Anda di halaman 1dari 19

METODELOGI PENELITIAN BISNIS

SKALA PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, M.S.I.E

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Ketut Egi Cahyani Nesanta (1907521095)


Inten Ayuningrat (1907521176)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widi
Wasa karena asungkertawaranugraha dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Skala Pengukuran Variabel Penelitian” dengan tepat waktu.

Penyusun ingin menyampaikan terimakasih pula kepada pihak terkait yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada: Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, M.S.I.E.
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana atas materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan tugas ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermamfaat dan
berguna untuk parapembaca.

Om Shanti Shanti Shanti Om.

Denpasar, 1 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN.........................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................5

BAB II: PEMBAHASAN..........................................................................................6

2.1 Macam-macam Skala Pengukuran.....................................................................6

2.2 Desain Instrumen................................................................................................12

2.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen....................................................................13

2.4 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen....................................................16

BAB III: PENUTUP ..................................................................................................15

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 18

3.2 Saran .....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penelitian merupakan kegiatan


pengumpulan, pengolahan, analisis serta penyajian data secara sistematis dan obyektif untuk
memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Penelitian memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini seiring dengan perkembangan yang semakin maju
membuktikan bahwa pengaruh dari penelitian membawa dampak yang signifikan. Pada dasarnya
manusia juga memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi untuk memperoleh jawaban dari semua
pertanyaan yang timbul dari suatu masalah tertentu. Namun dilain sisi, manusia juga memiliki
keterbatasan untuk memahami setiap permasalahan yang ada jika hanya mengandalkan
pengalaman hidup sehari-hari secara sporadis dan tidak tertata. Dengan adanya keterbatasan
tersebut akan menghasilkan dasar penelitian yang tidak kuat dalam menemukan jawaban dari
adanya fenomena tertentu.
Dalam melakukan suatu penelitian terdapat berbagai tahapan yang perlu diperhatikan salah
satunya adalah menentukan variabel penelitian yang sesuai. Selain menentukan variabel yang
sesuai, terdapat beberapa hal lain yang harus diperhatikan agar dapat memperoleh hasil yang
akurat, yakni: pengukuran variabel penelitian, skala dan desain instrumen yang tepat. Adapun
ketepatan alat pengukuran juga bergantung pada uji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai validitas, reliabilitas dan
pengujiannya untuk menuntaskan kurangnya pemahaman terhadap hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kajian atas uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diuraikan
dalam makalah ini, ialah sebagai berikut:
1.2.1 Apa sajakah macam-macam skala pengukuran?
1.2.2 Bagaimanakah mendesain suatu instrumen?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabiltas instrumen?
1.2.4 Bagimanakah cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan kajian atas uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini ialah
sebagai berikut:
1.3.1. Untuk memahami macam-macam skala pengukuran
1.3.2. Untuk memahami desain instrumen
1.3.3. Untuk memahami validitas dan reliabilitas instrumen
1.3.4. Untuk memahami bagaimanakah cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen

1.4 Manfaat Penulisan


Melalui pembuatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media informasi, refrensi serta
dapat menambah wawasan mengenai skala pengukuran variabel penelitian.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam – Macam Skala Pengukuran


Terdapat berbagai kemungkinan skala, yaitu pilihan yang sesuai bergantung pada amatan
mengenai aturan pemetaan. Pengelompokkan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar yang
paling umum yang digunakan untuk membuat skala mempunyai tiga ciri (Coopr dan Earning),
yaitu antara lain :
1. Bilangannya berurutan. Satu bilangan lebih besar daripada, lebih kecil daripada, atau sama
dengan bilangan yang lain.
2. Selisih antar bilangan-bilangan adalah berurutan. Selisih antara sepasang bilangan adalah
lebih besar daripada lebih kecil daripada, atau sama dengan selisih antara bilangan yang
lain.
3. Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan bilangan nol.

Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan empat macam skala
pengukuran yang umum dipakai, yaitu :
1. Skala nominal
Skala nominal atau skala yang dianggap paling lemah ini digunakan dengan membuat
partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-kelompok yang harus mewakili kejadian yang
berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian dalam kelompok tersebut. Misalnya,
mengelompokkan pegawai perusahaan ke dalam suatu kelompok maka, seorang pegawai hanya
bisa dimasukkan ke satu kelompok saja. Skala ini mengabaikan berbagai informasi tingkatan dan
ciri – ciri sehingga tidak ada asal mula hitungan dan hubungan jarak. Meskipun begitu, skala ini
masih secara luas digunakan dalam penelitian survei maupun ex post bila data digolongkan
menurut subkelompok utama dari populasi.
2. Skala ordinal
Menurut Uma Sekaran dan Roger Bougie, (2009:142) , skala ordinal tidak hanya
mengategorikan variable untuk menunjukkan perbedaan antara berbagai kategori. Menurut
Rahyuda (2004:55), skala ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah satu urutan.
Pemakaian skala ordinal mengungkapkan pernyataan mengenai lebih besar atau lebih kecil
daripada atau menyatakan kesamaan tanpa menunjukan berapa besar selisihnya. Contoh skala

6
ordinal mencakup skala pendapat, skala preferensi, dan skala untuk kelas sekonomi.Teknik
perbandingan berpasangan yang dipakai secara luas menggunakan skala ordinal karnea, angka-
angkanya hanya memiliki pengertian secara urutan. Uji nyata secara statistic untuk skala ordinal
dimasukkan ke statistic nonparametric.
3. Skala interval
Skala interval memiliki ciri-ciri skala nominal, ordinal dan mencakup konsep kesamaan
interval. Contohnya, selisih antara pukul tiga dan enam pagi sama dengan selisih antara pukul 4
dan 7 pagi, tetapi tidak dikatakan bahwa pukul enam pagi dua kali lebih siang dibandingka pukul
tiga pagi karena waktu 0 merupakan asal mula yang ditetapkan secara sembarang.
4. Skala rasio
Skala rasio mencakup semua keampuhan dari skala-skala lain ditambah dengan adanya
titik nol yang absolute dan mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel.
Contohnya seperti ukuran dimensi-dimensi fisik (berat, tinggi, jarak dan luas). Misal, balita A
beratnya 3 kg dan balita B beratnya 6 kg maka, peneliti dapat menyimpulkan bahwa balita B
beratnya dua kali lebih berat dari balita A. Dalam penelitian bisnis maupun sosial, skala rasio
banyak ditemukan missal, nilai uang jarak, jumlah waktu dalam arti periode waktu, jumlah anak
yang dilahirkan dan lain-lain. Para ahli sosial membedakan dua tipe skala menurut fenomena
sosial yang diukur, yaitu sebagai berikut.
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian yang termasuk skala
sikap, skala moral, tes karakter, dan skala partisipasi sosial.
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial yang
termasuk skala pengukuran status sosial ekonomi, lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan, dan kondisi kerumahtanggan

Ada berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur gejala/fenomena sosial, yaitu :
1. Skala Likert

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert adalah
skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dalam skala likert
responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan
tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang

7
digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel penelitian. Sugiyono
(2006) mengatakan bahwa skala likert dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi terhadap inidvidu atau kelompok terkait dengan fenomena sosial yang sedang
menjadi objek penelitian.
Bentuk-bentuk skala Likert cukup beragam tergantung tujuan yang ingin diperoleh oleh
peneliti. Bentuk pertama adalah skala mengenai pendapat yang biasanya pada kertas angket terdiri
dari lima pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Sebagai contoh penggunaan skala likert dalam penelitian sebagai berikut :
Contoh pertanyaan skala likert dalam penelitian ilmiah. Ekspresikan tingkat kepuasan Anda
setelah menggunakan produk Perusahaan PT. Mei Jaya. Skala likert seperti :

• Sangat Tidak Puas

• Tidak Puas

• Netral

• Puas

• Sangat Puas

Contoh bentuk checklist:

