Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH

DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA

DI RSUD SIBUHUAN

KABUPATEN PADANG LAWAS

Oleh :

YULIDA FATMA HSB

1908111368

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang dapat

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu Negara. World Health

Organization (WHO) mendefinisikan angka kematian ibu adalah angka kematian

wanita selama masa kehamilan atau selama 42 hari setelah melahirkan yang

disebabkan oleh kehamilan dan penanganannya, bukan akibat kecelakaan atau

cedera.

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 830 wanita

meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan setiap harinya. Di tahun

2015, diperkirakan terdapat 303.000 kasus wanita meninggal saat kehamilan dan

persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berpenghasilan

rendah. Lebih dari setengah kematian tersebut terjadi di Sub-Sahara Afrika dan

sepertiganya terjadi di Asia Selatan. Di Sub-Sahara Afrika ada sekitar 62%

(179.000) kematian yang diikuti oleh Asia Selatan 24% (69.000). Tingkat negara,

dua negara menyumbang sepertiga dari semua angka kematian ibu, yaitu India 17%

(50.000) dan Nigeria 14% (40.000). Data World Health Organization (WHO) juga

menyebutkan bahwa penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,

preeklampsia, infeksi, serta penyebab yang tidak langsung seperti karena adanya

riwayat penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kehamilan.


Angka kematian ibu di Indonesia di tahun 2019 mencapai 305 per 100.000 kelahiran

hidup, padahal target angka kematian ibu di tahun 2015 adalah 102 per

100.000 kelahiran hidup data tersebut disampaikan oleh Ketua Komite Ilmiah

International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health

(ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, dan hal tersebut masih jauh dari target dimana

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs),

menargetkan AKI pada tahun 2030 harus 70 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor

determinan yang berhubungan langsung dengan kematian ibu adalah hal yang

berhubungan dengan gangguan obstetrik seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia,

dan infeksi atau penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama kehamilan yang dapat

memperburuk kondisi kehamilan.

Angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di Indonesia pada tahun 2013

menyebabkan kematian sebanyak 25%. Menurut laporan di beberapa rumah sakit di

Indonesia, preeklampsia telah menggeser perdarahan dan infeksi sebagai penyebab

utama kematian ibu. Kasus kematian ibu hamil di Provinsi Sumatera Barat pada tahun

2016 berjumlah 111 orang, meningkat jika dibanding tahun 2015 yang berjumlah 107

orang. Data cakupan penanganan komplikasi kebidanan menyebutkan sebanyak

18.313 orang dari 24.174 perkiraan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani atau

sebesar 75,7%. Cakupan dari data tersebut cukup jauh meningkat dari tahun 2015,

besarnya cakupan yaitu 64,1%.

Padang Lawas merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara dengan

angka kematian yang termasuk tinggi, angka kematian di daerah Padang Lawas

tersebut dapat dilihat dari data yang disajikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Padang

Lawas, data tersebut disajikan dalam bentuk grafik yang menunjukkan pada
tahun 2010 sampai 2014 terlihat sama jumlah kematian ibu. Angka ini berguna untuk

menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu

hamil.8 Indeks Massa Tubuh (IMT) sangat berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil,

status gizi di Kabupaten Padang Lawas yang diperoleh oleh peneliti langsung dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas menunjukkan sebagian besar ibu hamil

berada pada status gizi kurang dengan pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)

dengan usia kehamilan terbanyak berada pada trimester satu dan dua, sedangkan ibu

hamil di trimester ketiga lebih banyak dengan status gizi normal dan berlebih, ada juga

sebagian ibu hamil di trimester satu dan dua sudah mengalami status gizi berlebih, dari

data tersebut peneliti tidak menemukan pencatatan status gizi dengan pengukuran IMT

(Indeks Massa Tubuh). Data status gizi yang didapatkan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Padang Lawas ini merupakan data status gizi seluruh ibu hamil yang

berobat di puskesmas dan posyandu Kabupaten Padang Lawas. Data kasus

preeklampsia ibu hamil juga didapatkan oleh peneliti secara langsung dari rangkuman

dua tahun terakhir RSUD Sibuhuan, dimana kasus preeklampsia masih termasuk

sepuluh besar penyakit terbanyak di RSUD Padang Lawas dibagian Obstetri dan

Ginekologi.

