Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
SKRIPSI
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
NIM : 160200189
309/Pid.Sus/2019/PN Sbg)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saja buat adalah murni hasil
karya saya sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuat oleh
orang lain.
Hormat Saya,
ii
Besar Muhammad SAW. yang telah membawa dunia dari zaman jahiliyah ke
zaman yang penuh akan nikmat ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita semua
SBG). Skripsi tersebut guna memenuhi syarat untuk dapat menempuh ujian
Dalam pengerjaan skripsi ini banyak pihak yang terlibat selama masa
2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H.,M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
iii
4. Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
penulis
penulis.
9. Terima Kasih kepada kedua orang tua penulis Safaruddin dan Elinda
Sitianur dan orang tua susu penulis Mawarni dan Misno serta saudara
kandung penulis Utama Pribadi dan Tri Sakti Nugraha yang telah
10. Terima kasih kepada teman terbaik penulis Randy Hidayat Tambunan yang
11. Terima kasih kepada teman-teman terbaik penulis sejak Sekolah Menengah
Pertama Maidian Suci dan Rani Rahayu yang telah mendukung penulis
12. Terima kasih kepada teman-teman terbaik penulis sejak hari pertama duduk
di bangku Perguruan Tinggi (Beby, Dita, Aca, Bila, Nurul dan Abdilla)
iv
masa perkuliahan
14. Terima kasih adik-adik Pengurus HMI Komisariat Fakultas Hukum USU
stambuk 2017, 2018, 2019 (Dinda, Divia, Pristina, Nurul, Icak, Bila, Fitri,
Nisa, Marta, Ria, Alya, Zahra, Ika, dll) yang selalu membantu penulis.
15. Terima kasih kepada rekan-rekan Purna Paskibraka Indonesia Kota Medan
(Gigih, Azfar, Imelda, Riyanti, Dirga, Dini, Gita) yang telah memberikan
Namun penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak
Hormat Penulis,
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
vi
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................80
B. Saran...............................................................................................81
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebanyak 17.508 pulau, serta pantai sepanjang 81.000 km, dan luas lautan 5,8 juta
km (75% dari total luas wilayah Indonesia). Di wilayah daratan terdapat perairan
umum (sungai, rawa, danau, waduk, dan genangan air lainnya) seluas 54 juta ha atau
0,54% juta km² (27% dari total wilayah daratan Indonesia). Dengan demikian
Indonesia adalah sebuah negara yang dikelilingi oleh air. Luas Indonesia dengan
lautnya sama dengan Amerika Serikat dan lebih luas dari Uni Eropa. Perbedaannya,
Indonesia terdiri atas puluhan ribu pulau di sebuah wilayah lautan yang sangat luas,
sementara Amerika Serikat adalah sebuah negara daratan dan Eropa terdiri atas
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut,
Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi
perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk
masa depan bangsa, sebagai salah satu tulang punggung pembangunan nasional.
1
M. Ghufran & H. Kordi K, Ekosistem Lamun (Seagrass), Jakarta, Rineka Cipta, 2011,
hlm. 1
meliputi:
Pertama, sumber daya yang tak terhabiskan (terus menerus ada), misalnya sinar
surya, angin, dan arus laut. Kedua, sumber daya alam tak terpulihkan (tidak dapat
diperbaharui) misalnya minyak, mineral, dan gas. Ketiga, sumber daya alam
terpulihkan (dapat diperbaharui), misalnya air, hutan, dan teknologi, serta sumber
lingkungan hidup yang melahirkan gejala fenomena alam berupa ekosistem yang
unik, tetapi beraneka ragam. Keanekaragaman alam dalam bentuk inilah yang
Namun sangat disayangkan, apa yang dimiliki Indonesia ini belum bisa
dimanfaatkan dengan baik bagi kesejahteraan bangsa dan negara, buktinya bahwa
2
Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2013,
hlm. 13
3
Bahaking Rama, dkk, Pengetahuan Lingkungan, Makassar, Alauddin press, 2009, hlm.
41
dibanding sektor lainnya yang disebabkan adanya persoalan yang bersifat struktural,
dapat menyebabkan kerusakan sumber daya alam itu sendiri. Ada berapa aktivitas
dan energi. Aktivitas-aktivitas ini ada yang bersifat langsung, yaitu langsung
merusak ekosistem sumber daya alam di wilayah pesisir, misalnya penangkapan ikan
karang untuk bahan bangunan dan atau hiasan akuarium (aquariumtrade), dan tidak
langsung, yaitu melalui limbah bahan sisa produksi yang dibuang di wilayah pesisir.
Limbah bahan tersebut dapat mencemari lingkungan sumber daya alam, khususnya
berkelanjutan. Hal ini, dapat dilihat dengan masih belum banyaknya jumlah usaha
4
Tridoyo Kusumastanto, Ocean Policy Dalam Membangun Negeri Bahari di Era otonomi
Daerah, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 6
5
Supriharyono, Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati, Cet. ke-1,Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2009, hlm. 13
Selain itu, sektor perikanan nasional juga masih cukup banyak menghadapi kendala
atau permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan paling utama yang menjadi
kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa
negara. Berdasarkan hal ini, guna memberikan manfaat yang maksimal bagi
itu sendiri, maka sudah seharusnya pembangunan dan aktivitas perikanan nasional
Berdasarkan data dari FAO (2000) menyatakan bahwa saat ini ikan
Sementara pertumbuhan suplai ikan dunia untuk konsumsi pangan sebesar 3,6% per
tahun. Walaupun ikan dunia yang dipasarkan sebesar 79,60% untuk konsumsi
pangan (food) dan sisanya (20,40%) untuk konsumsi non pangan, tetapi
6
Kementerian PPN/BAPPENAS Direktorat Kelautan dan Perikanan 2014 “Kajian
Stratergi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan” hlm. 5, diakses pada 24 Juli 2020 pukul 21.08
7
Ibid. hlm. 1
Tidak hanya untuk mencukupi pertumbuhan penduduk dunia yang meningkat sebesar
1,8% per tahun, tetapi juga untuk meningkatkan konsumsi ikan per kapita sebesar 15
Menurut laporan FAO (2001, 47), hampir 40 persen produksi ikan dunia
diperdagangkan secara global dan jauh lebih besar dibandingkan bahan pokok
lainnya seperti gandum (20 persen) dan beras (5 persen). Oleh karena itu, dalam
diketahui produksi perikanan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 20,8 juta ton
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 19.4 juta ton meningkat sebesar 7.35%
peningkatan sejak tahun 2010, kenaikan rata-rata tahun 2010-2014 sebesar 15.80%
dengan rata-rata produksi sebesar 16.2 juta ton, standart deviasi 3.8 juta ton, dengan
selalu berinovasi dalam membuat dan menggunakan alat penangkap ikan, terutama
bertujuan untuk mendapatkan ikan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
8
Apridar, Daya Saing Ekspor Ikan Tuna Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2014, hlm. 1
9
Ibid.
