Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

SIMULASI ASKEP KLIEN YANG MENGALAMI RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Akhmad Sabri Muhammad Huda


Anggi Arlinda Sari Noor Hassanah
Fajriah Nur Rahmadhani Novita
Gunawan Nur Leni Alda
Indah Fajar Pasca Chairunisa
Ibnu fajar Rahmatin Hasanah
Kartika Riski Maulana
Mira Novianti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS ALIH JENJANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Simulasi

Askep Klien Yang Mengalami Resiko Bunuh Diri ”. Meskipun masih banyak kekurangan

didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi

tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai pasien dengan resiko bunuh diri dan beberapa hal

yang bersangkutan dengan materi tersebut.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan

demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Samarinda, 6 April 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................................4
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Definisi............................................................................................................................6
B. Etiologic..........................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala.............................................................................................................8
D. Jenis – jenis bunuh diri....................................................................................................8
E. Pohon masalah................................................................................................................9
F. Asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri...........................................9
G. Stratergi pelaksanaan resiko bunuh diri........................................................................10
SKENARIO PERAWAT DAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI..............15
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
Kesimpulan.........................................................................................................................19
Daftar pustaka..........................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bunuh diri merupakan tindakan yang sangat personal, pribadi dan rumit.
Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan bahwa dirinya
mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang muncul dalam
kehidupan seseorang tidak diselesaikan dengan tuntas, tetapi justru menggunakan cara
alternatif yaitu mengakhiri hidupnya. Oleh karena itu, gejala awal bunuh diri adalah
seseorang mengalami gejala depresi, dimana seseorang tidak mampu untuk mengelola
dirinya sendiri dengan baik. Perilaku bunuh diri merupakan fenomena yang marak
terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Perilaku
destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah
kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku
destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan
dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial
terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila
dikonfrontasi

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diambil
adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari resiko bunuh diri ?


2. Apa Etiologi dari resiko bunuh diri ?
3. Apa tanda dan gejala dai resiko bunuh diri ?
4. Apa jenis-jenis dari bunuh diri ?
5. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri ?
6. Apa masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan resiko bunuh diri ?
8. Apa diagnose keperawatan pada pasien resiko bunuh diri ?
9. Bagaimana intervensi pada pasien resiko bunuh diri ?

4
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar resiko bunuh diri
b. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh
diri
c. Mampu mensimulasikan askep klien dengan resiko bunuh diri

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk
mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal,
yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang
kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri
cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan
depresi besar dan bersifat impulsif.

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnostik psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
6
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor prepitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
a. perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih
mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
b. mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,

7
rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri
yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang
terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.

C. Tanda dan Gejala


1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
6. Mengungkapkan keinginan untuk mati
7. Impulsif
8. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri

D. Jenis – jenis bunuh diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

8
E. Pohon masalah
Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)

Rsiko Bunuh Diri

Gangguan interaksi sosial (Menarik Diri)

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

F. Asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri


1. Pengkajian
a. Riwayat masa lalu
b. Perestiwa hidup yang menimbulkan strees dan kehilangan yang baru dialami
c. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi
d. Riwayat pengobatan
e. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
f. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
g. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : 
1) Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
2) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur
dan cara melaksanakan rencana tersebut.
3) Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood
4) Sistem pendukung yang ada.

9
5) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
6) Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar
keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi
pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan
perawatan diri.
h. Symptom yang menyertainya
Apakah klien mengalami :
a) Ide bunuh diri
b) Ancaman bunuh diri
c) Percobaan bunuh diri
d) Syndrome mencederai diri sendiri yang disengaja
2. Diagnosa
a. Perilaku kekerasan (resiko mencederai diri sendiri)
b. Resiko bunuh diri
c. Gangguan interaksi social (menarik diri)
d. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)

G. Stratergi pelaksanaan resiko bunuh diri


1. Kondisi Klien : Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal
maupun non verbal
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

10
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing- masing cara
penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
5. Strategi Pelaksanaan

SP 1(PASIEN) : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh


diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
ORIENTASI:
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Agung Nugroho, biasa di pangil Agung,
saya mahasiswa Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi 2 siang .”
”Bagaimana perasaan A hari ini? ”
” Bagaimana kalau kita bercakap - cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”
KERJA
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A
paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan
diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada
orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?
Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat
unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah
A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang
A rasakan?”
”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini
untuk memastikan tidak ada benda -benda yang membahayakan A)”
”Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri”
”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman

11
yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”
TERMINASI :
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”
”Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.”
(jangan meninggalkan pasien).