Preeklampsia adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan

darah >140/90 mmHg yang terjadi paling sedikit dua kali dalam selang waktu 6 jam

atau lebih, yang disertai proteinuria >300mg/24 jam pada masa kehamilan. Tanda dan

gejala yang timbul pada preeklampsia ini diawali dengan adanya hipertensi, edema dan

proteinuria. Etiologi dari preeklampsia belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor predisposisi terjadinya preeklampsia antara lain umur


<20 dan >35 tahun, penyakit vaskular atau renal, diabetes mellitus, hipertensi kronis,

feokromasitoma, status gizi dan status ekonomi sosial yang rendah.

Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli juga menyampaikan faktor

yang dapat mempengaruhi preeklampsia salah satunya adalah Indeks Massa Tubuh

(IMT), dimana pola makan dan asupan gizi pada ibu sangat menentukan kesehatan ibu

hamil dan janin. Penelitian yang dilakukan oleh Chapman (2006) mengenai ibu hamil

dengan status gizi berlebih yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) >29 memiliki

risiko terjadi preeklampsia sebesar empat kali lipat dibandingkan dengan ibu hamil

dengan IMT normal. Penelitian yang dilakukan di RSUP Prof.dr. R. D. Kandou

Manado menyebutkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu dibagi menjadi dua

kelompok obesitas yaitu obesitas I (IMT 30-34,9 kg/m2) dan obesitas II (IMT 35-39.9

kg/m2).

Penelitian yang dilakukan di RSU Anutapura Palu didapatkan hasil dari uji

analisis Odds Ratio (OR) adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan

kejadian preeklampsia. Hasil dari penelitian tersebut setelah dilakukan uji statistik

diperoleh nilai OR yaitu 5.632. Hal ini menunjukan bahwa seseorang dengan Indeks

Massa Tubuh diatas normal memiliki risiko lima kali lebih besar untuk mengalami

preeklampsia di banding ibu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal dan

underweight.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Geyer 1 Kabupaten Grobogan juga

menyatakan bahwa terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian

preeklampsia. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kondisi berat badan yang

berlebih saat kehamilan memperbesar risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

Berat badan yang berlebih di samping menyebabkan kolesterol tinggi dalam


darah juga dapat menyebabkan kerja jantung lebih berat. Makin gemuk seseorang

makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat

pula fungsi pemompaan jantung sehingga dapat menyebabkan terjadinya

preeklampsia.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sidotopo Wetan juga menyatakan

bahwa sebagian besar (53,3%) preeklampsia terjadi pada ibu hamil dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) overweight, dan sebagian besar (60%) ibu hamil tidak mengalami

preeklampsia. Hasil dari penelitian di Puskesmas Sidotopo Wetan tersebut

menyimpulkan bahwa ibu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kriteria

overweight tidak berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia karena dari hasil

penelitian tersebut ditemukan sebagian besar ibu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan kriteria overweight tidak mengalami kejadian preeklampsia, justru sebagian

besar Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kriteria underweight dan normal yang

mengalami preeklampsia.

Penelitian-penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian preeklampsia.

Hubungan ini dibedakan dengan perbedaan kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) nya

sendiri, dimana ada hubungan antara preeklampsia dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan kriteria overweight dan obesitas serta ada juga hubungan preeklampsia dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kriteria underweight, hal ini diperkuat dengan

adanya penelitian yang menjabarkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) overweight

yang mempunyai risiko lebih besar menyebabkan terjadinya preeklampsia adalah

seseorang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal, dan lebih dengan nilai

OR 1,4 dan 1,8. Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kriteria


underweight memiliki risiko yang rendah terhadap terjadinya preeklampsia dengan

nilai OR 0,7.

Melihat tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari preeklampsia serta

perbedaan hasil penelitian sebelumnya tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan kejadian preeklampsia, dan tidak adanya data spesifik dari status gizi melalui

pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), maka mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian guna mengetahui bagaimana hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

kejadian preeklampsia di RSUD Sibuhuan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Padang

Lawas karena wilayah tersebut merupakan wilayah kunjungan lima besar ibu hamil.

Hal yang menjadi alasan penulis memilih RSUD Sibuhuan sebagai tempat penelitian

karena rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit besar di daerah Padang Lawas

dengan jumlah data yang mencukupi untuk sampel penelitian.

1.2 . Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

pada penelitian ini yaitu, bagaimana hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian

preeklampsia di RSUD Sibuhuan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian

preeklampsia di RSUD Sibuhuan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian preeklampsia di RSUD

Sibuhuan.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian preeklampsia berdasarkan

Indeks Massa Tubuh ibu hamil di RSUD Sibuhuan.

3. Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh ibu hamil dengan kejadian

preeklampsia di RSUD Sibuhuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang masalah kesehatan gizi pada

ibu hamil terutama pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia.

2. Manfaat bagi Fakultas Kedokteran

Menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan Indeks Massa

Tubuh dengan kejadian preeklampsia

3. Manfaat bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan

Dapat memberikan informasi tentang pasien ibu hamil hubungan antara Indeks

Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian preeklampsia.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Dapat menjadi referensi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

5. Manfaat bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan bagi

masyarakat untuk memahami pentingnya kebutuhan gizi dan menjaga pola makan

pada ibu hamil khususnya terhadap ibu hamil yang mengalami preeklampsia
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik

observasional dengan desain potong lintang atau cross sectional, dimana data populasi

atau sampel diamati pada saat yang sama.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RSUD Sibuhuan. Waktu penelitian

dilakukan mulai dari bulan Juni 2021 sampai dengan bulan Juni 2022.

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi adalah pasien ibu hamil yang menderita preeklampsia serta ibu hamil yang tidak

menderita preeklampsia yang berobat di RSUD Sibuhuan.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut.

Kriteria Inkluasi

Ibu hamil dengan keadaan kriteria Indeks Massa Tubuh kurang, normal, lebih

dan obesitas yang terdeteksi mengalami preeklampsia dan tidak preeklampsia pada

trimester ketiga kehamilan.

Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan Rekam Medik yang tidak lengkap dan hilang meliputi data tinggi

badan dan berat badan.

2. Pasien dengan hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklampsia

superimposed dan eklampsia.

3.4 Cara pengumpulan data

3.4.1 Bahan

Bahan penelitian ini diambil dari bagian rekam medik pasien yang terdiagnosis

preeklampsia dibagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Sibuhuan.

3.4.2 Jenis Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder dimana data penelitian ini

diperoleh dari rekam medik di RSUD Sibuhuan.

3.4.3 Cara Kerja

Melihat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kejadian Preeklampsia

pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan tidak mengalami preeklampsia

berdasarkan kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu hamil pada trimester ketiga.

3.5 Analisis Data

Data dalam penelitian ini digambarkan dengan menggunakan aplikasi SPSS

(Statisticals Product and Service Solutions) versi 26.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frequensi atau

besarnya proporsi menurut karakteristik yang diteliti dari semua variabel

penelitian.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini

biasanya digunakan untuk melihat hubungan antara Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan kejadian preeklampsia di RSUD Sibuhuan. Uji statistik yang

akan digunakan dalam penelitian adalah SPSS dengan uji komparatif kategorik

tidak berpasangan.
DAFTAR PUSTAKA

1.Shafira, A. Perbandingan faktor risiko outcome antara preeklampsia awitan dini


dan awitan lambat di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2015-2017 [Skripsi].
Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2018.
2.World Health Organization. Adolescent pregnancy [Internet]. WHO 2020.
[Cited 11 April 2020]. Available From:Https://Www.Who.Int/Es/News-
Room/Fact-Sheets/Detail/Adolescent-Pregnancy
3.Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas Profil Kesehatan Kabupaten Padang
Lawas 2014.
4.Ralph C. Benson, Martin L. Pernoll. Buku saku obstetri dan ginekologi ed 9.
Alih Bahasa: Susiani Wijaya, Editor. Srie Sisca Primarianti, Titiek Resmisari.
Jakarta: EGC, 2008. Hlm.366-381.
5.Dumais, C. ., Lengkong, R. A., & Mewengkang, M. E. Hubungan obesitas pada
kehamilan dengan preeklampsia. E-Clinic, 2016; 4(1).
Https://Doi.Org/10.35790/Ecl.4.1.2016.11686
6.Wulandari, D. A. Hubungan antara status gizi dan kecemasan ibu hamil dengan
kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil di Puskesmas Geyer I Kabupaten
Grobogan. Jurnal smart Kebidanan. 2017;3(1), 15.
Https://Doi.Org/10.34310/Sjkb.V3i1.48
7.Anggasari Y, Anggraini FD. Pengaruh status gizi dengan kejadian preeklampsia
ibu hamil trimester iii Di Puskesmas Sidotopo Wetan. Indones J Heal Sci.
2018;10(2):92.
8.Mrema, D., Lie, R. T., Østbye, T., Mahande, M. J., & Daltveit, A. K. The
association between pre pregnancy body mass index and risk of xpreeclampsia:
a registry based study from tanzania. BMC Pregnancy And Childbirth, 2018(1),
1–8. Https://Doi.Org/10.1186/S12884-018-1687-3

Anda mungkin juga menyukai