Disusun Oleh:
Kelompok 8
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widi
Wasa karena asungkertawaranugraha dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Skala Pengukuran Variabel Penelitian” dengan tepat waktu.
Penyusun ingin menyampaikan terimakasih pula kepada pihak terkait yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada: Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, M.S.I.E.
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana atas materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan tugas ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermamfaat dan
berguna untuk parapembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN.........................................................................................4
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan kajian atas uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini ialah
sebagai berikut:
1.3.1. Untuk memahami macam-macam skala pengukuran
1.3.2. Untuk memahami desain instrumen
1.3.3. Untuk memahami validitas dan reliabilitas instrumen
1.3.4. Untuk memahami bagaimanakah cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan empat macam skala
pengukuran yang umum dipakai, yaitu :
1. Skala nominal
Skala nominal atau skala yang dianggap paling lemah ini digunakan dengan membuat
partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-kelompok yang harus mewakili kejadian yang
berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian dalam kelompok tersebut. Misalnya,
mengelompokkan pegawai perusahaan ke dalam suatu kelompok maka, seorang pegawai hanya
bisa dimasukkan ke satu kelompok saja. Skala ini mengabaikan berbagai informasi tingkatan dan
ciri – ciri sehingga tidak ada asal mula hitungan dan hubungan jarak. Meskipun begitu, skala ini
masih secara luas digunakan dalam penelitian survei maupun ex post bila data digolongkan
menurut subkelompok utama dari populasi.
2. Skala ordinal
Menurut Uma Sekaran dan Roger Bougie, (2009:142) , skala ordinal tidak hanya
mengategorikan variable untuk menunjukkan perbedaan antara berbagai kategori. Menurut
Rahyuda (2004:55), skala ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah satu urutan.
Pemakaian skala ordinal mengungkapkan pernyataan mengenai lebih besar atau lebih kecil
daripada atau menyatakan kesamaan tanpa menunjukan berapa besar selisihnya. Contoh skala
6
ordinal mencakup skala pendapat, skala preferensi, dan skala untuk kelas sekonomi.Teknik
perbandingan berpasangan yang dipakai secara luas menggunakan skala ordinal karnea, angka-
angkanya hanya memiliki pengertian secara urutan. Uji nyata secara statistic untuk skala ordinal
dimasukkan ke statistic nonparametric.
3. Skala interval
Skala interval memiliki ciri-ciri skala nominal, ordinal dan mencakup konsep kesamaan
interval. Contohnya, selisih antara pukul tiga dan enam pagi sama dengan selisih antara pukul 4
dan 7 pagi, tetapi tidak dikatakan bahwa pukul enam pagi dua kali lebih siang dibandingka pukul
tiga pagi karena waktu 0 merupakan asal mula yang ditetapkan secara sembarang.
4. Skala rasio
Skala rasio mencakup semua keampuhan dari skala-skala lain ditambah dengan adanya
titik nol yang absolute dan mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel.
Contohnya seperti ukuran dimensi-dimensi fisik (berat, tinggi, jarak dan luas). Misal, balita A
beratnya 3 kg dan balita B beratnya 6 kg maka, peneliti dapat menyimpulkan bahwa balita B
beratnya dua kali lebih berat dari balita A. Dalam penelitian bisnis maupun sosial, skala rasio
banyak ditemukan missal, nilai uang jarak, jumlah waktu dalam arti periode waktu, jumlah anak
yang dilahirkan dan lain-lain. Para ahli sosial membedakan dua tipe skala menurut fenomena
sosial yang diukur, yaitu sebagai berikut.
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian yang termasuk skala
sikap, skala moral, tes karakter, dan skala partisipasi sosial.
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial yang
termasuk skala pengukuran status sosial ekonomi, lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan, dan kondisi kerumahtanggan
Ada berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur gejala/fenomena sosial, yaitu :
1. Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert adalah
skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dalam skala likert
responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan
tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang
7
digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel penelitian. Sugiyono
(2006) mengatakan bahwa skala likert dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi terhadap inidvidu atau kelompok terkait dengan fenomena sosial yang sedang
menjadi objek penelitian.
Bentuk-bentuk skala Likert cukup beragam tergantung tujuan yang ingin diperoleh oleh
peneliti. Bentuk pertama adalah skala mengenai pendapat yang biasanya pada kertas angket terdiri
dari lima pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Sebagai contoh penggunaan skala likert dalam penelitian sebagai berikut :
Contoh pertanyaan skala likert dalam penelitian ilmiah. Ekspresikan tingkat kepuasan Anda
setelah menggunakan produk Perusahaan PT. Mei Jaya. Skala likert seperti :
• Tidak Puas
• Netral
• Puas
• Sangat Puas
No Pertanyaan SS S R TS STS
Bila :
Keterangan Skor
SS 5
S 4
R 3
TS 2
STS 1
8
Misalnya instrument diberikan kepada 120 karyawan yang diambil secara acak dengan
Teknik pengumpulan data angket. Dari 12o karyawan, 40 0rang menjawab SS, 50 orang menjawab
S, 5 orang menjawab R, 15 orang menjawab TS, dan 10 orang menjawab STS, maka :
Jumlah skor 40 orang yang menjawab SS = 40 x 5 = 200
Jumlah skor 50 orang yang menjawab S = 50 x 4 = 200
Jumlah skor 5 orang yang menjawab R = 5 x 3 = 15
Jumlah skor 15 orang yang menjawab SS = 15 x 2 = 30
Jumlah skor 10 orang yang menjawab SS = 10 x1 = 10
Jumlah skor tertinggi untuk seluruh item 5 x 120 = 600 (SS) dan jumlah skor terendah untuk
seluruh item adalah 1 x 120 = 120 (STS). Berdasarkan data tersebut maka, tingkat persetujuan
terhadap sistem informasi yang digunakan terintregasi dengan unit lain dalam menjalankan tugas
= 455/600 x 100% = 75,83%.
2. Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri
penting, yaitu meupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel
yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala
Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat
baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal
(universe attribute). Skala ini mempunyai beberapa ciri penting, yaitu sebagai berikut.
1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan pertanyaan atau
pertanyaan yang berbobot lebih berat maka, ia juga akan mengiyakan pertanyaan yang
kurang berbobot lainnya.
2. Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi
sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat unidimensional.
Dalam prosedur Guttman, suatu atribut universal mempunyai dimensi satu jika
menghasilkan suatu skala kumulatif yang sempurna,yaitu semua responsi diatur sebagai
berikut:
9
Setuju dengan Tidak setuju dengan
Skor 4 3 2 1 4 3 2 1
4 X X X X
3 X X X X
2 x X X X
1 X X X X
0 X X X X
Pada pertanyaan yang lebih banyak pola ini tidak ditemukan secara utuh. Adanya beberapa
kelainan
Dapat dianggap sebagai error yang akan diperhitungkan dalam analisa nantinya.
Koefisien Reprodusibilitas, yang mengukur derajat ketepatan alat ukur yang telah dibuat
(yaitu daftar pertanyaan tadi) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: K = 1 – e/n
Keterangan:
n = total kemungkinan jawaban, yaitu jumlah pertanyaan x jumlah responden.
e = jumlah error.
Kr = koefisien reprodusibilitas
Koefisien Skalabilitas: Ks = 1 – e/p
Keterangan:
e = jumlah error.
10
p = jumlah kesalahan yang diharapkan.
Ks = koefisien skalabilitas.
3. Semantik diferensial
Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap namun, tidak dalam bentuk
checklist melainkan dalam suatu garis kontinu. Jawaban positif terletak di bagian kanan
garis dan jawaban negative di bagian kiri garis. Responden dapat memberikan jawaban
pada rentang jawaban positif sampai dengan negative. Data yang diperoleh adalah data
interval.
4. Rating scale
Jogiyanto (2010:66) melihat skala rating (rating scale) digunakan untuk
memberikan nilai (rating) ke suatu variabel. Peneliti yang Menyusun instrument dengan
rating scale harus dapat mengartikan setiap angak yang diberikan pada alternatif jawaban
pada setiap instrument. Bila seseorang memberikan angka 3, angka 3 tersebut belum tentu
sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 3.
5. Skala Thurstone
Skala yang sering disebut equal interval scale ini menghasilkan ukuran yang hamper-
hampir mendekati ukuran interval sehingga, skala ini dapat digunakan analisis statistic.
Skala dengan metode ini disusun sedemikian rupa sehingga interval antarurutan mendekati
interval yang sama besarnya. Tahap - tahap yang harus ditempuh untuk Menyusun skala
ini adalah :
11
5. Skor responden pada skala ini adalah nilai rata-rata (mean atau median) dari nilai
pertanyaan-pertanyaan yang dipilihnya.
12
• Susunlah pertanyaan sehingga mudah dimengerti responden
• Kaitkan jenis pertanyaan dengan tingkat pemahaman responden
• Pertimbangkan semua asumsi atau anggapan secara implisif dalam pertanyaan
• Pilihlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tepat
• Usahakan jawaban pertanyaan – pertanyaan yang bersifat pilihan ganda tidak
berkaitan satu sama lain
• Buatlah cara untuk mengatasi jawaban “tidak tahu” dan “netral”
• Hindari pertanyaan bermakna ganda
• Susunlah isntruksi secukupnya
• Jangan memandang rendah responden
• Gunakan tata Bahasa yang baik
• Hindari pertanyaan – pertanyaan panjang dan kompleks
• Gunakan kata- kata yang mudah dimengerti
• Hindari jargon atau istilah khusus
• Gunakan contoh – contoh secara hato-hati
• Garis bawahi kata-kata penting
• Hilangkan pertanyaan dan jawaban yang berulang-ulang
• Tahanlah pertanyaan yang sulit atau sensitive
• Perhatikan waktu dan privacy responden
• Lakukan prates sebelum emngumpulkan data yang sebenarnya
• Jangan lupa katakana terimakasih
13
Rahyuda (2004:66) validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk mencari
kerangka konsep tersebut dapat ditempuh cara-cara berikut.
• Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada
literatur.
• Mendefinisikan sendiri konsep bila dalam literatur tidak diperoleh definisi konsep
yang ingin diukur.
• Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-
orang dengan karakteristik sama.
2. Validitas isi
Menurut Rahyuda (2004:67), validitas isi alat pengukur ditentukan sejauh mana isi
alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Menurut Jerry J. Weygant (2003:43) memahami bahwa validitas isi memastikan
bahwa pengukuran memasukkan pengukuran item yang memadai dan mewakili yang
mengungkap konsep.
3. Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengorelasikan alat
pengukur baru dengan tolak ukur ekstenal (yang berupa alat ukur yang sudah valid).
4. Validitas prediktif
Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang teratus
antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang
ditampilkan oleh individu atau kelompok.
5. Validitas budaya
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat
bervariasi. Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara belum
tentu akan valid bila digunakan di negara lain yang budayanya berbeda.
6. Validitas rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang tidak menunjukkan apakah alat pengukur
mengukur apa yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupa” suatu
alat ukur tampaknya mengukurapa yang ingin diukur.Validitas ini amat penting dalam
pengukuran kemampuan individu seperti pengertian kecerdasan, bakat, dan keterampilan.
7. Validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity)
14
Validitas berdasarkan kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan individu
menurut suatu kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
1. Stabilitas ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau
tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu :
• Test-retest reliability
Koefisien realibilitas yaitu kuisioner yang berisi item-item
untuk mengukur konsep yang diberikan kepada responden akan
diberikan lagi kepada responden yang sama dlam waktu yang
berbeda. Kemudia korelasi antarskor yang diperoleh dari responden
yang sama dengan dua waktu ini disebut test-retest realibility.
Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest reliability.
