Oleh :
A. Pengertian Pneumonia
B. Klasifikasi Pneumonia
a) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial
bilateral atau ganda.
b) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
c) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
2. Pembagian etiologis
f) Sindrom Loeffler
1) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
2) Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia
2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5
tahun 40 x/menit atau lebih.
3) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
b) Usia 0 – 2 bulan
1) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
dan tidak ada nafas cepat.
C. Etiologi
5. Benda asing
D. Gejala Klinis
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi
inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari
reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis.
Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis
dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat
daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan
meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi,
kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi
nafas (Terry & Sharon, 2013).
G. Penatalaksanaan
1. Manajemen Umum
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G
untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.
H. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah:
1. Pleurisi
2. Atelektasis
3. Empiema
4. Abses paru
5. Edema pulmonary
6. Infeksi super perikarditis
7. Meningitis
8. Arthritis
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
3) Tanda-tand vital:
b) Nadi: takikardi
d) Suhu: hipertermi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Anjurkan mengulangi
Gejala dan Tanda
tarik nafas dalam hingga
Minor
3 kali
Subjektif : -
Objektif : Anjurkan batuk dengan
Batuk tidak kuat langsung setelah
efektif tarik nafas dalam yang
Tidak mampu ke-3
batuk
Kolaborasi
Sputum berlebih
Kolaborasi pemberian
Mengi,wheezing
mukolitik atau
dan/atau ronkhi
ekspektoran, jika perlu.
kering
Lakukan perawatan
mulut (mis. Dengan sikat
gigi, kasa, plembab bbir)
Lakukan perawatan
stoma trakeostomi
Kolaborasi
Jelaksan pasien
dana/atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan nafas
buatan.
Kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mucous plug yang tidak
dapat dilakuikan
penghisapan
Pemantaun Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya nafas
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informaskan hasil
pemantauan, jika perlu
Ortopnea Terapeutik :
Atur interval pemantauan
Objektif :
respirasi sesuai kondisi
Pernapasan pursed-lip
pasien
hidung pemantauan
Edukasi :
Diameter thoraks
Jelaskan tujuan dan
anterior-posterior
prosedur pemantauan
meningkat
Informasikan hasil
Ventilasi semenit pemantauan, jika perlu
menurun
Kapasitas vital
menurun
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Cedera kepala
Trauma thoraks
Gullian barre
syndrome
Multiple sclerosis
Myastenial gravis
Stroke
Kuadriplegia
Intoksikasi alcohol
Persistent oksigen
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
Asuhan Keperawatan Pada An. K dengan Pneumonia
pada anak dengan Pneumonia, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis
amati mulai tanggal 7 Juli 2020 jam 10.00 WITA. Anamnesa diperoleh dari Ibu
1. Pengkajian
a. Indentitas:
1) Nama : An. K
2) Usia : 6 bulan
4) Agama : Hindu
2) Tanda-tand vital:
TD: -
Nadi: 103x/menit
RR: 59x/menit
Suhu: 37,7oC
d. Pemeriksaan laboratorium :
1) Hemoglobin 12.0 g/dL
2) Eritrosit 5.60 10^6/uL
3) Hematokrit 39.9%
4) Monosit 10.8%
5) Neutrofil 3.25 10^3/uL
6) Limfosit 7.79 10^3/uL
7) Trombosit 276 10^3/uL.
e. Terapi :
1) Dextrose 5% ½ NaCl 1000cc/24 jam (14 tetes per menit)
2) Dexametazole 2 x 2 mg per IV
3) Amoxycilin 3x 1½ ctg
4) Cefotaxime 3 x 300 mg per IV.
2. Analisa Data
No Analisa data Etiologi Masalah
1 DS : Ibu klien Bersihan jalan
mengatakan, klien nafas tidak
mengalami batuk-batuk efektif
namun tidak dapat
mengeluaran dahak.
DO : Klien
tampak batuk,
sesak nafas,
terdengar bunyi
nafas ronchi
TTV :-
RR : 59x/menit,
Suhu : 37.7oC,
Nadi : 103x/menit
DO: Terdapat
pernapasan cuping
hidung, retraksi dinding
dada dan penggunaan
otot bantu nafas,
terpasang O2 masker
5 liter per menit
RR: 59x/menit.
Diagnosa Keperawatan
Dx Hasil
4. Implementasi
5. Evaluasi
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
8 Juli 2020 pola nafas tidak efektif S : ibu mengatakan klien
berhubungan dengan masih sesak
keletihan otot
pernapasan O : klien tampak sesak,
ada pernafasan cuping
hidung, ada retraksi otot
dada.
RR : 65x/menit
A : MAsalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA