Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hyot and Wickwire (2001) dalam tulisannya yang berjudul “Knowledge-

information-Service Era Changes in Work and Education and the Changing Role

of the School Counselor in Career Education” menyatakan bahwa era layanan

informasi pengetahuan mencerminkan perubahan yang saling terkait dalam aspek

sosial, ekonomi, pemerintahan, karir, pendidikan, pekerjaan, dan sistem hidup

lainnya.

Gerakan perubahan terus meningkat dan berdampak pada perubahan pola-

pola kebutuhan dan permasalahan karir individu yang semakin kompleks.

Kebutuhan–kebutuhan mendesak dari gerakan perubahan yang dimaksud, di

antaranya : (1) merencanakan pendidikan pasca sekolah menengah yang

berorientasi karir; (2) memperoleh keterampilan umum dalam cakap kerja,

adaptasi kerja, dan peningkatan kerja sehingga mampu mengikuti perubahan

dunia kerja setelah dewasa; (3) penekanan pentingnya nilai-nilai kerja;

(4) merencanakan cara-cara menyibukkan diri dalam pekerjaan sebagai bagian

dari keseluruhan perkembangan karir (Hyot & Wickwire, 2001); dan

(5) membutuhkan informasi karir secara cepat, akurat, mudah, dan inovatif

sehingga memiliki orientasi karir yang mantap yang pada akhirnya dapat

membuat keputusan karir (Sexton et al. dalam Whiston, 2000).


2

Permasalahan karir yang terjadi, di antaranya : (1) belum memiliki

pemahaman yang mantap tentang kelanjutan studi setelah lulus; (2) program studi

yang dimasuki bukan pilihan sendiri; (3) belum memahami jenis pekerjaan yang

cocok dengan kemampuan sendiri; (4) masih bingung untuk memilih jenis

pekerjaan yang sesuai minat atau kemampuan; (5) merasa pesimis bahwa setelah

lulus akan mendapat pekerjaan yang diharapkan; dan (6) semua itu, menurut

Sarason (Zunker, 1986 : 78) akan bermuara pada timbulnya kebingungan dan

stress dalam menjawab pertanyaan “how do I find fullfillment or satisfaction in

career and life?”

Kebutuhan-kebutuhan mendesak dan permasalahan-permasalahan karir

sebagaimana yang telah dikemukakan sangat dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat dan generasi muda Indonesia, tidak terkecuali para siswa di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Di satu sisi, pemerintah optimistis bahwa SMK

diprioritas untuk mengembangkan kemampuan siswa agar dapat bekerja dalam

bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, kemampuan melihat

peluang kerja, dan mengembangkan diri di masa-masa mendatang. Paradigma

masyarakat pun memiliki tanggapan yang positif tentang SMK. Para orang tua

juga mengharapkan anaknya yang melanjutkan pendidikan ke SMK dapat cepat

bekerja setelah lulus SMK. Mereka menganggap SMK sebagai jalan paling cepat

untuk masuk dunia kerja. Kenyataannya, menurut suatu tulisan yang dimuat

dalam koran harian umum Pikiran Rakyat (2006) diketahui masih besarnya

kesenjangan (gap) antara kualitas lulusan SMK dan kebutuhan dunia usaha.

Banyak disaksikan outcome sebuah lembaga SMK menjadi pengangguran serta


3

terdapat kesenjangan antara informasi mengenai potensi dirinya dengan dunia

kerja.

Studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap 17 orang siswa

kelas X (5 orang), XI (6 orang), dan XII (6 orang) SMK Negeri 1 di Kota Tanjung

Pinang yang diambil secara acak dari Jurusan Akuntansi, Administrasi

Perkantoran, Penjualan, Usaha Jasa Pariwisata, Multimedia, dan Teknologi

Komunikasi Jaringan menunjukkan bahwa masih banyak siswa lulusan SMK

yang kebingungan mau bekerja dimana atau melanjutkan studi kemana. Itu semua

terjadi karena kurang mantapnya orientasi karir sehingga sulit membuat

keputusan, apakah mau melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau bekerja.

Jika dianalisis dari perspektif teori perkembangan karir Super (Sharf,

1992), permasalahan-permasalahan karir yang telah dikemukakan berakar pada

masalah orientasi karir. Sebagaimana diketahui bahwa siswa SMK berada pada

fase perkembangan remaja; dan salah satu tugas perkembangan remaja adalah

mulai mempersiapkan karir masa depan. Persiapan karir itu diawali dengan

munculnya dorongan untuk mengembangkan minat karir terhadap pekerjaan

tertentu, mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat karir, dan mulai

muncul dorongan untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu. Ketiga dorongan ini

akan menjadi arah orientasi karir, yang hasilnya sangat menentukan keputusan

karir mereka. Asumsinya sebagaimana yang dikemukakan oleh Super (Sharf,

1992) bahwa orientasi karir merupakan kesiapan individu untuk mengambil

keputusan karir.
4

Dalam proses perencanaan karir sepanjang rentang kehidupan (career life

planning), individu (siswa SMK) sudah semestinya menggunakan beragam

kompetensi karir. Kompetensi dasar terpenting adalah mengembangkan

kompetensi belajar mengendalikan masa depan karir. Misalnya, belajar

mengidentifikasi kompetensi diri dan selanjutnya merencanakan program kegiatan

untuk meng-upgrade kompetensi secara optimal. Belajar mengembangkan

pilihan-pilihan dan alternatif-alternatif karir sehingga dapat membuat keputusan

karir secara tepat dan efektif. Belajar mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

pribadi, mengembangkan jejaring kerja (network), serta bagaimana

mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam perencanaan karir

sepanjang rentang kehidupan. Belajar merencanakan yang dapat diubah dan

direvisi sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain, individu semestinya fleksibel,

realistik, dan efektif dalam membuat keputusan karir sehingga dapat menjadikan

kehidupannya lebih bahagia dan bermakna.

Perencanaan karir sepanjang rentang kehidupan berfokus pada kenyataan

adanya faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi pemilihan karir. Penetapan

prioritas dan tujuan untuk perencanaan karir, pengembangan rancangan karir,

serta penetapan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang mutlak mesti

dilakukan oleh setiap individu yang mengharapkan karirnya berjalan mulus tanpa

hambatan yang berarti.

Program konseling karir yang komprehensif di semua sekolah, termasuk

SMK merupakan salah satu strategi penting untuk membantu konseli menghadapi

transisi ke dunia kerja. Intervensi pengembangan karir yang efektif harus dimulai
5

sejak dini dan secara kontinyu terus dikembangkan sampai masa dewasa. Upaya-

upaya untuk mengintervensi proses karir sepanjang rentang kehidupan dapat

mempercepat atau memperkuat penemuan pengetahuan, sikap-sikap, dan

keterampilan-keterampilan tentang diri (self) dan dunia kerja (world of work).

Melalui program konseling karir, remaja (siswa SMK) harus dipersiapkan untuk

mengatasi perubahan employment trends dengan dibekali kemampuan kreativitas,

fleksibilitas, dan adaptabilitas di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan

kompleksitas dan ambiguitas. Dalam konteks ini, konseli harus dibekali

kemampuan membuat keputusan karir secara cepat, tepat, dan efektif dengan

terlebih dahulu memantapkan orientasi karirnya.

Bolles (Zunker, 1986 : 86-87) mengemukakan bahwa konseling karir

sangat membantu konseli dalam memberikan informasi karir dan membuat

keputusan karir. Proses pembuatan keputusan karir harus didekati dari perspektif

karir dan perencanaan hidup, serta menghubungkan kebutuhan jangka pendek dan

menengah dengan perencanaan pencapaian tujuan jangka panjang. Lebih lanjut,

dikemukakan bahwa program perencanaan karir sepanjang rentang kehidupan

ditujukan untuk : (1) menetapkan tujuan karir; (2) mengidentifikasi berbagai

kompetensi karir; (3) menetapkan waktu mencapai tujuan karir; dan

(4) menetapkan pihak-pihak yang akan mengendalikan karir.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN, 2007 : 21-22)

dalam Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur

Pendidikan Formal, menjabarkan tujuan konseling karir di jalur pendidikan

formal, termasuk SMK adalah membantu konseli agar :


6

1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang


terkait dengan pekerjaan.
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apa pun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai
pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan
kerja.
6. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karir keguruan tersebut.
8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
minat yang dimiliki.
9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan
karir. Selain itu, kecenderungan perubahan pola-pola pendidikan dan
bimbingan karir tersebut, akan berpengaruh terhadap peran-peran
konselor dalam melaksanakan proses pendidikan dan bimbingan karir.
Hal yang paling mendasar ialah memahami dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan siswa dalam bangku sekolah.

Kehadiran program konseling karir di SMK tidak dapat dibantah atau

dihalang-halangi lagi. Beragam kebutuhan untuk memenuhi mencapai

perkembangan karir, terutama orientasi karir sebagai penentu kesiapan keputusan

karir dan strategi nyata mengatasi permasalahan karir siswa SMK semakin jelas

urgensinya.
7

Mempertimbangkan hal tersebut, maka tidak ada alasan bila

perkembangan karir, terutama orientasi karir siswa SMK dibiarkan begitu saja,

berlalu, dan berjalan dengan sendirinya. Mereka membutuhkan arahan, bimbingan

dan bahkan konseling untuk menstimulasi perkembangan dan pemantapan

orientasi karir mereka secara optimal sesuai tingkat dan karakteristik khas

perkembangan yang dilaluinya. Memahami hal tersebut, maka seorang konselor

karir perlu, bahkan wajib memiliki kompetensi dalam memberikan layanan

konseling karir dan menyediakan informasi karir yang up-to-date, kreatif,

inovatif, interaktif, dan mudah diakses.