10
Krisna Fery Rahmantya, dkk., Kelautan dan Perikanan dalam Angka Waktu 2015
(Marine and Figures 2015), Jakarta, Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2015, hlm. 23
relatif cepat dan murah. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
permintaan masyarakat akan ikan, baik di dalam maupun luar negeri, serta
tersedianya ikan di wilayah laut Indonesia, membuat para nelayan berupaya untuk
menangkap ikan dengan cara yang mudah dan menghasilkan tangkapan ikan yang
memajukan sektor kelautan membuat laut Indonesia yang kaya akan sumber daya
demi kepentingan pribadi. Hal itulah yang memicu banyaknya kasus pencurian ikan
sama dengan tindak pidana di sektor lain, karena selain merusak sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya seperti ikan dan terumbu karang, juga mengancam
perikanan ini.
11
Sri Untari Indah Artati, “Regulasi Larangan Penggunaan Cantrang Untuk
Penangkapan Ikan Bagi Nelayan Kecil”, Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum, Vol. 1 No. 1,
Jakarta, 2018, hlm. 1
akibat tekanan penangkapan dan tingginya kompetisi antar alat tangkap dan telah
fishing) atau tidak ramah lingkungan.12 Beberapa penyimpangan yang sering terjadi
antara lain:
b. penggunaan alat tangkap yang tidak sesuai, misalnya pukat harimau dengan
ukuran mata jaring yang terlalu kecil dan terlebih dengan dilakukan pada
sumber daya ikan dan lingkungannya yang tidak saja mematikan ikan secara
penggunaan bahan dan alat yang dimaksud, pengambilan keadaan semula akan
12
Husain Latuconsina, “Identifikasi Alat Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Di
Kawasan Konservasi Laut Pulau Pombo Provinsi Maluku”, Agrikan UMMU Ternate, Vol. 3 Edisi
2, Ternate, 2010, hlm. 1
13
Dian Saptarini, dkk, “Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Wilaya Pesisir”,
Kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 1996, hlm. 3
Penggunaan alat penangkap ikan yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan
syarat atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu oleh negara termasuk juga
penggunaan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan diperlukan
dapat merugikan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Hal itu dilakukan
penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ciri khas alam, serta
kenyataan terdapatnya berbagai jenis sumber daya ikan di Indonesia yang sangat
penangkapan.15
Indonesia karena dapat merusak adalah pukat cantrang, pukat lampara dasar, pukat
Pukat Hela (trawl) adalah sebuah jaring yang berbentuk kantong dengan
mata jaring yang kecil dan memiliki bobot berat, pukat ini biasanya ditarik oleh satu
atau dua kapal. Pukat Hela (trawl) ini merupakan salah satu pukat yang banyak
14
Suharto, Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air, Ed.Pertama, Yogyakarta,
Andi Offset, 2011, hlm. 61
15
Kusnadi, Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekosistem Pesisir, cet. ke-1,
Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2009, hlm. 37
mendapatkan ikan tangkapan dengan hasil yang banyak, karena pukat hela (trawl)
ini akan menjerat semua yang dilewatinya. Hal inilah yang menjadi permasalahan
utama mengapa pemerintah sampai melarang penggunaan pukat hela (trawl) ini,
karena pukat ini juga akan menangkap ikan-ikan kecil yang belum layak di
ekosistem kehidupan laut, dan selain itu juga pukat hela ini akan merusak
kehidupan terumbu karang di dasar laut karena terumbu karang yang dilewatinya
akan hancur.
warga negara Indonesia, antara lain: penangkapan ikan tanpa izin, memiliki izin tapi
kontrol dan pengawasan pemerintah dalam menjaga sumber daya dan kedaulatan laut
Republik Indonesia. Padahal jika dilihat dari segi hukum, banyak produk hukum
16
Rohmin Dahuri, Aspek Hukum Penanganan Tindak Pidana Perikanan, Makalah Diklat
Teknis Penanganan Tindak Pidana Perikanan Angkatan II, Pusdiklat Kejagung RI, 2013, hlm. 2
No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan,
Perikanan Republik Indonesia yang Bukan untuk Tujuan Komersil, dan Peraturan
Tangkap.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka yang
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan yang ingin penulis
309/Pid.Sus/2019/PN Sbg.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Indonesia telah mengatur hukum tindak pidana perikanan pada umumnya, dan
2. Secara Praktis
aparat penegak hukum yang menjadi pioner dalam pemberantasan penggunaan alat
E. Tinjauan Pustaka
sebelum diuraikan lebih lanjut terlebih dahulu Penulis akan memberikan penjelasan
memberikan batasan yang jelas serta penulis mencari landasan teoritis dari
hukum yang mengikat pada suatu perubahan tertentu yang memenuhi syarat-syarat
hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-
aturan untuk:
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
17
Extrix Mangkepriyanto, Hukum Pidana dan Krimonologi, Cibubur, Guepedia, 2019, hlm.
19
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
telah diancam.
a. Keseluruhan larangan atau perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa
dan
pidana.19
keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh Negara dalam kewajibannya untuk
menegakkan hukum, yakni dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum
larangan tersebut.20
18
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Pidana, Surabaya, Airlangga University Press, 2016,
hlm. 3
19
Ibid. hlm. 4
20
Ibid. hlm. 4
dengan perkataan “tindak pidana” tersebut. Secara harfiah perkataan “tindak pidana”
dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum”.
Akan tetapi, diketahui bahwa yang dapat dihukum sebenarnya adalah manusia
Tindak menunjuk pada kelakuan manusia dalam arti positif (handelen) semata, dan
tidak termasuk kelakuan mausia yang pasif atau negatif (nalaten). Padahal pengertian
yang sebenarnya dalam istilah feit itu adalah termasuk baik perbuatan aktif maupun
pasif tersebut.21
terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah dilakukan
oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah
telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang
21
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana: Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan &
Batas Berlakunya Hukum Pidana, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 70
22
Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, Yogyakarta, Deepublish, 2019, hlm. 7
dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. Dengan batasan seperti ini,
maka menurut simons, untuk adanya suatu tindak pidana harus dipenuhi unsur-unsur
sebagai berikut; 23
c. Melawan hukum
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman
sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa larangan tersebut.24
3. Jenis-Jenis Pidana
Pidana (KUHP). Jenis Pidana terbagi atas pidana pokok dan pidana tambahan.
Pidana Pokok Terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana
denda, dan pidana tutupan. Sedangkan Pidana Tambahan terdiri atas pencabutan hak-
23
Tongat, 2008, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan,
Malang, UMM Press, hlm. 105
24
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya
Paramita, 2004, hlm. 54
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang bersumber dari alam yang
dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang keberlanjutan hidup
manusia.
a. Berdasarkan Sumbernya
Sumber daya alam hayati adalah sumber daya alam yang berasal dari
komponen biotik, meliputi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Contoh
sumber daya alam hayati/biotik adalah tumbuhan, hewan, dan mikro organisme.
