1. Kasus:
PT. Ardhani Setya Furniture adalah perusahaan furnitur terbesar di wilayah Jawa Tengah.
PT. Ardhani Setya Furniture sudah berstatus Pengusaha Kena Pajak dan memiliki NPWP.
Pada suatu hari, PT. Complex Alpaca membeli furnitur berupa lemari kepada PT Ardhani
Setya Seharga Rp 10.000.000 untuk keperluan kantor.
Solusi:
PT. Ardhani Setya Furniture akan memungut PPN atas transaksi penjualan ini. PT.
Ardhani Setya Furniture menyerahkan barang kena pajak yaitu lemari beserta dengan
faktur pajak sebagai tagihan PPN terhadap PT. Complex Alpaca. Total tagihan adalah
sebesar Rp 10.000.000 ditambah dengan adanya PPN 10% yaitu Rp 1.000.000 sehingga
berjumlah Rp 11.000.000. Bagi PT. Ardhani Setya Furniture, faktur pajak ini adalah
faktur pajak Keluaran atau di catat sebagai hutang PPN terhadap Pemerintah. Pada akhir
periode PT. Ardhani Setya Furniture harus membayarkan PPN ini ke kas negara jika
akumulasi seluruh transaksi jual beli PT. Ardhani Setya Furniture menghasilkan posisi
PPN Keluaran lebih besar nilainya dibandingkan dengan PPN Masukan atau terjadi
adanya kurang bayar. Bagi PT. Complex Alpaca faktur pajak yang diterima adalah Faktur
Pajak Masukan yang harus dibayarkan kepada PT. Ardhani Setya Furniture. PPN ini
dapat di catat sebagai uang muka PPN jika PT. Complex Alpaca merupakan Pengusaha
Kena Pajak atau PKP. Sehingga dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran yang dipungut
dari transaksi penjualan PT. Complex Alpaca. Tetapi berlaku sebaliknya jika PT.
Complex Alpaca bukan merupakan Pengusaha Kena Pajak, maka PPN Masukan tidak
bisa dikreditkan sehingga di catat sebagai beban pajak. Jadi penjual menerbitkan Faktur
Keluaran dan menerima PPN Keluaran lalu meneruskan kepada kas negara. Sementara
pembeli memperoleh Faktur Masukan dan membayar PPN Masukan kepada penjual.
2. Kasus:
PT. Harapan Garmentexindo adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan
garmen. PT. Harapan Garmentexindo merupakan salah satu perusahaan penghasil garmen
terbaik di wilayah Jawa Barat. PT. Harapan Garmentexindo tentunya sudah dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak. Pada bulan November, terdapat pembelian roll kain
sebanyak 20 dengan harga total Rp 15.500.000. Pembelian dilakukan oleh PT. Kusuma
Kain yang berdomisili di Jakarta.
MANAJEMEN PERPAJAKAN
FARID KURNIAWAN C4C021006
TUGAS KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
Pembahasan
PT. Harapan Garmentexindo sebagai penjual memberikan faktur pajak kepada PT.
Kusuma Kain pada akhir periode sebagai bukti bahwa PT. Harapan Garmentexindo telah
memungut PPN dari transaksi penyerahan Barang Kena Pajak yaitu kain. PT. Kusuma
Kain sebagai pembeli dapat mengkreditkan PPN Masukan yang dibayarkan kepada PT.
Harapan Garmentexindo dari total PPN Keluaran yang terutang kepada pemerintah saat
perhitungan pajak di akhir bulan. Selain itu, PT. Harapan Garmentexindo dan PT.
Kusuma Kain juga melaporkan keseluruhan PPN yang telah dipungut dari pihak lain dan
seluruh PPN yang dibayarkan kepada pihak lain melalui formulir SPT PPN paling lambat
akhir bulan berikutnya. Transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dalam daerah pabean
dilaporkan pada formulir 1111 A2 SPT PPN. Proses pelaporan ini dapat dilakukan
dengan e-filing. PPN yang masih harus dibayar oleh kedua pihak pada akhir periode
adalah sebesar PPN Keluaran dikurangi dengan PPN Masukan yang telah dibayarkan.
3. Kasus:
Adanya pandemi Covid-19 membuat PT. Harapan Garmentexindo mengalami penurunan
penjualan. Omset terus menurun setiap triwulan sehingga PT. Harapan Garmentexindo
harus menjual aset tidak bernilai ekonomis. Salah satunya berupa AC bekas yang telah
dipakai 3 tahun terakhir.