Sampai saat ini, konselor karir yang mempunyai kebiasaan memberikan

layanan konseling karir tradisional berhadapan dengan sejumlah permasalahan

karir konseli. Selain itu, sumber-sumber, media-media, atau materi-materi

informasi karir dari konselor pada umumnya masih terbatas. Ruang konseling

yang dekat dengan kamar kecil, metode, media, serta sarana dan prasarana yang

seadanya tidak jarang menjadi faktor penyebab kebosanan dan ketidaknyaman

konselor dan konseli melaksanakan aktivitas dan layanan konseling karir.

Permasalahan ini menjadi bahan pemikiran tentang upaya-upaya

pengembangan media informasi karir terbaru (up-to-date) yang mudah diakses,

interaktif, dan menyenangkan, baik untuk konselor sebagai penyelenggara

aktivitas dan layanan konseling karir, maupun para stakeholders seperti konseli,

pimpinan sekolah, para guru, staff administrasi, orangtua, dan masyarakat. Dalam

kondisi seperti ini, konselor harus menata kembali komitmen dan program

konseling karir melalui penyediaan informasi karir yang up-to-date sesuai dengan
8

trend okupasional modern dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

dan komputer.

Zunker (1986 : 96) mengemukakan bahwa pengembangan media sumber

informasi karir terbaru (up-to-date) dan memanfaatkan teknologi komputer pantas

untuk dipertimbangkan. Pertama, menyediakan kesempatan untuk

mengorganisasi materi-materi konseling karir secara sistematis ke dalam unit-unit

kerja yang lebih efisien. Pemusatan fasilitas ini juga dapat menyediakan

kesempatan untuk mengawasi ketersediaan materi dan menyederhanakan tugas

dalam memelihara dan memilih materi-materi tambahan.

Kedua, konseli dan konselor tertarik untuk terpusat pada penyajian materi

yang dapat diakses secara mudah. Pengembangan sumber informasi karir secara

esensial dapat memfokuskan dan mengaitkan program konseling karir oleh

konselor di sekolah.

Pertimbangan ketiga adalah mempermudah metode untuk

mempromosikan, mengkoordinasikan dan penerimaan program konseling karir

oleh seluruh staff BK, pimpinan sekolah, siswa (konseli), orang tua, masyarakat,

dan stakeholders lainnya. Media informasi karir yang diorganisasikan dan

dioperasikan secara benar dapat mendorong dan menyediakan partisipasi dari

beragam stakeholders untuk pengembangan dan pengevaluasian materi serta

sarana dan prasarana program konseling karir. Komitmen terhadap upaya

memstimulasi pemantapan orientasi karir individu (konseli) dapat lebih

ditingkatkan.
9

Pertimbangan keempat, adalah inovasi-inovasi program untuk digunakan

dalam materi-materi karir dan aktivitas outreach perlu ditingkatkan secara

berkelanjutan. Fasilitas dan media yang direncanakan dengan baik, inovatif, dan

sempurna dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan

komputer akan sangat mendukung dan mempermudah pencapaian tujuan-tujuan

konseling karir secara optimal.

Komputer memiliki pengaruh yang signifikan pada asesmen karir dan

diseminasi informasi karir. Komputer memiliki keutamaan jika diaplikasikan

dalam program konseling karir, yaitu konseli dimungkinkan dapat melengkapi

asesmen karir, mengakses informasi karir secara cepat, dan merancang rencana

karir berdasarkan hasil asesmen tersebut (Sexton et al. dalam Whiston, 2000 :

213). Konseli dapat menggunakan berbagai media informasi karir dan mengetahui

hasilnya secara langsung, serta mendapatkan banyak informasi okupasional yang

relevan (Marinka et al., 2006). Keuntungan lainnya adalah beberapa program

komputer dirancang secara interaktif dan menyertakan asesmen minat, nilai-nilai,

kemampuan, dan keterampilan karir yang dapat membantu konseli dalam

memantapkan orientasi karir dan proses pembuatan keputusan karir.

Salah satu media konseling karir yang memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi dan komputer dan diasumsikan efektif dalam memantapkan orientasi

karir siswa SMK adalah The System of Interactive Guidance and Information Plus

(SIGI-Plus). SIGI-Plus adalah perangkat lunak (software) program perencanaan

pendidikan dan karir yang terintegrasi dengan asesmen diri (self assessment) yang

sangat mendalam dan informasi karir terbaru (up-to-date) yang mudah digunakan
10

dan disediakan untuk siswa dan orang dewasa dengan pandangan yang realistik

mengenai pilihan pendidikan dan karir terbaik untuk kesuksesan masa depan.

