Anda di halaman 1dari 114

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN MATERNAL

DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN


TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

LORINA GRACIA SIANTURI


NIM. 141000530

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN MATERNAL
DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LORINA GRACIA SIANTURI


NIM. 141000530

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 07 Februari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi yang berjudul “Pelaksanaan

Sistem Rujukan Maternal di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2018”

beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari 2019

Lorina Gracia Sianturi

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas status
kesehatan atau penyakit yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertikal
maupun horizontal dalam pelayanan kesehatan. Memperkuat sistem rujukan
maternal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu.
Permasalahan maternal merupakan permasalahan yang disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti sistem rujukan yang belum paripurna, fasilitas dan sarana yang
tidak lengkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem
rujukan maternal di Puskesmas Teladan Kota Medan. Jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan
observasi kepada informan berjumlah 11 orang. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan persalinan di Puskesmas Teladan
tidak sesuai dengan fungsinya sebagai puskesmas mampu PONED, belum ada
SOP khusus dan belum sesuai dengan mekanisme alur rujukan yang telah
ditetapkan. Perlu diadakan upaya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan
dalam menangani persalinan darurat. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan
di Puskesmas Teladan khususnya dalam menunjang pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak masih kurang lengkap. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan agar berupaya
membenahi SOP kasus maternal dan memperkuat mekanisme alur rujukan, serta
melengkapi kebutuhan Puskesmas, baik SDM, fasilitas dan sarana. Kepada
Puskesmas untuk melengkapi dan membuat SOP khusus rujukan maternal guna
memperbaiki proses rujukan, mengusulkan penyediaan sarana dan fasilitas
kesehatan dan mengadakan program yang mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan, khususnya bidan dalam menangani persalinan
darurat.

Kata kunci : Sistem rujukan, maternal, puskesmas

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Refferal system is a health service that regulates the delegation of duty and
responsibility of health status or disease on reciprocal like vertical or horizontal
in the level of public health. Strengthening the maternal referral system is an
effort to improve maternal health. Maternal problems are problems that are
caused by several factors, such as an incomplete referral system, incomplete
facilities and infrastructure. This study aims to determine the implementation of
the maternal referral system at the Teladan Health Center in Medan City. This
type of descriptive research with a qualitative approach using the method of in-
depth interviews and observations to informants totaling 11 people. Based on the
results of the study, it was shown that the implementation of delivery services in
the Exemplary Puskesmas was not in accordance with its function as a PONED
capable health center, there was no specific SOP and had not been in accordance
with the established referral flow mechanism. Efforts should be made to improve
the skills of health workers in handling emergency labor. The availability of
health facilities and facilities in the Exemplary Health Center especially in
supporting maternal and child health services is still incomplete. It is hoped that
the Health Office will try to improve the SOP of maternal cases and strengthen
the referral flow mechanism, and complement the needs of the Puskesmas, both
human resources, facilities and facilities. To Puskesmas to complete and make
special maternal referral SOPs to improve the referral process, propose the
provision of health facilities and facilities and conduct programs that are able to
improve the knowledge and skills of health workers, especially midwives in
handling emergency deliveries.

Keywords : Refferal system, maternal, health center

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal di Puskesmas Teladan Kota

Medan Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga ahkir selesainya skripsi

ini, penulis mendapatkan banyak arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih

penulis ucapkan atas bimbingan, saran, kritik dan waktu yang telah

diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen

Penguji II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama

mengikuti pendidikan di FKM USU.

7. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,

seluruh Dosen FKM USU dan seluruh staf FKM USU yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan di FKM USU.

8. dr. Kus Puji Astuti selaku Kepala Puskesmas Teladan yang telah

memberikan izin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian di

Puskesmas tersebut dan seluruh pegawai Puskesmas yang telah membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Bapakku Lamhot Sianturi, keluarga

besar Oppung Ranap Sianturi, dan keluarga besar Oppung Tiar Sinaga.

Terimakasih atas doa, perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungan

dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan di Peminatan AKK, kelompok PBL dan LKP,

serta teman- teman FKM USU dan seluruh pihak yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan semangat dan

bantuan kepada penulis.

vii
Universitas Sumatera Utara
11. Karya Salemba Empat USU, terimakasih untuk ayahanda dan ibunda

donatur yang baik dan rendah hati dalam membangun generasi bangsa

Indonesia. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang telah

memberikan dukungan finansial setiap bulannya yang sangat membantu

selama masa perkuliahan mulai semester III sampai semester VI.

Terimakasih juga kepada teman-teman dalam satu Paguyuban KSE USU

yang telah menjadi keluarga baru dan banyak memberikan dukungan,

kasih sayang dan pengalaman dalam Sharing, Networking, dan

Developing.

Penulis menyadari bahwa masih ada dan banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka

menyempurnakan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2019

Lorina Gracia Sianturi

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9
Sistem Rujukan 9
Pengertian sistem rujukan 9
Jenis rujukan 9
Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang 10
Sistem Rujukan Maternal 12
Pengertian sistem rujukan maternal 12
Persiapan rujukan 14
Kegiatan rujukan 14
Manfaat rujukan 16
Keuntungan sistem rujukan 17
Tahapan rujukan maternal dan neonatal 17
Konsep sistem rujukan maternal dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu 19
Maternal 22
Pengertian maternal 22
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 23
Pengertian puskesmas 23
Prinsip – prinsip penyelenggaraan puskesmas 23
Puskesmas mampu PONED 24
Sumber daya kesehatan PONED 25
Batas kewenangan dalam pelaksanaan Puskesmas PONED 27

ix
Universitas Sumatera Utara
Sistem rujukan Puskesmas PONED 29
Landasan Teori 30
Kerangka Berpikir 31

Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Subjek Penelitian 32
Definisi Konsep 33
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Analisis Data 34

Hasil Penelitian dan Pembahasan 36


Deskripsi Puskesmas Teladan 36
Sejarah singkat puskesmas teladan 36
Wilayah kerja puskesmas teladan 36
Karakteristik Subjek Penelitian 39
Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal di Puskesms Teladan 40
Alur rujukan maternal 41
Sumber daya manusia 52
Ketersediaan Fasilitas dan Sarana 58
Determinan Tingginya Rujukan Maternal 62
Keterbatasan Penelitian 63

Kesimpulan dan Saran 65


Kesimpulan 65
Saran 66

Daftar Pustaka 68
Lampiran 70

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja


Puskesmas Teladan Tahun 2017 37

2 Distribusi Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah


Kerja Puskesmas Teladan Tahun 2017 38

3 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Teladan 38

4 Distribusi Fasilitas Fisik di Puskesmas Teladan 39

5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik 40

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Alur pelayanan kesehatan 9

2 Sistem rujukan berjenjang 12

3 Kerangka berpikir 31

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 70

2 Maktris Hasil Wawancara 79

3 Dokumentasi 90

4 Surat Permohonan Izin Penelitian 95

5 Surat Izin Penelitian 96

6 Surat Selesai Penelitian 97

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

AKI Angka Kematian Ibu


ANC Antenatal Care
ASEAN Association of Southeast Asian Nations
BPJS Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
PONED Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
PONEK Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
RANPPKI Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka
Kematian Ibu
SDG’s Suitainable Development Goals
USG Ultrasonography
WHO World Health Organisation
WUS Wanita Usia Subur

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Lorina Gracia Sianturi berumur 22 tahun, dilahirkan di

Lae Pinang pada tanggal 07 Mei 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak

dari empat bersaudara dari pasangan Bapak L. Sianturi dan (+) Ibu L.J. Sinaga

dan Ibu N. Simbolon.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Pertiwi tahun 2000. Pendidikan

sekolah dasar di SD.ST.Yosef Sidikalang tahun 2002-2008 , sekolah menengah

pertama di SMP Negeri 1 Sidikalang tahun 2008-2011, dan sekolah menengah

atas di SMA Negeri 2 Sidikalang tahun 2011-2014 , selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat peminatan

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2019

Lorina Gracia Sianturi

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Semua orang memiliki hak-hak atas keberlangsungan hidup mereka, salah

satunya adalah kesehatan. Kita berhak untuk menjalani kehidupan yang bahagia

jasmani dan rohani, mempunyai tempat tinggal yang nyaman, dan hidup sehat.

Kesehatan di peroleh secara mandiri melalui akses pelayanan kesehatan yang

aman, kualitas baik, mudah didapat dan merata bagi seluruh warna Negara. Oleh

karena itu, pemerintah harus menyelenggarakan layanan kesehatan secara adil dan

merata demi mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi di negeranya ( Undang-

undang Nomor 36, 2009). Rendahnya angka kematian ibu di sebuah negara dapat

menunjukkan derajat kesehatan di negara tersebut.

AKI yang sangat tinggi menjadi salah satu sorotan di mata dunia. Pada

tahun 2014, angka kematian ibu di dunia sebasar 289.000 jiwa, artinya ada sekitar

791 ibu yang meninggal setiap hari. Data ini di peroleh berdasarkan angka

kematian ibu yang tinggi di beberapa Negara, seperti AKI Amerika Serikat

sebesar 3.900 jiwa, AKI Afrika Utara sebesar 179.000 jiwa, dan AKI Asia

Tenggara sebesar 16.000 jiwa. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia

menduduki peringkat pertama AKI tertinggi sebesar 214 per 100.000 kelahiran

hidup, disusul oleh AKI Filipina sebesar 170 per 100.000 kelahiran hidup, AKI

Thailand sebesar 44 per 100.000 KH, dan AKI Malaysia sebesar 39 per 100.000

kelahiran hidup. (World Health Organisation, 2014).

AKI di Indonesia mengalami peningkatan dari 228 per 100.000 KH

(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007) menjadi 359 per 100.000 KH

1
Universitas Sumatera Utara
2

(Suvei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Berdasarkan data tersebut,

Indonesia harus mengerjakan upaya-upaya untuk bisa mencapai target SDGs

(Suitainable Development Goals) yakni menyusutkan angka kematian ibu menjadi

70 per 100.000 KH. Beberapa provinsi di Indonesia menjadi pemberi kontribusi

besar untuk angka kematian ibu yang tinggi, seperti kontribusi 50 % di berikan

oleh NTT, Banten, Jawa Barat, Jawa Tmur dan Jawa Tengah. Kontribusi AKI

25% disumbang oleh Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, NTB, Sulawesi Tengah dan Sulawesi

Selatan. 25 % lagi merupakan kontribusi kumulatif dari 19 provinsi lainnya. Data

ini di cetuskan oleh Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan KIA.

Kematian ibu yang tinggi di sebabkan oleh dua kelompok utama, yaitu

pencetus langsung dan pencetus tidak langsung. Pencetus langsung ialah

berhubungan dengan status kesehatan ibu sejak mulai hamil, masa kehamilan,

sebelum bersalin, ketika persalinan, dan setelah bersalin. Pencetus kematian ibu

secara langsung, yaitu pendarahan, ekslampsia, infeksi, komplikasi peurperum,

partus tak maju/macet, abortus, trauma obstetrik, emboli obstetric, dan lain-lain

(SDKI, 2012). Dan untuk pencetus tidak langsung yaitu berupa faktor yang

mendorong timbulnya risiko kasus keibuan dan bayi baru lahir , seperti: aspek

penyakit (contoh : hipertensi, anemia), konsumsi makanan perempuan subur

(contoh : KEK), 4 terlalu ( amat muda dan terlampau berumur untuk melahirkan,

jarak mengandung yang amat dekat dan sangat banyak mengalami persalinan ),

dan 3 terlambat (lalai menetapkan keputusan untuk merujuk, telat sampai di

Universitas Sumatera Utara


3

fasilitas kesehatan yang tepat, dan telat ditangani oleh jasa yang tepat dan terampil

(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Angka kematian ibu tetap tinggi merupakan dampak dari status pelayanan

kesehatan di Indonesia kurang baik, khususnya pelayanan kesehatan maternal.

Untuk itu di perlukan satu langkah yang tepat untuk menurukan AKI, yaitu

menetapkan sistem rujukan maternal yang efektif, terutama untuk kasus-kasus

emergency. Sistem rujukan merupakan jembatan penghubung antar fasilitas

kesehatan, baik dalam satu tingkatan maupun beda tingkatan agar saling

berkoordinasi dan bekerja sama dalam memperluas jasa kesehatan, berbobot, dan

di gapai umum. Setiap akomodasi kesehatan di harapkan mampu memberi dan

menangani pelayanan kesehatan dengan atau tanpa bantuan teknologi sederhana

sesuai dengan fungsi masing-masing dan mampu mempertanggungjawabkannya.

Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka

Kematian Ibu (RANPPAKI) tahun 2013 – 2015 yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kesehatan melalui Dinas Bina Kesehatan Ibu, ditetapkan sebuah

program utama yaitu pelaksanaan rujukan yang efektif pada kasus komplikasi

maternal. Dasar utama penetapan program tersebut adalah fakta lambatnya proses

penyusutan AKI di Indonesia yang disebabkan kendala memperlengkapi dan

askes service kasus kegawat daruratan maternal. Saat ini, keterampilan menangani

kasus komplikasi maternal berpusat di fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan yaitu

rumah sakit, sedangkan penindakan kasus kerumitan di puskesmas belum

berproses sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang

Universitas Sumatera Utara


4

mengatur peran dan wewenang setiap fasilitas kesehatan yang ada melalui sistem

rujukan berjenjang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Aktualisasi metode rujukan di Indonesia ditetapkan berbentuk bertingkat

atau berjenjang, yaitu dimulai dari jasa kesehatan primer ke jasa kesehatan

sekunder dan jasa kesehatan tersier. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan

kesehatan dilaksanakan dalam satu sistem dan saling berkaitan antar satu fasilitas

kesehatan dengan fasilitas kesehatan lainnya, dengan kata lain tidak berdiri

sendiri. Jika fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak mampu mengadakan

kegiatan medis, maka diserahkan beban ke fasiliitas kesehatan tingkat lanjutan

(Peraturan Menteri Kesehatan No. 001, 2012).

Menurut penelitian Winda Novita Tahun 2015 berjudul Analisis

Pelaksanaan Rujukan KIA di Puskesmas Hamparan Perak dan Puskesmas Bandar

Khalifah Kabupaten Deli Serdang menyatakan bahwa dinas kesehatan puskesmas

membutuhkan beberapa kebijakan untuk proses penataan manajemn aplikasi

sistem rujukan, seperti pemantapan metode dan skema sistem rujukan KIA,

pembenahan kelengkapan dan alat-alat pendukung, diseminasi dan melibatkan

masyarakat dalam sistem rujukan sebagai upaya untuk memfokuskan puskesmas

sebagai sentral rujukan KIA.

Demikian pula dalam penelitian Rukmini dan Ristrini (2015) tentang

Pelaksanaan sistem rujukan maternal di Puskesmas Tambakrejo dan Tanah Kali

Kedingding Kota Surabaya menyatakan bahwa meskipun impelmentasi proses

rujukan sudah baik, namun masih ada kendala, seperti pencatatan pasien rujukan

yang terima di buku register, prosedur pemulangan pasien dengan menyerahkan

Universitas Sumatera Utara


5

surat balasan yang di tujukan kepada faskes asal, belum pernah ada penerimaan

rujuk balik dari RS atau puskesmas lainnya. RS di harapkan mampu menetapkan

prosedur standart kegiatan rujuk balik.

Wujud eklasasi status kesehatan maternal dalam memastikan pelayanan

kesehatan keibuan yang menyeluruh dilakukan oleh Puskesmas melalui

peningkatan bobot dan mempermudah service keibuan secara komprehensif,

proaktif, taktis dan pargamatis di zona kerjanya. Prinsip utama gawat darurat

maternal adalah kecepatan dan ketepatan dalam menangani kasus, efektif, efisien

dan sesuai dengan kemampuan dan wewenang fasilitas pelayanan kesehatan.

Pelayanan kegawat daruratan maternal di laksanakan sesuai dengan prosedur tetap

yang berlaku di Puskesmas PONED. Setelah pasien diperiksa, maka disepakati

mampukah puskesmas menindaki pasien tersebut atau harus ditangani di RS

PONEK rujukan yang memadai sesuai gawat darurat pasien.(Depkes, 2007).

Pusat Kesehatan Masyarakat yang biasa disingkat Puskesmas merupakan

organisasi primer yang mengupayakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dan indvidu, dengan memprioritaskan promosi dan pencegahan untuk

mewujudkan taraf kesehatan yang lebih tinggi di lingkungan kerja Puskesmas

tersebut. Salah satu kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah

pemberikan rujukan bagi pasien yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas

(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75, 2014).

