Anda di halaman 1dari 7

MEREBUT DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI

PULAU JAWA

Disusun Oleh :

Nama: Dhaffa Rafi Rabbani

Kelas : XII IIS 1

NIS : 10597

SMAN 62 JAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Merebut Kemerdekaan di Pulau Jawa

Perlawanan di Singaparna, Jawa Barat

1. Latar belakang
Semua bermula ketika Jepang menduduki Indonesia setelah kolonial Belanda
menyerah tanpa syarat melalui perjanjian Kalijati. Berbeda dengan Belanda, Jepang memiliki
strategi berbeda guna menguasai Indonesia.
Alih-alih menyerang melalui kekuatan militer, Jepang lebih memilih cara propoganda
guna mengambil hati pribumi. Salah satu caranya adalah membebaskan semua tahanan
politik Hindia Belanda, yang salah satunya adalah ulama sekaligus pemimpin pondak
pesantren, K.H. Zainal Mustafa.
Setelah membebaskan K.H. Zainal Mustafa,pihak Jepang mencoba merayunya
menduduki jabatan anggota Sandenbu (Badan Propaganda) di Priangan Timur. Namun
strategi yang dilakukan Jepang menemui jalan buntu. Sebagai pemimpin yang diikuti hampir
seluruh santri di Tasikmalaya dan Priangan timur, Kiyai yang pernah menjadi santri di
Sukamiskin tersebut menolak ajakan Jepang.
Beliau menolak bekerja sama karena alasan adanya ketentuan Seikerei, yaitu sikap
membungkuk ke arah timur di pagi hari sebagai penghormatan terhadap Kaisar Jepang
(Tenno Haika). Gerakan Seikerei mirip gerakan ruku' dalam shalat.Tidak hanya sebagai
penghormatan, Seikerei juga sebagai pengakuan bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan
"Dewa Matahari" (Ameterasu). Dalam ajaran Islam tindakan itu berarti musyrik.
Akibat dari penolakan tersebut,  Jepang menempatkan polisi rahasia (Kenpeitai) untuk
mengawasi kegiatan Pesantren Sukamanah dan KH Zainal Mustafa.
Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol; Studi tentang Perubahan Sosizl
Pedesaan di Jawa 1942-945, dengan mengutip Sjarif Hidajat menyatakan, kegeraman KH
Zainal Mustafa terhadap Jepang mulai muncul tidak lama setelah Tentara ke-16 Kekaisaran
Jepang menduduki wilayah Jawa dan membentuk pemerintahan militer. Disebutkan pada
tahun 1943 KH Zainal Mustafa diam-diam melakukan persiapan perlawanan. Untuk tujuan
ini, telah dilakukan kontak dengan beberapa pesantren di Tasikmalaya.
Selain itu juga dilakukan hubungan dengan kesatuan batalyon PETA (Pembela Tanah
Air) yang dipimpin Daidancho Maskun. Nama terakhir ini disebut memiliki hubungan yang
erat dengan Pesantren Sukamanah yang dipimpin KH Zainal Mustafa. Daidanco Maskun
berjanji bahwa ia dan anak buahnya akan datang ke Sukamanah/Cimerah untuk memberi
latihan militer untuk para santri. Rupanya hubungan dan rencana itu tercium pihak Jepang.
Tidak lama kemudian kesatuan tentara PETA dipindahkan ke bagian selatan wilayah
Tasikmalaya.
KH Zainal Mustafa pun tahu persis pihak Jepang telah dan selalu mengawasinya
bahkan mengancamnya. Meski begitu suara-suara keras tetap saja ditujukan kepada Jepang.
Beliau dan para santri siap dengan semua kemungkinan. Persiapan yang dilakukan adalah
membentuk barisan santri dan rakyat untuk melindungi area pesantren. Jumlahnya sebanyak
509 orang.  
2. Jalannya Perlawanan
Pada 23 Februari 1944 Jepang mengirim utusan ke pesantren. Mereka mengancam
KH Zainal Mustafa, para santri, dan penduduk desa. Esoknya, 24 Februari, Jepang
mengerahkan pasukan Kempetai yang dipimpin pejabat lokal yang memihak Jepang seperti
Camat Cakrawilaksana, Sastramaun (Lurah Cimerah), Suhandi (juru tulis), dan Muhri
(Kepala Kampung Punduh). Mereka ingin meringkus KH Zainal Mustafa.
Terjadi bentrok fisik dengan para santri. Senjata-senjata Jepang berhasil direbut yaitu 12
senapan, 3 pucuk pistol, dan 25 senjata tajam.Senjata-senjata itu disimpan dan tidak
digunakan. KH Zainal Mustafa sadar, Jepang pasti akan datang lagi dengan kekuatan yang
lebih besar.
Pada 25 Februari 1944 sebelum pelaksanaan Shalat Jum'at, KH Zainal Mustafa
menyampaikan hal itu, kemudian memberi kebebasanpilihan jika ada santri memilih
mengundurkan diri atau pulang ke kampung masing-masing. Semua santri ternyata lebih
memilih ikut melawan.
Saat khutbah Jum'at, Jepang mengepung rapat pesantren dan masjid. KH Zainal
Mustafa meminta jamaah tenang dan menyelesaikan Shalat Jum'at.Setelah itu ditemuinya
pasukan Kempeitai di Gunung Bentang. Seorang perwira Jepang minta agar berbicara di
masjid. Tapi ketika bicara, nadanya begitu congkak sambil mengancam KH Zainal Mustafa
akan dihukum berat.
Setelah itu perwira Jepang itu membujuk lagi; KH Zainal Mustafa tidak akan
dihukum asal mau minta ampun. Jamaah pun tersinggung karena perkataan perwira Jepang,
bahwa jika satu orang Jepang mati maka harus ditebus seribu nyawa orang Indonesia.
Suasana pun berubah gaduh, dan Jepang telah bersiap.Saat itu juga KH Zainal Mustafa
mengeluarkan komando perlawanan. Perkelahian pun pecah!
Dalam perkelahian di persawahan, tiga polisi Jepang tewas dan satu melarikan diri.
Melihat ini Jepang pun marah besar. Selanjutnya dikirim 6 kompi tentara,dan Desa
Sukamanah pun dikepung dari tiga arah; selatan, timur, dan utara. Menjelang Ashar, Jepang
dengan menggunakan kendaran lapis baja berusaha menerjang pesantren. Mereka juga
sengaja memaksa beberapa penduduk desa berdiri di barisan depan.
Cara licik ini membuat para santri menjadi ragu karena berhadapan dengan rakyat
sendiri. Melihat hal ini KH Zainal Mustafa memerintahkan untuk tidak melakukan
perlawanan dulu.
Karena kalah senjata, KH Zainal Mustafa dan para santrimundur pada menjelang
malam. Tentara Jepang selanjutnya merangsek ke pesantren. Mertua KH Zainal Mustafa,H.
Syamsuddin, dibunuh Jepang di tempat itu.
Malam itu juga,KH Zainal Mustafa yang mundur ke Kampung Cihaur,ditangkap
bersama dengan Kyai Najamuddin, Kyai Umar, Domon, A. Hidayat, serta 27 santri.Dari 26-
29 Februari 1944 banyak penduduk desa disekitar pesantren yang ditangkap tentara Jepang.