No Pertanyaan SS S R TS STS

1 Selama ini sistem informasi yang saya gunakan terintregasi


dengan unit lain dalam menjalankan tugas saya

Bila :
Keterangan Skor
SS 5
S 4
R 3
TS 2
STS 1

8
Misalnya instrument diberikan kepada 120 karyawan yang diambil secara acak dengan
Teknik pengumpulan data angket. Dari 12o karyawan, 40 0rang menjawab SS, 50 orang menjawab
S, 5 orang menjawab R, 15 orang menjawab TS, dan 10 orang menjawab STS, maka :
Jumlah skor 40 orang yang menjawab SS = 40 x 5 = 200
Jumlah skor 50 orang yang menjawab S = 50 x 4 = 200
Jumlah skor 5 orang yang menjawab R = 5 x 3 = 15
Jumlah skor 15 orang yang menjawab SS = 15 x 2 = 30
Jumlah skor 10 orang yang menjawab SS = 10 x1 = 10
Jumlah skor tertinggi untuk seluruh item 5 x 120 = 600 (SS) dan jumlah skor terendah untuk
seluruh item adalah 1 x 120 = 120 (STS). Berdasarkan data tersebut maka, tingkat persetujuan
terhadap sistem informasi yang digunakan terintregasi dengan unit lain dalam menjalankan tugas
= 455/600 x 100% = 75,83%.
2. Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri
penting, yaitu meupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel
yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala
Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat
baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal
(universe attribute). Skala ini mempunyai beberapa ciri penting, yaitu sebagai berikut.
1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan pertanyaan atau
pertanyaan yang berbobot lebih berat maka, ia juga akan mengiyakan pertanyaan yang
kurang berbobot lainnya.
2. Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi
sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat unidimensional.

Dalam prosedur Guttman, suatu atribut universal mempunyai dimensi satu jika
menghasilkan suatu skala kumulatif yang sempurna,yaitu semua responsi diatur sebagai
berikut:

9
Setuju dengan Tidak setuju dengan
Skor 4 3 2 1 4 3 2 1
4 X X X X
3 X X X X
2 x X X X
1 X X X X
0 X X X X

Pada pertanyaan yang lebih banyak pola ini tidak ditemukan secara utuh. Adanya beberapa
kelainan
Dapat dianggap sebagai error yang akan diperhitungkan dalam analisa nantinya.

Cara membuat skala guttman adalah sebagai berikut:


1. Susunlah sejumlah pertanyaan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki.
2. Lakukan penelitiaan permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan diselidiki,
sampel yang diselidiki minimal besarnya 50.
3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban yang
ekstrim
adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden.
4. Susunlah jawaban pada tabel Guttman.
5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.

Koefisien Reprodusibilitas, yang mengukur derajat ketepatan alat ukur yang telah dibuat
(yaitu daftar pertanyaan tadi) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: K = 1 – e/n
Keterangan:
n = total kemungkinan jawaban, yaitu jumlah pertanyaan x jumlah responden.
e = jumlah error.
Kr = koefisien reprodusibilitas
Koefisien Skalabilitas: Ks = 1 – e/p
Keterangan:
e = jumlah error.

10
p = jumlah kesalahan yang diharapkan.
Ks = koefisien skalabilitas.
3. Semantik diferensial
Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap namun, tidak dalam bentuk
checklist melainkan dalam suatu garis kontinu. Jawaban positif terletak di bagian kanan
garis dan jawaban negative di bagian kiri garis. Responden dapat memberikan jawaban
pada rentang jawaban positif sampai dengan negative. Data yang diperoleh adalah data
interval.
4. Rating scale
Jogiyanto (2010:66) melihat skala rating (rating scale) digunakan untuk
memberikan nilai (rating) ke suatu variabel. Peneliti yang Menyusun instrument dengan
rating scale harus dapat mengartikan setiap angak yang diberikan pada alternatif jawaban
pada setiap instrument. Bila seseorang memberikan angka 3, angka 3 tersebut belum tentu
sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 3.
5. Skala Thurstone
Skala yang sering disebut equal interval scale ini menghasilkan ukuran yang hamper-
hampir mendekati ukuran interval sehingga, skala ini dapat digunakan analisis statistic.
Skala dengan metode ini disusun sedemikian rupa sehingga interval antarurutan mendekati
interval yang sama besarnya. Tahap - tahap yang harus ditempuh untuk Menyusun skala
ini adalah :

1. Peneliti mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang relevan untuk varaibel yang


akan diukur.Pertanyaan dapat bersifat positif dan negative.
2. Suatu panel ahli diminta untuk menilai relevansi pernyataan – pernyataan tersebut
terhadap variabel yang akan diukur dan memberikan skor 1untuk pertanyaan yang paling
tidak relevan sampai 13 untuk yang paling relevan. Pertanyaan yang paling mendapatkan
penilaian sangat berbeda dari panel disingkirkan. Pertanyaan yang mempunyai median
paling rendah mendapatkan penilaian yang hamper sama dari para ahli.
3. Setelah nilai skala tiap pertanyaan ditentukan, dipilih sejumlah pernyataan yang
mempunyai nilai yang merata untuk skala yang ditentukan.
4. Biasanya pertanyaan disusun secara acak untuk mencegah systematic basic.

11
5. Skor responden pada skala ini adalah nilai rata-rata (mean atau median) dari nilai
pertanyaan-pertanyaan yang dipilihnya.

2.2 Desain Instrumen


Menurut Rahyuda (2004:64), instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Instrumen – instrument yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan diuji oleh validitas dan
reliabilitasnya. Tetapi, beberapa instrument penelitian sosial masih sulit dicari dan bila digunakan
untuk mengukur di tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid karena fenomena
sosial yang cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Jumlah instrument penelitian tergantung
pada jumlah variabel yang diteliti. Titik tolak dalam menyusun instrument adalh variabel-variabel
penelitian. Dari variabel – variabel yang diteliti dibuatlah definisi operasionalnya yang menjadi
dasar dalam membuat instrument penelitian.
Ada pun dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain instrument adalah sebagai
berikut.
1. Urutan skala dan layout
Isu sentral pada tahap ini adalah urutan skala dan penyajian alat pengukuran dalam
bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut.
• Kuisioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan menarik.
• Tulislah petunjuk-petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dipahami.
• Informasi yang bersifat sensitive dan klasifikatif sebaiknya dinyatakan
belakangan.
• Susunlah tata letak kuisioner sehingga mudah dibaca dan mengikuti alur proses
wawancara.
2. Prates dan perbaikan
Prates seringkali dapat mengindetifikasi masalah-masalah dalam penyusunan kata-
kata, format kuisioner, dan lain-lain yang amat berpengaruh terhadap validitas penemuan
dan penelitian tersebut. Hal – hal yang harus diingat dalam menyuun desain instrument
dan skala yang baik yaitu sebagai berikut.
• Pahami betul masalah penelitian

12
• Susunlah pertanyaan sehingga mudah dimengerti responden
• Kaitkan jenis pertanyaan dengan tingkat pemahaman responden
• Pertimbangkan semua asumsi atau anggapan secara implisif dalam pertanyaan
• Pilihlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tepat
• Usahakan jawaban pertanyaan – pertanyaan yang bersifat pilihan ganda tidak
berkaitan satu sama lain
• Buatlah cara untuk mengatasi jawaban “tidak tahu” dan “netral”
• Hindari pertanyaan bermakna ganda
• Susunlah isntruksi secukupnya
• Jangan memandang rendah responden
• Gunakan tata Bahasa yang baik
• Hindari pertanyaan – pertanyaan panjang dan kompleks
• Gunakan kata- kata yang mudah dimengerti
• Hindari jargon atau istilah khusus
• Gunakan contoh – contoh secara hato-hati
• Garis bawahi kata-kata penting
• Hilangkan pertanyaan dan jawaban yang berulang-ulang
• Tahanlah pertanyaan yang sulit atau sensitive
• Perhatikan waktu dan privacy responden
• Lakukan prates sebelum emngumpulkan data yang sebenarnya
• Jangan lupa katakana terimakasih

2.3 Validitas dan Realibilitas Instrumen


2.3.1 Validitas Instrumen
Menurut Rahyuda (2004:65), suatu instrument dikatakan memiliki validitas apabila
instrument tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin
diukur. Validitas ada berbagai macam, yaitu sebagai berikut.
1. Validitas konstruk
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009:174), validitas konstruk membuktikan seberapa
bagus hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan teori dimana pengujian
dirancag. Hal ini dinilai dengan convergent validity dan discriminant validity. Menurut