Puskesmas Teladan adalah salah satu FKTP berfasilitas PONED yang

terletak di wilayah perkotaan Kota Medan dan berada di bawah naungan Dinas

Universitas Sumatera Utara


6

Kesehatan Kota Medan. Puskesmas ini mengupayakan pelayanan kesehatan di 5

kelurahan sebagai wilayah kerjanya.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti ke

Puskesmas Teladan, jumlah persalinan yang ditangani di Puskesmas ada sebanyak

3 -4 persalinan dalam sebulan, jumlah rujukan persalinan pada tahun 2017 adalah

sebanyak 109 rujukan dan jumlah rujukan persalinan pada Januari – Mei 2018

adalah 154 rujukan. Data rujukan memperlihatkan bahwa masih di temukan

pasien membawa surat rekomendasi dari luar puskemas untuk mempermudah

pengambilan surat rujukan dari puskesmas ke RS. Kurangnya bobot dan mutu

SDM seperti dokter obgyn dan tenaga terampil sangat berpengaruh.

Dari hasil pengamatan oleh peneliti juga menunjukkan bahwa alur rujukan

dimulai dari pasien datang ke bagian pendaftaran dengan membawa kartu berobat

dan kartu BPJS, kemudian di arahkan dan di periksa di ruang KIA oleh bidan.

Untuk pasien yang ingin USG diberikan rujukan dengan ada atau tidaknya

indikasi. Dalam proses merujuk ditiadakannya pemeriksaan pasien karena adanya

surat rekomendasi yang di bawa dari out puskesmas. Untuk pasien yang tidak

membawa surat rujukan dari luar, maka pasien diperiksa oleh bidan. Bidan yang

memberikan diagnosis, dokter yang mendatangani.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Koordinator KIA penyebab

pasien dirujuk adalah pasien tidak mau dan lebih percaya kepada tenaga medis

yang ada di rumah sakit daripada tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.

Menurut beliau, seluruh tenaga kesehatan yang menangani persalinan sudah

mengikuti pelatihan persalinan, ketersediaan obat dan alat kesehatan pun sudah

Universitas Sumatera Utara


7

memadai namun pasien enggan untuk bersalin di puskesmas. Bidan dan Dokter

diasumsikan mengetahui tentang sistem rujukan maternal, tetapi dalam

pelaksanaannya masih mau memberikan rujukan Atas Permintaan Sendiri (APS)

karena pasien sangat menuntut untuk di rujuk. Selain itu berdasarkan proses

rujukannya, pasien sering membawa surat pengantar dari faskes luar demi

mendapat surat rujukan dan tidak menjalani pemeriksaan lanjutan dari puskemas.

Langkah demikian tidak sejalan dengan cara merujuk yang telah di tetapkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulhadi,dkk (2013) tentang Problem dan

Tantangan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah dalam Mendukung Sistem

Rujukan Maternal Di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri menyatakan bahwa

langkah awal dalam mengatasi gangguan dan kenadala penyelenggaraan rujukan

adalah menyegerakan RSUD menjadi RS mampu PONEK, mengembangkan jiwa

tolong-menolong antar pelaksana rujukan, dan menggagas SOP kasus-kasus

keibuan serta penetapan plot rujukan secara rinci.

Atas dasar uraian dan survei pendahuan yang dilakukan di Puskesmas

Teladan, maka penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul

Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun

2018.

Perumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana alur pelaksanaan sistem rujukan maternal di Puskesmas Teladan

Kota Medan?

Universitas Sumatera Utara


8

2. Apa yang merupakan determinan tingginya rujukan maternal di Puskesmas

Teladan Kota Medan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengerti dan

mengidentifikasi pelaksanaan sistem rujukan maternal diwilayah kerja Puskesmas

Teladan Kota Medan Tahun 2018.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi alur pelaksanaan sistem rujukan maternal di Puskesmas

Teladan Kota Medan.

2. Menjelaskan determinan tingginya rujukan maternal di Puskesmas Teladan

Kota Medan.

Manfaat Penelitian

1. Untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas Teladan sebagai sumber pengarahan

guna memaksimalkan pemberian layanan kesehatan dan sistem rujukan

maternal dapat terlaksana sesuai dengan Undang – Undang.

2. Untuk Bidan Koordinator dan Bidan petugas KIA sebagai acuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam memberikan pelayanan

maternal.

3. Sebagai pustaka acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai pelaksanaan

sistem rujukan maternal di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Sistem Rujukan

Pengertian sistem rujukan. Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah

suatu sistem yang mengatur penyerahan peran dan wewenang atas status

kesehatan seorang pengguna jaminan atau asuranasi kesehatan secara kontinue

antar semua fasilitas kesehatan. (Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BPJS Kesehatan, 2014).

Gambar 1. Alur pelayanan kesehatan

Sumber : Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang, (2014)

Jenis rujukan. Pelayanan kesehatan dengan sistem rujukan dilakukan

secara bersambutan bolak-balik baik dalam sesama maupun beda level. Rujukan

secara horizontal adalah perujuk tidak mampu menangani kasus kesehatan yang

9
Universitas Sumatera Utara
10

ada karena beberapa keterbatasan akomodasi, alat maupun tenaga sehingga

dilakukan rujukan ke sarana kesehatan selevel.

Rujukan secara vertikal adalah pengiriman orang sakit dari fasilitas

penyelenggara kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang berbeda

strata, boleh dari fasilitas kesehatan strata tinggi ke fasilitas kesehatan strata

rendah dan sebaliknya.Pelayanan Rujukan vertikal dari fasilitas strata rendah ke

fasilitas strata yang lebih tinggi apabila :

a. Orang sakit memerlukan perawatan medis dari tenaga ahli

b. Adanya keterbatasan fasilitas, peralatan atau ketenagaan yang menghambat

penanganan pasien sehingga di berikan rujukan.

Sedangkan untuk rujukan vertikal dari fasilitas strata tinggi ke fasilitas

starata rendah diberikan apabila :

a. Masalah kesehatan penderita sudah bisa di pecahkan sesuai dengan tugas dan

keahlian si pemberi pelayanan kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan lanjutan yang mudah, efisien dan waktu yang lama

terhadap orang sakit sudah bisa di lakukan oleh fasilitas kesehatan strata

rendah (Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang, 2014).

Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang. Dalam

menyelenggarakan jasa kesehatan, implementasi sistem rujukan dilakukan sesuai

dengan kebutuhan perawatan, yaitu:

a. Bantuan kesehatan harus dari fasilitas kesehatan strata pertama

Universitas Sumatera Utara


11

b. Ketika pasien membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih tinggi, maka

fasilitas kesehatan strata pertama akan mengizinkan rujukan ke fasilitas

kesehatan strata dua.

c. Untuk rujukan ke fasilitas kesehatan strata tiga hanya boleh di izinkan melalui

fasilitas kesehatan strata dua. Namun, apabila diagnosis orang sakit

mengharuskan rencana terapi atau butuh perawatan khusus, maka boleh

dilakukan rujukan dari fasilitas strata pertama langsung ke fasilitas strata tiga.

Aturan penyelenggaraan rujukan harus berjalan seperti yang di tetapkan, kecuali

hal-hal di bawah ini :

a. Ada kejadian gawat darurat yang fatal sesuai dengan ketetapan yang berjalan.

b. Terjadi kemalangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah baik pusat

maupun daerah.

c. Rencana terapi hanya boleh di adakan di wahana kesehatan lanjutan sesuai

dengan situasi pasien.

d. Kendala masalah kebumian.

e. Penilaian terhadap kelengkapan fasilitas dan sarana kesehatan

Universitas Sumatera Utara


12

Pelayanan kesehatan
lanjutan oleh dokter
spesialis
TINGKAT
Perawatan medis KETIGA
berulang hanya dapat
di lakukan di fasilitas
kesehatan strata Pelayanan kesehatan
pertama sesuai dengan lanjutan oleh dokter
diagnosis dan terapi
rencana yang sudah TINGKAT KEDUA
ditetapkan.

Pelayanan kesehatan
tingkat pertama
TINGKAT PERTAMA

Gambar 2. Sistem rujukan berjenjang

Sumber : Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang, (2014)

Sistem Rujukan Maternal

Pengertian sistem rujukan maternal. Prinsip cepat dan tepat dalam

bertindak, efisien, efektif dan pengetahuan dan keahlian yang sebanding

merupakan pedoman dalam menangani kasus keibu dan dan neonatal. Penanganan

maternal dan neonatal emergency di Puskesmas PONED harus mengacu kepada

prosedur buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang

telah diterbitkan (Kemenkes RI, 2013).

Rujukan maternal dan neonatal adalah memastikan pelayanan kesehatan

yang luas dan menyeluruh untuk seluruh lapisan masyarakat, khususnya ibu-ibu

bersalin dan bayi yang baru lahir tanpa memandang status ekonomi, agama,

Universitas Sumatera Utara


13

golongan, demi terciptanya derajat kesehatan ibu yang baik di lingkungan tempat

tinggal dan sekitarnya. (Depatemen Kesehatan [Depkes], 2006).

Aspirasi terhadap pegawai kesehatan ialah mampu meningkatkan bobot

pelayanan penderita demi mendukung pelaksanaan tatanan dan metode merujuk

yang tepat, terutama dalam menangani rujukan ibu hamil dan neonatal yang

beresiko tinggi. Apabila tenaga kesehatan dan perlengkapan fasilitas tidak

mendukung penanganan komplikasi yang terjadi maka dilaksanakan rujukan. Ada

dua klausa merujuk kasus maternal dan perinatal yaitu perempuan dan bayi yang

dikandungnya.

Rujukan maternal dikategorikan jadi 2 berdasarkan sifatnya, yaitu :

1. Rujukan kegawat daruratan, yaitu keadaan ibu dan calon bayi yag tidak

normal mengharuskan rujukan secepat mungkin.

2. Rujukan berencana, yaitu persiapan rujukan berlandaskan pada hasil

pemeriksaan ibu selama masa antenatal menunjukkan ada peluang risiko

kesulitan persalinan. Rencana menyajikan pilihan kemudahan akomodasi

yang sesuai dengan kenyamanan dan keamanan pasien.

3. Kegiatan rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi

yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.

Rujukan maternal sebaiknya di hindari, apabila :

a. Keadaan wanita yang melahirkan tidak seimbang.

b. Janin berada dalam keadaan yang tidak stabil dan semakin down.

c. Sudah tepat waktu untuk melahirkan.

d. Pendamping kesehatan tidak ada.

Universitas Sumatera Utara


14

e. Cuaca yang buruk dan mobilitas yang tidak memungkinkan.

Persiapan rujukan. Syarat keberhasilan upaya penyelamatan ibu dan bayi

adalah kesiapan melakukan rujukan wanita dan anaknya ke tempat kesehatan

tujuan ideal dan tepatwaktu. Tenaga kesehatan yang bertugas menolong

persalinan harus mengerti lokasi rujukan yang dapat untuk menangani kasus

komplikasi obstetric dan bayi akan lahir serta keterangan mengenai jasa kesehatan

yang tersuguh di sana, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya sesrvice dan

waktu tempuh ke lokasi rujukan. Rancangan dan berita dalam merujuk yakni

tenaga kesehatan dan keluarga pendamping, tujuan rujukan yang cocok, wahana

prasarana wajib ada, pendonor dan uang perawatan, transportasi yang harus

tersedia, obat dan bahan. Biasanya ini di singkat BAKSOKU ( Bidan, Alat,

Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang) dapat di buat sebagai acuan dalam

menyiapkan rujukan khususnya rujukan ibu dan bayi lahir.

Kegiatan rujukan. Pelaksanaan kegiatan rujukan terdiri dari tiga jenis

yakni rujukan pelayanan kebidanan, pelimpahan pengetahuan dan keterampilan,

dan rujukan informasi medis.

1. Rujukan Pelayanan Kebidanan

Rangkaian aktivitas, yakni merujuk korban sakit dengan kasus patologis

kehamilan, kelahiran, dan masa pertumbuhan, serta transmisi kejadian

kelamin misalnya penyakit kewanitaan dan penggunaan alat bantu seks yang

membutuhkan penanganan khusus, pengecekan sampel lab, dan ketika

pasien pulih dipulangkan dan diberikan hasil lab serta informasi

kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara


15

2. Pelimpahan Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan

a) Pelatihan sdm terampil ke kawasan terpencil untuk mempromosikan dan

menunjukkan kemahiran melalui diskusi , tatap muka dengan penderita,

konseling penyakit dan peragaan operasi.

b) Pelatihan kepada pelaksana kesehatan di desa untuk memperdalam

wawasan dan keahliannya ke fasilitas kesehatan lebih tinggi atau rumah

sakit pendidikan, perlu juga mendatangkan pembicara ahli di acara sains

yang di adakan secara regional atau organisasi kesehatan.

3. Rujukan Informasi Medis

a) Mengirimkan surat balasan berisi kelengkapan data medis dan

rehabilitasi lanjutan kepada unit kesehatan perujuk.

b) Mempererat hubungan kerjasama dengan fasilitas kesehatan lainnya,

melaporkan data pelayanan keibuan khususnya angka kematian maternal

dan prenatal, yang amat penting dalam mendapatkan angka di daerah

maupun nasional.

Ada 2 kelompok rujukan menurut sistem kesehatan nasional, yaitu :

1. Rujukan Kesehatan

Dalam upaya meningatkan taraf kesehatan masyarakat, perlu digencarkan

progam prioritas yakni promotif dan preventif, berupa techonolgy,

operasional dan wahana. Kegiatan rujukan ini adalah kerjasama dalam

pengiriman pasien, pemeriksaan sampel ke laboratorium yang lebih mampu

dan lengkap.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Rujukan Medik

Fokus utama pada rujukan adalah upaya penyembuhan penyakit serta

perawatan kesehatan. Rujukan ini berlaku untuk jasa kedokteran (medical

service), yang terbagi menjadi rujukan pasien, rujukan ilmu pengetahuan

dan sampel laboratorium. Rujukan medik yaitu pemberian wewenang

mengenai suatu kasus secara berkesinambungan antar unit kesehatan dalam

tingkat yang sama atau berbeda . Ada beberapa bentuk rujukan medik, yaitu:

a) Transfer of patient merupakan mengkomunikasikan diagnosis,

perawatan, proses operasi kepada pasien melalui tatap muka.

b) Transfer of specimen merupakan penyelidikan sampel yang dikirim ke

laboratorium komplet.

c) Transfer knowledge/personal merupakan menaikkan kualitas jasa

kesehatan melalui pelatihan pegawai kepada yang lebih mahir.

Manfaat rujukan. Pelaksanaan sistem rujukan memberikan manfaat yang

sangat berarti, seperti :

1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Manfaat rujukan bagi pemerintah selaku penentu kebijakan kesehatan (policy

maker), yakni mengurangi pembiayaan kesehatan seperti tidak perlu menyediakan

peralatan medis di setiap sarana dilengkapi peralatan berdasarkan wewenangnya,

memperkuat sistem pelayanan kesehatan melalui kerjasama antar fasilitas

kesehatan dan memperlancar administrasi kesehatan, khususnya pada bagian

perancangan.

Universitas Sumatera Utara


17

2. Sudut pandang rakyat sebagai konsumen jasa kesehatan

Masyarakat sebagai konsumen pelayanan kesehatan akan memperoleh keringanan

biaya perawatan medis karena dengan adanya rujukan maka pemeriksaan

kesehatan secara berulang kali tidak perlu dilakukan, memperoleh pelayanan

medis secara cepat di fasilitas kesehatan sesuai fungsi dan wewenang fasilitas

tersebut dan mendorong tercapainya pelayanan kesehatan yang merata untuk

seluruh rakyat di semua tempat.

3. Sudut pandang para pelaksana jasa kesehatan

Manfaat rujukan bagi tenaga kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan adalah jenjang karier yang jelas sehingga tenaga kesehatan akan terpacu

untuk semangat dan tekun bekerja, komitmen dan berusaha untuk membenahi diri

secara pengetahuan dan keterampilan melalui kerjasama antar tenaga kesehatan

dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya di tempat bertugas.

Keuntungan sistem rujukan. Sistem rujukan memberikan dampak positif

bagi pelayanan kesehatan , yaitu :

1. Pertolongan kepada pasien lebih cepat, murah dan terjangkau karena jaraknya

cukup dekat antar tempat pasien dan unit pelayanan kesehatan.

2. Meningkatnya pemahaman dan keahlian petugas kesehatan daerah sehingga

mampu menangani kejadian yang berjibun di area kerjanya.

3. Rakyat merasakan kenikmatan dilayani oleh tenaga kesehatan yang ahli.

Tahapan rujukan maternal dan neonatal. Adapun tahapan-tahapan

rujukan maternal dan neonatal, yakni :

1. Menetapkan kegawat daruratan penderita

Universitas Sumatera Utara


18

a. Secepatnya membawa orang sakit untuk dirujuk ke unit kesehatan jika

tidak dapat ditangani lagi.

b. Fasilitas jasa kesehatan tingkat daerah, meliputi: bides, puskesmas

pembantu dan puskesmas diwajibkan menentukan kasus-kasus tingkat ke

gawat daruratan mampu diselesaikan dan kejadian yang harus di rujuk

sesuai dengan tugas dan fungsinya di wilayah kerja tersebut.