• Reliabilitas bentuk paralel
Reliabilitas bentuk pareller terjadi ketika respons dari dua
pengukuran yang sebanding dalam Menyusun konstruk yang sama
memiliki korelasi tinggi. Kedua bentuk pengukur memiliki item
yang serupa dengan format respons yang sama dengan sedikit
perubahan dalam penyusunan kalimat untuk mengetahui kesalahan
validitas yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan.
2. Konsistensi Internal ukuran
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada
dalam ukuran yang Menyusun onstruk. Item-item yang ada harus sama dan mampu
15
mengukur konsep yang sama secara independent. Hal ini dapat dilihat dengan mengamati
apakah item dan subset item dalam instrument pengukuran memiliki korelasi yang tinggi
16
belahan dijumlahkan sehingga diperoleh dua skor total untuk setiap responden, yakni skor total
untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua. Keempat, mengorelasikan skor total
belahan pertama dengan skor total belahan kedua. Kelima, hasil korelasi yang dibelah akan lebih
rendah dibandingkan dengan hasil korelasi yang tidak dibelah. Oleh karena itu, harus dicari angka
reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Adapun cara yang digunkan dapat menggunakan
rumus berikut:
2 (𝑟. 𝑡𝑡)
r total =
1 + 𝑟. 𝑡𝑡
Keteragan:
r total : angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Contohnya adalah didapatkan angka korelasi pertama dan belahan kedua adalah 0,80. Angka
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus dan diperoleh perhitungan, sebagai berikut:
2 (𝑟. 𝑡𝑡)
r total =
1 + 𝑟. 𝑡𝑡
2 (0,80)
=
1 + 0,80
= 0,89
Melalui perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan
angka yang didapatkan sebelumnya. Angka ini dibandingkan dengan angka korelasi kritis apabila
diperoleh hasil yang lebih besar maka pengukuran tersebut dapat dinyatakan reliabel.
3. Teknik Bentuk Parallel
Perhitungan reliabel dengan menggnakan teknik bentuk parallel dilakukan dengan
membuat dua jenis alat pengukur untuk mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur tersebut
diberikan kepada responden yang sama dan selanjutnya dicari validitas untuk tiap-tiap jenis.
Dalam menghitung reliabilitas perlu dikorelasikan skor total dari kedua alat pengukur tersebut.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu pengukuran terdapat empat macam skala yang dapat digunakan, yakni: skala
nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Instrumen penelitian juga harus diperhatikan
baik dalam pengumpulan data kualitatif maupun kuantitatif. Instrumen penelitian merupakan suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang sedang diamati. Pada
pengukuran instrumen ilmu alam sudah banyak tersedia dan teruji validitas serta reliabilitasnya.
Namun, dalam pengukuran instrumen ilmu sosial walaupun telah diuji validitas dan reliabilitasnya
apabila digunakan pada tempat tertentu dapat tidak tepat. Suatu instrumen dikatakan memiliki
validitas dan reliabilitas jika instrumen tersebut mampu menunjukan sejauh mana alat ukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur serta dapat dipercaya. Maka dari itu, diperlukan pengujian
validitas dengan menggunakan pendapat ahli dan pengujian reliabilitas dengan teknik pengukuran
ulang (test retest, teknik belah dua dan teknik pararel).
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun menyarankan agar memerhatikan 4 macam skala
yang dapat digunakan dalam penelitian. Selain itu, perlu diperhatikan pula desain instrumen,
validitas dan reliabilitas konsumen agar penelitian dapat berkualitas, kredibel serta dapat
memberikan maanfaat untuk banyak pihak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Rahyuda, Ketut. 2019. Metode Penelitian Bisnis. Denpasar: Udayana University Press.
Karunia, Vanya. 2021. "Penelitian: Definisi, Ciri, Sikap, Jenis dan Syaratnya", diakses pada
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/26/173807369/penelitian-definisi-ciri-
sikap-jenis-dan-syaratnya
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &. D.Bandung : Alfabeta.
Nasir, Moh.1999. Metode Penelitian:Ghalia Indonesia.
Singarimbun. Effendia, Sofian. 1997. Metode Penelitian Survai : LP3ES.
19