dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu yang
menimbulkan aturan atruran dan mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yaitu apabila
dilanggar akan mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas. Sumber hukum dibedakan
menjadi dua yaitu sumber hukum formal dan sumber hukum material. Sumber hukum formal
adalah sumber hukum yang dilihat dari bentuknya, sedang sumber hukum material adalah
segala sesuatu yang menentukan isi dari hukum. Sumber Hukum Internasional adalah
sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-
masalah hubungan internasional1[1]. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum
internasional juga mengenal sumber hukum formal dan sumber hukum material. Dalam arti
material, adalah sumber hukum internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu
negara. Sedangkan sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.
Menurut Starke, sumber hukum internasional dalam arti material diartikan sebagai
bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan
hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu.2[2]
Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan sumber
yang paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dipakai Mahkamah
internasional dalam memutuskan suatu sengketa internasional.3[3]
Sumber hukum formal bagi hukum internasional adalah perjanjian internasional
(treaty) dan kebiasaan internasional (international custom). Di masa lalu sebagian besar
hukum internasional terdiri dari hukum internasional kebiasaan. Namun sekarang kebiasaan
internasional sebagai sumber hukum formal tidak lagi mampu menetapkan ketentuan-
ketentuan hukum internasional yang diperlukan dalam pergaulan masyarakat internasional.
Oleh karena itu peranan perjanjian internasional sebagai sumber hukum formal kini menjadi
lebih penting dalam memenuhi kebutuhan ketentuan hukum internasional yang diperlukan.
Sumber hukum material bagi hukum internasional adalah prinsip-prinsip yang
menentukan isi ketentuan hukum internasional yang berlaku. Prinsip-prinsip itu misalnya
3
bahwa setiap pelanggaran perjanjian menimbulkan kewajiban untuk memberikan ganti rugi,
bahwa korban perang harus diperlakukan secara manusiawi. Diantara prinsip-prinsip itu
terdapat prinsip-prinsip yang berlaku memaksa. Prinsip itu disebut “ius cogens”. Prinsip itu
misalnya bahwa perjanjian harus ditaati (Pacta sun servanda). Prinsip itu tidak dapat
disimpangi berlakunya oleh ketentuan hukum internasional yang berlaku atau yang
ditetapkan kemudian dan juga tidak dapat dirubah oleh prinsip hukum internasional yang
tidak sama sifatnya.4[4]
6
7
[7].
3) Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-
negara beradab.
8
Sumber hukum yang ketiga menurut Pasal 38 (1) Piagam Mahkamah Internasional
ialah asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab (the general
principle of law recognized by cilivized nations). Yang dimaksudkan dengan asas hukum
umum ialah asas hukum yang mendasari system hukum modern. Yang dimaksudkan
dengan system hukum modern ialah system hukum positif yang didasarkan atas asas dan
lembaga hukum Negara barat yang untuk sebagian besar didasarkan atas asas dan
lembaga hukum Romawi.
Perlu ditegaskan bahwa yang menjadi sumber hukum ialah prinsip hukum umum
dan tidak hanya asas hukum internasional. Arti perkataan umum dalam hubungan ini
sangat penting karena dengan demikian jelaslah bahwa hukum internasional sebagai
suatu system hukum merupakan sebagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar yaitu
hukum pada umumnya. dengan demikian, dibantah pendirian yang hendak mengatakan
hukum internasional itu merupakan satu system hukum yang berdiri sediri dan berbeda
dari hukum nasional. Dengan demikian, yang dimaksud asas hukum umum misalnya
asas hukum perdata seperti asas pacta sunt servanda, asas bona fides (itikad baik), asal
penyalahgunaan hak (abus de droit), serta asas adimplenti non est adiplendum dalam
hukum perjanjian. Asas hukum yang dimaksud dalam pasal 38 (1) ialah asas hukum
umum, jadi selain asas hukum perdata yang disebutkan tadi meliputi juga asas hukum
acara dan hukum pidana. Sudah termasuk juga didalamnya asa hukum internasional
seperti misalnya asas kelangsungan Negara, penghormatan kemerdekaan Negara, asas
non intervensi, dsb.
Menurut pasal 38 (1) asas hukum umum merupakan sumber suatu sumber hukum
formal utama (primer) yang berdiri sendiri disamping kedua sumber hukum yang telah
disebutkan terlebih dahulu yaitu perjanjian internasional dan kebiasaan.
Adanya asas hukum umum sebagai sumber hukum primer tersendiri ddisamping
perjanjian dan kebiasaan internasional sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan hukum interasional sebagai system hukum positif. Pertama, dengan
adanya sumer hukum ini Mahkamah tidak dapat menyatakan non liquest, yakni menolak
mengadili perkara karena tiadanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan.
Berhubungan erat dengan hal ini ialah kedudukan mahkamah internasional sebagai badan
yang membentuk dan menemukan hukum baru, diperkuat dengan adanya sumber hukum
yang ketiga ini. Keleluasaan bergerak yang diberikan oleh sumber hukum ini pada
mahkamah dalam membentuk hukum baru sangat berfaedah bagi perkembangan hukum
internasional.
4) Keputusan Pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah
diakui kepakarannya (Theachings of the most highly qualified publicists).
Berlainan dengan sumber hukum utama (primer) yang telah dibahas di
atas,keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana hanya merupakan sumber subsidier
atau tambahan. Artinya keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana dapat
dikemukakan untuk membuktikan adanya kaidah hukum internasional mengenai suatu
persoalan yang didasarkan atas sumber primer yakni perjanjian internasional, kebiasaan
dan asas hukum umum. Keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana itu sendiri tidak
mengikat, artinya tidak dapat menimbulkan suatu kaidah hukum.
Bahwa dalam system peradilan menurut piagam mahkamah internasional tidak
dikenal asas keputusan pengadilan yang mengikat (rule of binding precedent).
Jika keputusan Mahkamah Internasional sendiri tidak mengikat selain bagi perkara yang
bersangkutan, a fortiori keputusan pengadilan lainnya tidak mungkin mempunyai
keputusan mengikat. Yang dimaksudkan dengan keputusan pengadilan dalam pasal 38
(1) sub ialah pengadilan dalam arti yang luas dan meliputi segala macam peradilan
internasional maupun nasional termasuk didalamnya mahkamah dan komisi arbitrase.
Walaupun keputusan pengadilan tidak mempunyai kekuatan mengikat, keputusan
pengadilan internasional, terutama Mahkamah Internasional permanen (Permanent
Justice), Mahkamah Internasional (International Court of Justice), Mahkamah Arbitrase
Permanen (Permanent Court of Arbitration) mempunyai pengaruh besar dalam
perkembangan hukum internasional. Mengenai sumber hukum tambahan yang kedua
yaitu ajaran para sarjana hukum terkemuka dapat dikatakan bahwa penilitian dan tulisan
yang dilakukan oleh para sarjana terkemuka sering dapat dipakai sebagai pegangan/
pedoman untuk menemukan apa yang menjadikan hukum intrnasional walaupun ajaran
para sarjana itu sendiri tidak menimbulkan hukum.
Hukum internasional adalah keseluruhan hukum yang terdiri dari berbagai kaidah dan
prinsip-prinsip yang mengatur hubungan antar Negara, dimana berbagai kaidah dan prinsip
ini terkandung di dalam lima kategori yang disebut sebagai sumber hukum internasional.
Bahan –bahan ini dimasukan dalam lima kategori, yaitu :
1. Kebiasaan Internasional
2. Traktat
3. Keputusan-keputusan pengadilan atau pengadilan arbitrase
4. Karya=karya hukum
5. Keputusan-keputusan atau penetapan-penetapan organ-organ lembaga-lembaga
internasional
http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2013/07/sumber-sumber-hukum-internasional.html