2. Menetapkan tujuan rujukan

Tujuan rujukan ialah fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai

wewenang dalam menangani masalah yang dirujuk dan dekat dengan asal

rujukan tersebut, termasuk rumah sakit swasta sesuai dengan kemampuan si

pasien.

3. Memberitahukan informasi kepada pasien dan keluarga

Informasikan rencana merujuk kepada ibu dan keluarga pasien. Jika ibu dan

keluarga setuju melakukan rujukan, maka siapkan dan lengkapi dokumen

tertulis status kesehatan ibu dan janinnya dan hasil partograf. Jika ibu tidak

setuju, maka lakukan diskusi bersama kerluarga dan berikan edukasi yang

mendukung mengenai kondisi ibu dan pentingnya rujukan dilakukan

.bantulah ibu dan keluarga agar bisa memilih pilihan yang terbaik agar

keselamatan ibu dan bayinya aman.

4. Menjalin komunikasi dengan tujuan rujukan

a. Mengabarkan kedatangan pasien

b. Memohon pengarahan yang penting dipersiapkan selama didalam

perjalanan ke lokasi rujukan.

Universitas Sumatera Utara


19

c. Jika situasi tidak mendukung, mohonkan tindakan medis dan saran

menolong pasien.

5. Mempersiapkan pasien (BAKSOKUDO)

6. Transmisi orang sakit

7. Perawatan lanjutan pasien :

a. Pasien yang telah dipulangkan namun membutuhkan rawat jalan

b. Pasien yang butuh di tindaklanjuti tapi datang, maka harus ada tenaga

kesehatan yang pergi mengunjungi.

Konsep sistem rujukan maternal dalam upaya menurunkan angka

kematian ibu. Upaya untuk merendahkan angka kematian ibu sudah banyak

dilakukan. Pertama kalinya tahun 1987 di laksanakan konferensi mengenai

Kematian Ibu di Nairobi, Kenya tingkat internasional. Selanjutnya, tahun 1990

dengan Word Summit for Children di New York, Amerika Serikat, dengan

kesimpulan 7 tujuan pokok, salahsatunya adalah merendahkan angka kematian

maternal menjadi setengah pada tahun 2000. Lalu, pada tahun 1994 dibuat acara

International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir

yang mengungkapkan bahwa kesehatan kelamin laki-laki dan perempuan sangat

penting dalam ekspansi sosial dan mengembankan sumber daya manusia. Salah

satu programnya adalah pembenahan pelayanan kesehatan kebidanan agar setiap

ibu hamil dapat melewati masa mengandungnya dan bersalin dengan aman.

Thn 1995 di Beijiing, China di laksanakan Fourth World Conference on

Women, diperpanjang tahun 1997 di Colombia, Sri Lanka yang disebut Safe

Motherhood Techincal Consultation, yang menegaskan wajib dipercepat

Universitas Sumatera Utara


20

penurunan angka kematian maternal pada tahun 2000. Terahkir, The Millenium

Summit in 2000, dihadiri oleh seluruh peserta PBB sepakat MDGs (Millenium

Development Goals) untuk menurunkan 3/4 angka kematian perempuan pada

tahun 2015. Komitmen untuk mencapai target angka kematian maternal menjadi

tiga perempat (75%) pada tahun 2015 dilakukan karena tingginya angka kesakitan

dan kematian maternal yang terjadi pada wanita, khususnya di negara – negara

berkembang.

Pada tahun 1999 WHO menggagas sebuah program bernama Making

Pregnancy Safer (MPS), untuk mensupport negara berkembang dalam program

merendahkan angka kematian ibu dan skesekan perempuan yang disebabkan oleh

kesulitan kandungan, bersalin dan setelah lahiran. MPS merupakan gagasan

lanjutan dari Safe Motherhood yang di kemukakan WHO tahun 1987 untuk

merendahkan angka kematian maternal. Melalui MPS diharapkan pemerintah

sebagai kompenen penting dalam membenahi rancangan dunia, menegaskan

tujuan nasional dan tatanan kesehatan maternal dan neonatal, pengembangan

standart sistem pelaksanaan, membenahi kemudahan jasa kesehatan kebidanan,

aborsi terlarang, KB, meluaskan program promosi kesehatan kebidanan,

mengendalikan perkawinan di berbagai kelompok, serta memperbagus tata

monitoring pelayanan. (Goodburn E., Vol. 321 2001) .

Upaya Safe Motherhood dinyatakan dalam empat pilar, yaitu : Keluarga

Berencana, yaitu mempermudah individu/ pasangan mengakses penjelasan dan

persiapan KB dalam merancang kesempatan yang pas untuk hamil, banyaknya

Universitas Sumatera Utara


21

anak dan waktu renggang mengandung, agar tidak didapati kandungan yang tidak

diharapkan ataupun kehamian empat terlalu.

1. Antenatal care, yaitu pelayanan selama kehamilan untuk mencegah dan

mendeteksi sedini mungkin faktor resiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi.

2. Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua tenaga kesehatan yang

bertugas sebagai jasa persalinan memiliki ilmupengetahuan, keteramplan dan

ketersediaan alat untuk memberikan pertolonganpersalinan yang aman dan

nyaman bagi ibu dan anak.

3. Pelayanan obstetrik esensial yaitu untuk membenarkan pelayanan ibu bersalin

dengan risiko tinggi dan gangguan kehamilan.

Keputusan Kementrian Kesehatan RI dalam kegiatan merendahkan angka

kematian maternal berpedoman pada empat pilar Safe Motherhood. Upaya

pemerintah RI dalam menurunkan angka kematian kebidanan adalah

menyungguhkan 1) seluruh proses melahirkan dibantu atau minimal dijagai oleh

bidan 2) sedini mungkin semua ibu hamil menerima pelayanan obstetric 3)

tersedianya fasilitas kesehatan (Puskesmas PONED dan RS PONEK) dan sistem

rujukan yang efektif dan efisien.

Tersedianya fasilitas rujukan bagi ibu hamil baik beresiko atau tidak

merupakan salah satu upaya menurunkan angka kematian ibu. Penerapan sistem

rujukan yang efektif dan efisien merupakan bagian penting yang bertujuan

memperbaiki kesehatan maternal yang saat ini masih buruk. Hal ini sejalan

dengan target SDGs dan merupakan elemen penting dalam mensukseskan

Universitas Sumatera Utara


22

program Safe Motherhood. Sistem rujukan ialah acuan penting dalam sistem

kesehatan global.

Maternal (Persalinan)
Pengertian maternal (persalinan). Persalinan secara fisik diartikan

sebagai sebuah proses saat bayi, plasenta, dan membrane keluar melalui jalan lahir

yang menghasilkan kaitan antara ibu dan bayi, serta persalinan selanjutnya.

Persalinan ialah proses keluarnya hasil pembuahan yang telah cukup bulan atau

sudah mampu bertahan hidup di dunia melalui atau tanpa jalan lahir, dengan

media penolong atau normal. Tindakan persalinan adalah serangkaian kegiatan

yang berakhir dengan pengeluaran bayi pada umur yang tepat, kemudian plasenta

keluar diikuti oleh lapisan pembungkus janin dari tubuh ibu. Tenaga kesehatan

terampil diwajibkan untuk menindaklanjuti proses kelahiran. Pembantu bersalin

harus berpedoman prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Menghindari kontaminasi.

b. Menerapkan teknik partus yang sesuai dengan Asuhan Persalinan.

c. Merujuk kejadian yang tidak mampu diselesaikan ke fasilitas strata yang

lebih tinggi.

d. Menyuarakan IMD ( Inisiasi Menyusui DIni).

e. Menyarakan dan memberi suntikan vitamin K1 dan obat oles mata pada bayi

baru lahir (Kementerian Kesehatan [Kemenkes], 2010).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Pengertian pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi kesehatan strata pertama yang fokus

Universitas Sumatera Utara


23

utamanya adalah kegiatan promotif-preventif bagi individu, kelompok maupun

warga demi menciptakan kesehatan yang menyeluruh. Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung

jawab mewujudkan pembangunan kesehatan di kawasan keberadaan puskesmas.

Pembangunan kesehatan yang diupayakan dipuskesmas bertujuan untuk

menciptakan masyarakat yaitu :

a. Mengaplikasikan perilaku hidup sehat dengan waras, imnat dan mandiri

b. Dapat memperoleh jasa kesehatan terbaik.

c. Melangsukan kehidupan di lingkungan yang bersih dan nyaman.

d. Mempunyai taraf kesehatan yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat.

Prinsip–prinsip penyelenggaraan puskesmas. Dalam menyelenggarakan

tugas dan wewenangnya, Puskesmas diwajibkan memiliki prinsip-prinsip :

1. Paradigma sehat, yaitu komitmen untuk bekerjasama yang baik antara

puskesmas dan seluruh lapisan masyarakat serta aparatur setempat dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang sehat.

2. Pertanggung jawaban wilayah, yaitu Puskesmas bertugas untuk

mengembangkan kesehatan di lingkungan kerjanya.

3. Swasembada rakyat, yaitu kemampuan puskesmas untuk menciptakan

masyarakat yang mampu hidup sehat secara mandiri.

4. Pemerataan , yaitu askes jasa pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh

lapisan masyarakat, tanpa memandang jabatan atau status sosial.

Universitas Sumatera Utara


24

5. Teknologi tepat guna, yaitu penggunaan semua teknologi dan ilmu

pengetahuan sesuai keperluan jasa kesehatan, mudah dicapai, diperoleh dan

tidak berdampak negative bagi keberlangsungan hidup manusia.

6. Keterpaduan dan kesinambungan, yaitu kegiatan mewujudkan masyarakat

yang sehat dicapai melalui hubungan yang erat dan saling berkoordinasi

dengan berbagai pihak, baik lintas sektoral, lintas program, lintas unit dan di

kelompok dalam tatanan kehidupan. (Permenkes No.75, 2014).

Puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED ialah puskesmas yang

sanggup mengoperasikan pelayanan obstetrik neonatal emergency dasar langsung

terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang dapat

mencabut jiwa ibu dan neonatal. Puskesmas PONED adalah penyedia jasa

menangani obstetric dan neonatal yang mengalami gangguan yang buka 24 jam

selam 7 hari (Kemenkes, 2013).

Penurunan kematian dan penambahan kualitas hidup ibu dan anak sangat

erat kaitannya dengan penanganan kasus emergensi di puskesmas melalui upaya

pengembangan PONED. Beberapa kegiatan yang mendorong pengembangan

PONED yakni: menambah wawasan dan keahlian dalam menjalankan bantuan

PONED, mempromosikan tenaga kesehatan, pembenahan kesediaan

perlengkapan, obat dan bahan medis, tata laksana rujukan. Koordinasi yang baik

antara Puskesmas PONED dan RS PONEK sangat penting dan di simbolkan

seperti garis lurus. (Kementrian Kesehatan RI, 2013)

Sumber daya kesehatan PONED . Kepala Puskesmas selaku pengemban

tanggung jawab pengembangan kesehatan di lingkungan kerjanya wajib

Universitas Sumatera Utara


25

mengeksplorasi potensi-potensi sumber daya yang ada menurut tugas dan keahlian

mitra kerjanya. Hal ini boleh dilakukan melalui loka kaarya mini puskesmas,

kesesuain antara jumlah tenaga kesehatan dengan beban pelayanan rawat inap

yang diselenggarakan puskesmas, selain itu kepala puskesmas penting untuk

mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan dalam jangka waktu yang ditentukan.

Pelayanan PONED memiliki pikulan dan tanggung jawab yang berat

sehingga perlu di seimbangkan dengan jumlah tenaga kesehatannya. Langkah

menetapkan tenaga kesehatan di Puskesmas mampu PONED ialah:

A. Melengkapi tenaga kesehatan, terdiri dari :

1. Tim Inti pelaksana PONED

Tenaga Tim inti PONED adalah orang-orang terpilih yang menerima

Seritifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan dan selalu siap sedia 24 jam, 7 hari

dalam seminggu. Tim inti PONED minimal terdiri dari :

a. Dokter umum : 1 orang

b. Bidan : 1 orang

c. Perawat : 1 orang

2. Tim Pendukung PONED

Kepala Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten bergandeng

tangan menyeleksi tenaga kesehatan pendukung PONED yang sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan dan berasal dari ruang rawat inap.

Tim pendukung PONED, terdiri atas :

a. Dokter umum : 1 – 2 orang

b. Perawat tamatan D3 : 5 orang

Universitas Sumatera Utara


26

c. Bidan tamatan D3 : 5 orang

d. Analisis Laboratorium : 1 orang

e. Staf Administrasi : 1 orang

3. Tim Promosi Kesehatan

Selain cakap berkomunikasi, informasi, edukasi/ komunikasi interpersonal

dan konsultasi serta pendayagunaan warga dengan Kepala Puskesmas sebagai

fasilitator, keahlian tenaga promosi kesehatan juga harus ditambahkan, berupa :

a. Marketing dan public relationship (PR) sebagai aplikasi dari program Safe

Motherhood a Patnership and Family Appoarch , maka diperlukan pelatihan

dan pembinaan ekstra.

b. Keaktifan aktivis dalam menyuarakan penggunaan jasa kesehatan obstetric

dan neonatal demi mendukung pelayanan yang bberkualitas dan maksimal.

c. Kecakapan membangun kemitraan dengan puskesmas sekitar.

B. Mempersiapkan tenaga penunjang pelayanan

Tenaga penunjang adalah sumber daya pendukung keberlangsungan

pelayanan kebidanan yang lebih baik , berupa :

a. Tukang masak

b. Tukang cuci

c. Satpam atau petugas ronda malam

d. Petugas kebersihan

e. Supir Ambulan 1 orang

Universitas Sumatera Utara


27

Batas kewenangan dalam pelaksanaan puskesmas mampu PONED.

Pembinaan dan pengawasan berkelanjutan kepada Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kab/Kota, serta Dinas Provinsi akan menaikkan mutu pelayanan dan

profesionalisme Puskesmas PONED. Koordinasi yang berkelanjutan dengan

melibatkan lintas sektoral dan lintas program demi totalitas fungsi Puskesmas

PONED. Adapun batas wewenang dalam penanganan kasus kegawatdaruratan

maternal yaitu :

1. Pendarahan pada usia kandungan yang muda

2. Pendarahan post partum

3. Mengalami darah tinggi pada masa kehamilan

4. Partus tak maju

5. Terjadinya sepsis dan ketuban pecah sebelum waktunya

6. Infeksi setelah persalinan

Batas wewenang dalam mengatasi kasus kegawatdaruratan neonatal yaitu :

1. Asfiksia pada neonatal

2. Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir

3. Bayi lahir berat badan rendah (BBLR)

4. Hipotermia pada bayi baru lahir

5. Hipoglikemi dari ibu penderita diabetes mellitus

6. Ikterus

7. Kejang pada neonatus

8. Infeksi neonatus

Universitas Sumatera Utara


28

Secara keseluruhan sistem rujukan maternal dan neonatal merupakan tulang

punggung sistem pelayanan kesehatan maka perlu di benahi standart pelayanan

dan menambah wawasan para pelaksana agar sebanding dengan dengan tugas dan

wewenang Puskesmas mampu PONED.

Keterbatasan teknis dan ketidaklengkapan fasilitas kesehatan dapat di

selesaikan dengan membawa masalah darurat neonatal ke lokasi rujukan. 80 %

kasus dapat ditangani di fasilitas kesehatan kualitas standar tinggi, dan 20 %

fasilitas kesehatan yang bermutu. Kondisi yang harus segera dirujuk ke rumah

sakit, yaitu :

a. Ibu mengandung berpanggul sempit

b. Sudah pernah menjalani bedah sessar

c. Ibu hamil memiliki pendarahan antepartum

d. Mengalami darah tinggi saat mengandung

e. Keluarnya mokoniumkarena pecahnya ketuban

f. Tinggi fundus ibu hamil 40 cm cm atau lebih

g. Primivara fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala 5/5

h. Ibu hamil adalah pasien anemia berat

i. Posisi panggul ibu hamil bermasalah

j. Ibu hamil memiliki riwayat penyakit turunan, seperti DM, kelainan jantung

Perubahan daftar di atas dapat terjadi sesuai dengan perkembangan dunia

pendidikan, kecanggihan teknologi dan aturan/ ketepan yang berjalan (Kemenkes

RI, 2013).

