Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA KEWARGANEGARAAN DAN


PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
MATA KULIAH
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh
Kelompok 4 PPKN :

1. Rezky Amalia. HM 2161201064


2. Jusrindawati 2161201028
3. Masita 2161201102
4. Adharah Putri Nurkaidah 2161201078
5. Nur Hikmah 2161201014
6. Wardani 2161201046

KELAS 1B2
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM MAROS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu. Tak lupa sholawat dan salam saya haturkan kepada junjungan nabi kita
Muhammad SAW. Yang telah mengantarkan saya dari zaman yang buruk ke zaman yang
lebih baik.
Selanjutnya saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat di kumpulkan pada waktu
yang tepat.
Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah dari awal
sampai akhir, sesungguhnya saya telah membuatnya semaksimal mungkin namun saya sangat
berharap kritik dan saran yang membangun dari dosen atau teman saya untuk memperbaiki
makalah ini.

Pangkajene, 18 oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
BAB 1 2.1 Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan..........................................6
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan..............................................6
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan...............................6
2.1.3 Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum........................................................................8
BAB 2.......................................................................................................................................11
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat......................................................................................11
2.2.1 Pengertian Filsafat.......................................................................................................11
2.2.2 Pengertian Pancasila Secara Historis..........................................................................11
2.2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..........................................................................12
2.2.4 Susunan Isi Arti Pancasila.....................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong
negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh
persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideology merupakan hasil
refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya. Maka terdapat sessuatu yang bersifat dialektis dan pihak yang lain
mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara
berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju
cita-citanya, Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar
negara yang sering kita sebut pancasila.
Pancasila sebagai ideologi merupakan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi negara
dan karakteristik pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah inonesi menunjukkan bahwa
pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih
baik, untuk mencapai Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kekuatan yang tidak bias dipisahkan, karena dalam masing-
masing sila tidak bias ditukar tempat atau dipindahkan. Bagi bangsa Indonesia, pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasannya pancasila yang
telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti yang telah tercantum
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu yang memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia. Mempelajari pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa
Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-
hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.
Melalui makalah ini dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
pancasila.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pancasila dan filsafat?
2. Bagaimana pengertian pancasila sebagai suatu filsafat dan secara historis?
3. Tujuan dan manfaat pendidikan pancasila?
4. Apa pengertian landasan ilmiah dan landasan hukun?
5. Bagaimana susunan isi arti pancasika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian dari pancasila dan filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari pancasila sebagai suatu filsafat dan
secara historis.
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pancasila.
4. Untuk mengetahui dan memahami landasan ilmiah dan landasan hukun.
5. Untuk mengetahui sususan dari isi arti pancaila?

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat dan khususnya kaum muda bangsa Indonesia dapat
memahami bagaimana arti penting dari pancasila dan filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar negaranya.
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam mengartikan,
memaknai, serta mengimplementasikan arti pancasila sebagai filsafat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

BAB 1
2.1 Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran wajib dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan pencasila dan
kewarganegaraan diharapkan mampu memberikan perhatiannya kepada
pengembangan nilai, moral dan sikap perilaku peserta didik. Mata kuliah ppkn
diperguruan tinggi adalah kelanjutan dari studi sebelumnya. Diperguruan tinggi, ppkn
diajarkan lebih mendetail sampai ke akar-akarnya. Dasar ppkn diajarkan hingga
tingkat perguruan tinggi adalah pasal 17 dan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa ppkn wajib dimuat dalam kurikulum
pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
Sebenarnya, studi yg sejenis dengan PPKn, sebagai materi pendidik umum,
(General Education/Humanities) diterapkan pula di beberapa negara dengan berbagai
macam istilah atau sebutan, misalnya : Amerika serikat (History, Humanity dan
phylasophy), selandia Baru (social studies), Rusia (Obscesvovedinie) dll.
Berdasarkankenyataan dikembangkannua studi sejenis PPKn sebagai materi
pendidikan umum di beberapa negara tersebut, semakin jelas menunjukkan bahwa
kesadaran Demokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan
basis filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan, dan pengalaman Sejarah bangsa
tersebut.
Materi pendidikan umum khususnya PPKndanstudi sejenisnya diberbagai
negara, pada dasarnya memiliki peran stategis dalam menyiapkan dan membekali
nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warga negaranya yang cerdas, mampu
bertanggung jawab, berkeadaban serta berkeluhuran budi.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

6
Tujuan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan terdapat dalam keputusan
DIRJEN DIKTI No. Yang dirumuskan dalam visi, misi, dan kompetensi sebagai
berikut.