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Selamat pagi Dea, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana
perasaan Dea saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik,
sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas
pemberian Tuhan yang masih Dea miliki. Mau berapa lama? Dimana?

KERJA
Apa saja dalam hidup Dea yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau Dea meninggal. Coba Dea ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Dea. Keadaan yang bagaimana yang membuat Dea merasa puas?
Bagus. Ternyata kehidupan Dea masih ada yang baik yang patut Dea syukuri.
Coba Dea sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Dea lakukan selama ini.
Bagaimana kalau Dea mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.

TERMINASI
Bagaimana perasaan Dea setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang Dea patut syukuri dalam hidup Dea? Ingat dan ucapkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan Dea jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan.
Bagus Dea. Coba Dea ingat lagi hal-hal lain yang masih Dea miliki dan perlu di
syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan
baik. Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak
terkendali segera hubungi saya ya!

12
SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pada pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Selamat pagi Yuki.

Bagaimana perasaan Yuki hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?

Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!

Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Yuki
selama ini. Mau berapa lama Yuki? Mau disini saja?

KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat Yuki ingin bunuh diri. Selain bunuh diri
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Yuki. Nah, sekarang coba
kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara
tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!
Menurut Yuki cara yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan Yuki.
Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Yuki ketika mau
bunuh diri dengan cara tersebut.

TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Yuki, setelah kita bercakap-cakap?

Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Yuki gunakan. Coba Yuki
melatih  cara yang Yuki pilih tadi.

Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk
membahas pengalaman Yuki menggunakan cara yang Yuki pilih.

SP I Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh Diri

ORIENTASI
Assalamu’alaikum. Selamat pagi Bapak/Ibu. Benar kalian adalah orang tua dari
Yuki? Kenalkan saya perawat Sopi yang merawat putri Anda selama disini.”

Sekarang kita  akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.

13
Dimana kita akan mendiskusikannya? Berapa lama bapak dan ibu ingin
mendiskusikannya?

KERJA
Apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku Yuki selama ini?

Bapak/Ibu sebaiknya lebih sering memperhatikan tanda dan gejala bunuh diri.
Pada umumnya orang yang akan melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapannya seperti “ saya tidak ingin hidup lagi”. Apakah Yuki
sering mengatakannya pak?

Kalau bapak/ibu mendengarkan Yuki berbicara seperti itu, maka sebaiknya bapak
mendengarkan secara serius. Pengawasan terhadap kondisi Yuki perlu
ditingkatkan, jangan biarkan Yuki mengunci diri di kamar. Bapak perlu
menjauhkan benda berbahaya seperti gunting, silet, gelas dan lain-lain. Hal ini
sebaiknya perlu dilakukan untuk melindungi Yuki dari bahaya dan memberi
dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.

Usahakan 5 hari sekali bapak dan ibu memuji dengan tulus.

Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya bapak dan ibu
mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah ke rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke
rumah, bapak/ ibu perlu membantu Yuki terus berobat untuk mengatasi keinginan
bunuh diri

TERMINASI
Evaluasi Subjektif: Bagaimana bapak/ibu ada yang mau ditanyakan?

Evaluasi objektif: Bapak/ibu dapat mengulangi lagi cara-cara merawat anggota


keluarga yang ingin bunuh diri? Ya, Bagus. Jangan lupa untuk selalu mengawasi
Yuki ya pak jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera menghubungi kami.
Terima kasih Bapak/Ibu. Selamat Siang.