Universitas Sumatera Utara


29

Sistem rujukan puskesmas mampu PONED. Sesuai Pedoman

Penyelenggaraan PONED sistem rujukan adalah tatanan yang mengatur

pemberian peran dan tugas mengenai sakit penyakit seseorang atau masalah

kesehatan lain, ke tempat penyaji jasa kesehatan yang dapat menyelesaikan

masalah tersebut.

I. Penerimaan pasien di Puskesmas PONED

Pasien rujukan yang di terima adalah pasien berstatus sakit penyakit yang dikirim

oleh fasilitas kesehatan bawah ke fasilitas kesehatan diatasnya untuk mendapatkan

pelayanan yang lebih lanjut mengenai sakit penyakitnya. Kasus yang dirujuk ke

puskesmas mampu PONED berasal dari :

A. Rujukan dari Masyarakat :

a. Pasien perorangan/keluarga datang langsung

b. Pendampingan orang sakit oleh relawan Posyandu, dukun beranak.

c. Dikirim oleh intansi rakyat, contoh : Poskesdes, Polindes.

B. Asal rujukan individu dari fasilitas kesehatan strata pertama, antara lain

dari :

a. Fasilitas rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling

b. Klinik bidan swasta dan dokter buka praktek

c. Unit penyedia kesehatan individu lainnya

C. Rujukan dari puskesmas lainnya

II. Pengadaan Rujukan

Universitas Sumatera Utara


30

Pasien yang sakit berat dan/atau mengalami komplikasi yang tidak dapat

diurus oleh unit kesehatan rawat inap sebab tim medis tidak terampil adalah focus

utama yang mendapatkan kepentingan rujukan. Azas dalam merujuk, yaitu :

1. Pengajuan rencana rujukan sesegera mungkin setelah diagnosa valid

2. Kesigapan mempersiapkan rujukan dan tindakan tepat sesuai rancangan

yang di susun.

3. Pergi ke lokasi rujukan yang mudah di temukan dan di jangkau.

III. Regionalisasi Sistem Rujukan

Regionalisasi Sistem Rujukan PONED adalah penetapan suatu kawasan

berdasarkan letak Puskesmas PONED melalui penggabungan beberapa daerah

dalam satu kabupaten kota untuk mempermudah proses rujukan dari sentral

rujukan ke lokasi rujukan komplikasi, yaitu RS PONEK. (Kemenkes RI, 2013).

Landasan Teori

Menurut pendapat Wirick beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Karakterisitik responden seperti faktor umur merupakan dasar pengunaan

kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat

pelayanan kesehatan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan

pelayanan dan faktor jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang

mempengaruhi penerimaan pelayanan, tuntutannya terhadap sistem

pemeliharaan kesehatan termasuk diantaranya masalah sikap petugas

seperti dokter, bidan, perawat.

Universitas Sumatera Utara


31

2. Kesadaran akan kebutuhan tersebut, seseorang harus tau dan memahami

bahwa ia membutuhkan pelayanan medis.

3. Sikap petugas mempengaruhi seseorang yang menderita suatu penyakit

akan mencari pelayanan atau pemeriksaan medis.

4. Tersedia fasilitas dan sarana pelayanan

5. Faktor informasi yang didapat masyarakat tentang pelayanan kesehatan.

Kerangka Berpikir

Pedoman kerangka berpikir yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Sistem rujukan maternal

Puskesmas
1. Alur rujukan maternal PONED
2. SDM
3. Ketersediaan fasilitas dan
sarana

Rumah Sakit
PONEK

Gambar 3. Kerangka berpikir penelitian

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, dengan peneliti sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2016).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan Kecamatan

Medan Kota Kota Medan yang terletak di Jalan Sisingamangaraja No. 65,

Teladan, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan. Waktu penelitian ini dilakukan

pada bulan Januari 2018 sampai dengan selesai.

Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif, pemilihan sampel disebut informan. Pemilihan

tidak berdasarkan berapa banyak jumlah informannya melainkan seberapa besar

informasi yang didapatkan dari informan tersebut. Oleh karena itu, informan

dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling atau

sampel bertujuan, yaitu sampel yang ditarik dengan maksud dan tujuan penelitian.

Metode ini merupakan teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan

tertentu, misalnya orang yang paling mengerti dan yang paling tahu tentang apa

yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2016).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini informan penelitian terdiri dari :

32
Universitas Sumatera Utara
33

1. Kepala Puskesmas : 1 orang

2. Dokter umum puskesmas : 1 orang

3. Bidan Koordinator KIA Puskesmas : 1 orang

4. Bidan KIA Puskesmas : 2 orang

5. Staf Rujukan Puskesmas : 1 orang

6. Pasien rujukan maternal Puskesmas : 4 orang

7. Bidan Pelaksana di RS PONEK : 1 orang

Definisi Konsep

1. Alur rujukan maternal adalah tahapan – tahapan yang harus dilakukan oleh

pasien maternal dan tenaga kesehatan dalam memperoleh dan memberikan

rujukan maternal. Alur ini meliputi ketika pasien maternal datang, menerima

tindakan dokter dan persetujuan dirujuk atau tidak.

2. Sumber Daya Manusia adalah keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh

tenaga kesehatan untuk menangani masalah kesehatan yang ada di fasilitas

pelayanan kesehatan.

3. Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan adalah ada tidaknya atau lengkap

tidaknya fasilitas kesehatan berupa obat dan alat kesehatan yang ada di

puskesmas untuk mendukung pelayanan kesehatan yang baik.

Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth

interview) dengan informan dipandu dengan pedoman wawancara dan direkam

dengan menggunakan alat bantu rekam. Tujuan dari wawancara mendalam adalah

Universitas Sumatera Utara


34

untuk menemukan masalah lebih terbuka dimana pihak yang di ajak wawancara

diminta pendapat dan ide – idenya, sehingga peneliti perlu mendengarkan secara

teliti, mencatat, dan merekam apa yang dikemukan oleh informan (Sugiyono,

2016).

2. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus

dijalankan dengan melakukan usaha – usaha pengamatan secara langsung ke

tempat yang akan diselidiki.

3. Triangulasi

Validitas data merupakan hal penting dalam penelitian kualitatif, oleh

karena itu untuk menjaga validitas data yang diperoleh peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan

teknik yang sama. Triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan cara

membandingkan hasil wawancara dengan menanyakan hal yang sama kepada

beberapa informan yang berbeda (Sugiyono, 2016).

Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga jalur kegiatan:

1. Reduksi data merupakan merangkum, memilih hal – hal pokok,

memfokuskan pada hal – hal penting, serta dicari tema dan polanya.maka dari

itu data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempemudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencari bila diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


35

2. Penyajian data adalah kegiatan menampilkan data dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flow chart dan sejenisnya untuk

memudahkan pemahaman apa yang terjadi melalui data.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori (Sugiyono, 2016).

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Puskesmas Teladan


Sejarah singkat Puskesmas Teladan. Puskesmas Teladan diresmikan

pada 28 Oktober 1968 oleh Gubernur KDH Provinsi Sumatera Utara yang

berlokasi di Jalan Sisimangaraja No. 65, Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota.

Puskesmas Teladan berada di bawah wewenang Dinas Kesehatan Kota Medan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pembangunan pelayanan kesehatan

yang optimal di Kota Medan khususnya di wilayah Kecamatan Medan Kota.

Adapun letak geografis Puskesmas Teladan berbatasan dengan :

a. Sebelah utara : Kecamatan Medan Maimun

b. Sebelah selatan : Kelurahan Teladan Timur

c. Sebelah timur : Kecamatan Medan Perjuangan

d. Sebelah barat : Simpang Limun


Wilayah kerja puskesmas. Luas wilayah kerja Puskesmas Teladan

adalah 2,291 Ha yang terdiri dari 5 kelurahan, yakni :

1. Kelurahan Mesjid

2. Kelurahan Teladan Barat

3. Kelurahan Pasar Baru

4. Kelurahan Pusat Pasar

5. Kelurahan Panda Hulu 1

Adapun jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Teladan sebanyak

22.533 orang, dengan jumlah penduduk laki – laki 10.905 orang, jumlah

36
Universitas Sumatera Utara
37

penduduk perempuan 11.461 orang, dan jumlah Kepala Keluarga (KK) 9.065.

Rincian jumlah penduduk dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Tahun 2017

Kelurahan Jumlah Jenis Kelamin Jumlah KK


Penduduk Laki – laki Perempuan
Mesjid 3.189 1.590 1.599 1.324
Teladan Barat 7.573 3.735 3.838 3.513
Pasar Baru 3.003 1.485 1.518 1.192
Pusat Pasar 3.604 1.778 1.826 1.438
Pandau Hulu I 4.997 2.317 2.680 1.598
Jumlah 22.366 10.905 11.461 9.065

Sumber: Profil Puskesmas Teladan tahun 2017


Dari tabel di atas diketahui bahwa total jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Teladan sebanyak 22.366 yang tersebar di 5 kelurahan. Jumlah KK

paling tinggi terdapat di Kelurahan Teladan Barat sebanyak 3.513 KK, kemudian

Kelurahan Pandau Hulu sebanyak 1.598 KK, Kelurahan Pandau Hulu I sebanyak

1.438 KK, Keluarahan Mesjid 1.324 KK dan Keluharan Pasar Baru sebanyak

1.192 KK. Jadi total jumlah KK adalah 9.065 KK, yang terdiri dari 10.905 orang

laki-laki dan 11.461 orang perempuan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi seluruh

masyarakat Kecamatan Medan Kota, Puskesmas Teladan dilengkapi dengan

sarana prasarana kesehatan , yaitu :

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 2

Distribusi Sarana Prasarana Kesehatan di Puskesmas Teladan Tahun 2017

Sarana dan Prasarana Jumlah


Puskesmas 1
Rumah Sakit 3
Rumah Bersalin 1
Balai Pengobatan 2
Praktek Dokter 5
Praktek Pengobatan Tradisional 3
Posyandu 25
Posbindu 6
Apotek 7
Toko Obat 2
Jumlah 55
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Teladan Tahun 2017

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Teladan berjumlah 52 orang

dengan standart ketersediaannya menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.75

Tahun 2014 tentang Puskesmas dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3

Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Teladan

Jenis Tenaga Jumlah (Orang)


Dokter Umum 6
Dokter Gigi 3
Bidan 6
Perawat 13
Perawat Gigi 2
Tenaga kesehatan masyarakat 5
Apoteker 1
Asisten Apoteker 2
Fisioterapis 2
Sanitarian 1
Analis 4
Gizi 2
Administrasi 5
Jumlah 52
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Teladan Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara


39

Fasilitas fisik dalam mendukung pelayanan di Puskesmas Teladan dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 4

Distribusi Fasilitas Fisik di Puskesmas Teladan

Fasilitas Jumlah (Unit)


Ruang Periksa Pasien 3
Ruang Obat 1
Ruang UGD 1
Ruang KB – KIA 1
Ruang Klinik Gigi 1
Ruang Kartu/ Loket 1
Ruang Tunggu Pasien 3
Ruang Gizi 1
Laboratorium Sederhana 1
Kamar Mandi/WC 4
Ruang Kepala Puskesmas 1
Ruang Tata Usaha dan Konsultasi 1
Ruang Rapat 1
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Teladan tahun 2017

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang terdiri dari 1 orang

kepala puskesmas, 1 orang dokter umum puskesmas, 1 orang bidan koordinator

KIA puskesmas, 2 orang bidan KIA, 1 orang staf rujukan puskesmas, 4 orang

pasien rujukan maternal di puskesmas, dan 1 orang bidan Pelaksana yang bekerja

di RS PONEK. Karakteristik informan dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 5

Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik

Nama Jabatan Pendidika Umur Jenis


n (Tahun) Kelamin
dr. Kus Puji Kepala S1 50 Perempuan
Astuti Puskesmas
dr. Yunita Sary Dokter Umum S2 44 Perempuan
Harahap, M.Kes
Elida Fadli, SST Bidan Koor. KIA D4 31 Perempuan

Asna Harahap, Bidan KIA D3 43 Perempuan


Am.Keb
Ester Bereni Bidan KIA D3 35 Perempuan
Parhusip,
Am.Keb
Abdul Malik, Staf Rujukan S1 27 Laki – laki
SKM
Murni Sitorus Pasien Rujukan I S1 35 Perempuan

Almatul Pasien Rujukan SMA 26 Perempuan


II
Vhika Pasien Rujukan S2 40 Perempuan
III
Anita Pasien Rujukan SMA 31 Perempuan
IV
Tri Elvi Monolita, Bidan Pelaksana D3 27 Perempuan
Amd RS Estomihi

Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal di Puskesmas Teladan


Sistem rujukan maternal adalah sistem rujukan yang dikelola secara

strategis, proaktif, pragmatis, dan koordinatif untuk menjamin pemerataan

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif

bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu dan bayi baru lahir, dimana

pun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat

dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan

Universitas Sumatera Utara


41

mutu dan keterjangkuan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah

mereka berada (Depkes RI, 2006).

Sistem rujukan pelayanan kesehatan maternal mengacu pada prinsip

utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisiensi, efektif dan sesuai dengan

kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus rujukan maternal

yang datang ke Puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan

prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal.

Dalam pelaksanaan sistem rujukan maternal ini ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni alur rujukan maternal, ketersediaan dan kualitas sumber daya

manusia, serta ketersediaan\ fasilitas dan sarana. Hal-hal inilah yang menjadi

acuan wawancara mendalam dalam penelitian ini.

Alur pelaksanaan rujukan maternal. Hasil wawancara mendalam

tentang alur rujukan maternal dalam pelaksanaan sistem rujukan maternal dapat

dilihat dari pernyataan informan berikut ini :

“Kita tidak memiliki SOP khusus untuk rujukan maternal, yaa


disamakan dengan alur rujukan umum saja. Saat pasien datang ke
bagian pendaftaran , kita arahkan ke ruang KIA, lalu diperiksa
oleh bidan yang ada di ruangan, jika memang tidak bisa ditangani
iya kita lakukan rujukan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti rumah
sakit. Tapi kalau untuk alur persalinan iya sama ajah dengan yang
penyakit lainnya. Pasien diperiksa bidan, ada kelainan kita rujuk.”
(Informan I)

Kutipan di atas didukung oleh pernyataan informan lainnya, sebagai


berikut :
“Kita gak ada SOP khusus, iyaa pasien datang ke pendaftaran lalu
kita cek di KIA, kalau ada indikasi atau kelainan iyaa kitaa rujuk…
Bidan yang kasih diagnosa, dokter menandatangi lalu kita arahkan
ke bagian rujukan, nanti disana mereka pilih sendiri mau ke rumah
sakit mana.” (Informan II)

Universitas Sumatera Utara


42

Berdasarkan pernyataan dari informan I dan informan II dapat di ketahui

bahwa alur pelaksanaan sistem rujukan maternal belum memiliki SOP khusus.

SOP alur rujukan maternal masih sama dengan SOP alur rujukan umum yang

berlaku sesuai dengan peraturan rujukan yang telah ditetapkan oleh pihak BPJS.

Artinya, alur pelaksanaan rujukan maternal maupun penyakit lain sama. SOP

pelayanan pasien yang dirujuk belum ada ditempelkan di setiap ruangan,

khususnya ruangan KIA. Menurut Kepala Puskesmas Teladan Kota Medan

walaupun SOP belum ditempelkan di ruangan di puskesmas tetapi SOP rujukan

khususnya untuk rujukan ibu dan anak telah di sosialisasikan kepada tenaga

kesehatan yang ada di puskesmas dan diharapkan petugas kesehatan melayani

pasien sesuai dengan SOP yang berlaku.

“Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke bagian kita dulu iya di


KIA. Pokonya begitu dia mendaftar ke kartu mau dirujuk atau
berobat haruske KIA dulu. Ibu hamil yang mau ANC lumayanlah,
tapi iyaa paling pe-meriksaan pertama sampai ketiga ajah disini,
terus gak muncul lagi o-rangnya. Nanti kira-kira udah bulannya
mau melahirkan muncul lagi orangnya udah bawa surat rujukan
ajah, yang gak pernah ANC di sini, udah datang ajah bawa surat
rujukan. Susah memang pasien – pasien ini. Biasanya saya baca
dulu surat rekomendasinya, lalu saya kasih ke dokter. Indikasinya
macam – macam ada yang ketuban pecah dini pri-migravida, dll.
Sebagian karena ga punya alat USG disini dek, jadi ka-dang susah
mau gak banyak rujuk.” (Informan III)

Kutipan pernyataan di atas didukung oleh pernyataan informan, sebagai


berikut ini :
“Pasien mendaftar, diperiksa di KIA, kalau memang dirujuk. Nanti
datang ke saya ke ruang rujukan lalu saya kasi surat rujukan
sesuai dengan diagnosa dari bidan KIA.Untuk rumah sakit, pasien
memilih sendiri rumah sakit mana yang mau ditujunya, nanti
dilihat di depan ruangan saya, sudah kami tempel rumah sakit
mana saja yang menjadi tujuan rujukan puskesmas.” (Informan
VI).

