Anda di halaman 1dari 32

A.

DEFINISI
Tuberkulosis Paru (Tb Paru) masih menjadi masalah kesehatan
yang cukup besar di dunia. Prevalensi kasus tuberkulosis paru ini
seperti yang telah dicatat oleh WHO mencapai 14 juta, dengan
insidensi mencapai 9,4 juta orang. Saat ini yang menjadi masalah
besar adalah pasien dengan tuberkulosis paru dapat mendapat
koinfeksi dengan HIV dan telah banyak berkembang TB menjadi
resisten terhadap pengobatan yang diberikan yang disebut dengan
tuberkulosis paru multidrug-resistant (WHO, 2015)
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi
tubrkulosis paru di indonesia pada tahun 2013 ialah sebanyak 0,4%
dengan Lima provinsi dengan prevalensi tuberkulosis paru tertinggi
diantaranya adalah jawa barat (0,7%), papua (0,6%), DKI jakarta
(0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%), dan papua barat (0,4%)
(Kemenkes RI, 2013).
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah
(Wijaya, 2013)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling
sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis (Smeltzer, 2014)
B. ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN
Anatomi
1. Hidung
Nares Anterior  Nares anterior adalah saluran-saluran di
dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung.
Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung
dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara
ke dalam rongga hidung.
2. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk
ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab,
dan penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan
kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding
lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan
os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus
sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk
oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau.
Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os
frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius. Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang
berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini
berfungsi: memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa
serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi
oleh membrana mukosa yang  bersambungan dengan cavum nasi.
Lubang yang membuka kedalam cavum nasi:
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha
superior dan media dan diantara concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian
belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
3. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang
mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal).
4. Laring (tenggorokan)
terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae
servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri
atas kepingan tulang rawan yang diikat  bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan
disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal
sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua
lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa V.
Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti
cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah  belakang (ini
adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid
yang menjulang disebelah  belakang krikoid., kanan dan kiri tulang
rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa
katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan.
Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea,

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium
berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang
rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan
aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang
ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau
dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau
rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara. Suara
dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui
glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara,
dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan.
5. Trakea
batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan
ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea
tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap  berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu
juga memuat beberapa  jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir
yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak
menuju keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan
butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan
pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah
belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel
pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang. Trakea
servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar
tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea
torasika berjalan melintasi mediastenum, di belakang sternum,
menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak
dibelakang trakea.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


6. Dua buah bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak
paru paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari
pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus
atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat
dibawah arteri, disebut  bronkus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan
berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
7. Rongga Toraks
batas-batas yang membentuk rongga di dalam toraks:
a. Sternum dan tulang rawan iga-iga (poste) di depan.
b. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar
ruas (diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang
rawan di belakang.
c. Iga-Iga (poste) beserta otot interkostal disamping.
d. Diafragma di bawah.
e. Dasar leher di atas. Isi : Sebelah kanan dan kiri rongga
dada terisi penuh oleh paru-paru beserta  pembungkus
pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan
memebentuk batas lateral  pada mediastinum.
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada diantara
kedua paru- paru. Isinya jantung dan pembuluh-
pembuluh dara besar, usofagus, duktus torasika, aorta
descendens, vena kava superior, saraf vagus dan frenikus
dan sejumlah besar kelenjar limfe.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


8. Dua pasang paru-paru
merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah
dipisahkan oleh jantung beserta  pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum .
Paru- paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan
apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru
duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-
paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,
permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan
yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
a. Lobus paru-paru (belahan paru-paru). Paru-paru dibagi
menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua
lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa
bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin
bercabang. Semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir
menjadi kantong kecil-kecil, elastis,  berpori, dan seperti
spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara
yang ada di dalamnya.
b. Bronkus Pulmonaris Trakea terbelah mejadi dua bronkus
utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk  paru-
paru. Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru,
bronkus-bronkus pulmonaris  bercabang dan beranting
banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur
serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding
fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan
dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya,
makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia. Bronkus
Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut
vestibula. Dan disini membran  pelapisnya mulai
berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti
dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah
hampir langsung bersentuhan dengan udara–suatu
jaringan pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan
pertukaran gas pun terjadi
c. Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak
mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke
paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran
bronkial,  bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi
arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan
membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding
alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya
dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-
sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya
bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli
hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka
pertukaran gas  berlangsung dengan difusi, yang
merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi
pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena
pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa
darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta. Pembuluh
darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa
darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke
paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan
oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang
tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh
cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari
kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan
darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena
pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-
paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai
vena kava superior. Maka dengan demikian  paru-paru
mempunyai persediaan darah ganda.
d. Hiilus (tampuk) paru-paru dibentuk struktur berikut
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa
oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen.
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi
oksigen dari paru-paru ke  jantung.
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk
pohon bronkial, merupakan  jalan udara utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan
menghantarkan darah arteri ke jaringan paru-paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah
dari paru-paru ke vena kava superior.
6) Pembuluh limfe, yang masuk-keluar paru-paru,
sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari
saraf vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe semua pembuluh limfe yang
menjelajahi struktur paru-paru dapat menyalurkan ke
dalam kelenjar yang ada di tampak paru-paru.
9) Pleura. Setiap paru-paru dilapisi membran serosa
rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat
melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan
dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di
sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura
parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada.
Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,
bagian yang menutupi diafragma ialah pleura
diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher
ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh
membran yang kuat bernama membran
suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini
terletak arteri subklavia. Di antara kedua lapisan
pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu
satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau
rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,
tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya
menjadi jelas.
9. Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu
bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat  berhubungan erat dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran
alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen
menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri
ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya
95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil
buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan
trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat
proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan eksterna:
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar
udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga
dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan
kapiler. CO2 lebih mudah  berdifusi drpd oksigen. Semua
proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima  jumlah tepat CO2 dan
O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di
paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau
sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat  pernapasan dalam otak unutk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi
ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru adalah sebagai mana telah
diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium
tuberculosis humanis) (Amin, 2014).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae
yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah
mycobacterium, salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia
adalah type humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat
diabaikan, setelah hygiene peternakan makin di tingkatkan
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan
asam basa. Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam
(BTA)
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis
Basil Tahan Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil
tuberculosis, mungkin saja Basil Tahan Asam (BTA) yang
ditemukan adalah mycobacterium atipik yang menjadi penyebab
mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit
sampai 20 menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan
waktu 12 sampai 24 jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga
dalam beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan
terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau
lisol 5%.
D. PATOFIOLOGI
Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil
karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga
hidung dan tidak menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang
alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas
lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan.
Lekosit polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit
bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari
pertama maka lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala-gejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar
limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
spiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk
suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya, 2013).
Lesi primer paru –paru disebut focus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan
kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini
dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
percairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa
ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan parut fibrosa(Wijaya,
2013).
Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan
memcapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmaner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi
apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vascular dan tersebar ke dalam
sistem vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya, 2013).

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


E. Patways Tb Paru (Wijaya, 2013)

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


F. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik TB paru dapat di bagi menjadi 2 golongan,
gejala respiratorik dan gejala sistemik (Wijaya, 2013):
1. Gejala respiratorik, meliputi;
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat
non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah
bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak.
c. Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia, dan lain – lain.
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi:
Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul
dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek. Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lain
ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise.Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbulnya menyerupai
gejala pneumonia\tuberkulosis paru termasuk insidius.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius dan meluas Tuberkulosis Paru saat ini
adalah berkembangnya basil tuberculosis yang resisten terhadap