14
SKENARIO PERAWAT DAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Bunga adalah seorang gadis berumur 18 tahun, masih kuliah semester I di suatu
universitas terkenal di Samarinda. Bunga mempunyai seorang pacar di universitas yang sama.
suatu ketika Bunga melakukan tes kehamilan karena bulan ini bunga tidak mendapatkan haid,
dan ternyata hasilnya positif. Bunga bingung harus berbuat apa lalu dia menelpon pacarnya,
beberapa hari ini pacarnya susah sekali dihubungi. Setelah berhasil dihubungi ternyata
pacarnya tidak mau mengakui dan tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Bunga dan
pacarnya berkata bahwa dia sudah mau menikah dengan wanita yang dipilihkan orang
tuanya. Bunga bingung harus menceritakannya dengan siapa, orang tuanya marah besar dan
tidak mau lagi mengakui bunga sebagai anaknya, dia juga merasa malu terhadap lingkungan
dan teman teman kampusnya, bunga marah terhadap pacarnya yang tidak mau bertanggung
jawab dan tidak bisa berbuat apa apa dan bunga mencari jalan pintas mengakhiri hidupnya
dengan cara meminum racun serangga.
Bunga ditemukan sudah tidak sadar oleh ibu kos dan segera di bawa ke UGD, singkat
cerita bunga sudah tertolong dan membaik dan disarankan oleh dokter untuk di rujuk ke rs
jiwa untuk mendapatkan terapy psikologis. setelah tiba di rs jiwa bunga ditempatkan di ruang
khusus Perempuan.
Beberapa hari ini bunga tampak murung dan tidak mau berbicara sama sekali, bunga
selalu menyendiri dan perawat berta berusaha mencoba berkomunikasi dengan bunga
P : perawat B : bunga
P : “selamat pagi mba”
B : “pagi” (masih tampak murung dan hanya melirik pada perawat )
P : “nama mba siapa ?”
B : “bunga”
P : “bunga…. nama yang cantik seperti orangnya” ( sambill tersenyum ramah )
“perkenalkan nama saya berta biasa disini dipanggil dengan suster berta”
“bunga ….. saya akan dengan mudah membantu bunga jika bunga mau mengatakan
yang sesungguhnya apa yang menjadi masalah yang sedang bunga hadapi”
“apa bunga mengerti maksud saya ?”
B : (mengangguk tapi masih tampak ragu)
P : “untuk itu saya berjanji akan merahasiakan apa yang bunga katakana pada saya”
B : “baik suster saya mau” ( sambil menghadap ke suster berta )
P : “Bunga …. Sekarang apa yang menjadi harapan bunga selama dirawat disini?”

15
B : “saya mau pulang dan bertemu orang tua saya”
P : “harapan yang bagus bunga , saya akan berusaha membantu mewujudkan harapan
bunga”
B : “iya”
P : “nah bunga bagaimana bila kita berbincang tentang masalah bunga nanti siang
setelah bunga makan siang ?”
B : “iya sus”
P : “bunga mau kita berbincang dimana ? , apakah di tempat ini lagi ?”
B : “iya disini saja”
P : “ok baiklah sekarang saya akan meninggalkan bunga , bunga boleh istirahat, sampai
jumpa nanti siang”
B : “iya”

Setelah jam makan siang


P : “selamat siang bunga”
B : “siang suster”
P : “masih ingat dengan saya ?”
B : “suster Berta”
P : “bagus sekali bunga masih ingat dengan saya , bunga sudah makan siang ?”
B : “sudah”
P : “makan siang lauknya apa”
B : “ikan nila goring”
P : “wah enak sekali menu makan siangnya saya jadi pengen juga makan ikan nila “
“nah bunga , apakah bunga masih ingat apa yang kita rencanakan siang ini akan
membicarakan apa ?”
B : “iya suster”
P : “bagus , bisa kita mulai sekarang ?”
B : “iya bisa”
P : “nah sekarang bisa kah bunga menceritakan apa yang terjadi sehingga bunga dibawa
ke sini ?”
B : “hmmmm…. Saya minum racun serangga”
P : “bunga minum racun serangga ? , apa yang terjadi sehingga bunga minum racun
serangga ?”
B : “saya bingung sus”