3. Akibat Perlawanan
Penjara Tasikmalaya menjadi penuh, dan KH Zainal Mustafa sendiri menjalani proses
interogasi selama 3 bulan. Interogasi itu dilakukan dengan siksaan-siksaan berat. Setelah itu,
keberadaannya tidak jelas karena KH Zainal Mustafa dipindahkan ke Cipinang, Jakarta.
Meski demikian, secara politik, akibat yang ditimbulkan dari meletusnya perlawanan itu
membuat pemerintah militer (Gunseikan-bu) Jepang di Jakarta merasa was-was karena
khawatir perlawanan seperti itu akan ditiru kyai-kyai lain.

4. Makna Yang Dapat Diambil


Jadi hikmah yang terkandung pada saat perang pahlawan menjunjung tinggi untuk tidak ikut
menyekutukan Tuhan, oleh sebab itu singaparna melakukan perlawanan
5. Gambar Situasi Perang
B. Mempertahankan Kemerdekaan di Pulau Jawa

Peristiwa Bandung Lautan Api

1. Latar Belakang
Pada awalnya, pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada
12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan sekutu (Inggris) dengan pemerintah Indonesia
sudah tegang, dimana mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk
kecuali Tentara Keamanan Rakyat (TKR) diserahkan kepada pihak sekutu.
Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari tawanan mulai melakukan tindakan-
tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris
dan TKR tidak dapat dihindari. Pada 21 November 1945 malam, TKR dan badan-badan
perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara
yang digunakan sebagai markas.
Setelah penyerangan tersebut, maka MacDonald menyampaikan ultimatum kepada
Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia termasuk
pasukan bersenjata dengan alasan menjaga keamanan. Namun, ultimatum ini tidak
diindahkan oleh Tentara Republik Indonesia (TRI), maka dikeluarkan kembali ultimatum
kedua oleh Sekutu pada 23 Maret 1946 untuk mengosongkan seluruh kota Bandung.
Melihat peristiwa ini, pemerintah Republik Indonesia di ibukota Jakarta
menginstruksikan pengosongan Bandung agar tidak terjadi pertumpahan darah. Hal ini justru
mendorong TRI untuk melakukan operasi “bumi-hangus” karena tidak rela bila Bandung
dimanfaatkan oleh pihak sekutu dan NICA. Akhirnya, pada 23 Maret 1946 Kolonel Abdoel
Haris Nasoetion selaku Komanda Divisi III TRI memerintahkan evakuasi kota Bandung.

2. Jalannya Perlawanan
TRI menyerang markas sekutu dan membakar habis Bandung selatan sebelum
meninggalkannya. Dimana-mana asap hitam mengepul membumbung tinggi di udara dan
semua listrik mati. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud
agar sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer.
Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot sebelah selatan Bandung,
di mana terdapat gudang amunisi besar milik tentara sekutu. Gudang tersebut berhasil
diledakan menggunakan dinamit, sehingga meledak dan terbakar. Kurang lebih pukul 24.00
Bandung selatan telah kosong dari penduduk dan TRI tetapi api masih membumbung
membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Pembumi-hangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam
perang kemerdekaan Indonesia karena kekuataan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding
dengan kekuatan pihak sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Peristiwa ini diabadikan oleh
pemerintah dengan membangun Monumen Bandung Lautan Api dan mengilhami Ismail
Marzuki dalam lagunya yang berjudul Halo Halo Bandung.

3. Akibat Perlawanan
a) Sekutu tidak dapat memanfaatkan Bandung
Sekutu akhirnya gagal memiliki Bandung. Bandung memang tempat yang cukup strategis
untuk militer. Semua tempat munisi, bangunan, taman, rumah dan tempat-tempat
lain dibakar oleh para pejuang. Sehingga ketika apinya padam, sekutu hanya mendapati
bangunan-bangunan yang hancur. Bandung Lautan Api merupakan strategi bumi hangus.
Bumi hangus adalah strategi yang bertujuan untuk menghancurkan semua sumber daya yang
berpotensi untuk dimanfaatkan tentara musuh. Sekutu memang berhasil menguasai Bandung
pada Oktober 1945. Tapi karena strategi bumi hangus ini sekutu nyaris tidak mendapatkan
apapun.

b) Sekutu gagal mendapat senjata baru


Di antara bangunan-bangunan yang hancur itu tentu ada gudang senjata. Sekutu jelas
menginginkan senjata melalui ultimatum pertama dan keduanya. Sebelum membakar habis
Kota Bandung, para pejuang tentu sudah mengemas persediaan senjata untuk dibawa pergi.

c) Banyak prajurit sekutu yang tewas


Mungkin kita sering mendengar berita tentang kebakaran yang memakan beberapa korban
jiwa. Tapi yang terjadi di Bandung ini bukan kebakaran biasa. Melainkan kebakaran hebat
dengan api yang mampu menghanguskan sebagian besar. Api yang besar seperti ini tentu
banyak membunuh tentara sekutu. Tentang kejadian ini, akhir pertemuan Bandung Lautan
Api lebih menusuk sekutu.

4. Makna Yang Dapat Diambil


a) Rela Berkorban
Dalam Peristiwa Bandung Lautan Api, sikap rela berkorban dapat ditunjukkan ketika
penduduk Kota Bandung mengungsi dengan berjalan kaki sejauh 12 km ke arah selatan serta
membakar rumah-rumah mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
Mereka tidak membawa perlengkapan seadanya dan tidak memikirkan harta benda
dan tempat tinggalnya yang secara sukarela dibumihanguskan. Selain itu, banyak tokoh
masyarakat Bandung yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan sebagai wujud nyata
sebuah pengorbanan dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

b) Kepemimpinan
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api masyarakat Bandung menunjukkan sikap patuh
dan hormat terhadap pemerintahan Indonesia di Jakarta, yang masih seumur jagung. Betapa
pun pahit dan getirnya keputusan ini, mereka tunduk dan patuh. Walau, menurut  Dienaputra
(2016), ultimatum untuk keluar dari kota Bandung tersebut hanya untuk TRI.
Akan tetapi, kemanunggalan TRI dan rakyat, memutuskan agar mereka bersama-sama
untuk mengungsi ke luar dari kota Bandung. Sikap patuh masyarakat Bandung ini,
menegakkan wibawa Pemerintah Indonesia di mata Sekutu dan dunia Internasional.

c) Keberanian
Aksi heroik Endang Karmas dalam merobek bendera Belanda di Gedung Denis yang
pada saat itu masih berusia 14 tahun, aksi Mohammad Toha dalam meledakkan gudang
Senjata di Bandung Selatan yang menyebabkan kehilangan nyawanya, dan keberanian
Susilowati seorang perempuan pejuang Laskar Wanita Indonesia (LASWI) dengan berani
memenggal kepala Tentara Gurkha dalam pertempuran di Fokkersweg (Jalan Garuda
Sekarang) sebagai aksi yang sangat berani karena jika dalam mengusir NICA di Kota
Bandung jika tidak muncul sikap berani, Maka Kota Bandung akan jatuh ke tangan sekutu
dan kembali di jajah.
Dari nilai-nilai kepahlawanan diatas, seyogyanya kita dapat memaknai peristiwa
Bandung Lautan Api ini sebagai motivasi dan dapat membangkitkan spirit masyarakat Kota
Bandung sehingga setiap tanggal 24 Maret kita dapat memperingati aksi heroik para
pahlawan dan memaknai nilai-nilai kepahlawanannya agar dapat menjadi keteladanan dan
spirit dalam menggapai masa depan.

5. Gambar Situasi Perang

Anda mungkin juga menyukai