Misi PPKn di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa


memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai nilai
dasar Pancasila, rasa kebanggan dan cinta tanah air dalam menguasai , menerapkan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung
jawab dan bermoral.
Merujuk dari visi,misi dan kompetensi maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama PPKn adalah menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta
membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa Pancasila. Sedangkan secara universal , manfaat PPKN yang wajib
diikuti oleh semua murid dan pendidikan mulai dari seklah dasar hingga tingkat
perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
1. Menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila
Pancasila merupakan ideologi landasan negara kita.Segala perbuatan yang kita
lakukan,bahkan hingga peraturan perundang-undangan pun mengacu pada nilai dari
Pancasila itu sendiri.
2. Membantu memahami arti sebenarnya dari Pancasila
Pancasila merupakan ideologi,yang berarti masih ada kemungkinan banyak orang
belum memahami arti sebenarnya secara mendalam.
3. Membantu individu untuk mencintai Negara Indonesia
Ada pepatah yang berbunyi,tak kenal maka tak sayang. Kalimat tersebut jika kita
bandingkan dalam kehidupan bernegara maka dapat dikaitkan dengan hubungan
antara maanfaat PPKn itu sendiri.
4. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir Pancasila
Pancasila,sesuai namanya memiliki lima sila yang berbeda-beda.Masing-masing dari
kelima sila tersebut memiliki butir-butir sila tersendiri merupakan ekstraksi atau
penjabaran dari setiap sila yang terdapat pada pancasila.
5. Individu dapat mengamalkan pancasila disegala situasi
Nilai dan butir-butir yang terkandung dalam Pancasila merupakan hal-hal
yang
baik terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini membuat individu
sebagai warga Negara yang baik wajib mengamalkan berbagai macam nilai-nilai
luhur dari Pancasila.
6. Pedoman menjadi warga yang baik
Buku pedoman yang berisi lima poin penting atau yang kita kenal dengan lima
sila yang berisi bagaimana cara agar kita menjadi warga negara yang baik.

7
7. Memahami ideology bangsa Indonesia
Dalam hal ini, pancasila berfungsi sebagai landasan ideology negara
indonesia. Artinya, dengan adanya pendidikan pancasila, maka kita sebagai warga
negara akan memahami mengenai ideologi dan juga dasar-dasar negara Indonesia
yang baik.
8. Membangun karakter warga negara yg bermartabat
Pendidikan pancasila sangatlah penting, karena melalui pendidikan pancasila
dapat terbangun karakter dari masyarakat Indonesia yang baik, bermartabat, dan
berintegritas dalam melakukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan
Kita bias mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan kita sehari-hari,
salah satunya adalah dengan cara memahami nilai dari pancasila, yang kita pelajari
dalam pendidikam pancasila dan kewarganegaraan.

2.1.3 Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki 2 landasan , yaitu
landasan ilmiah dan landasan hokum.
1. Landasan Ilmiah
Untuk landasan ilmiah dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan akan
dijelaskan tentang dasar pemikiran PPKN , objek pembahasan PPKN , serta rumpun
keilmuan,
a. Dasar Pemikiran PPKN
Penanaman nilai-nilai Pancasila dan kewarganegaraan (civic values) melalui
pendidikan semakin penting dalam masa menuju demokrasi yang sedang
terjadi di Indonesia, karena cara yang strategis untuk mengalami demokrasi
ialah melalui PPKN/ civic education yang di dalamnya mengandung upaya
sosialisasi , diseminasi dan aktualisasi konsep, kewarganegaraan ( civic values
) melalui pendidikan semakin pentig ketika bangsa ini mengalami kritis
multidimensi yang berkepanjangan di tengah tengah transisi politik menuju
demokrasi.
b. Objek Pembahasan PPKN
Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu
bidang atau cabang ilmu. Objek pembahasan atau substansi PPKn dalam buku

