalin dan berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa
prosedur standar menerima rujukan balik karena belum adanya rujukan balik dari
RS ke puskesmas asal.
membutuhkan layanan dokter spesialis atau sub spesialis yang dirujuk ke rumah
sakit. Idealnya dari 1.000 pasien, hanya 21 orang yang di rujuk ke rumah sakit
tingkat pertama
b. jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
informan masih ada pasien yang membawa surat dari luar dan meminta dirujuk
oleh dokter dan dokter memberi izin berdasarkan hasil diagnosa di surat. Hal ini
Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
tingkat pertama harus memiliki tenaga kesehatan yang mencukupi baik secara
mencukupi standart, hal in dapat dilihat dari pernyataan informan berikut ini :
“Saya rasa kami di ruang KIA sudah cukup. Puskesmas ini kan 24
jam jadi kami shift-shift an, yaa kan harus bagi – bagi tugas kan,
lagian pasien banyaknya kan seringan pagi. (Informan III).
“Berapa jumlah pastinya saya gak tau dek…tapi kalau kita datang
rame di ruangan KIA, udah cukuplah saya rasa, hanya saja kalau
kita datang pas siang, ruangan itu kosong, kita harus cari- cari
bidannya, ruangannya juga kadang udah gelap, dimatiin
lampunya…. (Informan VII).
dari informan III, V, VII dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan
khususnya di ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebanyak 6 orang, dengan 1
orang sebagai Bidan Koordinator dan 5 lainya sebagai anggota Bidan KIA
kesehatan terpenuhi selama 24 jam. Di ruang KIA, 1 shift kerja bisa 2 -3 orang
kesehatan yang merata dan cukup bagi masyarakat yang datang ke puskesmas.
jasa postnatal di puskesmas. Dari 1538 wanita disebut 70 % dirujuk untuk resiko
% untuk komplikasi postnatal. Dalam hasil juga dinyatakan bahwa rujukan ibu
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
upaya kesehatan. Hal ini juga dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
rujukan yaitu dokter berjumlah 6 orang, dokter gigi berjumlah 3 orang, perawat
yang telah dilakukan mengatakan bahwa kualitas SDM sudah ada namun masih
“Kalau untuk tenaga kesehatan saya rasa kami udah cukup yaa
dek, kami disini enam semuanya bidan, hanya sajah untuk yang
menangani persalinan perlulah ditambah orangnya, karena gak
semua bidan ini bisa menangani persalinan apalagi pas
emergency…” (Informan IV).
(darurat). Menurut informan IV, bidan ini tidak bisa menangani persalinan
emergency karena ketika si bidan dihadapkan dengan situasi kritis, dia mudah
membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat untuk menghindari kondisi yang
tidak diinginkan.
menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang di sertai
berbagai keluhan fisik. Hal ini bisa mengganggu focus seorang tenaga kesehatan
gawat darurat. Menurut penelitian Esti Eva N. dan Annastasia Ediati (2017)
dalam mengahadapi situasi kritis, kasus yang dialami bidan berbeda-beda dan
hingga trauma. Bidan harus mempunyai cara tersendiri dalam merawat pasien
dan harus mampu mengambil keputusan dengan beragam upaya yang akan
memiliki sikap atau tindakan yang masih perlu diperbaiki. Pernyataan di atas di
“Kurang ramah yaa dek bagi saya, maunya bidan – bidan dikasi
pelatihan – pelatihan senyum, salam, sapa gitu…kan namanya
melayani dek, lembutlah, ramah gitu… (Informan IX).
bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas sudah jauh lebih baik daripada tahun –
ditemukan adanya sifat/sikap dari tenaga kesehatan yang membuat pasien kurang
yaitu Subsistem Sumber Daya Manusia pada pasal 274 bahwa sumber daya
sumber daya pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia
serta metode pendidikan dan latihan, sumber daya manusia pendidikan dan
sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan. Dalam sumber daya ini juga
termasuk sumber daya manusia, dana, cara, atau metode, serta peralatan dan
tenaga kesehatan yang kurah ramah dan cuek, serta hasil wawancara dari
informan yang menyatakan bahwa ada tenaga kesehatan di KIA yang tidak
Rujukan ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pertama: rujukan pribadi, tergantung
pada keterlibatan fasilitas pertama yang di peroleh ibu, kedua: rujukan antenatal,
diantaranya merupakan modus rujukan yang paling umum adalah rujukan pribadi
dengan tanpa alasan medis tertentu. Dari hasil tersebut Jahn menyatakan bahwa
rujukan akan sering bergantung pada keseimbangan antara usaha dan sumber
manfaatkan.
yang dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah rujukan KIA. Semakin kurang
kualitas SDM nya maka akan semakin berkurang minat pasien untuk menerima
seperti pelayanan kesehatan tingkat 2 atau dokter spesialis, atau bahkan ke rumah
sakit dengan alternatif meminta surat rujukan terlebih dahulu dari puskesmas.
Dalam hal ini perlu adanya peningkatan SDM baik itu dari segi
tentang pemahaman dan prosedur pelayanan puskesmas pada program BPJS agar
ditemukan bahwa ketersediaan fasilitas dan sarana khususnya dalam bidang KIA
masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :
“ Masih kurang sih kalau menurut saya… USG ajah kami gak ada,
makanya kami rujuk. Oksigen ada, tapi isinya kosong. Kayak
vakum kami jugak gak ada itu, pensteril alat kami masih pakai
yang sistem rebus, apalagi yaahhh….(Informan IV).
“Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti yaa.. tapi yang
saya tau kalau mau USG ga bisa, gadak alatnya disitu.” (Informan
X).
seperti tidak adanya alat USG, oksigen yang kosong, vakum dan penstreril yang
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi. Hal ini dapat kita lihat
“Aduh… kalau masalah itu saya gak berani ngomonglah dek, nanti
sayaa kenak pulak, yang pasti kita masih perlu membenahilah”
(Informan V).
“Kalau ibu hamil kan gak ada obat, jadi saya kurang tau… untuk
peralatan masih kurang,perlulah dibenahi…” (Informan VI, VII,
IX).
namun Puskesmas Teladan masih perlu membenahi ketersediaan obat dan alat
kesehatannya, seperti alat USG, penyediaan oksigen, alat steril yang manual.
Sarana adalah seluruh bahan serta fasilitas adalah alat kesehatan yang merupakan
pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat.
Demikian pula hasil penelitian ini dari Judy Ruth L.Tobing (2014) tentang
seluruh puskesmas yang diteliti di wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang
mengeluhkan kelengkapan dan kondisi alat yang tersedia, seperti bed ginekologi,
partus kit, autoclave/sterilisator, bidan kit, spotlight yang rusak, amubec neonatal
dan maternal tidak lengkap, trolly maternal dan neonatal yang belum tersedia,
dan oksigen yang masih kurang. Sementara sarana fisik puskesmas masih ada
yang belum memenuhi standar untuk ruangan kamar bersalin (VK), bidan
Hamparan Perak), tidak ada asbes atau flapon untuk menutupi langit-langit atap
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Zulhadi, dkk (2013) dalam
Puskesmas, belum lengkapnya SOP, lemahnya sistem informasi dan alur rujukan
percepatan RSUD sebagai rumah sakit mampu PONEK, penguatan kerjasama tim
antar level rujukan, dan pembuatan SOP kasus – kasus maternal disertai
ada dan sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan namun tidak ada
seperti : alat USG, tabung oksigen yang kosong, alat steril manual yang
juga mengakui bahwa jumlah sarana dan prasarana memang belum memadai atau
belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga pasien lebih banyak yang
Dalam pelayanan puskesmas mampu PONED, sarana dan fasilitas harus tersedia
dengan lengkap. Sarana dan fasilitas berasal dari provinsi, sedangkan untuk
sarana, peralatan, dan pasokan yang memadai adalah syarat untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila
persyaratan ini tidak terpenuhi maka hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan
suatu keharusan untuk proses rujukan yang dilakukan akibat keterbatasan sarana
tersebut. Jika fasilitas dan sarana penunjang kesehatan kurang lengkap maka
proses mendiagnosa pasien akan terganggu dan hal ini menyebabkan petugas
kesehatan harus merujuk pasien ke rumah sakit sehingga akan berdampak pada
faktor yang sangat penting dalam membentuk suatu pelayanan yang bermutu.
Fasilitas dan sarana yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar
diperlukan sebagai salah satu cara mengurangi rujukan. Apabila fasilitas dan
mempengaruhi alur rujukan pasien yang secara selanjutnya juga akan menambah
sesuai dengan SOP yang ada di puskesmas. Pada saat penelitian ini tidak
puskesmas.
2. Dalam alur rujukan dikatakan bahwa yang bisa menerima surat rujukan
dokter spesialis maupun swasta yang ada di wilayah kerja puskesmas, tapi
puskesmas.
2015 diketahui bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan tingginya rujukan
itu, sangat diharapkan monitoring dari dan evaluasi puskesmas dari BPJS dan
Keterbatasan Penelitian
puskesmas, dokter, bidan koordinator KIA, bidan KIA dan pasien maternal yang
pendukung.
Kesimpulan
sesuai dengan fungsinya sebagai salah satu puskesmas mampu PONED. Hal
fasilitas dan sarana juga belum lengkap, belum adanya SOP khusus untuk
pasien rujukan maternal sehingga SOP rujukan pasien maternal masih sama
2. Alur rujukan maternal Puskesmas Teladan belum sesuai dengan aturan yang
lebih lanjut.
65
Universitas Sumatera Utara
66
Saran
a. Membuat SOP khusus rujukan ibu bersalin agar lebih baik berdasarkan
puskesmas.
dasar.
rujukan berjenjang.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
68
Universitas Sumatera Utara
69
Zulhadi, & Siti Noor .(2013). Problem dan tantangan puskesmas dan rumah sakit
umum daerah dalam mendukung sistem rujukan maternal di Kabupaten
Karimun Provinsi Kepri. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2 (4),
189-201. Diakses 7 Juli, 2018, dari https://journal.ugm.ac.id/jkki/artic
le/view/3203
Pedoman Wawancara
Tahun 2018
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
perundang – undangan ?
komplikasi ?
sudah memadai ?
5. Apak tim PONED yang meliputi (dokter, bidan dan perawat) siaga dalam
8. Apakah ada tindakan awal yang dilakukan petugas sebelum merujuk pasien
11. Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan dengan pihak keluarga dan
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
maternal?
maternal?
tahunnya ?
7. Apa saja indikassi pasien maternal yang menyebabkan pasien tersebut harus
dirujuk?
8. Bagaimana proses atau alur rujukan pasien mulai datang hingga pasien siap
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
maternal di Puskesmas ?
memiliki SOP ?
4. Apakah pernah ada kasus gawat darurat maternal yang harus segera dirujuk
oleh puskesmas?
mampu ditangani?
dalam menghadapi peraturan baru dalam era JKN mengani 155 diagnosis
9. Bagaimana menurut anda pemanfaatan KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Teladan?
10. Pasien maternal dengan indikasi apa saja yang pernah dirujuk oleh
puskesmas?
13. Apakah setiap pasien khususnya ibu hamil yang dirujuk selalu melalui
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
memiliki SOP?
Teladan ?
7. Apakah ada tindakan awal yang dilakukan petugas sebelum merujuk pasien
maternal ?
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
Teladan?
rujukan?
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
2. Apakah Ibu datang ke puskesmas hanya untuk meminta surat rujukan? Atau
Puskesmas ?