Solusi:
Salah satu aset yang tidak bernilai ekonomis berupa AC dijual oleh PT. Harapan
Garmentexindo merupakan aset yang semula tidak ditujukan untuk diperjualbelikan. Aset
ini di pergunakan untuk keperluan operasional sebelumnya untuk mendukung dengan
kegiatan usaha. Oleh sebab itu, atas penjualan aset ini, dikenakan PPN sesuai dengan
ketentuan UU PPN pasal 16D. PT. Harapan Garmentexindo sebagai penjual memberikan
faktur pajak kepada pembeli pada akhir periode sebagai bukti bahwa PT. Harapan
Garmentexindo telah memungut PPN dari transaksi penyerahan Barang Kena Pajak yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. Selain itu, PT. Harapan
Garmentexindo juga melaporkan keseluruhan PPN yang telah dipungut dari pihak lain
dan seluruh PPN yang dibayarkan kepada pihak lain melalui formulir SPT PPN paling
lambat akhir bulan berikutnya. Transaksi ini dilaporkan pada formulir 1111 A2 SPT PPN.
Proses pelaporan ini dapat dilakukan dengan e-filing. PPN yang masih harus dibayar pada
MANAJEMEN PERPAJAKAN
FARID KURNIAWAN C4C021006
TUGAS KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
akhir periode adalah sebesar PPN Keluaran dikurangi dengan PPN Masukan yang telah
dibayarkan.
4. Kasus:
Setelah kondisi Pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat banyak perusahaan
penghasil garmen menurun omset nya. Salah satu diantara nya yaitu PT. Harapan
Garmentexindo. Konsultan pajak yang bekerja untuk PT. Harapan Garmentexindo
mengajukan pendapat agar pencabutan PKP sebagai bagian dari Tax Planning. Kebijakan
manajemen perusahaan selanjutnya adalah melakukan pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
Solusi:
Peraturan perpajakan memberikan penjelasan bahwa PT. Harapan Garmentexindo
dapat mengajukan pencabutan pengukuhan PKP jika penurunan omset yang dimiliki PT.
Harapan Garmentexindo sebesar Rp 4,8 Milyar. PT. Harapan Garmentexindo dapat
mengajukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak nomor PER-02/PJ/2018 mengenai Tata Cara Pendaftaran dan
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Pelaporan Usaha dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP), Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak.
Tertuang dalam pasal 21 Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-02/PJ/2018 bahwa
pencabutan PT. Harapan Garmentexindo sebagai PKP dapat dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak. Adapun terdapat dua cara untuk mengajukan pencabutan PKP.
Pencabutan pengukuhan PKP atas permohonan PKP tersebut dan pencabutan pengukuhan
PKP atas jabatan. Kedua cara pencabutan PKP dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan
atau verifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang mengatur mengenai tata cara pemeriksaan atau tata cara verifikasi.
Pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan permohonan PKP, dapat dilakukan
dengan cara elektronik atau manual. Pencabutan PKP dengan cara elektronik dilakukan
dengan mengisi dan menyampaikan formulir pencabutan pengukuhan PKP pada aplikasi
e-Registration yang tersedia pada laman Direktorat Jenderal Pajak di www.pajak.go.id.
dan juga mengunggah softcopy dokumen yang disyaratkan. Sedangkan pencabutan
pengukuhan PKP dengan cara manual, pengusaha mengisi dan menandatangani formulir
MANAJEMEN PERPAJAKAN
FARID KURNIAWAN C4C021006
TUGAS KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
5. Kasus:
Pada bulan Januari, PT. Harapan Garmentexindo melakukan impor 30 roll kain untuk
memenuhi kekurangan pesanan dari pelanggan karena terbatas nya kapasitas produksi.
Roll kain tersebut diimpor dari negara Jepang dalam hal ini ITPC Osaka Garment. Akan
tetapi pada saat melakukan impor, PT. Harapan Garmentexindo sudah tidak tercatat
sebagai PKP karena Penurunan omset perusahaan secara drastis akibat pandemi.
Solusi:
Transaksi yang terjadi adalah transaksi impor Barang Kena Pajak berupa kain yang
dilakukan oleh PT. Harapan Garmentexindo. Barang Kena Pajak tersebut diimpor dari
negara Jepang. Adanya impor barang BKP, PT. Harapan Garmentexindo sebagai
perusahaan yang melakukan impor tetap membayarkan PPN kepada kas negara walaupun
bukan tercatat sebagai PKP. PT. Harapan Garmentexindo sebagai pembeli dapat
mengkreditkan PPN Masukan yang dibayarkan kepada Dirjen Bea Cukai dari total PPN
Keluaran yang terutang kepada pemerintah saat perhitungan pajak orang pribadi di akhir
bulan. PPN yang masih harus dibayar oleh PT. Harapan Garmentexindo adalah sebesar
PPN Keluaran dikurangi dengan PPN Masukan yang telah dibayarkan. PT. Harapan
Garmentexindo juga melaporkan keseluruhan PPN yang telah dipungut dari pihak lain
dan seluruh PPN yang dibayarkan kepada pihak lain melalui formulir SPT PPN paling
lambat akhir bulan berikutnya. Transaksi impor Barang Kena Pajak dilaporkan pada
formulir 1111 B1 SPT PPN. Proses pelaporan ini dapat dilakukan dengan e-filing.
MANAJEMEN PERPAJAKAN
FARID KURNIAWAN C4C021006
TUGAS KASUS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)