8
ini dijabarkan lebih rinci. Semua tersaji baik secara teori dan aplikasinya demi
menjawab dinamika dan persoalan keknian. Adapun , pokok-pokok materi
pembahasan tersajikan secara sistematis, meliputi berikut ini.
1. Pengantar PPKn
2. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
3. Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
4. Identitas Nasional dan Multikulturalisme
5. Negara dan Konstitusi
6. Peraturan Perundang Undangan
7. Demokrasi Indonesia
8. Negara Hukum, Rule of Law dan HAM
9. Hak dan Kewajiban Warga Negara
10. Geopolitik Indonesia dan Wawasan Nusantara
11. Geostrategi Indonesia dan Ketahanan Nasional
12. Otonomi Daerah
13. Korupsi Indonesia
14. Praksis Good dan clean Governance

c. Rumpun Keilmuan
Berdasarkan rumpun keilmuan, PPKn dapat disejajarkan dengan Civics
Education yang dikenal di berbagai negara. Akan tetapi, civics Education tidak
memunculkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
PPKn di Indonesia adalah sebagai bidang studi yang ilmiah. PPKn ini bersifat
antardisipliner ( antar bidang) bukan monodisipliner, karena dalam objek
pembahasannya terdapat kumpulan pengetahuan yang diambil dari berbagai
ilmu guna pengembangan ilmu Pancasila dan Kewarganegaraaan.
2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang
memuat cita cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekaan.
2) Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersama
kedudukannya di dalam hokum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
9
3) Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tiap tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
4) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa tiap tiap warga negara berhak
mendapat pendidikan.
b. Ketetapan MPR NO.II/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
c. Undang-Undang NO.30 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
1) Pasal 9 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan negara.
2) Pasal 9 ayat (2) disebutkan bahwa keikutsertakan warga negara dalam bela
negara sebagaimana dimaksud ayat 91) diselenggarakan melalui :
a) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;
b) Pelatihan kemiliteran secara wajib;
c) Pengabdian sebagai prajurit tentara nasional Indonesia secara suka
rela dan secara wajib; dan
d) Pengabdian secara profesi.
d. Undang-Undang Republik Indonesia NO. 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan Nasional.
e. Merujuk pada beberapa Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.223/U/2000 tentang Pedoman
Penyusan Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa
Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa, dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK), yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.
f. Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidkan
Nasional No.43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

10
BAB 2
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2.2.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologi istilah "filsafat" berasal dari bahasa Yunani "philein" yang
artinya "cinta" dan "sophos" yang artinya "hikmah" atau "kebijaksanaan" atau
"wisdom" (Notonagoro 1974: 43).
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila bukan hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan
merupakan hasil karya besar Indonesia sendiri.
Saat ini banyak orang yang verpandangan bahwa kenikmatan merupakan nilai
terpenting dan tertinggi dalam kehidupan. Maka dari itu, orang tersebut berpandangan
filsafat hedonisme. Demikian juga jika seseorang berpendangan bahwa dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah kebebasan individu, maka orang
tersebut berfilsafat liberalisme, dan masih banyak pandangan filsafat lainnya. Filsafat-
filsafat diluar pancasila itulah yang sebenarnya sebuah ancaman buat bangsa ini, maka
sudah seharusnya kita sebagai bangsa yang besar untuk tidak melupakan sejarah
negeri ini dengan menjadikan pemahaman pancasla lebih mengakar dan
terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Pengertian Pancasila Secara Historis


Proses perumusan pancasila diawali ketika siding BPUPKI pertam,
dr.Radjiman Wedyodiningrat mengajukan suatu masalah yang akan dibaha pada
siding tersebut. Masalah tersebut adalah tentang calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Pada tanggal 1 juli 1945 didalam sidang tersebut Ir.
Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia.
Kemudian untuk mmberi nama istilah dasar negara tersebut Soekarno memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari
salah seorang temannya, yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 agustus 1945 indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,

11
kemudian keesokan harinya 18 agustus 1945 disahkan Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dimana didalamnya termuat
rumusan lima prinsip sebagai suatu dasar negara yang diberi nama pancasila.
Sejak saat itu pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Hal ini didasarkan atas interpretasi histori terutama dalam rangka
pembentukan calon rumusan dasar negara yang kemudian secara spontan diterima
disidang oleh peserta sidang secara bulat.