Universitas Sumatera Utara


43

Berdasarkan pernyataan dari informan III dan IV dapat diketahui bahwa

alur rujukan di Puskesmas dimulai dengan mendaftar ke bagian pendaftaran, lalu

diarahkan ke poli KIA untuk mendapatkan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan

akan diketahui apakah pasien harus di rujuk atau tidak. Kalau untuk USG, ibu

hamil langsung diberikan rujukan karena adanya ketetapan dari BPJS

memberikan rujukan 3 kali selama masa hamil untuk USG. Dari pernyataan di

atas juga diketahui bahwa tidak semua pasien maternal melakukan ANC di

Puskesmas.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa alur rujukan

maternal yakni berawal dari pasien mendaftar dibagian pendaftaran, kemudian

diarahkan ke bagian pemeriksaan fisik untuk diukur tinggi badan, berat badan,

dan tekanan darah, kemudian pasien di arahkan ke ruang KIA untuk pemeriksaan

lebih lanjut oleh bidan.Dari hasil diagnosa tersebut diputuskanlah apakah pasien

akan di rujuk atau ditangani oleh tenaga kesehatan yang ada. Kalau pasien tidak

dapat ditangani dan memang harus di rujuk, maka pasien akan di arahkan ke

bagian Rujukan dan diberikan surat rujukan yang ditujukan ke rumah sakit

rujukan yang dipilih sendiri oleh pasien sesuai dengan list rumah sakit rujukan

puskesmas yang sudah ditempel di ruang rujukan Puskesmas.

Alasan pemberian rujukan. Dalam pemberian rujukan kepada pasien di

dasari oleh alasan-alasan yang memang mengharuskan pasien untuk dirujuk.

Pernyataan informan tentang alasan pemberian rujukan dapat dilihat, sebagai

berikut:

“Biasanya indikasi- indikasinya itu berupa pecah ketuban, partus


tak maju, itukan memang kita harus rujuk, karena memang bisa

Universitas Sumatera Utara


44

bahaya kalau kita biarkan, pendarahan, tali pusat menumbuh,dan


masalah-masalah melahirkan lainnya yang memang kita gak bisa
tangani. Kalau USG kita rujukan langsung, karena dari BPJS
memang udah kasi 3 kesempatan untuk rujukan USG selama masa
kehamilan.” (Informan III).

“yang kami rujuk itu … pendarahan, pre SC, partus macet,


pendarahan, dan yang komplikasi – komplikasilah dek..Kita
lakukan rujukan secepatnya, untuk menghindari hal-hal yang tidak
harapkan”. ( Informan V).

Berdasarkan pernyataan informan III dan V diatas, dapat disimpulkan

bahwa indikasi- indikasi yang menjadi alasan pemberian rujukan kepada pasien

maternal yaitu pecah ketuban, partus macet (partus tak maju), pendarahan, pre

SC, tali pusat menumbuh, dan masalah komplikasi maternal lainnya.

Tindakan dokter saat pasien meminta rujukan atas permintaan sendiri.

Rujukan diberikan kepada pasien dengan adanya alasan – alasan yang

mendukung pemberian rujukan tersebut, seperti kegawatdaruratan, keterbatasan ,

ketidaksanggupan fasilitas kesehatan,dll sesuai dengan persetujuan dari bidan

atau dokter. Pernyataan informan tentang tindakan dokter jika pasien meminta

rujukan sendiri, dapat dilihat sebagai berikut ini :

“Seharusnya kan puskesmas yang menentukan diagnosanya,baru


diputuskan gimana kelanjutannya, tapi iya memangbanyak yang
datang tinggal minta surat rujukan aja,karena ada rekomendasi
dari luar. Iya kenapa bisa begitu iyakarena kurang lengkap, terus
kami juga gak punyadokter spesialis jadi surat rujukan
rekomendasi dari doktertadi kuat pengaruhnya.” (Informan IV).

Kutipan pernyataan diatas di dukung oleh pernyataan informan sebagai


berikut:

“Iya saya kesini mau minta rujukan, udah bawa surat rekomendasi
dari dokter kandungan. Saya kan pakai kartu BPJS makanya
minta rujukannya harus kesini dulu, biar nanti melahirkannya bisa
di rumah sakit. Rencananya mau operasi sekalian tutup. Kalau ke
puskesmas kan repot minta surat rujukannya, pasti agak susah

Universitas Sumatera Utara


45

ngasih karena saya ga ada masalah sama kehamilan saya, nanti


disuruhnya langsung ke rumah sakit, jadi lebih enak kan periksa
dulu ke dokter spesialis, sekalian saya kontrol bulannya sama
dokter itu. Karena udah kenal dan biar nanti operasinya sama
dokter itu juga di rumah sakit, ya dikasilah surat pengantar
rujukan, saya gak ngerti itu diagnosanya dibuatin apa sama
dokter, yang jelas kita minta rujukan dokternya bilang iya…iya
bisa…gampang itu…” (Informan VII).

Pernyataan informan VII di atas, di dukung oleh pernyataan dari informan


di bawah ini :

“kaka kemarin pas hamil adek ini kontrol hamil ke Klinik X dek,
minta rujukan pas mau USG, kaka daftar lalu ke KIA, periksa udah
langsung dikasi surat pengantar suruh ke ruang rujukan kalau
bersalin kaka gak mau di puskesmas dek…takut, kurang lengkap
soalnya. Kaka bawa surat pengantar dari klinik kesini biar dikasi
surat rujukan lahirannya di rumah sakit… (Informan VIII).

“Kaka pindahan dari jawa dek, pindah kesini udah pas hamil 7
bulanan, sempat periksa sih disini 2 kali, pas udah mau dekat
waktu saya datang lagi mau minta rujukan bersalin… Bidannya
bilang saya harus dirujuk dan melahirkan di rumah sakit. Saya
tanya saya bisa normal apa enggak, katanya enggak bisa karena
anak pertama kan operasi jadi yang kedua ini juga harus operasi,
jadi saya dirujuk ke Rumah Sakit X…” (Informan X).

Berdasarkan pernyataan informan VII, VIII, dan X di atas, disimpulkan

bahwa pasien sering sekali langsung membawa surat rekomendasi dari dokter

spesialis atau klinik swasta untuk mendapatkan surat rujukan ke RS, sehingga

bidan kadang tidak lagi melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan langsung

memberikan persetujuan rujukan. Tenaga kesehatan juga tidak bisa berbuat apa-

apa karena adanya keterbatasan dari Puskesmas dan untuk menghindari hal-hal

yang tidak diinginkan terjadi oleh karena itu diberikanlah surat rekomendasi

sebagaimana yang pasien inginkan.

Berdasarkan pernyataan beberapa informan di atas, disimpulkan bahwa

alur rujukan KIA sama dengan alur rujukan umum sebagaimana ketetapan

Universitas Sumatera Utara


46

rujukan yang ditetapkan oleh BPJS.Artinya, rujukan maternal tidak ada SOP

khusus. Namun dalam proses pelaksanaannya masih belum sesuai dengan standar

rujukan yang ada karena masih ditemukan pasien membawa surat rujukan dari

luar, kemudian bidan melaporkan ke dokter puskesmas dan dokter langsung

memberikan surat rujukan, karena pemeriksaan lanjutan sulit dilakukan akibat

ketersediaan alat dan kurangnya kemampuan atau kualitas SDM Puskesmas.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari M. Ichsan

Mustain, dkk tentang Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Jumapandang Baru Kota Makassar

yang menyatakan bahwa standart operasional prosedur (SOP) di Puskesmas

Jumapandang Baru untuk pelayanan obstetrik dan neonatal telah terpasang dan

ditempel di puskesmas, namun dalam pelaksanaanya belum begitu maksimal

dikarenakan tidak semua staf puskesmas mengerti tentang SOP. Stndart ini

seharusnya diperhatikan menginat suatu kegiatan akan berjalan dengan baik

apabila telah mengikuti standart operasional yang ditetapkan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.001 Tahun 2012, sistem

rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan

tugas dan wewenang dalam memberikan pelayanan kesehatan secara timbal balik

baik secara vertikal maupun horizontal. Berdasarkan hasil wawancara dengan

dokter dan bidan KIA, dalam melayani pasien maternal dilakukan prosedur yang

dimulai pendaftaran pasien, pemeriksaan pasien, lalu perencanaan untuk

pengobatan atau merujuk. Pertimbangan dokter dan bidan dalam merujuk adalah

apabila hasil pemeriksaan menunjukkan penyakit tersebut tidak mampu ditangani

Universitas Sumatera Utara


47

di puskesmas maka pasien akan dirujuk. Informan juga menyatakan bahwa dokter

memberikan rujukan apabila pasien membawa surat dari dokter spesialis atau

klinik swasta di luar puskesmas. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan No.28 Tahun 2014 bahwa hanya pasien yang memiliki indikasi medis

yang dapat dirujuk dan kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP harus

diselesaikan secara tuntas di FKTP. Adapun syarat memberikan rujukan sesuai

dengan Kemenkes RI (2012), yaitu :

1. Hasil pemeriksaaan pasien sudah dapat dipastikan tidak dapat ditangani

secara tuntas di fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Hasil pemeriksaan fisik pasien dengan pemeriksaan penunjang medis

menunjukkan bahwa pasien tidak dapat dilayani karena adanya keterbatasan

kompetensi ataupun keterbatasan sarana dan prasarana.

3. Pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang medis lanjutan yang lebih

lengkap.

4. Pasien telah diobati di puskesmas namun ternyata pasien harus mendapatkan

pelayanan dan perawatan di faskes rujukan yang lebih mampu dan lebih

lengkap dapat menyelesaikan masalah kesehatan.

Menurut Kemenkes RI Tahun 2013 dalam pedoman penyelenggaraan

puskesmas PONED kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi

kegawatdaruratan saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani

oleh fasilitas pelayanan rawat inap. Rujukan merupakan komponen penting dan

sering menjadi alternatif dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, terutama

dalam kasus darurat obstetrik dan BBLR dimana para pencari pelayanan

Universitas Sumatera Utara


48

kesehatan harus mencapai tingkat tinggi perawatan yang dibutuhkan baik dalam

kasus kecil dan kasus fatal waktu.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proses alur rujukan masih

kurang optimal yang seharusnya melalui puskesmas terlebih dahulu dan dirujuk

oleh pihak puskesmas. Pasien yang membutuhkan rujukan yang ditujukan kepada

puskesmas terlebih dahulu datang ke dokter spesialis, diperiksa di pelayanan

tersebut, kemudian diberikan surat pengantar rujukan yanhg ditujukan kepada

puskesmas, dan kemudian puskesmas memberikan surat rujukan. Kasus yang

pernah dirujuk langsung oleh pihak puskesmas antara lain pecah ketuban, pre SC,

pendarahan, partus macet, dll.

Koordinasi puskesmas PONED dengan RS PONEK. Sistem rujukan

yang berlaku di Indonesia adalah sistem rujukan berjenjang, artinya rujukan

dilakukan dari fasilitas kesehatan terendah ke fasilitas kesehatan yang lebih

tinggi. Oleh karena itu, diharapkan puskesmas membangun jejaring dengan

puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut.

Puskesmas Teladan adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah

perkotaan dan di kelilingi oleh beberapa rumah sakit. Tujuan rujukan rumah sakit

Puskesmas Teladan sesuai regionalisasinya ada 7 rumah sakit yang tersebar di

wilayah puskesmas tersebut. Salah satu rumah sakit yang menjadi tujuan rujukan

maternal paling sering dari Puskesmas Teladan adalah Rumah Sakit Estomihi.

Rumah Sakit Estomihi adalah rumah sakit umum milik swasta dan merupakan

salah satu rumah sakit tipe C yang terletak di Jln.Sisingamangaraja No.235, Kota

Medan. Jarak tempuh Puskesmas Teladan ke RS Estomihi adalah 750 m ( 10 – 20

Universitas Sumatera Utara


49

menit). Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang di

dukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis

lainnya.

Pernyataan informan XI sebagai salah satu bidan pelaksana di RS

Estomihi mengenai koordinasi Puskesmas mampu PONED dengan Rumah Sakit

Estomihi adalah sebagai berikut :

“Untuk alasan merujuk yaa pasti karena komplikasi dek, atau


kondisi yang memang tidak bisa lagi ditangani di puskesmas atau
klinik swasta lainnya, ada yang pecah ketuban, partus macet,pre
SC, ekslampsia juga…. pasien yang di rujuk kemari dek, apalagi
pasien BPJS dek wihh ramee… Saya rasa belum ada deh rujukan
persalinan yang kita tolak dek, fasilitas kita udah lengkap,kita
punya dokter spesialis dan tenaga bersalin yang bermutu, alat dan
sarana pun udah mendukung ngapain di tolak… klo pasien udah
bawa surat rujukan yaaa kita proses lebih lanjut supaya bisa
segera ditangani oleh dokter, klo gak bawa surat yaaa kitaa
balikkan ke puskesmas dek, kecuali pasiennya sudah emergency
yaa, udah gawat darurat gak mungkinkan dibawa balek ke
puskesmas, iyaaa kitaaa tangani lebih lanjut….” Informan XI).

Menurut staff bagian rujukan RS Estomihi, alasan pasien maternal yang

sering mereka terima adalah pendarahan, partus tak maju, pre SC, ketuban pecah

dini, pre eklampsia/eklampsia. Untuk kasus pasien maternal darurat biasanya

adalah pendarahan, ketuban pecah dini, dan partus tak maju. Setiap rujukan

datang, terutama rujukan emergency, RS Estomihi akan berusaha untuk

menangani persalinan dengan baik. Ketersediaan alat-alat, sarana dan prasarana

yang sudah lengkap mendukung RS Estomihi untuk memberikan pertolongan

persalinan yang memadai. Sangat jarang terjadi penolakan dari RS Estomihi

untuk kasus pertolongan persalinan. Saat pasien datang diarahkan ke bagian

pendaftaran, dan harus menunjukkan surat rujukan dari Puskesmas, KTP, dan

Universitas Sumatera Utara


50

dokumen lainnya agar bisa dilayani oleh rumah sakit. Jika tidak membawa surat

rujukan, akan dikembalikan ke puskesmas. Sebelum pasien maternal emergency

dirujuk ke RS Estomihi, Puskesmas Teladan melakukan komunikasi ke pihak rs,

agar pihak rs bisa melakukan persiapan untuk menyambut dan menangani

petolongan bersalin emergency tersebut. Namun untuk pasien non emergency

tidak pernah ada komunikasi antara puskesmas dan rs.

Rujukan yang efektif memerlukan komunikasi antar fasilitas. Tujuan dari

komunikasi tersebut adalah agar pihak fasilitas terujuk mengetahui keadaan

pasien dan dapat menyiapkan secara dini penanganan yang diperlukan pasien

segara setelah pasien sampai di rumah sakit. Koordinasi ke puskesmas dan rumah

sakit selain melalui telepon, sebaiknya juga dilakukan melalui pertemuan yang

anatar fasilitas kesehatan yang didampingi oleh dinas kesehatan setempat.

Hal ini sejalan dari Rukmini dan Ristrini (2015) tentang Pelaksanaan

Sistem Rujukan Maternal di Puskesmas Tambakrejo dan Tanah Kali Kedinding

Kota Surabaya yang menyatakan bahwa koordinasi antara puskesmas dan rumah

sakit sudah terjalin dan berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa

keterbatasan, seperti belum terlaksananya pemberian surat balasan rujukan

kepada fasilitas atau petugas kesehatan yang merujuk, belum terlaksananya

prosedur standar menerima rujukan balik karena belum adanya rujukan balik dari

RS ke puskesmas asal.

Menurut Meliala (2012), peneliti Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, penting untuk segera menata

sistem rujukan pelayanan kesehatan. Setiap orang sakit seharusnya berobat

Universitas Sumatera Utara


51

terlebih dahulu di fasilitas kesehatan primer, dan hanya yang benar-benar

membutuhkan layanan dokter spesialis atau sub spesialis yang dirujuk ke rumah

sakit. Idealnya dari 1.000 pasien, hanya 21 orang yang di rujuk ke rumah sakit

sekunder dan 1 orang ke rumah sakit tersier.

Berdasarkan hasil sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan

secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu :

a. dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan

tingkat pertama

b. jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk

ke fasilitas kesehatan tingkat kedua

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan

atas rujukan dari fasker primer

d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan

atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat di rujuk langsung ke

faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana

terapinya merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes primer.

Sementara itu dalam pelaksaannya pelayanan rujukan maternal menurut beberapa

informan masih ada pasien yang membawa surat dari luar dan meminta dirujuk

oleh dokter dan dokter memberi izin berdasarkan hasil diagnosa di surat. Hal ini

tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

Sumber daya manusia. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36

Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

Universitas Sumatera Utara


52

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Fasilitas kesehatan

tingkat pertama harus memiliki tenaga kesehatan yang mencukupi baik secara

kuantitas maupun kualitas sehingga bisa mengoptimalkan fungsinya,

memaksimalkan pelayanannya dan melakukan penapisan pelayanan yang perlu di

rujuk sehingga mengurangi beban kerja rumah sakit.

Ketersediaan sumber daya manusia. Hasil wawancara terhadap informan

yang telah diwawancarai menunjukkan jumlah tenaga kesehatan sudah

mencukupi standart, hal in dapat dilihat dari pernyataan informan berikut ini :

“ Tenaga kesehatan saya sudah cukup memadai. Dokter umum


disini sama saya ada 6. Ramelah, sudah memadai. Kalau untuk
bagian KIA sendiri ada 1 bidan sebagai penanggungjawabnya
dibantu oleh 5 bidan lainnya di ruangan itu. Untuk petugas
rujukan sudah di pegang sama 3 orang, gak pernah kewalahanlah
dalam bertugas kalau soal jumlah pegawai. Kita sudah memiliki
tugas masing – masing dan tetap bekerjasama dalam memberikan
pelayanan yang terbaik. (Informan I)

Berdasarkan pernyataan dari Informan I dapat diketahui bahwa jumlah

tenaga kesehatan di Puskesmas sudah cukup memadai dalam memberikan

pelayanan kesehatan.Pernyataan tersebut di atas di dukung oleh pernyataan

informan dibawah ini :

“Saya rasa kami di ruang KIA sudah cukup. Puskesmas ini kan 24
jam jadi kami shift-shift an, yaa kan harus bagi – bagi tugas kan,
lagian pasien banyaknya kan seringan pagi. (Informan III).

“Sudah cukup, belum pernahlah ada pasien yang marah – marah


karena kekurangan tenaga kesehatan disini… (Informan V).

“Berapa jumlah pastinya saya gak tau dek…tapi kalau kita datang
rame di ruangan KIA, udah cukuplah saya rasa, hanya saja kalau

Universitas Sumatera Utara


53

kita datang pas siang, ruangan itu kosong, kita harus cari- cari
bidannya, ruangannya juga kadang udah gelap, dimatiin
lampunya…. (Informan VII).

Berdasarkan penyataan dari informan I dan di dukung oleh pernyataan

dari informan III, V, VII dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan

khususnya di ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebanyak 6 orang, dengan 1

orang sebagai Bidan Koordinator dan 5 lainya sebagai anggota Bidan KIA

Puskesmas. Puskesmas mengadakan sistem shift untuk menjaga pelayanan

kesehatan terpenuhi selama 24 jam. Di ruang KIA, 1 shift kerja bisa 2 -3 orang

bidan yang jaga.

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas maka diperoleh bahwa

ketersediaan sumber daya manusia sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di

puskesmas. Tenaga kesehatan selalu bekerjasama untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang merata dan cukup bagi masyarakat yang datang ke puskesmas.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pembe Andrea di

Kabupaten Rufiji, Tanzania mengatakan bahwa dalam sistem rujukan perlu

dukungan peningkatan antenatal, sumber daya manusia dan transportasi, serta

jasa postnatal di puskesmas. Dari 1538 wanita disebut 70 % dirujuk untuk resiko

demografis, 12 % untuk riwayat kebidanan, 12 % komplikasi kehamilan, dan 5,5

% untuk komplikasi postnatal. Dalam hasil juga dinyatakan bahwa rujukan ibu

menjadi kurang efektif akibat ketidakpatuhan rujukan.

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

Universitas Sumatera Utara


54

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan. Hal ini juga dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, maka jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Teladan sudah memenuhi standar ketenagaan. Jumlah tenaga

kesehatan di Puskesmas Teladan sebanyak 52 orang. Khususnya untuk tenaga

kesehatan yang berperan dalam proses pelayanan kesehatan dan pemberian

rujukan yaitu dokter berjumlah 6 orang, dokter gigi berjumlah 3 orang, perawat

berjumlah 13 orang, bidan berjumlah 6 orang, tenaga laboratorium berjumlah 4

orang dan tenaga farmasi 4 orang.

Kualitas sumber daya manusia. Hasil wawancara terhadap informan

yang telah dilakukan mengatakan bahwa kualitas SDM sudah ada namun masih

perlu diperbaiki untuk meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :

“Kalau untuk tenaga kesehatan saya rasa kami udah cukup yaa
dek, kami disini enam semuanya bidan, hanya sajah untuk yang
menangani persalinan perlulah ditambah orangnya, karena gak
semua bidan ini bisa menangani persalinan apalagi pas
emergency…” (Informan IV).

Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa tenaga

kesehatan di Puskesmas Teladan khususnya bagian KIA secara kuantitas sudah

memadai, namun secara keterampilan belum. Hal ini dinyatakan karena di

temukan bidan kurang terampil dalam menangani persalinan emergency

(darurat). Menurut informan IV, bidan ini tidak bisa menangani persalinan

emergency karena ketika si bidan dihadapkan dengan situasi kritis, dia mudah

mengalami kepanikan dan kecemasan yang berlebihan sehingga mengganggu

Universitas Sumatera Utara


55

fokus si bidan dalam memberikan pertolongan kepada pasien, padahal pasien

membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat untuk menghindari kondisi yang

tidak diinginkan.

Kecemasan adalah keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak

menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang di sertai

berbagai keluhan fisik. Hal ini bisa mengganggu focus seorang tenaga kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya saat menangani persalinan

gawat darurat. Menurut penelitian Esti Eva N. dan Annastasia Ediati (2017)

tentang Pengalaman Bidan Membantu Persalinan Yang Kritis disampaikan bahwa

dalam mengahadapi situasi kritis, kasus yang dialami bidan berbeda-beda dan

membuat bidan memberikan respon tersendiri, mulai dari kecemasan, stress

hingga trauma. Bidan harus mempunyai cara tersendiri dalam merawat pasien

dan harus mampu mengambil keputusan dengan beragam upaya yang akan

memberikan pelajaran, pengalaman dan memiliki harapan terhadap profesinya.

“Pelayanannya lumayan sih dek, kita dikasitau info – info


kesehatan tentang ibu dan anak, cumaaa…. Gimana bilangnya dek
mereka cuek, gak ramah, padahal kita mau berobat, tapi kok kayak
digantung – gantung gitu. Kalau info kesehatan kurang jelas, kita
tanyaa nadanya udah beda dan agak sedikit ketus. (Informan VIII)

Kutipan hasil wawancara di atas menyatakan bahwa tenaga kesehatan

memiliki sikap atau tindakan yang masih perlu diperbaiki. Pernyataan di atas di

dukung oleh pernyataan informan lainnya, sebagai berikut ini :

“Kurang ramah yaa dek bagi saya, maunya bidan – bidan dikasi
pelatihan – pelatihan senyum, salam, sapa gitu…kan namanya
melayani dek, lembutlah, ramah gitu… (Informan IX).

“Masih perlu diperbaiki pelayananya, mereka kadang tidak


berempati dengan kondisi pasien, kan kasihaan…. (Informan X).

Universitas Sumatera Utara


56

Berdasarkan pernyataan dari informan VIII, IX dan X dapat diketahui

bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas sudah jauh lebih baik daripada tahun –

tahun sebelumnya. Namun, pada pelaksanaan pelayanan kesehatan masih

ditemukan adanya sifat/sikap dari tenaga kesehatan yang membuat pasien kurang

nyaman, seperti kurang ramah, cuek, ketus.

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, keterampilan sumber

daya di Puskesmas Teladan masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam

menangani persalinan darurat. Hasil wawancara informan mengatakan bahwa

petugas terkesan kurang ramah dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Informan kami sudah pernah mendapatkan pelatihan untuk tenaga kesehatan,

namun pelatihan yang dilakukan belum memberikan dampak yang baik.

Sesuai dengan Peraturan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2012 tentang

Sistem Kesehatan Nasional pada Bab V tentang Cara Penyelenggaraan bagian D

yaitu Subsistem Sumber Daya Manusia pada pasal 274 bahwa sumber daya

pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan adalah

sumber daya pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia

kesehatan, yang meliputi berbagai standar kompetensi, modul dan kurikulum

serta metode pendidikan dan latihan, sumber daya manusia pendidikan dan

pelatihan, serta institusi/fasilitas pendidikan dan pelatihan yang menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan. Dalam sumber daya ini juga

termasuk sumber daya manusia, dana, cara, atau metode, serta peralatan dan

perlengkapan untuk melakukan perencanaan, pendayagunaan, serta pembinaan

dan pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


57

Berdasarkan hasil penelitian, keterampilan sumber daya manusia

Puskesmas Teladan masih kurang sehingga terjadi peningkatan rujukan maternal.

Ini menunjukkan bahwa keterampilan sumber daya masih perlu ditingkatkan,

tenaga kesehatan yang kurah ramah dan cuek, serta hasil wawancara dari

informan yang menyatakan bahwa ada tenaga kesehatan di KIA yang tidak

mampu menanggani persalinan darurat.

Menurut Jahn Albrecht dalam penelitiannya mengenai konsep dan strategi

rujukan kehamilan dan persalinan di Tanzania mengatakan rujukan dapat

dilakukan dengan banyak cara berdasarkan alur, waktu dan kegawatdaruratan.

Dengan demikian dapat dikategorikan arahan pada kehamilan dan melahirkan.

Rujukan ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pertama: rujukan pribadi, tergantung

pada keterlibatan fasilitas pertama yang di peroleh ibu, kedua: rujukan antenatal,

mengenai transportasi dan proses kelahiran, ketiga: darurat rujukan. 75%

diantaranya merupakan modus rujukan yang paling umum adalah rujukan pribadi

dengan tanpa alasan medis tertentu. Dari hasil tersebut Jahn menyatakan bahwa

rujukan akan sering bergantung pada keseimbangan antara usaha dan sumber

daya yang diperlukan untuk transportasi dan pengobatan selanjutnya yang

manfaatnya dapat dirasakan di rumah sakit, sehingga puskesmas jarang di

manfaatkan.

Keterampilan sumber daya manusia dapat mempengaruhi alur rujukan

yang dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah rujukan KIA. Semakin kurang

kualitas SDM nya maka akan semakin berkurang minat pasien untuk menerima

pelayanan di tingkat primer, sehingga memungkinkan untuk mereka langsung

Universitas Sumatera Utara


58

mencari pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas

seperti pelayanan kesehatan tingkat 2 atau dokter spesialis, atau bahkan ke rumah

sakit dengan alternatif meminta surat rujukan terlebih dahulu dari puskesmas.

Dalam hal ini perlu adanya peningkatan SDM baik itu dari segi

pengetahuan dan keterampilan agar mekanisme yang dilakukan sesuai dengan

standar pelayanan tingkat pertama, dan juga sosialisasi kepada masyarakat

tentang pemahaman dan prosedur pelayanan puskesmas pada program BPJS agar

kebiasaan masyarakat sebelumnya dapat teratasi.

Ketersediaan fasilitas dan sarana. Hasil wawancara dengan informan

ditemukan bahwa ketersediaan fasilitas dan sarana khususnya dalam bidang KIA

masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :

“ Masih kurang sih kalau menurut saya… USG ajah kami gak ada,
makanya kami rujuk. Oksigen ada, tapi isinya kosong. Kayak
vakum kami jugak gak ada itu, pensteril alat kami masih pakai
yang sistem rebus, apalagi yaahhh….(Informan IV).

“Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti yaa.. tapi yang
saya tau kalau mau USG ga bisa, gadak alatnya disitu.” (Informan
X).

Berdasarkan penyataan dari informan IV dan X dapat diketahui bahwa

masih ditemukan ketidaklengkapan fasilitas dan sarana kesehatan yang sangat

mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien maternal,

seperti tidak adanya alat USG, oksigen yang kosong, vakum dan penstreril yang

masih manual. Baik pasien maupun tenaga kesehatan mengaharapkan adanya

pembenahan terhadap ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan tersebut guna

meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi. Hal ini dapat kita lihat

melalui kutipan pernyataan informan di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


59

“Aduh… kalau masalah itu saya gak berani ngomonglah dek, nanti
sayaa kenak pulak, yang pasti kita masih perlu membenahilah”
(Informan V).

“Kalau ibu hamil kan gak ada obat, jadi saya kurang tau… untuk
peralatan masih kurang,perlulah dibenahi…” (Informan VI, VII,
IX).

“Kalau dibandingkan sama yang dulu sudah jauhlah dek…


bagusan yang sekarang, iya tapi itu masi harus dilengkapi dan
ditingkatkan lagi…” (Informan VIII).

Dari hasil wawancara informan dapat diketahui bahwa ketersediaan

fasilitas dan sarana sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan,

namun Puskesmas Teladan masih perlu membenahi ketersediaan obat dan alat

kesehatannya, seperti alat USG, penyediaan oksigen, alat steril yang manual.

Sarana adalah seluruh bahan serta fasilitas adalah alat kesehatan yang merupakan

pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat.

Demikian pula hasil penelitian ini dari Judy Ruth L.Tobing (2014) tentang

Analisis Manajemen Rujukan Pasien Komplikasi Persalinan Di Wilayah Kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 menyatakan bahwa

seluruh puskesmas yang diteliti di wilayah kerja Dinas Kesehatan Deli Serdang

mengeluhkan kelengkapan dan kondisi alat yang tersedia, seperti bed ginekologi,

partus kit, autoclave/sterilisator, bidan kit, spotlight yang rusak, amubec neonatal

dan maternal tidak lengkap, trolly maternal dan neonatal yang belum tersedia,

dan oksigen yang masih kurang. Sementara sarana fisik puskesmas masih ada

yang belum memenuhi standar untuk ruangan kamar bersalin (VK), bidan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) ruangannya masih bergabung (Puskesmas

Universitas Sumatera Utara


60

Hamparan Perak), tidak ada asbes atau flapon untuk menutupi langit-langit atap

bangunan dan laboratorium sebagai sarana pendukung yang tidak memadai

(Puskesmas Sibolangit dan Pantai Labu).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Zulhadi, dkk (2013) dalam

penelitiannya di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri juga menemukan masih ada

keterbatasan sumberdaya di pelayanan dasar seperti sarana dan peralatan, dan

belum dipersiapakannya RSUD sebagai rumah sakit mampu PONEK walaupun

aktivitas pelayanannya 24 jam sudah berjalan. Kurangnya kerjsama tim antar

level rujukan yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten, RSUD dan

Puskesmas, belum lengkapnya SOP, lemahnya sistem informasi dan alur rujukan

yang by pass masih ditemukan. Diperlukan beberapa kebijakan meliputi

percepatan RSUD sebagai rumah sakit mampu PONEK, penguatan kerjasama tim

antar level rujukan, dan pembuatan SOP kasus – kasus maternal disertai

mekanisme rujukannya yang merupakan langkah awal dalam mengatasi problem

dan tantangan ini.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa fasilitas yang seharusnya

ada dan sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan namun tidak ada

seperti : alat USG, tabung oksigen yang kosong, alat steril manual yang

sebenarnya menunjang pemeriksaan pada penegakan diagnosa dan pemberian

tindakan. Sehubungan dengan pernyatan informan, maka dapat dilihat mereka

juga mengakui bahwa jumlah sarana dan prasarana memang belum memadai atau

belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga pasien lebih banyak yang

Universitas Sumatera Utara


61

dirujuk daripada ditangani. Puskesmas perlu memperhatikan dan melengkapi

sesuai dengan standar puskesmas yang telah ditetapkan.

Ketersediaan fasilitas dan sarana di puskesmas mampu PONED, berupa

perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam upaya penyelenggaraan upaya

kesehatan meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya.

Dalam pelayanan puskesmas mampu PONED, sarana dan fasilitas harus tersedia

dengan lengkap. Sarana dan fasilitas berasal dari provinsi, sedangkan untuk

operasional PONED berasal dari operasional puskesmas. Jaminan keteersediaan

sarana, peralatan, dan pasokan yang memadai adalah syarat untuk melaksanakan

pelayanan kesehatan agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila

persyaratan ini tidak terpenuhi maka hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan

kinerja-kualitas pelayanan. Petugas kompeten tidak dapat menunjukkan kinerja

yang memadai apabila fasilitas dan sarana untuk menyelenggarakan pelayanan

yang berkualitas tidak terpenuhi oleh pemilik pengelola fasilitas kesehatan

tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Ketersediaan fasilitas dan sarana yang memadai dapat meningkatkan

kinerja Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan kepada pasien dan merupakan

suatu keharusan untuk proses rujukan yang dilakukan akibat keterbatasan sarana

tersebut. Jika fasilitas dan sarana penunjang kesehatan kurang lengkap maka

proses mendiagnosa pasien akan terganggu dan hal ini menyebabkan petugas

kesehatan harus merujuk pasien ke rumah sakit sehingga akan berdampak pada

meningkatnya penggunaan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


62

Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan

faktor yang sangat penting dalam membentuk suatu pelayanan yang bermutu.