Sumber daya alam non hayati merupakan sumber daya alam yang
bersumber dari komponen abiotik atau benda mati meliputi seluruh unsur yang
25
https://rimbakita.com/sumber-daya-alam/ diakses pada 25 Juli 2020 pukul 20.11 Wib
26
Ibid.
tidak bernyawa. Contohnya adalah udara, air, tanah, sinar matahari, batuan,
b. Berdasarkan sifatnya
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui merupakan sumber daya yang
berasal dari alam dan dapat digunakan berkali-kali tanpa khawatir akan
ketersediaannya karena tidak akan habis serta diperbaharui oleh alam terus
menerus. Penggunaan sumber daya alam harus dilakukan secara bijaksana agar
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya yang
berasal dari alam dalam jumlah terbatas, sehingga bila digunakan secara terus
menerus akan habis atau punah. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat
c. Berdasarkan kegunaannya
Sumber daya alam penghasil energi adalah seluruh kekayaan alam yang
dapat menghasilkan energi untuk kebutuhan manusia. Contoh sumber daya alam
Matahari, Angin atau Udara, Gas Bumi, Ombak atau Gelombang Laut.
Sumber daya alam penghasil bahan baku adalah seluruh kekayaan alam
yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk atau barang yang mempunyai
nilai jual atau nilai guna. Contoh sumber daya alam yang memproduksi bahan
d. Berdasarkan pembentukannya
Sumber daya alam materi merupakan benda mati dan dapat diperoleh secara
langsung dari alam maupun melalui proses penambangan dan pengolahaan yang
Sumber daya alam energi adalah sumber daya yang mampu menghasilkan
adalah minyak bumi, gas bumi, batu bara, air, udara dan sinar matahari.
bersarkan waktu dan musim. Contohnya adalah ketersediaan air ketika musim
kemarau yang sulit ditemukan, akan tetapi ketika musim hujan jumlahnya
berlimpah.
Sumber daya alam ekonomis adalah sumber daya alam yang memiliki nilai
ekonomi atau nilau jual, seperti logam mulia (emas, perak), minyak bumi, batu
Sumber daya alam non ekonomis adalah sumber daya alam yang tidak
memiliki nilai ekonomi karena dapat diperoleh secara langsung dari alam tanpa
f. Berdasarkan lokasinya
Sumber daya alam akuatik adalah sumber daya yang hanya ada di wilayah
perairan, seperti ikan, rumput laut, udang, terumbu karang, kepiting dan lainnya.
Sumber daya alam terrestrial adalah sumber daya yang hanya ada di wilayah
ini memerlukan pendekatan sendiri. Selain berhadapan dengan sumber daya yang
bergerak terus dan kompleksitas biologi dan fisik perairan, pengelolaan sumber daya
perikanan juga dihadapkan pada masalah peliknya hak kepemilikan. Interaksi faktor
ikan yang berlebihan yang kemudian menyebabkan menurunnya stok sumber daya.27
besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan prinsip
negeri, yaitu Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung dan Tual paling lambat pada
27
Akhmad Fauzi, Kebijakan Perikanan dan Kelautan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2005, hlm. 5
28
https://pn-tilamuta.go.id/2016/05/23/hukum-acara-pengadilan-perikanan-dan-tindak-
pidana-perikanan/ diakses pada 25 Juli 2020 pukul 21.49 Wib.
diantaranya:29
negeri sipil, perikanan perwira TNI AL dan Pejabat polisi Negara Republik
Indonesia.
2. Selain penyidik TNI AL, penyidik pegawai negeri sipil perikanan berwenang
ZEEI.
lama 7 (tujuh) hari sejak ditemukan adanya tindak pidana di bidang perikanan.
untuk paling lama 20 (dua puluh) hari dan dapat diperpanjang oleh penuntut
umum untuk paling lama 10 (sepuluh) hari setelah waktu 30 (tuga puluh) hari
tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
6. Penuntutan terhadap tindak pidana perikanan dilakukan oleh penuntut umum yang
Penangkapan Ikan (SPI) palsu, tidak dilengkapi dengan Surat Izin Penangkapan Ikan
29
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik diluar KUHP,
Jakarta, Kencana, 2016, hlm 169
(SIPI), isi dokumen tidak sesuai dengan kapal dan jenis alat tangkapnya,
menangkapa jenis dan ukuran ikan yang dilarang, serta kegiatan penangkapan ikan
secara illegal di perairan wilayah ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) suatu negara dengan
tidak memiliki izin dari negara pantai, transshipment di laut, tidak mengaktifkan
daya ikan.
Dalam hukum pidana Indonesia terdapat asas lex specialis derogate legi
umum. Asas ini memiliki apabila undang-undang telah mengatur tentang suatu
tindak pidana maka tidak perlu menggunakan aturan yang ada dalam KUHP.
Sehingga dalam perkara tindak pidana perikan yang menggunakan alat penangkap
ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak
F. Metode Penelitian
merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya
Metode Penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang
digunakan untuk mengumpulkan dengan tujuan tertentu. Dalam penulisan skripsi ini
penjelasan yang akan penulis uraikan meliputi: Jenis Penelitian, Data dan Sumber
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu Penelitian
Yuridis Normatif dimana penulisan ini akan meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran
30
Sri Mulyati Tri Subari dan Ascaraya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia,
Jakarta, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan,Bank Indonesia, 2003, hlm. 2
31
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta, Rajawali Pers,2001, hlm. 13-14.
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI
Press), 1986, hlm. 12
dipelajari dan dikutip dari bahan-bahan pustaka atau data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu semua peraturan yang diterapkan oleh pemerintah,
terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku, karya ilmiah, pendapat para
sarjana/doktrin yang dimuat dalam artikel dan yang berhubungan dengan skripsi
ini.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk
dari bahan hukum primer dan bahan sekunder seperti kamus dan ensiklopedia
dan mengingat jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
sekunder, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Studi Kepustakaan
(Library Research).
atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Sumber
atau bahan tersebut dapat berupa peraturan perundang- undangan, buku, karya tulis,
dan data yang didapat dari halaman internet (webpage). Kegiatan studi pustaka
b. Identifikasi data sekunder yang diperlukan, yaitu proses mencari dan mengenai
badan hukum.
c. Inventarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah, dengan cara pengutipan
dan pencatatan
4. Analisis Data
33
Ibid., hlm. 69
dilakukan dengan:
teliti.
yang ada.
G. Keaslian Penulisan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa skripsi dengan judul ”Analisis
Bilamana terdapat kutipan atau pendapat yang sama dalam penulisan ini,
semata-mata sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha menyusun dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sempurna. Karena pada dasarnya dalam
penulisan skripsi ini, penulis mengutip dari berbagai literatur yang ada seperti dari
H. Sistematika Penulisan
kerangka penulisan skripsi yang akan dijabarkan secara singkat dari awal hingga
akhir, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara pembahasan yang satu dengan
yang lain. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan dan saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, secara sistematis
pembahasan pada skripsi ini terbagi menjadi 4 (empat) bab. Adapun rinciannya
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
ikan yang dboleh digunakan dan tidak boleh digunakan, serta sanksi
309/Pid.Sus/2019/PN Sbg)
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dimana penulis akan menjelaskan
dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan lokal maupun asing yang
kegiatan penangkapan ikan yang dilarang dan diatur dalam Pasal 8 Undang-
bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan
29
(2) Nahkoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan, dan anak
bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau
Republik Indonesia.
(5) Penggunaan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bahan kimia, bahan biologis,
menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
Republik Indonesia.
penangkapan ikan adalah potasium sianida atau yang biasa disebut juga dengan
KCN adalah salah satu senyawa anorganik paling beracun, tampilannya berbentuk
kristal yang mirip dengan gula tak berwarna dan mudah sekali larut dalam air.35
akan memutih dan mati sehingga tidak dapat dihuni lagi oleh ikan.
produk pelorus rambutm cairan pemutih, pembersih toilet, serta biasa digunakan
pada waktu perang Permesta pada tahun 1957-1959, ketika itu tentara dari pusat
35
Fatimah Syahra Lubis, Skripsi, Tinjauan Kriminologi Terhadap Penggunaan Bahan
Kimia dalam Penangkapan Ikan, Medan, UMSU, 2019, hlm. 26
36
Ibid.
maka seorang koki (juru masak) tentara mengajak beberapa nelayan penangkap
ikan dengan menggunakan granat tangan yang dia miliki dan ternyata cara itu
berhasil mendapatkan ikan yang banyak dalam waktu yang singkat. Setelah itu ia
saat itu mulailah dikenal oleh nelayan cara menangkap ikan dengan bom.37
senjata api atau bom dan sekaligus pemerintah melarang penangkapan ikan
dengan bom atau sejenisnya. Tetapi nelayan berupaya merakit bom sendiri dengan
cara memotong sisa peluru yang tidak terpakai untuk diambil mesiunya lalu
Saat ini pembuatan bom ikan telah mengalami modifikasi, kalau dulu
bahan sebagai berikut: botol coca-cola, pupuk urea cap Matahari atau obor cap
minyak tanah, korek api, sandal bekas, kantong plastik, kertas timah, kertas
tinggi nilainya, bukan secara ekonomis melainkan dilihat dari nilai estetikanya,
ekosistem terumbu karang. Bahan peledak seberat 0,5 Kg yang diledakkan pada
berada pada radius tiga meter menjadi patah-patah. Sedangkan ikan-ikan yang
berada pada radius 5 meter dari pusat ledakan akan langsung mati karena bagian
tubuh pecah, pada radius 15-20 meter ikan akan hilang keseimbangan, berenang
dengan cepat dan tidak terarah. Ikan yang terkena ledakan pada radius seperti ini
Tidak semua ikan yang berada diantara sela-sela karang dapat diambil
dan diperkirakan sisa yang tertinggal sekitar 20% dan merupakan potensi yang
terbuang percuma. Ikan yang berada agak jauh dari pusat ledakan, biasanya
terlihat tanpa adanya kerusakan fisik tetapi jika dilihat secara seksama ikan
tersebut terasa menjadi lebih lemas dan lentur karena hampir seluruh tulangnya
menjadi remuk.39
sexfaciatus), ikan kerapu (epinephelu s), ikan gembung (rastrelliger sp), ikan
kelihatan tidak segar karena tulangnya sudah hancur akibat ledakan bom dan ikan-
ikan tersebut mudah membusuk. Jumlah ikan yang didapat tergantung hasil laut
39
Haryono Somun, “Tinjauan Kriminologis Penggunaan Bahan Peledak Dalam
Penangkapan Ikan di Desa Kalupapi Kecamatan Bangkurung Kabupaten Bangkep”, Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion, Vol. 3 No. 2, Sulawesi Utara, 2014, hlm. 3
dan kekuatan bom yang digunakan. Cara ini digunakan nelayan karena hasil yang
diperoleh relatif banyak dalam waktu yang singkat dan biaya operasional
tergolong murah.40
Adapun dampak atau efek samping dari penggunaan bahan kimia dan
2. Perizinan Ilegal
diwajibkan memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, dimana bunyi Pasal 26 ayat (1) adalah
40
Op.Cit. Oetnil Pontoh, hlm. 58
Usaha Perikanan)”. Dan dilanjut dengan ayat (2) yang mengatur tentang orang-
orang yang tidak wajib memiliki SIUP, yang berbunyi “Kewajiban memiliki SIUP
sebagaimana maksud pada ayat (1), tidak berlaku bagi nelayan kecil dan/atau
disebutkan bahwa setiap kapal baik yang berbendera Indonesia maupun yang
memiliki SIPI dan harus membawa SIPI asli ketika melakukan sedang melakukan
penangkapan ikan. Namun dalam pasal 27 ayat (5) disebutkan bahwa hal tersebut
tidak berlaku bagi nelayan kecil. Masa berlaku SIPI adalah 3 Tahun.
maupun asing harus memiliki SIKPI dan turut membawa SIKPI asli ketika sedang
melakukan pengangkutan ikan di wilayah ZEEI. Namun dalam pasal 28 ayat (4)
disebutkan bahwa hal tersebut tidak berlaku bagi nelayan kecil dan/atau
asing yang tidak memiliki ketiga dokumen penting yang wajib dimiliki nelayan
pada saat melakukan pengolahan dan penangkapan ikan di wilayah laut Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 2.183 unit izin kapal perikanan
ikan tersebut. Untuk itu Kementerian Kelautan dan Perikanan memangkas waktu
menjadi 1 jam.
ikan berupa Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Usaha Perikanan
(SIUP), dan Surat Izin Kapal Penangkut Ikan (SIKPI). Hal ini diatur dalam Pasal
penduduk lokal dengan modus impor kapal. Sehingga pengusaha asing tersebut
tetap sebagai pemilik kapal walaupun kapal tersebut berbendera Indonesia. 42 Hal
41
http://samudranesia.id/inilah-daftar-2-183-kapal-ikan-yang-belum-perpanjang-izin/
diakses pada 28 September 2020, pukul 20.21
42
https://bisnis.tempo.co/read/372585/kongkalikong-izin-penangkapan-ikan-terendus-
polisi/full&view=ok, diakses pada 24 Desember 2020, pukul 19.43 WIB
Pada tahun 2011 ada 6.000 SIPI palsu yang beredar di Indonesia, artinya
ada sekitar 6.000 kapal baru milik asing yang beroperasi di perairan nusantara
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (2), Jenis-jenis alat tangkap
a. Pukat Hela
Kata “trawl” berasal dari Bahasa Perancis “troler” dan dari kata
43
Ibid.
44
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
dengan kata “tarik” atapun “mengelilingi seraya menarik” dan ada juga yang
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berari kerja melakukan
operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal
Pukat Hela (trawls) atau yang biasa juga dikenal dengan pukat harimau
jalur WPPNRI karena sifatnya yang merusak biota bawah laut dan sangat
mencemarkan lingkungan.
Pukat hela (trawls) terbuat dari jaring yang memiliki bentuk seperti
kantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring yang
terbuat dari bahan besi, kayu, dan lainnya untuk menangkap ikan, udan dan jenis
demersal lainnya. Pukat hela (trawls) diopeerasikan pada perairan dangkal dan
dalam pada bagian kolom maupun dasar perairan dan pengoperasiaan pukat hela
(trawls) ini dilakukan dengan cara pukat yang telah di pasang pada bagian sisi
kapal ataupun belakang kapal dihela di dasar atau kolom perairan sesuai dengan
jenis pukat hela yang digunakan lalu ditarik dengan menggunakan kapal yang
sedang bergerak.
penggunaannya oleh pemerintah, namun pada faktanya pukat inilah salah satu alat
45
Arisandi, Inkonsistensi Kebijakan Penggunaan Jaring Trawl (Studi Kasus
Penggunaan Jaring Trawl oleh Nelayan Wilayah Perairan Gresik”, Jurnal Kebijakan dana
Manajemen Publik, Vol. 4 No. 1, Surabaya, 2016, hlm. 7
46
Ibid. hlm. 8
penangkapan ikan yang masih banyak digunakan oleh nelayan-nelayan yang tidak
bertanggung jawab.
d) Nephrops Trawls
4) Pukat Dorong
Alat penangkap ikat jenis pukat tarik (Seine Nets) merupakan kelompok
jenis alat tangkap ikan yang berbahan dasar jaring dan berbentuk kantong (cod-
end) yang tidak memiliki alat pembuka mulut jaring, dengan cara
berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali
47
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia
permukaan, kolom maupun dasar perairan berdasarkan jenis pukat Tarik (seine
Pukat Tarik (Seine Nets) terbagi atas beberapa jenis, antara lain:49
b) Scottish Seines
c) Pair Seines
d) Payang
e) Cantrang
f) Lampara Dasar
c. Perangkap (traps)
Alat penangkap ikan jenis perangkap ini adalah kelompok alat penangkap
ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu yang berbentuk silinder
atau trapesium dan bentuk lainnya yang dioperasikan secara pasif pada dasar atau
penggunaan perangkap ikan peloncat (aerial traps) dan Muroami yang dilarang
Muroami atau dengan nama lain pukat ikan karang adalah alat tangkap
ikan yang terbuat dari jaring dengan dilengkapi pelampung yang dipasang pada
48
Ibid. hlm. 6
49
Ibid. hlm. 6
50
Ibid. hlm. 20
bagian atas tali ris, dan juga dilengkapi dengan pemberat yang dipasang pada
bagian bawah yang tebuat dari batu. Muroami dibuat memiliki bagian sayap dan
hidup ikan. Jenis ikan yang menjadi target perangkap muroami adalah ikan ekor
kuning atau pisang-pisang dimana jenis ikan ini merupakan kelompok ikan karang
yang membetuk kelompok yang relatif besar sehingga dapat dengan mudah
dieksploitasi.51
dilarang karena tidak selektif dalam hal ukuran ikan yang dijadikan target
penangkapan.
4. Pencurian Ikan
nelayan asing menurut audit BPK mencapai 30 trilyun rupiah pertahun. Menarik
pula, pelaku tindak pidana pencurian ikan yang dilakukan nelayan asing di
51
Mokhammad Dahri Iskandar, Konstruksi Alat Tangkap Muroami dan Metode
Pengoperasiannya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jurnal Mangrove dan Pesisir, Vol. 10
No. 1, Jakarta, 2009, hlm. 29
perairan Zona Ekonomi Eksklusif tidak boleh dijatuhi pidana penjara selama
akibat pencurian ikan mencapai 25% dari total potensi perikanan Indonesia.53
Indonesia. Sehingga bagi kapal berbendera asing yang tidak dilengkapi SIPI maka
Namun, dalam ketentuan Pasal 62 Ayat (3) dan (4) Konvensi Hukum
Laut Tahun 1982 mengharuskan negara pantai untuk memberikan hak akses
Ekonomi Ekslusif negara pantai apabila terjadi surplus dalam hal pemanfaatan
Kapal-kapal ikan asing yang mempunyai hak akses pada zona ekonomi
52
Marudut Hutajulu, Analisis Hukum Pidana Terhadap Pencurian Ikan Di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (Studi Putusan
No: 03/Pid.Sus.P/2012/PN.Mdn), USU Law Journal, Medan, 2014, hlm. 231
53
Mohammad Maulidan, Penegakan Hukum Pencurian Ikan di Wilayah Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia (ZEEI), Jurnal Jurist-Diction, Vol. 1 No. 2, Surabaya, 2018, hlm. 611
54
Albert W. Koers, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1994, hlm. 36
mengantisipasi dan memberikan efek jera kepada dunia internasional yang hendak
dan telah melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia. Hal ini sudah
berbendera Filipina yang mencuri ikan di perairan Sulawesi Utara dan terakhir
pada tahun 2014 dengan Menteri Susi Pudjiastuti. Sejak Oktober 2014 hingga
Kapal pencuri ikan dengan rincian 321 kapal Vietnam, 91 kapal Filipina, 83 kapal
Malaysia, 24 kapal Thailand, 2 kapal Papua Nugini, 3 kapal RRT, 1 kapal Nigeria,
55
Ibid,
56
https://kkp.go.id/artikel/14331-dari-natuna-menteri-susi-pimpin-penenggelaman-19-
kapal-ilegal-di-3-kota, diakses pada 24 Desember 2020, Pukul 22.17 WIB
atau kesusilaan umum yang terdapat dalam suatu kelompok masyarakat. Hal ini
diteruskannya celanaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara
subjektif memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatan itu.58 Celaan
hukum baik dalam arti melawan hukum formil maupun melawan hukum materiil.
perbuatan yang dilarang tadi. Sekalipun perbuatan yang dilarang telah dilakukan
oleh seseorang, namun jika orang tersebut tidak dapat dicela karena pada dirinya
57
Hanafi Amrani dan Mahrus Ali, Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Cet. Pertama,
Jakarta, Rajawali Pers, 2015, hlm. 16
58
Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran tentang Pertanggungjawaban Pidana, Cet. Pertama,
Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 33
59
Op.Cit. Hanafi, Mahrus, hlm. 21
untuk menjatuhkan sanksi pidana. Dasar seseorang dapat dipidana karena adanya
kesalahan.60
1. Kesengajaan
kesalahan yang disengaja tidak perlu dibuktikan bahwa pelaku mengetahui bahwa
atas perbuatannya.
Indonesia yaitu:
sengaja berarti akibat suatu perbuatan dikehendaki dan ini ternyata apabila akibat
60
Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawab Pidana Tanpa Kesalahan, Cet. Kedua, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 68
61
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Refika
Aditama, 2003, hlm. 65
62
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi RevisiI, Jakarta, Rineka Cipta, 2008,
hlm. 148
psikologis tidak mungkin suatu akibat dapat dikehendaki. Manusia hany dapat
menghendaki (willness) dan mengetahui (wetens) atas perbuatan dan akibat dari
wajah B rusak akibat siraman air keras tersebut. Sehingga ketika A menyiram air
63
Muntaha, Hukum Pidana Malapraktik: Pertanggungjawaban dan Pengahpusan
Pidana, Jakarta, Sinar Grafika 2019, hlm. 234
64
Loc.Cit. Andhi Hamzah
65
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta, Raja
grafindo Persada, 2012, hlm. 85
tujuan yang lain. Artinya, pelaku menyadari perbuatan yang ia lakukan namun
menimbulkan suatu akibat tertentu, akan tetapi pelaku tersebut menyadari bahwa
mengetahui akibat lain dari perbuatannya tersebut yakni B bisa saja mati akibat
66
Ibid. hlm. 122
67
Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2012,
hlm. 18
2. Kealpaan (Culpa)
terarah. Menurutnya, ihwal culpa di sini jelas merujuk pada kemampuan psikis
seseorang dan karena itu dapat dikatakan bahwa culpa berarti tidak atau kurang
berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan yang objektif, yang pada akhitnya
Dalam culpa , sikap batin mempunyai peran yang sangat penting untuk
yakni:71
Dalam hal ini pelaku membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu
akibat, walaupun pelaku berusaha untuk mencegah, namun akibatnya tidak dapat
dielakkan.
68
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm.
177
69
Op.Cit. Muntaha, hlm. 246
70
Ibid.
71
Op.Cit. Leden Marpaung
Untuk membuktikan adanya dolus atau culpa ata sangatlah sulit sehingga
perbuatan yang berbahaya yang dilakukan oleh tersangka. Dengan cara demikian,
Dalam hal ini, pelaku tidak dapat membayangkan atau menduga suatu
kemampuan yakni:74
72
Andi Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Jakarta, Sinar Grafika, 2007, hlm. 332
73
Op.Cit. Muntaha, hlm. 245
74
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana, Dua Pengertian
Dasar Dalam Hukum Pidana, Jakarta, Aksara Baru, 1983, hlm. 80
menginsyafi sifat melawan perbuatan hukumnya dan sesuai dengan keinsyafan itu
5. Penganjur (Uitlokker)
Dalam hukum pidana ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar
75
Ridwan Rangkuti, Pertanggungjawaban Korporasi Terhadap Tindak Pidana
Lingkungan Hidup Menurut Undang– Undang Nomor 23 Tahun 1997, Jurnal Justisia, Vol 1 No. 1,
Padang Sidempuan, 2018, hlm. 262
76
Lihat pada pasal 55-57 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
semua unsur delik tertulis telah dipenuhi namun pelaku tidak dapat dijatuhi
hukuman pidana.77
terdakwa, yakni alasan tersebut dikenal dengan alasan pemaaf yaitu alasan yang
bersifat melawan hukum, jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi ada alasan
cacat, baik karena disebabkan oleh gangguan psikis maupun gangguan fisik.
Namun hakim dapat menetapkan bahwa orang tersebut untuk dirawat di rumah
sakit.
b) Pasal 49 Ayat (2) mengenai pembelaan terpaksa yang melampaui batas karena
adanya goncangan jiwa. Unsur utama dari pasal ini yaitu adanya goncangan
jiwa yang hebat akibat adanya ancaman atau serangan, sehingga terdakwa
c) pasal 51 Ayat (2) mengenai dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan
yang tidak sah.78 Unsur terpenting dari pasal ini yakni bahwa terdakwa tidak
terdakwa mengira bahwa perintah tersebut sah dan masih dalam lingkungan
pekerjaannya.
dengan yang telah dimuat dalam Pasal 1 ayat (14) Undang-Undang Nomor 45
tentang Perikanan adalah bahwa yang bertanggung jawab terhadap tindak pidana
perikanan adalah setiap orang. Setiap orang disini adalah orang perorangan
peraturannya terhadap warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum
harus dilakukan dengan sengaja, setiap orang dianggap tahu mengenai larangan
dalam lembaran negara Republik Indonesia, maka setiap orang dipandang sudah
such fines, probation and sentences (suatu pidana yang dijatuhkan untuk
kekuasaan (hukum) yang secara khusus diberikan untuk hal itu, yang dengan
pidana lagi.81
perilaku dari pelaku kejahatan itu sendiri, namun tidak jarang bahwa sanksi
pidana diciptakan sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.
79
Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,
2011, hlm. 451
80
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm.195
81
Ibid.
klasifikasi, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Kedua klasifikasi sanksi
pidana tersebut menjadi pedoman bagi hakim untuk menjatuhkan jenis pidana
kepada terdakwa yang terbukti bersalah melanggar delik. Adapun jenis sanksi
a) Pidana Mati
Pidana mati merupakan sanksi pidana paling berat dalam hukum positif
Indonesia. Kehidupan merupakan hak dasar yang dimiliki setiap manusia yang
lahir ke dunia, namun hak tersebut dapat dibatasi oleh instrument undang-undang.
Terdapat pro dan kontra terhadap sanksi pidana ini. Diantara keberatan-
keberatannya yaitu pidana ini tidak dapat ditarik atau dicabut kembali apabila
lain:
1) Suntik Mati
2) Hukum Pancung
3) Hukum Gantung
4) Kursi Listrik
5) Kamar Gas
6) Hukum Cambuk
8) Rajam
hukum tembak dimana terpidana ditutup matanya lalu dihadapkan dihadapan regu
tembak dimana terpidana ditutup matanya lalu dihadapkan dihadapan regu tembak
yang diantara regu tembak tersebut hanya 1 orang yang mempunyai peluru dan
mereka tidak mengetahui diantara mereka senapan siapa yang berisi peluru.
b) Pidana Penjara
pemasyarakatan dengan mewajibkan orang itu untuk menaati semua peraturan tata
suatu Tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.82
c) Pidana Kurungan
namun pidana kurungan sifatnya lebih ringan dibanding pidana penjara. Lebih
ringan yang dimaksud antara lain, seorang yang dijatuhi pidana kurungan
Selain itu juga pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang dijatuhi pidana penjara
lebih berat dibanding orang yang dijatuhi pidana kurungan. Pidana kurungan
dapat dijatuhi sekurang-kurangnya satu hari dan selama-lamanya satu tahun, dan
82
P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier di Indonesia, Bandung, Armico, 1984, hlm.69
dapat dijatuhi selama satu tahun 4 bulan jika terdapat pemberatan pidana yang
disebabkan gabungan atau pengulangan pidana atau karena ketentuan pasal 52.83
d) Pidana Denda
ditetapkan oleh Pengadilan. Dalam pidana denda terdapat keringanan yang dapat
1) Pidana denda dapat dibayarkan oleh orang selain terpidana atas nama
terpidana.
2) Apabila terpidana tidak mampu membayar denda yang telah ditetapkan oleh
kurungan.
e) Pidana Tutupan
dijatuhkan oleh hakim bagi pelaku dari sesuatu kejahatan, atas dasar bahwa
kejahatan tersebut oleh pelakunya telah dilakukan karena terdorong oleh maksud
20 Tahun 1946 Tentang Pidana Tutupan yang ditetapkan pada tanggal 31 Oktober
Diadakannya pidana tutupan ini karena situasi yang terjadi pada masa
83
Lihat pada Kitab-Undang Hukum Pidana Pasal 18 Ayat (1) dan (2)
84
Loc.Cit. P.A.F. Lamintang, hlm. 147
perebutaan kekuasaan yang dilakukan oleh pihak oposisi terhadap cabinet Sjahrir
biasa adalah untuk menegaskan bahwa terpidana tutupan berbeda dengan tepidana
biasa, selain itu agar terpidana tutupan tidak terpengaruh oleh pikiran-pikiran
yang diberikan kepada pelaku tindak pidana di bidang perikanan adalah sanksi
1. Pengguna bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
2. Pengguna alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang
tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, tidak sesuai dengan persyaratan
atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu, dan atau alat penangkap
dan
4. Perizinan illegal
Perikanan berupa:
1. Peringatan;
2. Pembekuan izin; atau
3. Pencabutan izin
Sedangkan bagi pelaku tindak pidana, seseorang tidak lagi dikenai sanksi
administratif melainkan sudah dikenai sanksi pidana yang sudah diatur dalam
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Adapun sanksi pidana yang akan
dikenakan terhadap pelaku tindak pidana dibidang perikanan yakni pidana penjara
perikanan; dan
pembudidayaan ikan.
Hal ini diatur dalam BAB XV mengenai Ketentuan Pidana dari Pasal 84
pasal pasal diatas juga terdapat perbedaan antara beratnya hukuman setiap pihak
yang dapat dijatuhkan sanksi pidana. Seperti contoh yang terdapat dalam Pasal 84
yang bunyinya Pasal 84 ayat (1), “Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah
peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp 1.200.000.000,00 (satu
penangkapan ikan, dan anak buah kapal yang sengaja menggunakan di wilayah
menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah)”.
bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang dapat
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
A. Posisi Kasus
1. Kronologi Kasus
Terdakwa dengan nama Balga Hatop Marbun pada hari Selasa tanggal 23
Juli 2019 sekira pukul 10.00 WIB atau setidak-tidaknya pada bulan Juli 2019,
awalnya Terdakwa selaku Nahkoda85 KM. Qolit berangkat ke laut pada hari Senin
tanggal 22 Juli 2019 sekitar pukul 10.00 WIB dari tangkahan TPI menuju perairan
ikan menggunakan jaring Hela (trawl mini) sebanyak 4 kali dengan cara jaring
kecepatan 2 (dua) knot, selanjutnya kira-kira 4 (empat) jam Terdakwa dan ABK
85
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nahkoda adalah Juragan (pemimpin)
perahu (kapal), Perwira Laut yang memegang komando tertinggi di atas kapal niaga, kapten kapal.
62
tangan kemudian mengangkat jaring yang telah berisi ikan ke atas kapal.
Kemudian pada tanggal 23 Juli 2019 sekira pukul 06.00 WIB KM. Qolit
bertolak dari tangkahan TPI ke laut untuk menangkap ikan dengan ABK 3 (tiga)
orang, setelah sampai di perairan Pulau Mursala KM. Qolit menurunkan jaring
Pukat Hela (trawl mini) sambil melaju dengan kecepatan +2 (lebih dari dua) knot.
Sekira pukul 10.00 WIB, KAL I-2-04/Mansalar mendapat informasi dari nelayan
sekitar pulau Mursala bahwa ada nelayan yang sedang melaksanakan menarik
jaring pukat hela (trawl mini) di Pulau Mursala tersebut. Kemudian KAL I-2-
itu diketahui bahwa Terdakwa adalah Nahkoda KM. Qolit, selanjutnya atas
menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap terlarang yaitu 1 (satu) set
jaring Hela (pukat trawl mini) dan barang bukti lain berupa 1 (satu) set fiber ikan,
1 (satu) set drum plastik, 2 (dua) set fiber kecil dengan hasil tangkapan +70 kg
ikan campur, 1 (satu) lembar bukti pencatatan Kapal Perikanan berlaku s.d 3
September 2019, 1 (satu) lembar Surat Keterangan Data Ukuran dan Tonase
kapal, 1 (satu) lembar Lampiran PAS kecil, dari hasil pemeriksaan kapal bernama
KM. Qlit. Nahkoda, telah selesai melaksanakan pemeriksaan dokumen kapal dan
2. Dakwaan
tunggal86 dan perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang
dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
3. Fakta Hukum
yang berupa Alat Bukti87 dan Barang Bukti88. Dalam Pasal 184 Ayat (1) Kitab
bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
86
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat
Dakwaan “Dalam surat dakwaan tunggal hanysa satu tindak pidana saja yang didakwakan, karena
tidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya.”
87
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia¸Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hlm 254
“Alat Bukti adalah upaya pembuktian melalui alat-alat yang diperkenankan untuk dipakai
membuktikan dalil-dalil atau dalam perkara pidana dakwaan di sidang pengadilan”
88
Ibid. “Barang Bukti adalah sesuatu untuk meyakinkan kebenaran suatu dalil,
pendirian, atau dakwaan.”
dapat dipergunakan sebagai pembuktian adalah alat-alat bukti yang sah menurut
Undang-Undang.
1. Keterangan saksi90 yang disampaikan oleh Riwanto Turni dan Edy Santoso
b. Penangkapan berawal pada pukul 10.00 WIB, ketika itu TNI AL sedang
dengan menggunakan pukat hela (trawl mini). Saksi dengan jelas melihat
89
Lihat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 184 Ayat (1)
90
Pasal 1 Angka 26 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana “Saksi adalah orang
yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”
sudah rusak.
trawl mini sudah menjadi suatu tradisi nelayan Sorkam untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
mereka gunakan.
c. Terdakwa baru membawa KM. Qolit kurang lebih selama 3 bulan dan
3 September 2019
91
Pasal 189 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana “Keterangan
terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
ia ketahui sendiri atau alami sendiri”
4. Tuntutan
(dua ratus lima puluh juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan;
2) +70 (dua puluh) Kg ikan campur (dalam keadaan busuk) dan telah
Bukti Ikan;
92
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
“Tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang
dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh hakim di siding dalam hal dan cara yang telah
diatur dalam Hukum Acara Pidana.”
5. Pertimbangan Hakim
a) Setiap orang
Perikanan, yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perseorangan atau
korporasi.
Pasal 9;
malus” yaitu dalam hal seseorang melakukan suatu tindak pidana, tidak saja ia
itu dilarang oleh undang-undang dan diancam pidana. Kedua, dalam hal seseorang
tindakannya itu. Artinya ada hubungan yang erat antara kejiwaan (bathin) dengan
pidana, tidak tergantung dari keinsyafan, apakah suatu Tindakan dilarang dan
Perikanan, yang dimaksud dengan ikan adalah segala jenis organisme yang
seluruh atau Sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan
Republik Indonesia:
1. Alat penangkapan ikan93 dan/atau alat bantu penangkapan ikan94 yang tidak
2. Alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan atau standar yang
ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang
terlarang;
ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal
alternatif dan bukan kumulatif. Sehingga apabila salah satu tindakan yang
berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain, mengangkut, memuat,
93
Op.Cit. Peraturan Menteri KP Nomor 71/PERMEN-KP/2016 Pasal 1 Angka 2 “Alat
Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut API, adalah saran dan perlengkapan atau benda-benda
lainnya yag dipergunakan untuk menangkap ikan.”