ERICDigest (1993) dan Valpar International Corporation (2007)

menyebutkan beberapa keuntungan dari SIGI-Plus, yaitu : (1) mengklarifikasi

pekerjaan dalam kaitannya dengan nilai-nilai; (2) mencari (search) dan membuat

daftar okupasi-okupasi yang didasarkan pada : (a) nilai-nilai, minat, dan

keterampilan-keterampilan kerja; (b) kelompok sekolah menengah atas; dan

(c) pilihan-pilihan perguruan tinggi favorit; (3) memperoleh informasi terbaru

(up-to-date) dan print-out ratusan jenis okupasi; (4) mengetahui persyaratan-

persyaratan pelatihan dan pendidikan yang mempengaruhi pilihan-pilihan

okupasi; dan (5) merealisasikan perencanaan karir dalam tindakan nyata.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada

“Pengembangan Media Berbasis SIGI-Plus untuk Memantapkan Orientasi

Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka masalah utama

yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah mengembangkan media bimbingan dan

konseling berbasis SIGI-Plus untuk memantapkan orientasi karir siswa SMK

Negeri 1 Tanjung Pinang?”

Supaya lebih terfokus, maka secara rinci pertanyaan dalam penelitian ini

dijabarkan sebagai berikut.


11

1. Seperti apakah profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang

sebelum diberikan layanan konseling karir dengan menggunakan media

bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus?

2. Bagaimanakah bentuk media bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus

untuk memantapkan orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang?

3. Seperti apakah profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang

setelah diberikan layanan konseling karir dengan menggunakan media

bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus?

4. Adakah perbedaan profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang

sebelum dan setelah diberikan layanan konseling karir melalui media

bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus?

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah : “Terdapat perbedaan profil

orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang sebelum dan setelah

diberikan layanan konseling karir melalui media bimbingan dan konseling

berbasis SIGI-Plus”.

Hipotesis statistiknya :

H 0 : µ1 = µ 2
H1 : µ1 ≠ µ 2
12

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara keseluruhan mencoba mengembangkan media

bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus untuk menstimulasi pemantapan

orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang yang teruji secara empirik di

lapangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskanlah tujuan khusus

penelitian berikut ini.

1. Mengetahui profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang

sebelum diberikan layanan konseling karir dengan menggunakan media

bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus.

2. Mengembangkan media bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus untuk

memantapkan orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang.

3. Mengetahui profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung Pinang setelah

diberikan layanan konseling karir dengan menggunakan media bimbingan dan

konseling berbasis SIGI-Plus.

4. Mengetahui perbedaan profil orientasi karir siswa SMK Negeri 1 Tanjung

Pinang sebelum dan setelah diberikan layanan konseling karir melalui media

berbasis SIGI-Plus.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat terutama kepada para

praktisi konseling karir (konselor karir), khususnya konselor karir di SMK berupa

dihasilkannya media bimbingan dan konseling berbasis SIGI-Plus yang sesuai


13

untuk menstimulasi pemantapan orientasi karir siswa SMK. Berbagai

rekomendasi yang dihasilkan berdasarkan data empirik diharapkan akan

memberikan gambaran sekaligus panduan untuk melakukan layanan konseling

karir sehingga para siswa SMK yang dilayani merasa dan memperoleh manfaat

dalam memantapkan orientasi karirnya sehingga dapat membuat keputusan karir

secara tepat.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi berikut.

1. Orientasi karir merupakan dasar bagi pengambilan keputusan karir (Super

dalam Sharf, 1992).

2. Orientasi karir merupakan kesiapan individu untuk mengambil keputusan

karir (Super dalam Sharf, 1992).

3. Remaja (siswa SMK) berada pada rentangan proses orientasi karir (Super

dalam Sharf, 1992, Surya, 1988, Munandir, 1996; Herr & Cremer, 1979).

4. Konseling karir yang efektif dapat membantu konseli menentukan pilihan

tertentu dan membuat keputusan dalam karirnya (Oliver dan Spokane, 1988;

Ryan, 1999; Spokane & Oliver, 1983; Sexton et al. dalam Whiston, 2000).

5. Komponen penting yang berkontribusi pada keefektifan konseling karir

adalah : latihan tertulis, interpretasi dan umpan balik secara individual,

informasi dunia kerja, kesempatan menjadi model, dan dukungan sosial

(Brown dan Krane, 2000) .


14

6. Komputer memiliki keutamaan jika diaplikasikan dalam program konseling

karir, yaitu konseli dimungkinkan dapat melengkapi asesmen karir,

mengakses informasi karir secara cepat, dan merancang rencana karir

berdasarkan hasil asesmen tersebut (Sexton et al. dalam Whiston, 2000 : 213).

Anda mungkin juga menyukai