13
Rahyuda (2004:66) validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk mencari
kerangka konsep tersebut dapat ditempuh cara-cara berikut.
• Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada
literatur.
• Mendefinisikan sendiri konsep bila dalam literatur tidak diperoleh definisi konsep
yang ingin diukur.
• Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-
orang dengan karakteristik sama.
2. Validitas isi
Menurut Rahyuda (2004:67), validitas isi alat pengukur ditentukan sejauh mana isi
alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Menurut Jerry J. Weygant (2003:43) memahami bahwa validitas isi memastikan
bahwa pengukuran memasukkan pengukuran item yang memadai dan mewakili yang
mengungkap konsep.
3. Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengorelasikan alat
pengukur baru dengan tolak ukur ekstenal (yang berupa alat ukur yang sudah valid).
4. Validitas prediktif
Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang teratus
antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang
ditampilkan oleh individu atau kelompok.
5. Validitas budaya
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat
bervariasi. Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara belum
tentu akan valid bila digunakan di negara lain yang budayanya berbeda.
6. Validitas rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang tidak menunjukkan apakah alat pengukur
mengukur apa yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupa” suatu
alat ukur tampaknya mengukurapa yang ingin diukur.Validitas ini amat penting dalam
pengukuran kemampuan individu seperti pengertian kecerdasan, bakat, dan keterampilan.
7. Validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity)

14
Validitas berdasarkan kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan individu
menurut suatu kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.

2.3.2 Realibilitas Instrumen


Menurut Rahyuda (2004:66), realibilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Makin kecil kesalahan pengukuran maka alat
pengukuran reliable. Dengan demikian, realibilitas mencakup dua hal utama, yaitu.

1. Stabilitas ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau
tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu :
• Test-retest reliability
Koefisien realibilitas yaitu kuisioner yang berisi item-item
untuk mengukur konsep yang diberikan kepada responden akan
diberikan lagi kepada responden yang sama dlam waktu yang
berbeda. Kemudia korelasi antarskor yang diperoleh dari responden
yang sama dengan dua waktu ini disebut test-retest realibility.
Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest reliability.
• Reliabilitas bentuk paralel
Reliabilitas bentuk pareller terjadi ketika respons dari dua
pengukuran yang sebanding dalam Menyusun konstruk yang sama
memiliki korelasi tinggi. Kedua bentuk pengukur memiliki item
yang serupa dengan format respons yang sama dengan sedikit
perubahan dalam penyusunan kalimat untuk mengetahui kesalahan
validitas yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan.
2. Konsistensi Internal ukuran
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada
dalam ukuran yang Menyusun onstruk. Item-item yang ada harus sama dan mampu

15
mengukur konsep yang sama secara independent. Hal ini dapat dilihat dengan mengamati
apakah item dan subset item dalam instrument pengukuran memiliki korelasi yang tinggi

2.4 Cara Menguji Validitas dan Reliabilitas Konsumen

2.4.1 Cara Pengujian Validitas Instrumen


Dalam pengujian validitas instrumen sebenarnya terdapat berbagai jenis validitas namun
yang akan dibahas saat ini ialah pengujian validitas konstrak. Apabila telah memahami cara
penyusunan validitas kontrak, maka penyusun validitas lainnya akan lebih mudah dikarenakan
prinsip dasar perhitungannya tergolong sama. Pada saat pengujian validitas konstrak dapat
menggunakan pendapat para ahli. Setelah instrumen dikonstruksi mengenai aspek-aspek yang
akan diukur dengan teori tertentu maka tahap selanjutnya ialah dikonstrusikan dengan ahli.
Minimal jumlah ahli yang akan dimintai pendapat tentang instrumen yang akan disusun adalah
sebanyak 3 orang.
2.4.2 Cara Menguji Reliabilitas Instrumen
Terdapat beberapa teknik yang dilakukan dalam menghitung reliabilitas instrumen suatu penelitian
menurut Anastasi (Masri, 1989). Adapun beberapa teknik tersebut, antara lain:
1. Teknik Pengukuran Ulang
Dalam menentukan reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran ulang dapat
dilakukan dengan meminta responden yang sama untuk menjawab semua pertanyaan pada alat
pengukur sebanyak dua kali dalam selang waktu yang tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu
lama, contohnya: 15-30 hari. Melalui hasil pengukuran pertama akan dikorelasikan dengan hasil
pengukuran kedua. Apabila angka korelasi tersebut melebihi angka krisis, korelasi tersebut
dinyatakan signifikan.
2. Teknik Belah Dua
Pada teknik ini digunakan apabila alat pengukur yang disusun memiliki cukup banyak item
atau pertanyaan yang dibuat dalam mengukur aspek yang sama, contohnya: 50-60 item. Oleh
karenanya jika semakin banyak item, maka reliabilitas alat pengukur akan semakin baik pula.
Langkah-langkah pengukuran, antara lain: Pertama, menyajikan alat pengukur kepada
sejumlah responden, selanjutnya divaliditas itemnya dengan kondisi item-item yang valid
dikumpulkan dan yang tidak valid dibuang. Kedua, membagi item-item yang valid menjadi dua
belahan secara acak atas dasar nomor genap dan ganjil. Ketiga, skor untuk setiap item pada tiap

16
belahan dijumlahkan sehingga diperoleh dua skor total untuk setiap responden, yakni skor total
untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua. Keempat, mengorelasikan skor total
belahan pertama dengan skor total belahan kedua. Kelima, hasil korelasi yang dibelah akan lebih
rendah dibandingkan dengan hasil korelasi yang tidak dibelah. Oleh karena itu, harus dicari angka
reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Adapun cara yang digunkan dapat menggunakan
rumus berikut:

2 (𝑟. 𝑡𝑡)
r total =
1 + 𝑟. 𝑡𝑡
Keteragan:
r total : angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Contohnya adalah didapatkan angka korelasi pertama dan belahan kedua adalah 0,80. Angka
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus dan diperoleh perhitungan, sebagai berikut:

2 (𝑟. 𝑡𝑡)
r total =
1 + 𝑟. 𝑡𝑡

2 (0,80)
=
1 + 0,80

= 0,89

Melalui perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan
angka yang didapatkan sebelumnya. Angka ini dibandingkan dengan angka korelasi kritis apabila
diperoleh hasil yang lebih besar maka pengukuran tersebut dapat dinyatakan reliabel.
3. Teknik Bentuk Parallel
Perhitungan reliabel dengan menggnakan teknik bentuk parallel dilakukan dengan
membuat dua jenis alat pengukur untuk mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur tersebut
diberikan kepada responden yang sama dan selanjutnya dicari validitas untuk tiap-tiap jenis.
Dalam menghitung reliabilitas perlu dikorelasikan skor total dari kedua alat pengukur tersebut.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam suatu pengukuran terdapat empat macam skala yang dapat digunakan, yakni: skala
nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Instrumen penelitian juga harus diperhatikan
baik dalam pengumpulan data kualitatif maupun kuantitatif. Instrumen penelitian merupakan suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang sedang diamati. Pada
pengukuran instrumen ilmu alam sudah banyak tersedia dan teruji validitas serta reliabilitasnya.
Namun, dalam pengukuran instrumen ilmu sosial walaupun telah diuji validitas dan reliabilitasnya
apabila digunakan pada tempat tertentu dapat tidak tepat. Suatu instrumen dikatakan memiliki
validitas dan reliabilitas jika instrumen tersebut mampu menunjukan sejauh mana alat ukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur serta dapat dipercaya. Maka dari itu, diperlukan pengujian
validitas dengan menggunakan pendapat ahli dan pengujian reliabilitas dengan teknik pengukuran
ulang (test retest, teknik belah dua dan teknik pararel).

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun menyarankan agar memerhatikan 4 macam skala
yang dapat digunakan dalam penelitian. Selain itu, perlu diperhatikan pula desain instrumen,
validitas dan reliabilitas konsumen agar penelitian dapat berkualitas, kredibel serta dapat
memberikan maanfaat untuk banyak pihak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rahyuda, Ketut. 2019. Metode Penelitian Bisnis. Denpasar: Udayana University Press.

Karunia, Vanya. 2021. "Penelitian: Definisi, Ciri, Sikap, Jenis dan Syaratnya", diakses pada
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/26/173807369/penelitian-definisi-ciri-
sikap-jenis-dan-syaratnya
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &. D.Bandung : Alfabeta.
Nasir, Moh.1999. Metode Penelitian:Ghalia Indonesia.
Singarimbun. Effendia, Sofian. 1997. Metode Penelitian Survai : LP3ES.

19

Anda mungkin juga menyukai