94
Op.Cit. Peraturan Menteri KP Nomor 71/PERMEN-KP/2016 Pasal 1 Angka 3 “Alat
Bantu penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut ABPI, adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan ikan dalam kegiatan penangkapan ikan.”
melakukan sesuatu;
Ikan Pukat Hela (Trawl) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan
menggunakan alat penangkap ikan pukat hela (Trawl) dan alat penangkapan ikan
Republik Indonesia;
kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk
persidangan, diketahui bahwa benar KM. Qolit yang di nahkodai oleh Terdakwa
tersebut adalah kapal perikanan berukuran 5 (lima) Gross Ton sebagaimana bukti
Terdakwa Bersama Anak Buah Kapalnya yang ditangkap oleh Saksi Riwanto
Turnip dan Edy Santoso (anggota TNI AL) adalah termasuk dalam kategori
nelayan kecil;
Terdakwa;
a) Saksi Riwanto Turnip dan Saksi Edy Santoso (anggota TNI AL) bersana
timnya telah menemukan fiber yang berisikan ikan hasil tangkapan yang
(kurang lebih tujuh puluh) kilogram dengan jenis ikan campur, dan hal tersebut
c) barang bukti berupa 1 (satu) set jaring trawl, adalah alat yang dipergunakan
dipergunakan kembali, dan lagi pula jaring trawl tersebut adalah alat
penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah, sehingga barang bukti tersebut
haruslah dimusnahkan;
perbuatannya;
6. Putusan Hakim
meringankan Terdakwa;
MENGADILI:
1. Menyatakan Terdakwa Balga Hatop Marbun tersebut diatas terbukti secara sah
dakwaan tunggal;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 1 (satu) bulan dan denda sejumlah Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan
e. Dokumen yang terdiri dari 1 (satu) lembar Bukti Pencatatan Kapal Perikanan
berlaku s.d 3 September 2019, 1 (satu) lembar Surat Keterangan Data Ukuran
Dimusnahkan;
a. Barang butki berupa 70 (tujuh puluh) kilogram ikan campur yang sudah
Berdasarkan Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang bunyinya bahwa jika
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
Dari Pasal tersebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sibolga berkeyakinan untuk
kasus ini alat bukti yang sah yang sudah terpenuhi adalah keterangan saksi (Edy
Santoso dan Riwanto Turnip) dan keterangan Terdakwa (Balga Hatop Marbun).
bermasyarakat.
selama persidangan, dakwaan yang dijatuhkan oleh penuntut umum telah sesuai
dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Terdakwa. Dalam kasus ini Penuntut
Tentang Perikanan yang berbunyi “setiap orang yang dengan sengaja memiliki,
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000
fakta hukum yang ada maka Terdakwa terbukti melakukan perbuatan tindak
pidana tersebut. Hal tersebut didukung oleh fakta hukum yang ada yakni yang
terdapat dalam keterangan saksi dimana saksi melihat secara langsung bahwa
mini), yang dalam pasal 85 bahwa pukat hela termasuk alat penangkapan yang
perundang-undangan telah diundangkan maka pada saat itu setiap orang dianggap
excusat). 95
terhadap tindak pidana perikanan adalah setiap orang. Sehingga Majelis Hakim
Setelah semua unsur dalam dakwaan terpenuhi dan setelah melihat dan
dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan dan pidana denda sebesar
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak
dibayar maka dapat diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan serta
mengembalikan barang bukti berupa 1 (satu) set jaring hela yang digunakan
pidana penjara penulis tidak sepakat karena menurut penulis pidana penjara 1
(satu) bulan dikhawatirkan tidak akan memberikan efek jera terhadap pelaku
maupun terhadap pelaku kejahatan pengguna alat tangkap ikan ilegal lainnya.
95
https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/beranda/kegiatan/9-kegiatan/139-pener-
apan-asas-fiksi-hukum-dalam-perma, diakses pada 30 Januari 2021, Pukul 21.38 WIB
barang bukti berupa 1 (satu) set jaring trawl mini haruslah dimusnahkan karena
alat penangkap ikan tersebut merupakan alat penangkap ikan yang dilarang
Vonis Majelis Hakim lainnya menurut penulis tidak tepat adalah pidana
denda sebesar Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
bulan. Karena pidana pengganti berupa pidana kurungan selema 1 (satu) bulan
dengan jaring trawl mini dimana jaring tersebut menyebabkan rusaknya biota laut
sekitar pantai pulau Mursala dan seperti yang diketahui bahwa dasar laut sekitar
pulau Mursala kaya akan terumbu karang dan biota laut lainnya.
Umum telah sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Terdakwa atau
minimal Majelis Hakim menjatuhkan vonis pidana penjara selama 1 (satu) tahun
dan pidana denda sebesar Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 6
(enam) bulan. Alasan tersebut sema-mata untuk memberikan efek jera terhadap
Terdakwa dan para pelaku pengguna alat tangkap ikan ilegal lainnya.
pemidanaan deterrence atau teori pencegahan dimana menurut teori ini terdapat
dua prevensi yang menjadi tujuan pemidanaan yaitu prevensi umum dimana
memberikan efek jera kepada pelaku tindak pidana sehingga tidak mengulangi
perbuatannya kembali.96
96
Resi Maldini, Skripsi, Perbandingan Sistem Pemidanaan di Belanda dengan di
Indonesia dalam Upaya Penanggulangan Over Capacity Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di
Indonesia, UNPAS, Bandung, 2019, hlm. 35
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Pengguna bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
b) Pengguna alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang
tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, tidak sesuai dengan persyaratan
atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu, dan atau alat
Indonesia, dan
d) Perizinan illegal
Sbg yang telah dinyatakan bersalah dan dituntut dengan Pasal 85 Ayat (9) Jo
80
3. Negeri Sibolga, dinilai kurang efektif dalam memberikan efek jera baik
ilegal khususnya pengguna alat tangkap pukat hela (trawl). Dan terlebih
terdapat putusan hakim yang tidak sesuai dengan pertimbangan hakim yaitu
terhadap pengembalian barang bukti berupa 1 (satu) set pukat hela mini (trawls
mini) yang digunakan pelaku untuk menangkap ikan di sekitar pantai Pulau
Mursala.
B. Saran
dijalankan dengan baik, untuk itu perlu untuk diperbanyaknya sumber daya
rutin di wilayah perairan negara Republik Indonesia, sebab hal tersebut juga
Sumber Buku:
Ilmu, 2014.
Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
2007.
2006
Cipta, 2008.
Kencana, 2006.
82
mahastya, 2006.
Paramita, 2004.
Bahari di Era otonomi Daerah, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
1984.
Guepedia, 2019.
Marpaung, Leden. Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika,
2012.
Waktu 2015 (Marine and Figures 2015), Jakarta, Pusat Data Statistik dan
press, 2009.
2003
Dua Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana, Jakarta, Aksara Baru, 1983.
2003.
Grafika, 2011.
Kasus Penggunaan Jaring Trawl oleh Nelayan Wilayah Perairan Gresik, Jurnal
Penggunaan Bahan Kimia dalam Penangkapan Ikan, Medan, UMSU, 2019, hlm.
Bangkep, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Vol. 3 No. 2, Sulawesi Utara, 2014,
hlm. 3
Karang Desa Arakan dan Wawontulap, Vol. 7 No. 1, Manado, 2011, hlm. 57
Terhadap Perkara Pidana Anak, Jurnal Yudisial, Vol. 8 No. 3, Malang, 2015,
hlm. 12
Sumber Internet
21.34 WIB
dari-natuna-menteri-susi-pimpin-penenggelaman-19-kapal-ilegal-di-3-kota,
Rahardjo, Wiko. Artikel, Inilah Daftar 2.183 Kapal Ikan yang Belum