2.2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Nilai-nilai esensial pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Seling berhubungan, saling ketergantungan.
3. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem).
4. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (KattsoffO, Louis,2004-22).
Ditinjau dari intinya, urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat
dalam luas dan isi sifat nya yang merupakan pengkhususan dari sila-sila yang
dimukanya. Dengan demikian, diantara sila sila pacasila ada hubungan yang
saling mengikat antara sila yang satu dengan yang lain sehingga pacasila
merupakan satu kesatuan yang bulat. Sebaliknya, ketuhanan yang Maha Esa
adalah ketuhanan yang berkemanusiaan; membangun, memelihara, dan
mengembangkan persatuan Indonesia; berkerakyatan; dan berkeadilan sosial
sehingga tiap-tiap sila didalamnya mengandung sila-sila lainnya. Sila yang satu
senantiasa dikulalifikasi dengan sila-sila lainnya. Dengan ini, maka pancasila pada
hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian bagian sila silanya
saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu steuktur yang
menyeluruh.

2.2.4 Susunan Isi Arti Pancasila


Jika pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila sila pancasila
merupakan suatu sistem nilai. Oleh karena itu, sila-sila pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Konsekuensinya, realisasi setiap sila pancasila yang
ada, saling berhubungan secara sistemis dengan sila sila lainnya sehingga bisa di

12
artikan sila sila pancasila itu saling meliputi dan menjiwai. Lebih jelasnya, berikut
susunan isi arti dalam setiap sila pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan pemyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral
penyelenggara negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai
nilai nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab,
kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung suatu nilai kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusi
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya, baik
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun sesama lingkungannya.
Nilai kemanusiaan yg adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yg berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. konsekuensinya,
nilai yang terkandung dalam kemanusiaan yg beradil dan beradab adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,menghargai kesamaan gak
dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, Negara merupakan suatu persekutuan hidu bersama diantara
elemen-elemen yang membentuk negara, berupa suku, ras, dan Agama. Oleh
karena itu, perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri
khas elemen-elemen yang membentuk negara. Perbedaan ini mengikatkan diri
dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan
13
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan Persatuan Indonesia,
serta mendasari dan menjiwai sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Hakikat rakyat adalah sekelompok manusa sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu dan bertujuan mewujudkan berkat dan
martabat dalam suatu wilayah negara.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
didasari oleh Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai
nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama.

Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama


meliputi: (a) keadilan distributive, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
terhadap warganya serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
kewajiban; (b) keadilan legal, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara
terhadap negara da dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara; (c)
keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan anatara warga negara satu dengan
yang lainnya secara timbal balik.
Secara subtansial, nilai-nilai dari kelima sila dalam pancasila merupakan nilai
yang bersifat universal dan berlaku juga hamper diseluruh dunia ini. Hanya saja,
penerapannya disesuaikan dan dikembangkan berdasarkan budaya masing-masing.
Nilai-nilai praksis merupakan penjabaran nilai dari instrumental dalam suatu realisasi
penerapan yang bersifat nyata dan bias diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat, berbangsa dan bernegara baik oleh individu maupun kelompok sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Selalu
mengembangkan sikap hormat antar pemuluk agama yang berbeda-beda untuk
14
membina kerukunan hidup diantara sesame umat pemuluk agama dan tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Memperlakukan manusia sesuai dengan martabat sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa untuk mengakui persamaan derajat hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia dan selalu mengembanggkan sikap sling mencintai sesame
manusia, sikap tenggang rasa, dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
Mampu menempatkan kesatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa.
Mengembangkan rasa cinta dan bangga kepada tanah air dan bangsa serta
memelika ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan social untuk persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Setiap warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama, tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dengan iktitat
yang baik dan rasa tanggung jawab menerima hasil musyawarah dan
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, dilakukan
dengan akal sehat dan hati nurani untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran, dan keadilan demi kepentingan bersama.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan, sikap adil terhadap sesame, menghormati hak orang lain
dan suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Merujuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut, praktik
pengalaman atau aktualisasinya harus fungsional, artinya nilai-nilai yang ada dalam
pancasila diterapkan dalam kehidupan manusia secara nyata.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan diatas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bias
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bias ditukar tempat atau dipindahkan.
Bagi bangsa indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia.
Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian
dituangkan kedalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya
tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya tersebut.
Adapun yang mendasari pancasila adalah dasar ontologist (Hakikat Manusia), dasar
Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya).

3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat mengetahui
seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik
dan benae, serta tidak melecehkan arti penting Pancasila.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai