Anda di halaman 1dari 2

Perjalanan Idris AS dan Izrail Makna dan Tujuan Hidup yang Sebenarnya

Rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang hidup dilapah kulitnya (dibuang kulitnya
semasa hidup-hidup), dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit.

Suatu ketika Nabi Idris sedang duduk santai di suatu tempat yang tidak banyak dihuni oleh manusia.
Sambil mata terpejam dalam ketenangannya, bibir Nabi Idris terus bergerak-gerak mengagungkan nama
Allah. Tiba-tiba malaikat datang dan mengucapkan salam.

"Salam wahai Nabi Allah Idris, saya Malaikat Izrail", kata Sang Malaikat kepada Nabi Idris.

Lalu, Nabi Idris membalas salam Malaikat Izrail dan langsung melemparkan pertanyaan kepada Malaikat
Izrail.

"Hai Izrail, Engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk berziarah?" tanya Nabi Idris.

"Aku datang untuk menziarah dengan izin Allah" , kata Izrail dan langsung mendekat kepada Nabi Idris
yang masih duduk dengan mata terpejam.

"Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu. Apakah Engkau bersedia
membantuku" kata Nabi Idris.

"Kepentingan apa itu?" kata Malaikat Izrail.

"Kepentingan denganmu, yaitu supaya Engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan
kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut", katanya.
Mendengar permintaan Nabi Idris, Malaikat Izrail sedikit kaget. Dengan berat hati, ia mesti menolak.
Pemintaannya itu tidak dapat dipenuhi, meski Sang Nabi merupakan kekasih Allah yang diutus ke bumi.

"Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah."

Setelah itu, tidak lama Allah memberi wahyu kepada Izrail agar mencabut nyawa Nabi Idris. Dan
kemudian Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris. Setelah Nabi Idris tidak bernyawa, Izrail menangis
atas kematiannya sambil memohon kepada Allah agar menghidupkan kembali Nabi Idris. Kemudian,
Allah mengabulkan permohonan Izrail, Nabi Idris hidup kembali dan mereka berdua kembali berdialog.
Tentu Izrail yang bertanya lebih dulu kepada Nabi Idris, setelah ia dihidupkan kembali dari kematian.

"Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu?" Tanya Izrail

" Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya
(dibuang kulitnya semasa hidup-hidup), dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali
sakit", katanya.
Izrail menegaskan kepada Nabi Idris, "Padahal sesungguhnya ia mencabut nyawa para nabi dengan
lemah lembut. Tidak seperti mahkluk lainnya yang merasakan rasa sakit yang begitu dahsyat. Secara
halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu"

Setelah itu, Nabi Idris menyampaikan kembali permintaannya kepada malaikat Izrail. "Hai malaikat
maut, saya ada keinginan lagi dengan Engkau, yaitu saya ingin melihat Neraka Jahanam sehingga saya
boleh beribadah kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh setelah melihat belenggu, rantai-rantai, dan
kalajengking yang menyengat orang-orang di Neraka Jahanam"

Malaikat Izrail pun kembali menolak permintaan Nabi Idris. Permintaannya itu bukan kewenangannya.
Untuk itu, ia berkata kepada Nabi Idris yang bersikeras itu. Bagaimana saya boleh pergi ke Neraka
Jahanam tanpa izin Allah, katanya. Tidak berapa lama kemudian, Allah memberi wahyu kepada Sang
Malaikat Maut dengan firman:

"Pergilah Engkau ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris." Malaikat Maut pun pergi ke Neraka
Jahanam bersama-sama Nabi Idris.

Nabi Idris melihat segala macam siksaan yang diciptakan Allah untuk mereka yang ingkar, berupa
belenggu, rantai-rantai neraka, kalajengking serta ular dengan api-api yang menyala dan kayu zakum,
serta air yang sangat panas untuk diminum oleh ahli neraka tersebut.

Setelah kembali, Nabi Idris berkata lagi kepada Malaikat Maut. Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan
lagi denganmu, yaitu saya ingin melihat surga sehingga saya boleh tambah meningkatkan amal
ibadah.Allah kembali memberi izin kepada mereka berdua dan berhenti dekat pintu surga. Nabi Idris
melihat di dalamnya bermacam-macam nikmat dan istana besar dan indah, serta ragam anuegarah di
dalamnya berupa tumbuh-tumbuhan berikut buah-buahan beraneka warna serta rasa yang berbeda-
beda.

Nabi Idris berkata, "Hai saudaraku, saya telah merasakan sakitnya sakaratul maut, saya telah melihat
Neraka Jahanam yang di dalamnya bermacam-macam rupa siksaan dan azab neraka maka mohonkanlah
Engkau kepada Allah untuk mengizinkan saya masuk surga dan minum airnya, agar hilang rasa sakitnya
sakaratul maut di tenggokoranku ini dan juga terhindar dari siksaan Neraka Jahanam. Izrail pun meminta
izin, Allah lalu mengizinkannya. Keduanya memasuki surga lalu keluar lagi. Berteriaklah Izrail memanggil
Nabi Idris agar ia mau keluar dari surga. Hai Idris, keluarlah Engkau dari surga." Nabi Idris menolak
keluar.

Allah pun berfirman, "Tinggalkanlah ia (Nabi Idris), sesungguhnya Aku telah memutuskan ia pada zaman
azali dahulu bahwa sesungguhnya ia (Nabi Idris) tergolong ahli dan penghuni surga."

Anda mungkin juga menyukai