Teladan ?
puskesmas?
berlakukannya JKN?
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pendidikan terahkir :
estomihi ?
3. Apakah ada pasien yang pasien maternal rujukan yang di tolak oleh RS
Estomihi ?
yang tidak membawa surat rujukan dari puskesmas asal ke rumah sakit?
Estomihi ?
Estomihi ?
Informan 1 Kita tidak memiliki SOP khusus untuk rujukan maternal, yaa
kan di puskesmas kita ini, alat untuk USG tidak ada. Tapi
Informan III “Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke bagian kita dulu
dirujuk atau berobat harus ke KIA dulu. Ibu hamil yang mau
ada rekomendasi dari luar. Iya kenapa bisa begitu iya karena
Informan V Kalau pasien mau minta rujukan, iya mendaftar dulu bawa
USG, karena alatnya gak ada disini iyaa kita kasih rujukan
Informan VII Iya saya kesini mau minta rujukan, udah bawa surat
Karena udah kenal dan biar nanti operasinya sama dokter itu
bisa…gampang itu…
Informan VIII kaka kemarin pas hamil adek ini kontrol hamil ke Klinik X
dek, minta rujukan pas mau USG, kaka daftar lalu ke KIA,
takut. Kaka bawa surat pengantar dari klinik kesini biar dikasi
Informan IX Ooo…kemarin saya periksa disini dan udah dekat bulan saya
puskesmas.
Informan X Kaka pindahan dari jawa dek, pindah kesini udah pas hamil 7
bulanan, sempat periksa sih disini 2 kali, pas udah mau dekat
enggak bisa karena anak pertama kan operasi jadi yang kedua
No Informan Pernyataan
terbaik.
– masing.
Informan III Saya rasa kami di ruang KIA sudah cukup. Kami ada 6 orang
shift-shift an, yaa kan harus bagi – bagi tugas kan, lagian
Informan IV Kalau untuk jumlah kami sudah banyak dek, kami juga
Kalau untuk tenaga kesehatan saya rasa kami udah cukup yaa
pas emergency
Informan VII Berapa jumlah pastinya saya gak tau dek…tapi kalau kita
saja kalau kita datang pas siang, ruangan itu kosong, kita
nunggunya…
Informan VIII Setiap saya datang kesini ramai sih tenaga kesehatannya
Informan IX Jumlah tenaganya udah oke hanya saja kurang ramah yaa dek
kasihaan….
rujukan maternal
sudah lama dan besar, paling untuk USG lah, kita gak punya
Informan III Udah lengkap dek, ruangan ada, ambulans ada, obat dan
mau kemana, karna disini kan banyak rumah sakit, kanan kiri
rumah sakit, lagian pasien ini pasti lebih percaya sama dokter
Informan IV Masih kurang sih kalau menurut saya… apalagi kalau harus
mengikuti yang 155 penyakit itu. USG ajah kami gak ada,
vakum kami jugak gak ada itu, pensteril alat kami masih
Informan V Aduh… kalau masalah itu saya gak berani ngomonglah dek,
alat USG ini, disini rujukan mau USG kan banyak juga.
Informan VII Kalau ibu hamil kan gak ada obat, jadi saya kurang tau…
Informan VIII Kalau dibandingkan sama yang dulu sudah jauhlah dek…
bagusan yang sekarang, iya tapi itu masi harus dilengkapi dan
ditingkatkan lagi
Informan IX Saya rasa sih untuk ketersediaan fasilitas dan sarana nya
Informan X Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti yaa.. tapi
yang saya tau kalau mau USG ga bisa, gadak alatnya disitu.
Informan XI Untuk alasan merujuk yaa pasti karena komplikasi dek, atau
kemari dek, apalagi pasien BPJS dek wihh ramee… Saya rasa
ditangani oleh dokter, klo gak bawa surat yaaa kitaa balikkan
Dokumentasi
90
Universitas Sumatera Utara
91