16
P : “ooo bingung, maksud bunga bingung seperti apa ya?”
B : “saya nggak tau harus gimana dan menceritakan masalah saya pada siapa , tidak ada
yang peduli dengan kehidupan saya”
P : “ooo jadi bunga merasa tidak ada yang peduli dengan bunga , menurut bunga siapa
yang tidak peduli dengan bunga ?”
B : “pacar saya, orang tua saya, teman teman saya, semuanya jahat tidak ada yang
peduli dengan saya, makanya saya mending mati saja sus tidak ada gunanya lagi saya
hidup”
P : “ooo seperti itu , apa yang terjadi sehingga bunga merasa mereka tidak peduli
dengan bunga”
B : “pacar saya menghamili saya tapi tidak mau bertanggung jawab dan malah menikah
dengan wanita lain, orang tua saya mau membunuh saya karena saya hamil sebelum
menikah , teman teman saya tidak ada yang membantu ketika saya sedang kesulitan
seperti ini”
P : “bunga …. mungkin bunga mempunyai alternatif lain untuk melampiaskan
kesedihan dan kemarahan bunga selain bunuh diri (meminum racun serangga), seperti
menjalankan hobi bunga, saya dengar bunga hobi bernyanyi betulkah itu ?”
B : “iya sus saya suka menyanyi dan membuat kerajinan tangan”
P : “woooww hobby yang sangat menyenangkan…. Kerjinan tangan sperti apa
contohnya”
B : “membuat tas, ikat rambut, bunga semuanya saya bisa sus”
P : “wah kamu hebat bunga, nah mulai sekarang bagaimana kalau bunga memulai
menjalankan hobi bunga lagi, saya yakin bunga akan lebih bisa mengontrol emosinya
dengan baik, Coba pikirkan kalau bunga melakukan hal menyenangkan seperti
membuat kerajinan pasti orang tua bunga akan merasa senang dan merasa bangga
terhadap bunga”
B : “iya sus saya mau, saya akan berusaha untuk bisa mengontrol emosi saya”
P : “bagus sekali ….., bagaimana perasaan bunga sekarang setelah berbagi cerita
dengan saya”
B : “saya sedikit lebih lega dan saya merasa senang karena masih ada yang peduli
dengan saya. tapi bisa kah suster menyuruh orang tua saya untuk datang besok pagi?”
P : “baiklah, besok kita sambung lagi pembicaraan kita dan saya usahakan orang tua
bunga datang untuk menjenguk bunga dan membawakan bahan bahan kerajinan
tangan kira kira jam 9 pagi. Bagaimana ?

17
“baiklah kalau begitu besok saya akan temui bunga besok pagi jam 9 berama orang
tua bunga “
B : “baik sus, terima kasih “

Dan setelah dirawat beberapa hari kondisi bunga berangsur angsur membaik tidak lagi
kelihatan murung dan lebih terlihat ceria

18
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Perilaku bunuh diri
meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,
luka, atau menyakiti diri sendiri. Etiologic pasien dengan resiko bunuh diri terdiri dari Factor
predisposisi dan factor prepitasi. Factor fredisposisi sendiri terdiri dari 5 faktor yang
menunjang yaitu : Diagnostic psikiatrik , Sifat kepribadian , Lingkungan psikososial ,
Riwayat keluarga, Factor biokimia. Sedangkan factor prepitasi meiputi perilaku koping dan
mekanismenya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/942/2/4.%20BAB%20I.pdf
https://docplayer.info/73031983-Asuhan-keperawatan-resiko-bunuh-diri.html
https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_Keperawatan_Jiwa/Yp2ACwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1
http://ahlinyajiwa.blogspot.com/2013/02/strategi-pelaksanaan-resiko-bunuh-diri.html

20

Anda mungkin juga menyukai