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


berbagai kombinasi obat. Resistensi terjadi jika individu tidak
menyelesaikan program pengobatannya hingga tuntas, dan mutasi
basil mengakibatkan basil tidak lagi responsive terhadap antibiotic
yang digunakan dalam waktu jangka pendek. Basil tuberculosis
bermutasi dengan cepat dan sering.
Tuberculosis yang resisten terhadap obat obatan juga dapat terjadi
jika individu tidak dapat menghasilkan respons imun yang efektif
sebagai contoh, yang terlihat pada pasien AIDS atau gizi buruk.
Pada kasus ini, terapi antibiotik hanya efektif sebagian. Tenaga
kesehatan atau pekerja lain yang terpajan dengan galur basil ini, juga
dapat menderita tuberculosis resistens multi obat, yang dalam
beberapa tahun dapat mengakibatkan morbiditas dan sering bahkan
kematian. Mereka yang mengidap tubrkulosis resisten multiobat
memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan
kecendrungan mengalami kegagalan (Corwin,2013).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa pemeriksaan penunjang pada klien dengan dengan
tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis yaitu (Black, 2014):
1. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M.
Tuberkulosis pada stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) :
positif untuk BTA.
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif
(area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi
antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya
antibodi, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang
aktif.
4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal
dibagian paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan
TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin
dan CSF, serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya
sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru lanjut kronis.
8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru paru.
9. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
10. Darah: leukositosis, LED meningkat.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit
pleura.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita (PDPI, 2011):
1. Pencegahan Tuberkulosis paru.
a. Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan
terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita
tuberkulosis paru BTA positif.
b. mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap
kelompok-kelompok tertentu misalnya: Karyawan rumah
sakit/puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah tahanan,
siswa-siswai pesantren.
c. Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif
terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari
tujuh hari.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


d. Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB
selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau
mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit
e. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit
tuberkulosis paru kepada masyarakat di tingkat Puskesmas
maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas
lembaga swadaya masyarakat.
2. Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain
untuk mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan,
reistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis serta
memutuskan rantai penularan.
3. Penemuan Penderita TB Paru
a. Penatalaksnaan terapi: asupan nutrisi adekuat/mencukupi.
b. Kemoterapi yang mencakup pemberian : isoniazid (INH)
sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat
ini diberikan selama 18 s.d 24 bulan dan dengan dosis 10-
20mg/kg berat badan/hari melalui oral. Kombinasi antara NH,
rifampicin, dan prrazinamid yang diberikan selama 6 bulan.
Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan
intramuskuler) dan ethambutol. Terapi kortikosteroid
bersamaan dengan obat anti tuberkulosis untuk mengurangi
respon peradangan, misalnya pada meningitis.
c. Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.
Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat jaringan paru
yang rusak.
d. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis serta
mempertahankan asupan nutrisi yang memadai. Pemberian
imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis
kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan
status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan
dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya
sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
untuk mencari pengonbatan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah
diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan
tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta
tuberkulosis paru yang kembali aktif.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis
paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga
diteruskan penularannya..
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
b. Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien
compos mentis .
c. Berat badan : Biasanya berat badan pasien mengalami
penurunan
d. Tekanan darah :  Biasanya tekanan darah pasien menimgkat
e. Suhu   : Biasanya suhu pasien TBC tinggi sekitar 40-410c

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


f. Pernafasan : Biasanya pasien dengan TBC nafas nya
pendek
g. Nadi : Biasanya pasien mengalami peningkatan denyut
nadi
h. Kepala
Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema,
perlukaan.
i. Rambut
Pada klien TBC biasanya rambutnya hitam serta kulit kepala
klien bersih, dan tidak rontok
j. Wajah
Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri dada
yang dirasakannya pada saat batuk
k. Mata
Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena
kurang tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva pucat,scleraikterik.pupil bulaT
l. Hidung
Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas cuping
hidung.
m. Mulut
Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan biasanya ada
caries pada gigi
n. Leher
Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.
o. Dada/Thorak
1) Inspeksi    : biasanya tidak simetris kiri dan kanan,   
penurunan ekspansi paru, menggunakan otot asesori
pernafasan, pernafasan dangkal.
2) Palpasi      : biasanya fremitus kiri dan kanan sama,.
3) Perkusi      : sonor kiri dan kanan

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


4) Auskultasi : baiasanya ada bunyi nafas tambahan ronkhi
basah kasar dan nyaring
p. Jantung
1) Inspeksi     : biasanya ictus cordis tidak terlihat.
2) Palpasi       : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.
3) Perkusi      : biasanya bunyi redup
4) Auskultasi  : biasanya irama jantung cepat
q. Perut/Abdomen
1) Inspeksi    : biasanya perut nya datar
2) Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising usus.
3) Palpasi      :, tidak ada masa
4) Perkusi      : baiasanya tidak kembung
r. Geniteorinaria
Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.
Biasanya pasien terpasang kateter.
s. Sistem integrumen
Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor kulit
jelek karena keringat dingin dimalam hari
t. Ekstermitas
Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan bawah, dan
kekuatan otot lemah.
4. Pola Fungsional
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis
paru menurut Ardiansyah (2012, hal 319-323) adalah sebagai
berikut :
A. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
1) Kelelahan umum dan kelemahan
2) Napas pendek saat bekerja atau beraktivitas
3) Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


4) Setiap hari menggigil dan berkeringat, serta mimpi
buruk.
Tanda :
1) Takikardia, Takipnea atau dispnea pada saat beraktivitas
2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (Tahap Lanjutan)
B. Integritas Ego:
Gejala :
1) Adanya faktor stres lama
2) Masalah keuangan dan rumah tangga
3) Perasaan tak berdaya/tak ada harapan

Tanda :
1) Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
2) Kecemasan berlebihan, ketakutan, serta mudah marah.
C. Makanan/Cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, Tak dapat mencerna
makanan dan terjadi penurunan berat badan.
Tanda :Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, Kehilangan
otot atau mengecil karena hilangnya lemak subkutan
D. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati saat menyentuh atau menggerakkan area
yang sakit, Perilaku distraksi (terganggu) seperti gelisah
E. Pernapasan
Gejala : Batuk (produktif/tak produktif), Napas pendek.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, Fibrosis parenkim
paru dan pleura yang meluas, Pasien menunjukkan pola
pernapasan yang tak simestris (efusi pleura), Perfusi pekak
dan penurunan fremitus (getaran dalam paru), Penebalan
pleura dan bunyi napas yang menurun, Aspek paru selama
inspirasi cepat : namun setelah batuk biasanya pendek

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


(krekels postusik), Karakteristik sputum (yang berwarna
hijau/purulen dan mukoid, kadang kuning dan disertai dengan
bercak darah), Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
menunjukkan sikap mudah tersinggung yang jelas dan
perubahan mental.
F. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi tekanan pada sistem imun (contoh
AIDS, kanker, tes HIV yang hasilnya positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
G. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit
menular.
Tanda : Perubahan pola biasa dalam kapasitas fisik untuk
melakukan peran
H. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga Tuberkulosis Paru,
Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, Gagal untuk
menyembuhkan TB secara total, Tuberkulosis paru sering
kambuh dan tidak mengikuti terapi pengobatan dengan baik.
I. Pertimbangan : DRG menunjukkan bahwa secara lama pasien
dirawat di rumah sakit sekitar 6,6 hari.
J. Rencana Pemulangan :
Pasien dengan Tuberkulosis paru dalam terapi obat dan
bantuan perawatan diri serta pemeliharaan rumah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidak efektifan jalan NOC : NIC :
nafas berhubungan dengan 1. Respiratory status : 1.Pastikan kebutuhan oral / tracheal
: Ventilation suctioning.
- Infeksi, disfungsi 2. Respiratory status : Airway 2.Berikan O2 ……l/mnt, metode………
neuromuskular, patency 3.Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
hiperplasia dinding 3. Aspiration Control dalam.
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan 4.Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas, asma, trauma keperawatan selama ventilasi.
- Obstruksi jalan nafas : …………..pasien menunjukkan 5.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
spasme jalan nafas, keefektifan jalan nafas 6.Keluarkan sekret dengan batuk atau
sekresi tertahan, dibuktikan dengan kriteria suction
banyaknya mukus, hasil : 7.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
adanya jalan nafas 1. Mendemonstrasikan batuk tambahan
buatan, sekresi bronkus, efektif dan suara nafas yang 8.Berikan bronkodilator :
adanya eksudat di bersih, tidak ada sianosis dan - ………………………
alveolus, adanya benda dyspneu (mampu - ……………………….
asing di jalan nafas. mengeluarkan sputum, - ………………………
bernafas dengan mudah, 9. Monitor status hemodinamik
DS: tidak ada pursed lips) 10. Berikan pelembab udara Kassa
- Dispneu 2. Menunjukkan jalan nafas basah NaCl Lembab
DO: yang paten (klien tidak 11. Berikan antibiotik :
- Penurunan suara nafas merasa tercekik, irama nafas, …………………….
- Orthopneu frekuensi pernafasan dalam …………………….

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


- Cyanosis rentang normal, tidak ada 12. Atur intake untuk cairan
- Kelainan suara nafas suara nafas abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
(rales, wheezing) 3. Mampu mengidentifikasikan 13. Monitor respirasi dan status O2
- Kesulitan berbicara dan mencegah faktor yang 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat
- Batuk, tidak efekotif penyebab. untuk mengencerkan sekret
atau tidak ada 4. Saturasi O2 dalam batas 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga
- Produksi sputum normal tentang penggunaan peralatan : O2,
- Gelisah 5. Foto thorak dalam batas Suction, Inhalasi.
- Perubahan frekuensi dan normal
irama nafas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran NOC: NIC :
gas 1. Respiratory Status : Gas 1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Berhubungan dengan : exchange ventilasi
- ketidakseimbangan 2. Keseimbangan asam Basa, 2.Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Elektrolit 3.Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- perubahan membran 3. Respiratory Status : 4.Keluarkan sekret dengan batuk atau
kapiler-alveolar ventilation suction
4. Vital Sign Status 5.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
DS: Setelah dilakukan tindakan tambahan
- sakit kepala ketika keperawatan selama …. 6.Berikan bronkodilator ;
bangun Gangguan pertukaran pasien -………………….
- Dyspnoe teratasi dengan kriteria hasi: -………………….
- Gangguan 1. Mendemonstrasikan 7.Barikan pelembab udara
penglihatan peningkatan ventilasi dan 8.Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
DO: oksigenasi yang adekuat keseimbangan.
- Penurunan CO2 2. Memelihara kebersihan paru 9.Monitor respirasi dan status O2
- Takikardi paru dan bebas dari tanda 10. Catat pergerakan
- Hiperkapnia tanda distress pernafasan dada,amatikesimetrisan, penggunaan
- Keletihan 6. Mendemonstrasikan batuk otot tambahan, retraksi otot
- Iritabilitas efektif dan suara nafas yang supraclavicular dan intercostal

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


- Hypoxia bersih, tidak ada sianosis dan 11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Kebingungan dyspneu (mampu 12. Monitor pola nafas : bradipena,
- Sianosis mengeluarkan sputum, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
- Warna kulit abnormal mampu bernafas dengan cheyne stokes, biot
(pucat, kehitaman) mudah, tidak ada pursed lips) 13. Auskultasi suara nafas, catat area
- Hipoksemia 7. Tanda tanda vital dalam penurunan / tidak adanya ventilasi dan
- Hiperkarbia rentang normal suara tambahan
- AGD abnormal 8. AGD dalam batas normal 14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
- pH arteri abnormal 9. Status neurologis dalam batas ststus mental
- Frekuensi dan normal 15. Observasi sianosis khususnya membran
kedalaman nafas mukos.
abnormal 16. Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
17. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
Weight Management
nutrisi lebih dari 1. Nutritional Status : food
1. Diskusikan bersama pasien mengenai
kebutuhan tubuh and Fluid Intake hubungan antara intake makanan, latihan,
peningkatan BB dan penurunan BB
Berhubungan dengan : 2. Nutritional Status :
2. Diskusikan bersama pasien mengani
Intake yang berlebihan nutrient Intake kondisi medis yang dapat mempengaruhi
BB
terhadap kebutuhan 3. Weight control
3. Diskusikan bersama pasien mengenai
metabolisme tubuh Setelah dilakukan tindakan kebiasaan, gaya hidup dan factor
keperawatan selama …. Ketidak herediter yang dapat mempengaruhi BB
seimbangan nutrisi lebih teratasi 4. Diskusikan bersama pasien mengenai
DS : dengan kriteria hasil: risiko yang berhubungan dengan BB
1. Mengerti factor yang berlebih dan penurunan BB
- Laporan adanya
5. Motivasi pasien untuk merubah
meningkatkan berat
sedikit aktivitas atau kebiasaan makan
badan 6. Perkirakan BB badan ideal pasien
tidak ada aktivitas

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


DO: 2. Mengidentfifikasi tingkah Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
- Lipatan kulit tricep laku dibawah kontrol
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
> 25 mm untuk wanita klien
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dan > 15 mm untuk 3. Memodifikasi diet dalam
yang dibutuhkan pasien.
pria waktu yang lama untuk
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- BB 20 % di atas mengontrol berat badan
intake Fe
ideal untuk tinggi dan 4. Penurunan berat badan 1-
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
kerangka tubuh ideal 2 pounds/mgg
protein dan vitamin C
- Makan dengan 5. Menggunakan energy
5. Berikan substansi gula
respon eksternal untuk aktivitas sehari hari
6. Yakinkan diet yang dimakan
(misalnya : situasi
mengandung tinggi serat untuk
sosial, sepanjang hari)
mencegah konstipasi
- Dilaporkan atau
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
diobservasi adanya
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
disfungsi pola makan
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
(misal : memasangkan
catatan makanan harian.
makanan dengan
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
aktivitas yang lain)
kalori
- Konsentrasi intake
10. Berikan informasi tentang kebutuhan
makanan pada
nutrisi
menjelang malam
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Weight reduction Assistance


1. Fasilitasi keinginan pasien untuk
menurunkan BB
2. Perkirakan bersama pasien mengenai
penurunan BB
3. Tentukan tujuan penurunan BB
4. Beri pujian/reward saat pasien berhasil
mencapai tujuan
5. Ajarkan pemilihan makanan

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


4. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC: NIC :
Definisi : Thermoregulasi Pain Management
Sensori yang tidak 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan dan Setelah dilakukan tindakan komprehensif termasuk lokasi,
keperawatan
pengalaman emosional karakteristik, durasi, frekuensi,
selama………..pasien
yang muncul secara aktual kualitas dan faktor presipitasi
menunjukkan :
atau potensial kerusakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Nyeri berkurang dengan
jaringan atau kreiteria hasil: ketidaknyamanan
menggambarkan adanya 1. Mampu mengontrol
3. Gunakan teknik komunikasi
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri (tahu penyebab
terapeutik untuk mengetahui
Nyeri Internasional): nyeri, mampu
pengalaman nyeri pasien
serangan mendadak atau menggunakan tehnik
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
pelan intensitasnya dari nonfarmakologi untuk
respon nyeri
ringan sampai berat yang mengurangi nyeri,
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
dapat diantisipasi dengan mencari bantuan)
lampau
akhir yang dapat 2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
diprediksi dan dengan berkurang dengan
kesehatan lain tentang
durasi kurang dari 6 bulan. menggunakan
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
manajemen nyeri
lampau
Batasan karakteristik : 3. Mampu mengenali nyeri
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
          Laporan secara verbal (skala, intensitas,
mencari dan menemukan dukungan
atau non verbal frekuensi dan tanda
8. Kontrol lingkungan yang dapat
          Fakta dari observasi nyeri)
mempengaruhi nyeri seperti suhu
          Posisi antalgic untuk 4. Menyatakan rasa
ruangan, pencahayaan dan
menghindari nyeri nyaman setelah nyeri
kebisingan
          Gerakan melindungi berkurang
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
          Tingkah laku berhati- 5. Tanda vital dalam
10. Pilih dan lakukan penanganan
hati rentang normal
nyeri (farmakologi, non

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


          Muka topeng farmakologi dan inter personal)
          Gangguan tidur (mata 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sayu, tampak capek, sulit menentukan intervensi
atau gerakan kacau, 12. Ajarkan tentang teknik non
menyeringai) farmakologi
          Terfokus pada diri 13. Berikan analgetik untuk
sendiri mengurangi nyeri
          Fokus menyempit 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
(penurunan persepsi 15. Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses 16. Kolaborasikan dengan dokter jika
berpikir, penurunan ada keluhan dan tindakan nyeri
interaksi dengan orang tidak berhasil
dan lingkungan) 17. Monitor penerimaan pasien tentang
          Tingkah laku distraksi, manajemen nyeri
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain Analgesic Administration
dan/atau aktivitas, 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
aktivitas berulang-ulang) kualitas, dan derajat nyeri sebelum
          Respon autonom pemberian obat
(seperti diaphoresis, 2. Cek instruksi dokter tentang jenis
perubahan tekanan darah, obat, dosis, dan frekuensi
perubahan nafas, nadi dan 3. Cek riwayat alergi
dilatasi pupil) 4. Pilih analgesik yang diperlukan
          Perubahan autonomic atau kombinasi dari analgesik
dalam tonus otot ketika pemberian lebih dari satu
(mungkin dalam rentang 5. Tentukan pilihan analgesik
dari lemah ke kaku) tergantung tipe dan beratnya nyeri
          Tingkah laku ekspresif 6. Tentukan analgesik pilihan, rute
(contoh : gelisah, pemberian, dan dosis optimal
merintih, menangis, 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
waspada, iritabel, nafas untuk pengobatan nyeri secara

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


panjang/berkeluh kesah) teratur
          Perubahan dalam nafsu 8. Monitor vital sign sebelum dan
makan dan minum sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Faktor yang 9. Berikan analgesik tepat waktu
berhubungan : terutama saat nyeri hebat
Agen injuri (biologi, 10. Evaluasi efektivitas analgesik,
kimia, fisik, psikologis) tanda dan gejala (efek samping)

5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
1. Monitor suhu sesering mungkin
Berhubungan dengan : Thermoregulasi
2. Monitor warna dan suhu kulit
- penyakit/ trauma
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- peningkatan Setelah dilakukan tindakan
4. Monitor penurunan tingkat
metabolisme keperawatan selama………..pasien
kesadaran
- aktivitas yang menunjukkan :
5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
berlebih Suhu tubuh dalam batas normal
dengan kreiteria hasil: 6. Monitor intake dan output
- dehidrasi
1. Suhu 36 – 37C
7. Berikan anti piretik:
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal 8. Kelola Antibiotik
DO/DS:
3. Tidak ada perubahan warna
9. Selimuti pasien
 kenaikan suhu tubuh kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman 10. Berikan cairan intravena
diatas rentang normal
11. Kompres pasien pada lipat paha dan
 serangan atau konvulsi
aksila
(kejang)
12. Tingkatkan sirkulasi udara
 kulit kemerahan
13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 pertambahan RR
14. Monitor TD, nadi, suhu, dan
 takikardi
RR
 Kulit teraba panas/
15. Catat adanya fluktuasi tekanan
hangat
darah
16. Monitor hidrasi seperti turgor

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


kulit, kelembaban membran
mukosa)

DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar A(2014). Tuberkulosis paru.Dalam : Aru W,Sudoyo B
S,Idrus A,Marcellus S,Siti S,ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
ke-6 Jilid I. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,pp : 863-71.
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Singapore: Elsevier.
Corwin E.J., 2013. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC,Jakarta.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta; Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
PDPI (2011). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis
diIndonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Smeltzer, Suzanne C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP


World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report
2015.Switzerland. 2015.

Putri Restu Nirwana Pilongo, S.KepProfesi Ners STIKes WNP

Anda mungkin juga menyukai