Fasilitas dan sarana yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar

diperlukan sebagai salah satu cara mengurangi rujukan. Apabila fasilitas dan

sarana kesehatan di puskesmas tidak mendukung pelayanan maka dapat

mempengaruhi alur rujukan pasien yang secara selanjutnya juga akan menambah

jumlah rujukan pasien.

Determinan tingginya rujukan maternal di Puskesmas Teladan

Pelaksanaan pelayanan rujukan maternal di puskesmas masih belum

sesuai dengan SOP yang ada di puskesmas. Pada saat penelitian ini tidak

ditemukan SOP yang tertempel di puskesmas tetapi telah disosialisasikan kepada

tenaga kesehatan yang di puskesmas tersebut. Determinan tingginya rujukan di

Puskesmas Teladan Kota Medan adalah :

1. Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas masih kurang

terutama bagi masyarakat yang mempunyai ekonomi dan pendidikan yang

tinggi. Masih ditemukan masyarakat yang meminta surat rujukan dengan

membawa surat rekomendasi dari luar puskesmas sehingga pasien

mendapatkan surat rujukan tanpa dilakukan pemeriksaan lagi di

puskesmas.

2. Dalam alur rujukan dikatakan bahwa yang bisa menerima surat rujukan

dari Puskesmas Teladan adalah masyarakat yang terdaftar di wilayah kerja

Puskesmas Teladan. Masyarakat hanya bisa mendapatkan surat rujukan

dari puskesmas wilayah tempat dia terdaftar.

Universitas Sumatera Utara


63

3. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, puskesmas harus

membangun jejaring dengan bekerjasama dengan bidan-bidan praktek atau

dokter spesialis maupun swasta yang ada di wilayah kerja puskesmas, tapi

belum ada bidan atau dokter spesialis yang bekerjasama dengan

puskesmas.

Menurut penelitian Masyukur Alawi, dkk tentang Analisis Faktor- faktor

yang Berhubungan dengan Tingginya Rujukan Kasus Non Spesialistik Pasien

Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas di Kabupaten Sukabumi Tahun

2015 diketahui bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan tingginya rujukan

kasus non spesialistik pasien jaminan kesehatan nasional di sukabumi adalah

kategori puskesmas berdasarkan wilayah, kecukupan obat dan kecukupan alat

kesehatan di puskesmas serta jarak puskesmas ke fasilitas rujukan. Oleh karena

itu, sangat diharapkan monitoring dari dan evaluasi puskesmas dari BPJS dan

adanya koordinasi dengan dinas kesehatan dalam pemenuhan sarana dan

prasarana termasuk obat-obatan.

Keterbatasan Penelitian

Penggumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan

informan yang terlibat dalam pelaksanaan rujukan maternal yaitu kepala

puskesmas, dokter, bidan koordinator KIA, bidan KIA dan pasien maternal yang

ada di Puskesmas Teladan Kota Medan. Untuk kelengkapan data, selain

menggunakan wawancara mendalam digunakan juga observasi dan telaah data

sekunder, seperti proses pemberian rujukan dan data-data angka rujukan di

Universitas Sumatera Utara


64

Puskesmas. Namun peneliti menyadari akan keterbatasan dalam melakukan

penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Waktu yang cukup singkat melakukan pengumpulan data-data

pendukung.

2. Penelitian dengan wawancara mendalam sangat bergantung kepada

keterbukaan dan kejujuran subyek penelitian, terkadang jawaban yang

diberikan tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya.

3. Penelitian ini sangat tergantung interpretasi peneliti dalam

menterjemahkan makna saat melakukan wawancara, sehingga

kemungkinan salah persepsi yang dapat terjadi.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat di simulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pelayanan persalinan di Puskesmas Teladan Kota Medan tidak

sesuai dengan fungsinya sebagai salah satu puskesmas mampu PONED. Hal

ini dikarenakan masih ditemukan tenaga kesehatan yang tidak terampil

menangani persalinan darurat karena kepanikan dan kecemasan, ketersediaan

fasilitas dan sarana juga belum lengkap, belum adanya SOP khusus untuk

pasien rujukan maternal sehingga SOP rujukan pasien maternal masih sama

dengan SOP rujukan penyakit lainnya.

2. Alur rujukan maternal Puskesmas Teladan belum sesuai dengan aturan yang

telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan rujukan

masih ditemukan pasien yang membawa surat rekomendasi dari bidan

swasta/dokter spesialis untuk mempermudah memperoleh surat rujukan dan

tenaga kesehatan memberikan surat rujukan tanpa melakukan pemeriksaan

lebih lanjut.

3. Determinan tingginya rujukan maternal di Puskesmas Teladan adalah

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas masih kurang,

terutama bagi masyarakat yang mempunyai pendidikan yang tinggi sehingga

masyarakat membawa surat rekomendasi dari luar puskesmas agar bisa

mendapatkan pelayanan ditempat yang mereka percaya.

65
Universitas Sumatera Utara
66

Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan

a. Membuat SOP khusus rujukan ibu bersalin agar lebih baik berdasarkan

risiko yang dialami seorang ibu, saat pemeriksaan kehamilan dan

persalinan untuk mendukung sistem rujukan maternal di semua

puskesmas.

b. Perlu penguatan pelayanan dasar di semua puskesmas dengan sumber daya

manusia yang terlatih dengan melakukan pelatihan dan pembinaan untuk

keberhasilan pelayanan PONED, yang sebaiknya di evaluasi sekali tiga

bulan agar meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam

melaksanakan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan rujukan tingkat

dasar.

c. Melakukan evaluasi terhadap kelengkapan dan keberfungsian fasilitas dan

sarana puskesmas mampu PONED, minimal setiap 6 bulan sekali,

sehingga pemeliharaan, perbaikan, penggantian sarana yang rusak atau

alat/obat habis pakai yang kurang dapat tertangani.

d. Mengaktifkan kembali sistem komunikasi rujukan di semua puskesmas

sehingga si pasien dapat segera mendapatkan pertolongan di rumah sakit

oleh petugas dan dokter spesialis yang ada, untuk menghindari

keterlambatan penanganan rujukan.

2. Kepada Kepala Puskesmas

a. Dalam mendukung fungsi Puskesmas sebagai PONED, sebaiknya

puskesmas memiliki SOP khusus rujukan maternal, memiliki bidan yang

Universitas Sumatera Utara


67

terampil dalam menangani persalinan normal dan darurat, serta fasilitas

dan sarana yang lengkap. Sehingga puskesmas perlu mengusulkan ke

Dinas Kesehatan dalam penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan tersebut.

b. Untuk memperbaiki proses rujukan, maka puskesmas perlu membuat

kebijakan proses rujukan maternal, mulai dari masyarakat sampai tingkat

rujukan berjenjang.

c. Secara berkala, tenaga kesehatan khususnya bidan ditugaskan di

puskesmas pembantu, agar memberikan kesempatan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya khususnya dalam menangani persalinan.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.


Diakses 4 Juli, 2018, dari http://microdata.bps.go.id/mikrodata/ index.
php/catalog/SDKI

Badan Pusat Statistik. (2014). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.


Diakses 4 Juli, 2018, dari http://microdata.bps.go.id/mikrodata/ index.
php/catalog/SDKI

BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS


Kesehatan. Diakses dari https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/
7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Diakses dari
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/976-602-235-265-5-bu
ku-saku-pelayanan-kesehatan-ibu.pdf?ua=1

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Pelayanan Mater


nal Perinatal pada Rumah Sakit Umum Kelas B, kelas C dan Kelas D.
Diakses dari http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk60420
08.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman penyelenggaraan


pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED. Diakses dari
https://www.academia.edu/10947236/PEDOMAN_PENYELENGGARAA
N_PUSKESMAS_MAMPU_PONED

Lumban T., J . (2014). Analisis manajemen rujukan pasien komplikasi persalinan


di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara). Diakses 20 November, 2018, dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/61660

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Data Dasar Puskesmas


Provinsi Sumatera Utara Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan

68
Universitas Sumatera Utara
69

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2012 Bab V Cara Penyeleng


garaan Bagian D tentang Subsistem Sumber Daya Manusia Pasal 274

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
Mustain, M.I. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Emergensi
Dasar (PONED) di Puskesmas Jumapandang Baru Kota Makassar.
(Skripsi, Universitas Hasanuddin). Diakses 10 Desember, 2018, dari
https://core.ac.uk/download/pdf/25495843.pdf

Rukmini & Ristrini.(2015). Pelaksanaan sistem rujukan maternal di Puskesmas


Tambakrejo dan Tanah Kali Kedingding Kota Surabaya. Diakses 2 Juli,
2018, from https://media.neliti.com/media/publications/20963-ID-
implementation-of-maternal-reference-system-at-tambakrejo-and-tanah-
kali-kedindi.pdf

Sugiyono. (2016). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta.

World Health Organization. (2014). Trens in maternal mortality. Diakses 5 Juli,


2018, dari https://afro.who.int/sites/default/files/2017-05/trends-in-
maternal-mortality-1990-to-2015.pdf

Zulhadi, & Siti Noor .(2013). Problem dan tantangan puskesmas dan rumah sakit
umum daerah dalam mendukung sistem rujukan maternal di Kabupaten
Karimun Provinsi Kepri. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2 (4),
189-201. Diakses 7 Juli, 2018, dari https://journal.ugm.ac.id/jkki/artic
le/view/3203

Universitas Sumatera Utara


70

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal

Di Puskesmas Teladan Kota Medan

Tahun 2018

Panduan wawancara untuk Kepala Puskesmas Teladan

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana menurut Ibu/Bapak mekanisme rujukan maternal di Puskesmas

Teladan? Apakah sudah memiliki SOP yang sesuai dengan peraturan

perundang – undangan ?

2. Bagaimana menurut Ibu/Bapak prosedur pelayanan ibu yang dirujuk dengan

komplikasi ?

3. Bagaimana menurut Ibu/bapak jumlah tenaga kesehatan yang menangani

persalinan di Puskesmas Teladan sebagai puskesmas PONED? Apakah

sudah memadai ?

4. Bagaimana menurut Ibu/Bapak kemampuan petugas PONED dalam

menangani kegawat daruratan maternal?

Universitas Sumatera Utara


71

5. Apak tim PONED yang meliputi (dokter, bidan dan perawat) siaga dalam

menangani kegawat daruratan maternal ? Apakah di Puskesmas Teladan ada

dokter berjaga 24 jam?

6. Bagaimana menurut Ibu/Bapak ketersediaan fasilitas dan ambulans dalam

mendukung pelayanan rujukan maternal di Puskesmas Teladan ?

7. Bagaimana ketersediaan sarana yang mendukung pelayanan rujukan

maternal di Puskesmas Teladan ?

8. Apakah ada tindakan awal yang dilakukan petugas sebelum merujuk pasien

maternal ke rumah sakit ?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan di Puskesmas

sehingga pasien tersebut di rujuk ?

10. Ke Rumah Sakit mana saja biasanya dilakukan rujukan tersebut?

11. Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan dengan pihak keluarga dan

rumah sakit sebelum melakukan rujukan ?

12. Apakah perawat atau tenaga kesehatan sering mengikuti pelatihan –

pelatihan KIA khususnya tentang persalinan dan pelatihan PONED?

13. Bagaimana dengan evaluasi pelaksanaan rujukan maternal ? Kapan

dilaksanakan dan apa saja yang dievaluasi ?

Universitas Sumatera Utara


72

Panduan wawancara untuk Dokter Puskesmas Teladan

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Apakah dokter ikut berperan dalam pemberian surat rujukan pasien

maternal?

2. Bagaimana menurut anda kesiapan petugas KIA dalam menerima pasien

maternal?

3. Bagaimana ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan dalam mendukung

pelayanan maternal di puskesmas ini ?

4. Bagaimana menurut anda perkembangan jumlah rujukan maternal setiap

tahunnya ?

5. Adakah tantangan puskesmas dalam mengurangi jumlah rujukan maternal?

6. Apakah puskesmas sudah menjalankan sistem rujukan KIA sesuai dengan

anjuran BPJS kesehatan dalam hal 155 diagnosis penyakit?

7. Apa saja indikassi pasien maternal yang menyebabkan pasien tersebut harus

dirujuk?

8. Bagaimana proses atau alur rujukan pasien mulai datang hingga pasien siap

dirujuk/mendapatkan surat rujukan?

Universitas Sumatera Utara


73

Panduan Wawancara untuk Bidan Koordinator KIA Puskesmas

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Apakah anda berperan dalam memberikan rujukan kepada pasien maternal?

2. Bagaimana pembinaan bidan di Puskesmas dalam hal mekanisne rujukan

maternal di Puskesmas ?

3. Bagaimana mekanisme rujukan maternal di Puskesmas ? Apakah sudah

memiliki SOP ?

4. Apakah pernah ada kasus gawat darurat maternal yang harus segera dirujuk

oleh puskesmas?

5. Apakah anda sudah pernah mengikuti pelatihan khusus penanganan

persalianan (APN) atau pelatihan PONED yang lainnya?

6. Bagaimana ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan dalam mendukung

pelayanan maternal di puskesmas ini ?

7. Bagaimana perbandingan jumlah pasien maternal yang dirujuk dengan yang

mampu ditangani?

8. Bagaimana menurut anda kesiapan puskesmas khususnya petugas KIA

dalam menghadapi peraturan baru dalam era JKN mengani 155 diagnosis

yang harus mampu ditangani?

Universitas Sumatera Utara


74

9. Bagaimana menurut anda pemanfaatan KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Teladan?

10. Pasien maternal dengan indikasi apa saja yang pernah dirujuk oleh

puskesmas?

11. Mengapa pasien tersebut harus dirujuk?

12. Bagaimana proses diagnosis hingga pasien memperoleh rujukan tersebut?

13. Apakah setiap pasien khususnya ibu hamil yang dirujuk selalu melalui

petugas KIA terlebih dahulu?

Universitas Sumatera Utara


75

Panduan Wawancara untuk Bidan KIA Puskesmas Teladan

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana mekanisme rujukan maternal di puskesmas ini ? Apakah sudah

memiliki SOP?

2. Apakah masyarakat sering melakukan rujukan maternal ke Puskesmas

Teladan ?

3. Bagaimana jumlah tenaga kesehatan untuk bersalin ? Apakah sudah

memadai ? Dan apakah tenaga kesehatan bersiaga 24 jam di Puskesmas?

4. Bagaimana pelatihan persalinan atau PONED yang pernah ibu ikuti ?

Apakah dapat diterapkan dengan baik di Puskesmas ini ?

5. Bagaimana kemampuan petugas dalam menangani rujukan maternal ?

Apakah sudah sesuai prosedur tetap ?

6. Bagaimana ketersediaan fasilitas , sarana dan ambulans dalam mendukung

pelayanan rujukan maternal ?

7. Apakah ada tindakan awal yang dilakukan petugas sebelum merujuk pasien

ke rumah sakit ? Ke rumah sakit mana sajakah biasanya dilakukan rujukan

maternal ?

Universitas Sumatera Utara


76

Panduan Wawancara untuk Staf Rujukan Puskesmas Teladan

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana proses pasien datang hingga anda memberikan surat rujukan?

2. Bagaimana aturan BPJS kesehatan terhadap sistem rujukan di puskesmas?

3. Bagaimana menurut anda pelaksanaan sistem rujukan di puskesmas

Teladan?

4. Bagaimana ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan dalam mendukung

pelayanan maternal di puskesmas ini ?

5. Apakah ada tantangan puskesmas dalam menjalankan rujukan kesehatan?

6. Adakah kebijakan tertentu yang dilakukan puskesmas dalam mengurangi

rujukan?

7. Sudahkah puskesmas menjalankan rujukan sesuai dengan anjuran BPJS

mengenai 155 penyakit yang harus dapat ditangani puskesmas?

Universitas Sumatera Utara


77

Panduan Wawancara untuk Pasien Maternal Puskesmas Teladan

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Apa alasan Ibu sehingga anda ingin meminta surat rujukan?

2. Apakah Ibu datang ke puskesmas hanya untuk meminta surat rujukan? Atau

sudah adakah pemeriksaan sebelumnya di KIA Puskesmas?

3. Bagaimana prosedur sehingga Ibu memperoleh surat rujukan dari

Puskesmas ?

4. Bagaimana menurut Ibu dengan pelayanan petugas bidang KIA?

5. Bagaimana menurut Ibu ketersediaan fasilitas dan sarana di Puskesmas

Teladan ?

6. Apakah Ibu sering melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke

puskesmas?

7. Bagaimana minat Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan semenjak di

berlakukannya JKN?

8. Pentingkah menurut Ibu pemeriksaan kehamilan di puskesmas?

Universitas Sumatera Utara


78

Panduan Wawancara untuk Bidan Pelaksana RS Estomihi

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terahkir :

II. Daftar Pertanyaan

1. Apa alasan – alasan pasien maternal rujukan yang di terima oleh RS

estomihi ?

2. Bagaimana prosedur penerimaan pasien maternal rujukan di RS Estomihi ?

3. Apakah ada pasien yang pasien maternal rujukan yang di tolak oleh RS

Estomihi ?

4. Bagaimana tindakan RS Estomihi terhadap pasien maternal non emergency

yang tidak membawa surat rujukan dari puskesmas asal ke rumah sakit?

5. Menurut Ibu, bagaimana ketersediaan sumber daya manusia yang ada di RS

Estomihi ?

6. Menurut Ibu, bagaimana ketersediaan fasilitas dan sarana yang ada di RS

Estomihi ?

7. Bagaimana komunikasi antara Puskesmas PONED dengan Rs Estomihi

dalam memberikan pelayanan rujukan kepada pasien maternal ?

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 2. Matriks Hasil Wawancara

Matriks Alur dalam Pelaksanaan Sistem Rujukan Maternal

No. Informan Pernyataan

Informan 1 Kita tidak memiliki SOP khusus untuk rujukan maternal, yaa

disamakan dengan alur rujukan umum saja. Saat pasien

datang ke bagian pendaftaran , kita arahkan ke ruang KIA,

lalu diperiksa oleh bidan yang ada di ruangan, jika memang

tidak bisa ditangani iya kita lakukan rujukan ke tingkat yang

lebih tinggi, seperti rumah sakit. Disini memang kita

bekerjsama dengan BPJS Kesehatan memberikan 3 kali

kesempatan rujukan selama 3 trisemester untuk USG karena

kan di puskesmas kita ini, alat untuk USG tidak ada. Tapi

kalau untuk persalinan iya sama ajah dengan yang penyakit

lainnya. Pasien diperiksa bidan, ada kelainan kita rujuk.

Informan II Kalau pasien datang kita layani, biasalah..pemeriksaan awal

dulu. Seringkali sekali banyak yang datang tau – tau sudah

minta surat rujukan, apalagi semenjak diberlakukannya BPJS

ini, wihhh…. Rameelaah. Tapi iya namanya tugas kami

periksa dulu. Iya kalau ternyata dari hasil pemeriksaan

memang layak dirujuk yaa dirujuk ajah. Cuma yaa kadang –

kadang peraturan BPJS ini berubah – ubah, padahal kendala

kami pun udah banyak.Kalau jenis penyakit yang 155 itu

tidak bisa ditetapkan kessanggupannya . Pokoknya gitulah,

Universitas Sumatera Utara


80

kalau kami ga sanggup yaa kami rujuk ajah, daripada keteter

Informan III “Kalau pasien KIA pertamanya ya pasti ke bagian kita dulu

iya di KIA. Pokonya begitu dia mendaftar ke kartu mau

dirujuk atau berobat harus ke KIA dulu. Ibu hamil yang mau

ANC lumayanlah, tapi iyaa paling pemeriksaan pertama

sampai ketiga ajah disini, terus gak muncul lagi orangnya.

Nanti kira-kira udah bulannya mau melahirkan muncul lagi

orangnya udah bawa surat rujukan ajah, yang gak pernah

ANC di sini, udah datang ajah bawa surat rujukan. Susah

memang pasien – pasien ini. Biasanya saya baca dulu surat

rekomendasinya, lalu saya kasih ke dokter. Indikasinya

macam – macam ada yang ketuban pecah dini, primigravida,

dll. Sebagian karena ga punya alat USG disini dek, jadi

kadang susah mau gak banyak rujuk.

Informan IV Si pasien datang mendaftar, datang ke KIA, kami periksa.

Kalau disini, kami (bidan) yang ngasi diagnose.Memang

seharusnya kan puskesmas yang menentukan diagnosanyaa,

baru diputuskan gimana kelanjutannya, tapi iya memang

banyak yang datang tinggal minta surat rujukan aja, karena

ada rekomendasi dari luar. Iya kenapa bisa begitu iya karena

kurang lengkap, terus kami juga gak punya dokter spesialis

jadi surat rujukan rekomendasi dari dokter tadi kuat

pengaruhnya. Apalagi peraturan baru yang baru sekarang ini

Universitas Sumatera Utara


81

kan mengenai RS harus sesuai rayon, pasien kan tidak

mengerti pembagian rayon jadi ketika datang minta rujukan

mereka terkejut dan kadang ada yang merepet, ada yang

marah, tapi memang ada juga yang mengerti.

Informan V Kalau pasien mau minta rujukan, iya mendaftar dulu bawa

kartu berobat sama kartu BPJS nya, nanti periksa di ruang

KIA. Bidan yang periksa, nah kalau ditemukan ada gangguan

atau indikasi, baru kita rujuk ke rumah sakit. Nah, untuk

USG, karena alatnya gak ada disini iyaa kita kasih rujukan

ajah, karena dari BPJS ka nada kasih 3 kesempatan untuk

rujukan USG selama 3 bulan, sayang kan gak kepake, jadi

kita rujuk sajah.

Informan VI Pasien mendaftar, diperiksa di KIA, kalau memang dirujuk

nanti datang ke saya ke ruang rujukan lalu saya kasi surat

rujukan sesuai dengan diagnosa dari bidan KIA.Untuk rumah

sakit, pasien memilih sendiri rumah sakit mana yang mau

ditujunya, nanti dilihat di depan ruangan saya, sudah kami

tempel rumah sakit mana saja yang menjadi tujuan rujukan

puskesmas. Cuma BPJS ini peraturannya suka berubah –

ubah, jadi ribet sekali urusannya, padahal pasien kan banyak

tidak tahu info itu tadi, jadi kami kewalahan untuk

menjelaskan lagi – lagi aturan terbarunya.

Informan VII Iya saya kesini mau minta rujukan, udah bawa surat

Universitas Sumatera Utara


82

rekomendasi dari dokter kandungan. Saya kan pakai kartu

BPJS makanya minta rujukannya harus kesini dulu, biar nanti

melahirkannya bisa di rumah sakit. Rencananya mau operasi

sekalian tutup. Kalau ke puskesmas kan repot minta surat

rujukannya, pasti agak susah ngasih karena saya ga ada

masalah sama kehamilan saya, nanti disuruhnya langsung ke

rumah sakit, jadi lebih enak kan periksa dulu ke dokter

spesialis, sekalian saya control bulananya sama dokter itu.

Karena udah kenal dan biar nanti operasinya sama dokter itu

juga di rumah sakit, ya dikasilah surat pengantar rujukan,

saya gak ngerti itu diagnosanya dibuatin apa sama dokter,

yang jelas kita minta rujukan dokternya bilang iya…iya

bisa…gampang itu…

Informan VIII kaka kemarin pas hamil adek ini kontrol hamil ke Klinik X

dek, minta rujukan pas mau USG, kaka daftar lalu ke KIA,

periksa udah langsung dikasi surat pengantar suruh ke ruang

rujukan….kalau bersalin kaka gak mau di puskesmas dek…

takut. Kaka bawa surat pengantar dari klinik kesini biar dikasi

surat rujukan lahirannya di rumah sakit…

Informan IX Ooo…kemarin saya periksa disini dan udah dekat bulan saya

datang, biasa mau kartu berobat sama kartu BPJS. Saya

daftar, lalu ke KIA, sampai sana diperiksa sama bidannya.

Udah periksa, katanya harus dirujuk. Saya gak ngerti apa

Universitas Sumatera Utara


83

diagnosa yang dibuat, tapi saya senang. Saya lebih yakin

kalau ngelahirin di rumah sakit, lebih aman daripada

puskesmas.

Informan X Kaka pindahan dari jawa dek, pindah kesini udah pas hamil 7

bulanan, sempat periksa sih disini 2 kali, pas udah mau dekat

waktu saya datang lagi mau minta rujukan bersalin…

Bidannya bilang saya harus dirujuk dan melahirkan di rumah

sakit. Saya tanya saya bisa normal apa enggak, katanya

enggak bisa karena anak pertama kan operasi jadi yang kedua

ini juga harus operasi, jadi saya dirujuk ke Rumah Sakit X.

Besoknya kaka datang lagi kesini dek mau ganti tujuan

rujukan Rumah Sakit dari RS X ke RS Y tapi gak boleh kata

bidannya karena baru buat semalam, tunggu seminggu baru

boleh ganti lagi.

Universitas Sumatera Utara


84

Matriks Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan

Sistem Rujukan Maternal

No Informan Pernyataan

Informan I Tenaga kesehatan saya sudah cukup memadai. Dokter umum

disini sama saya ada 6. Ramelah, sudah memadai. Kalau

untuk bagian KIA sendiri ada 1 bidan sebagai

penanggungjawabnya dan dibantu oleh 5 bidan lainnya di

ruangan itu. Untuk petugas rujukan sudah di pegang sama 3

orang, gak pernah kewalahanlah dalam bertugas kalau soal

jumlah pegawai. Kita sudah memiliki tugas masing – masing

dan tetap bekerjasama dalam memberikan pelayanan yang

terbaik.

Informan II Saya rasa sudah memadai iyaa. Kami disini banyak,sudah

terlatih juga sesuai kemampuan dan pengetahuannya masing

– masing.

Informan III Saya rasa kami di ruang KIA sudah cukup. Kami ada 6 orang

disini semuanya bidan. Puskesmas ini kan 24 jam jadi kami

shift-shift an, yaa kan harus bagi – bagi tugas kan, lagian

pasien banyaknya kan seringan pagi.

Informan IV Kalau untuk jumlah kami sudah banyak dek, kami juga

berjaga kok 24 jam, jadi saya rasa sudah cukup memadailah.

Kalau untuk tenaga kesehatan saya rasa kami udah cukup yaa

dek, kami disini enam semuanya bidan, hanya sajah untuk

Universitas Sumatera Utara


85

yang menangani persalinan perlulah ditambah orangnya,

karena gak semua bidan ini bisa menangani persalinan apalagi

pas emergency

Informan V Sudah cukup, belum pernahlah ada pasien yang marah –

marah karena kekurangan tenaga kesehatan disini.Kita disini

juga ramai dan saling bekerjsama lah dalaam melayani pasien

Informan VI Iya udah mencukupilah, puskesmas ini besar, jadi kami

tenaga – tenaga kesehatannya banyak disini, iya sekitar 50an

lebih saya rasa adalah…

Informan VII Berapa jumlah pastinya saya gak tau dek…tapi kalau kita

datang rame di ruangan KIA, udah cukuplah saya rasa, hanya

saja kalau kita datang pas siang, ruangan itu kosong, kita

harus cari- cari bidannya, ruangannya juga kadang udah

gelap, dimatiin lampunya….Mungkin makan kali yaa,

maunya kalau makan ada jaga juga biar gak kelamaan

nunggunya…

Informan VIII Setiap saya datang kesini ramai sih tenaga kesehatannya

dek…Pelayanannya lumayan sih dek, kita dikasitau info –

info kesehatan tentang ibu dan anak, cumaaa…. Gimana

bilangnya dek mereka cuek, gak ramah, padahal kita mau

berobat, tapi kok kayak digantung – gantung gitu. Kalau info

kesehatan kurang jelas, kita tanyaa nadanya udah beda dan

agak sedikit ketus.

Universitas Sumatera Utara


86

Informan IX Jumlah tenaganya udah oke hanya saja kurang ramah yaa dek

bagi saya, maunya bidan – bidan dikasi pelatihan – pelatihan

senyum, salam, sapa gitu…kan namanya melayani dek,

lembutlah, ramah gitu

Informan X Sudah bisalah itu dek,udah cukup. Pelayanannya sama pasien

itu sih yang kurang…Masih perlu diperbaiki pelayananya,

mereka kadang tidak berempati dengan kondisi pasien, kan

kasihaan….

Universitas Sumatera Utara


87

Matriks Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan dalam Pelaksanaan Sistem

rujukan maternal

No. Informan Pernyataan

Informan I Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan di puskesmas ini

sudah baik, kita punya ruang KIA 1 unit, di sampingya ada

ruang bersalin, kita juga punya ambulans . Kalau untuk pasien

maternal, semua sudah lengkap, yang tidak ada hanya alat

untuk USG dan dokter spesialisnya sajah.

Informan II Sudah tersedia semuanya disini dek, sekarang tinggal

pasiennya mau dimana pelayanannya. Puskesmas ini kan

sudah lama dan besar, paling untuk USG lah, kita gak punya

makanya kita rujuk

Informan III Udah lengkap dek, ruangan ada, ambulans ada, obat dan

peralatan jugaaaa, sekarang pasien ajah yang memilih dia

mau kemana, karna disini kan banyak rumah sakit, kanan kiri

rumah sakit, lagian pasien ini pasti lebih percaya sama dokter

dan perawat di sana, daripada kami bidan – bidan disini.

Informan IV Masih kurang sih kalau menurut saya… apalagi kalau harus

mengikuti yang 155 penyakit itu. USG ajah kami gak ada,

makanya kami rujuk. Oksigen ada, tapi isinya kosong. Kayak

vakum kami jugak gak ada itu, pensteril alat kami masih

pakai yang sistem rebus, apalagi yaahhh….

Informan V Aduh… kalau masalah itu saya gak berani ngomonglah dek,

Universitas Sumatera Utara


88

nanti sayaa kenak pulak…ditingkatkan sajalah biar lebih baik

pelayanan puskesmas kita ke depannya ini.

Informan VI Sudah lumayan lengkap, tinggal pembenahan saja di beberapa

bagian, seperti penyediaan alat USG. Penting kali memang

alat USG ini, disini rujukan mau USG kan banyak juga.

Informan VII Kalau ibu hamil kan gak ada obat, jadi saya kurang tau…

untuk peralatan masih kurang,perlulah dibenahi lagi iya

bagaimanalah supaya pasien banyak yang berobat disini yaa

kan harus lengkap, pelayanannya bagus

Informan VIII Kalau dibandingkan sama yang dulu sudah jauhlah dek…

bagusan yang sekarang, iya tapi itu masi harus dilengkapi dan

ditingkatkan lagi

Informan IX Saya rasa sih untuk ketersediaan fasilitas dan sarana nya

sudah bagus, dilengkapi sajalah, misalnya untuk USG itu…

sama yang lain – lain juga dilengkapi yaa kan demi

meningkatkan mutu pelayanan juga kan ?Iya rasa iyaa, jadilah

baiklaah dibenahi dan ditingkatkan. Kalau udah lengkap, saya

mau melahirkan disini.

Informan X Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti yaa.. tapi

yang saya tau kalau mau USG ga bisa, gadak alatnya disitu.

Universitas Sumatera Utara


89

Matriks Koordinasi Puskesmas PONED dan RS PONEK dalam pelaksanaan

sistem rujukan maternal

No. Informan Pernyataan

Informan XI Untuk alasan merujuk yaa pasti karena komplikasi dek, atau

kondisi yang memang tidak bisa lagi ditangani di puskesmas

atau klinik swasta lainnya, ada yang pecah ketuban, partus

macet,pre SC, ekslampsia juga…. pasien yang di rujuk

kemari dek, apalagi pasien BPJS dek wihh ramee… Saya rasa

belum ada deh rujukan persalinan yang kita tolak dek,

fasilitas kita udah lengkap,kita punya dokter spesialis dan

tenaga bersalin yang bermutu, alat dan sarana pun udah

mendukung ngapain di tolak… klo pasien udah bawa surat

rujukan yaaa kita proses lebih lanjut supaya bisa segera

ditangani oleh dokter, klo gak bawa surat yaaa kitaa balikkan

ke puskesmas dek, kecuali pasiennya sudah emergency yaa,

udah gawat darurat gak mungkinkan dibawa balek ke

puskesmas, iyaaa kitaaa tangani lebih lanjut…

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Puskesmas Teladan

Gambar 2. Wawancara dengan Bidan Koordinator KIA

90
Universitas Sumatera Utara
91

Gambar 3. Wawancara dengan Bidan KIA

Gambar 4. Wawancara dengan Bidan KIA

Universitas Sumatera Utara


92

Gambar 5. Wawancara dengan Staff Rujukan Puskesmas

Gambar 6. Wawancara dengan Pasien Maternal I

Universitas Sumatera Utara


93

Gambar 7. Wawancara dengan Pasien Maternal II

Gambar 8. Wawancara dengan Pasien Maternal III

Universitas Sumatera Utara


94

Gambar 9. Wawancara dengan Pasien Maternal IV

Universitas Sumatera Utara


95

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


96

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


97

Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai