Anda di halaman 1dari 19

khutbah Idul Adha 1442 H yang jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021:

‫هللا‬
ُ ‫ن يَ ْه ِد ِه‬ ْ ‫ َم‬،‫مالِ َنا‬ َ ‫س ِِّيّـئَاتِ أَ ْع‬ َ ‫ن‬ ْ ‫س َنا َو ِم‬ ِ ‫ور أَ ْن ُف‬
ِ ‫ش ُر‬ُ ‫ن‬ ْ ‫ َونَ ُعو ُذ بِاهللِ ِم‬،‫س َت ْغ ِف ُر ُه‬ ْ َ‫س َت ِع ْي ُن ُه َون‬ْ َ‫م ُد ُه َون‬َ ‫ـح‬ ْ َ‫ي ن‬ْ ‫ح ْم ُد لِل ّ ِه الَّ ِذ‬َ ‫اَ ْلـ‬
ً
‫مدا َع ْب ُد ُه‬ َّ ‫ح‬ َ
َ ‫ش َه ُد أنَّ ُمـ‬ َ
ْ ‫ك لَ ُه َوأ‬َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫ح َد ُه اَل‬ َ
ْ ‫ش َه ُد أنْ ال َّ إِلَ َه إِال َّ هللا َو‬ َ
ْ ‫ أ‬،‫ي لَ ُه‬ َ ‫ها ِد‬ َ ‫ل فَاَل‬ ْ ِ‫ضل‬ ْ ‫ن ُي‬ ْ ‫ َو َم‬،‫ل لَ ُه‬ ِ ‫فَاَل ُم‬
َّ ‫ض‬
‫ن َّوااَل ُه اَ َّما ب ّ ْع ُد‬ ‫م‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬‫ح‬
ْ َ َ َ ِ َ ْ َ َ ِ‫ص‬ َ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬َ ‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ا‬
َ َ َّ َ ُ َ ّ ِ ِ َ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫ن‬ ِ‫هللا‬ ‫ل‬ ‫و‬‫س‬
ِ ْ ُ َ ‫ر‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ َ َ
َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َّ ِ َ ُ ‫سو ُل‬
‫م‬ ‫ال‬‫الس‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ال‬‫ص‬ ‫ال‬ ‫و‬ . ‫ه‬‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ن‬َ ‫ال‬ ‫ه‬ ُ ‫َو َر‬
‫ن‬ ُ ‫ق ُتقَاتِ ِه َفق َْد َفا َزا ْل‬
‫م َّت ُق ْو َـ‬ َّ ‫ح‬ َ ِ‫ي بِ َت ْق َوى اهللا‬ َ ‫ُم َوأِيَّا‬ْ ‫ص ْيك‬ ُ
ِ ‫َفيَا ِعبَ َدهللاِ أ ْو‬

‫م ُد‬ ِ َّ‫هللا اَ ْكبَ ُر َولِل‬


َ ‫ه ا ْل‬
ْ ‫ح‬ ُ ‫هلل اَ ْكبَ ُر‬
ُ َ‫ا‬

Alhamdulillah, pagi hari ini segenap kaum muslimin di seluruh tanah air dan sejumlah negeri
menunaikan shalat Idul Adha 10 Dzuhlizah 1442 Hijriyah.

Segenap kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud
penghambaan diri kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.

Semua bersalawat kepada Nabi Muhammad, Rasul akhir zaman yang menjadi uswah hasanah dan
penyebar risalah rahmatan lil-‘alamim.

Setiap Muslim bersimpuh diri di hadapan Allah serta menunaikan sunnah Nabi shalat Idul Adha untuk
meraih ridha dan karunia Ilahi.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Idul Adha adalah Hari Raya Penyembelihan hewan qurban.

‫م ُد‬ ِ َّ‫هللا اَ ْكبَ ُر َولِل‬


َ ‫ه ا ْل‬
ْ ‫ح‬ ُ ‫هلل اَ ْكبَ ُر‬
ُ َ‫ا‬

Secara lahiriah setiap yang berkorban menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada sesama.

Namun sejatinya yang bersangkutan berkurban kepada Allah dengan berani mengorbankan sesuatu yang
dimilikinya untuk sesuatu yang lebih utama.

Yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah sekaligus berbuat kebajikan yang luhur atau ihsan kepada
sesama.

Jika Ibrahim dan Ismail didukung Siti Hajar rela berkurban nyawa, meski kemudian diganti dengan
hewan kurban, maka jangan merasa berat untuk berkurban hanya seekor hewan terutama bagi muslim
yang berkemampuan.

Dalam satu hadis Nabi bersabda yang artinya: "Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang,
lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami." (HR. Ahmad dan Ibn
Majah).

Kita malu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar yang rela mengorbankan jiwa demi
menunaikan perintah Allah.

Meski akhirnya kurban jiwa diganti dengan hewan, namun ketiganya teruji keimanannya.

Bagi kita kaum muslim yang berkemampuan, apalah arti seekor hewan bila dibandingkan dengan jiwa,
maka mari tunaikan ibadah kurban hewan dengan sepenuh keikhlasan.

Meski hidup di masa pandemi terasa berat, bagi yang berkemampuan jangan berat untuk tetap
berkurban sebagai panggilan jiwa Islami yang pasrah dan berharap anugerah Allah.
Keikhlasan dan kesabaran dalam berkurban melambangkan ketakwaan.

Jangan merasa sudah bertakwa kalau masih berat berkurban dengan seekor hewan kurban.

Allah berfirman dalam Al-Quran:

‫ش ِر‬
ِ ّ َ‫ُم ۗ َوب‬ َ ‫ُم لِ ُت َك ِب ّ ُروا ال ٰل ّ َه َع ٰلى َما‬
ْ ‫ه ٰدىك‬ ْ ‫ها لَك‬
َ ‫خ َر‬
َّ ‫س‬
َ ‫ك‬ ْ ۗ ‫ن يَّ َنا ُل ُه ال َّتقْوٰ ى ِم ْنك‬
َ ِ‫ُم َك ٰذل‬ ْ ِ‫ها َو ٰلك‬
َ ‫ح ْو ُم َها َواَل ِد َم ۤا ُؤ‬ ٰ َ ‫ن ي َنا‬
ُ ‫ل الل ّ َه ُل‬ َّ ْ َ‫ل‬
٣٧ – ‫ن‬ َ ‫سنِ ْي‬
ِ ‫ح‬ْ ‫م‬ ُ ‫ا ْل‬

Artinya: "Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk
kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj/22: 37).

Berkurban hewan kurban wujud ketakwaan. Muslim yang beridul-adha dan berkurban dengan ikhlas
berarti dirinya naik derajat menjadi 'al-muttaquun,' yakni orang-oran yang bertakwa.

Takwa adalah puncak segala keutamaan diri setiap muslim dan mukmin dalam menjalankan perintah
Allah, menjauhi larangan-Nya, serta menunaikan segala kebaikan hidup yang harmonis antara
habluminallah dan habluminannas.

Bukankah setiap muslim ingin dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah?

Orang bertakwa itulah yang derajatnya ditinggiikan Allah sebagai insan mulia.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Di era pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini jiwa berkurban sangat tepat untuk dikembangkan
dalam berbagai kebajikan.
Menegakkan disiplin protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang berkekurangan, membantu
meringankan para dokter dan tenaga kesehatan, serta mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi
pandemi merupakan bukti kaum muslimin mempraktikkan jiwa berkurban dalam kehidupan nyata.

Termasuk membagikan daging kurban bagi saudara-saudara kita yang sangat memerlukan.

Esensi kurban ialah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna.

Pada suatu kali Nabi Muhamamad ditanya: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?" Rasulullah
menjawab: "Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim." Mereka bertanya: "Apa keutamaan
yang kami akan peroleh dengan kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah
satu kebaikan." Mereka bertanya lagi: "Kalau bulu-bulunya?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai
bulunya juga satu kebaikan." (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Mari wujudkan jiwa berkurban dalam segala kebaikan hidup.

Lebih-lebih di masa pandemi yang banyak orang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan
lainnya.

Satu sama lain harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal kebajikan lebih-lebih untuk orang-
orang yang membutuhkan.
Jangan egois merasa diri tidak terkena Covid, kemudian bersikap sombong dan tidak berdisiplin
mengikuti protokol kesehatan, serta mencerca mereka yang disiplin dan taat aturan dengan tudingan
penakut dan sejenisnya.
Padahal agama mengajarkan keseksamaan sebagai bagian dari taqwa dan ikhtiar mengatasi musibah.

Kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan
yang tulus sebagai sesama anak bangsa.

Wujudkan secara luas kebiasaan gemar menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang yang
kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terrzalimi, suka meminta dan
memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, dan berbagai kebaikan sosial yang utama.
Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:

ْ ‫ُم لَ َعلَّك‬
۞ ‫ُم‬ ُ ‫م ْن َك ِر َوا ْلبَغْيِ يَ ِع‬
ْ ‫ظك‬ ُ ‫ش ۤا ِء َوا ْل‬ ْ ‫ن ا ْل َف‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ئ ِذى ا ْل ُق ْربٰ ى َويَ ْن ٰهى َع‬
ِ ‫ن َواِ ْي َت ۤا‬
ِ ‫سا‬ ِ ‫اِنَّ ال ٰل ّ َه يَ ْأ ُم ُر بِا ْل َع ْد‬
ْ ِ ‫ل َوااْل‬
َ ‫ح‬
٩٠ – َ‫تَ َذك َُّر ْون‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 90).

Setiap muslim harus memberi kebaikan bagi sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa
diskriminasi.

Bangun kebersamaan dengan sesama secara ikhlas dan bermanfaat.

Sebagai wujud berkurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim sebaliknya menghindarkan diri dari
segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak mengikuti protokol kesehatan karena
merasa diri aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain.

Jauhi sikap berlebihan dan tamak yang membuat keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan dengan
merusak alam dsn merugikan masyarakat, monopoli, oligarki, korupsi, dan menyalahgunakan
kekuasaan.

Pasca Idul Adha setiap muslim perlu menyebarluaskan dan mempraktikkan ta'awun dan ukhuwah atau
solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah, menyadarkan kaum
kaya agar mau berbagi, dan menebar serba kebajikan dengan sesama yang bersifat melintasi.

Budaya dan praksis solidaritas sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi sosial yang memupuk
benih-benih toleransi, welas asih, damai, dan saling memajukan yang membawa pada kebajikan hidup
kolektif yang luhur dan utama.

Praktik keagamaan dalam kehidupan sosial yang indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual ibadah
semata, tetapi harus mewujud dan menyebarluas sepanjang masa dalam kehidupan sebagai pantulan
iman dan ihsan yang merahmati semesta alam.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Di akhir khutbah ini marilah kita bermunajat kepada Allah agar pasca Idul Adha kita kaum muslimin
makin menjadi insan yang shaleh, yang mau berkorban dalam menunaikan kebajikan dan ketakwaan.

Seraya dengan itu selaku kaum beriman harus berani menjauhi yang buruk dan munkar agar kehidupan
dilimpahi berkah Allah.
Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi dengan iman, ilmu, dan amal shaleh yang membawa
keselamatan di akhirat kelak nan abadi.

Jalani kehidupan dengan ikhlas dan ihsan yang semakin kokoh yang melahirkan habluminallah dan
habluminannas yang semakin baik.
Jadikan kehidupan ini penuh arti dengan fondasi iman, Islam, dan takwa untuk menggapai kebahagiaan
di dunia akhirat dengan meraih surga jannatun na'im dalam rengkuhan ridha dan karunia Allah Yang
Maha Rahman dan Rahim.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

‫م ْل َنا َما‬ َ ‫ن َق ْبلِ َنا ۚ َربَّ َنا َواَل ُت‬


ِّ ‫ح‬ َ ‫م ْل َت ٗه َعلَى الَّ ِذ ْي‬
ْ ‫ن ِم‬ َ ‫ح‬
َ ‫ما‬ ْ ِ‫ل َعلَ ْي َنٓا ا‬
َ ‫ص ًرا َك‬ ْ ‫م‬ِ ‫ح‬ْ َ‫خطَ ْأنَا ۚ َربَّ َنا َواَل ت‬ْ َ‫س ْي َنٓا اَ ْو ا‬
ِ َّ‫َربَّ َنا اَل ُتؤَاخِذْ نَٓا اِنْ ن‬
‫ن‬ ٰ ْ ْ َ
َ ‫ص ْرنَا َعلى ال َق ْو ِم الك ِف ِر ْي‬ َ ٰ
ُ ‫ت َم ْولى َنا فا ْن‬ َ
َ ‫ح ْم َنا ۗ ا ْن‬ ۗ َ ۗ
َ ‫ف َع َّنا َواغْ ِف ْر ل َنا َوا ْر‬ ُ ‫اع‬ْ ‫اَل طَا َق َة لَ َنا بِ ٖۚه َو‬
contoh teks khutbah Idul Adha dengan tema Hikmah dari Sejarah dan Prosesi Idul Adha dilansir dari situs
Universitas Darussalam Gontor:

‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬

‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬

‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬

‫الحمد‬
ُ ‫ هللا أكبر وهلل‬،‫أهلل أكبر كبيراً والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكر ًة وأصيال ال إله إال هللا وهللا أكبر‬

‫ل‬
ُ َ‫ه ُتقب‬ ِ ‫ وبك َر ِم‬،ِ‫ب والس ِِّيّـئات‬ َ ‫فوه ُتغ َف ُر ال ُّذ ُن ْو‬ ِ ‫ وب َع‬،ِ‫م الصالحات‬ ُّ ِ‫ه تَت‬
ِ ِ‫مت‬
ِ ‫ الحم ُد هلل الذي بِنِ ْع‬،‫ِب العالمين‬ ِّ ‫الحم ُد هللِ ر ّـ‬
،‫ه َدى‬ َ ‫وأرش َد و‬
َ ،‫ع وأعطَى‬ َ ‫ و َم َن‬،‫أمات وأحيا‬ َ ‫ الحم ُد هلل الذي‬،ِ‫وب وال َّزالَّت‬ َ ‫س َت ُر ال ُع ُي‬
ْ ‫ وبلُط ِفه ُت‬،‫ال َعطايا وال ُقربَات‬
‫ل في‬ َ ‫ض‬َّ ‫ الحمد هلل الذي تَ َف‬،‫والس ُر ْو ِر‬ ُّ ‫ِهنا ِء‬ َ
‫كى؛ الحم ُد هلل الذي ج َعل األ ْعياَ َد في اإلسالم َمصد ًرا لل ِّّـ‬ َ ‫ك وأ ْب‬ َ ‫ح‬َ ‫ض‬
ْ ‫وأ‬
‫ش ِد ْي ِد ال ِعقاب‬ ‫ب‬
َ ِ َّ ‫و‬ ‫ت‬‫ال‬ ‫ل‬ ِ ‫ب‬‫وقا‬ ‫ب‬ ‫ن‬
ِ ْ ‫ذ‬
َ ‫ال‬ ‫ر‬
ِِ ‫ف‬‫غا‬ ‫سبحانه‬ ،‫ُور‬
‫ك‬ ‫ش‬َ ٍ ‫د‬ ‫عب‬ ‫ِل‬
‫ـ‬
ّ ِّ ‫ك‬ ‫على‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ع‬
ِ ْ َ ‫ال‬ ‫ام‬ َّ ‫ي‬ ‫األ‬ ‫هذه‬ .

‫م ًة للـمؤمنين‬
َ ‫ح‬
ْ ‫م النّبيّين َر‬
َ ‫ن سيّدنا محمدا عبده ورسوله خات‬
ّ ‫أشهد أن الإله اال هللا وحده ال شريك له و أشهد أ‬
‫ي على سيّدنا محمد صلى هللا عليه فى األوّلين واآلخرين وعلى آله والطّيّبين‬ ّ ‫م صل‬ ّ ‫ الله‬.‫جة للجاهدين‬ّ ‫وح‬
‫ما كثيرا‬
ً ‫الط ّاهرين وسل ّم تسلي‬.

‫ن هذا اليوم يوم‬


ّ ‫ إعلموا أ‬.‫ ايّها النّاس أوصيكم ونفسي بتقوى هللا وكونوا مع الصّادقين والـمخلصين‬،‫أ ّما بعد‬
‫ن شانئك هو األبتر‬ ّ ‫ إ‬،‫ل لربّك وانحــر‬
ّ ‫ فص‬،‫ إنّا أعطيناك الكوثر‬:‫عظيمـ لقد سرّفه هللا بالتّضحيّة لقوله تعالى‬.

Hari Raya Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya milik umat Islam. Kedua hari tersebut dirayakan
dengan saling memberi dan menghidangkan makanan; sehingga berpuasa pada waktu itu dilarang secara
syar'i. Ada kegembiraan umat Islam di sana. Ada pula gerakan berdimensi ekonomi-sosial; zakat dan
kurban. Ada silaturahim yang khusyu' dan haru.

Kedua hari raya tersebut, dirayakan dalam bentuk ibadah yang komprehensif: individual-sosial, mikro-
makro, tidak ada dikotomi perbedaan kaya-miskin, tua-muda, berpangkat maupun tanpa pangkat, berilmu
maupun awam; kesemuanya sholat dalam satu tempat yang sama. Mendengarkan pesan-pesan agung dari
Allah dan Rasul-Nya yang disampaikan oleh khatib. Merenungkan hikmah ilahiyah dalam setiap prosesi
ibadah, tenggelam dalam takbir, tahmid dan tahlil serta beragam pujian kepada sang Khalik.

‫ ما هذان‬:‫ فقال‬،‫ ولهم يومان يلعبون فيهما‬،‫ المدينة‬-‫صلى اللَّه عليه وسلم‬- ‫ "قدم رسول اللَّه‬:‫عن أنس قال‬
‫ إن اللَّه عز وجل قد‬:-‫صلى اللَّه عليه وسلم‬- ‫ فقال رسول اللَّه‬،‫ كنا نلعب فيهما في الجاهلية‬:‫اليومان؟ قالوا‬
]2[‫ ويوم الفطر‬،‫م األضحى‬
َ ‫ يو‬،‫أبدلكم بهما خي ًرا منهما‬

‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬

Umur ibadah kurban adalah setua sejarah manusia itu sendiri. Berkurban sejatinya merupakan fitrah
manusia yang bersumber dari perintah Allah; dan tidak boleh didasari hawa nafsu. Qabil dan Habil
diperintah berkurban. Ada kurban yang diterima, ada pula tidak. Kurban yang diterima pastilah kurban
yang baik, berkualitas, dan ikhlas. Sebagaimana kambing (kabsy) tercinta Habil daripada panenan
(semacam gandum, disebut zuwan atau kuzan) 'minimalis' Qabil. (Q.S. al-Maidah 5:27).

Dalam Islam, berkurban harus lillahi ta'ala. Karena menjalankan perintah Allah; dan selalu atas perintah
Allah. Karena secara literal, kata 'kurban' (‫ب‬-‫ر‬-‫ )ق‬juga memiliki arti 'mendekat'. Dari sinilah, kurban
memang ditentukan sebagai ibadah yang di antaranya fungsinya adalah mendekatkan diri kepada Allah.
Bagi yang telah memenuhi kriteria, terlebih lagi mampu sangat dilazimkan untuk berkurban; bahkan jika
menolak diancam tidak mendekati tempat sholat umat muslim:
‫صاَّل نَا‬ َّ َ‫ فَاَل يَ ْق َرب‬،ِّ‫ِح‬
َ ‫ن ُم‬ ‫ض ّـ‬ ْ َ‫ َول‬،‫ة‬
َ ‫م ُي‬ َ ‫ن َكانَ لَ ُه‬
ٌ ‫س َع‬ ْ ‫( َم‬Ibnu Majah 3123)

Tentang hukum kurban, Allah SWT Berfirman:

‫ِش ِر‬
ِّ ‫موا َوبَ ّـ‬ ُ ِ‫سل‬ ْ َ‫ح ٌد َفلَ ُه أ‬ ِ ‫ه َوا‬ ْ ‫ة اأْل َ ْن َعا ِم َف ِإلَ ُهك‬
ٌ َ‫ُم إِل‬ ِ ‫م‬
َ ‫ن َب ِهي‬ ْ ‫م ِم‬ ْ ‫ه َعلَى َما َر َز َق ُه‬ ِ َّ‫م الل‬َ ‫اس‬ ْ ‫س ًكا لِيَذْ ك ُُروا‬ َ ‫ج َع ْل َنا َم ْن‬
َ ‫ة‬ ٍ ‫ِل ُأ َّم‬
‫َولِ ُك ِّّـ‬
‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫ما َر َز ْق َنا‬ َّ ‫صاَل ِة َو ِم‬ َّ ‫مي ال‬ ِ ‫م ِقي‬ ُ ‫م َوا ْل‬ ْ ‫صابَ ُه‬ َ
َ ‫ين َعلَى َما أ‬ َ ‫صابِ ِر‬ َّ ‫م َوال‬ ْ ‫ت ُقلُو ُب ُه‬ ْ َ‫جل‬ ِ ‫ين إِذَا ُذكِ َر اللَّ ُه َو‬
َ ‫ الَّ ِذ‬# ‫ين‬ َ ِ‫خبِت‬ ُ ‫ا ْل‬
ْ ‫م‬
‫وب َها‬ ُ ‫ج ُن‬
ُ ‫ت‬ ْ َ‫جب‬ َ
َ ‫ص َو فإِذَا َو‬ َّ‫اف‬ َ ‫ه َعل ْي َها‬ َ َّ
ِ ‫م الل‬ َ ‫اس‬ ْ ‫خ ْي ٌر فا ْذك ُُروا‬َ َ ‫ُم فِي َها‬ ْ ‫ه لك‬َ َّ
ِ ‫ش َعائِ ِر الل‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ُم ِم‬ َ
ْ ‫ها لك‬ ْ
َ ‫ج َعل َنا‬ ْ
َ َ‫ َوال ُب ْدن‬# ‫ون‬ ‫ُي ْن ِف ُق َـ‬
َ‫شك ُُرون‬ ْ ْ َ ‫ت‬ ‫ُم‬ ‫ك‬ َّ ‫ل‬‫ع‬َ َ ‫ل‬ ‫ُم‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬
َ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫س‬
ْ َّ َ َ ‫ك‬ ِ ‫ل‬ ‫ذ‬
َ َ
‫ك‬ ‫ر‬ ‫ت‬‫ع‬ ْ
َّ َ ُ َ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ع‬
َ ِ ‫ن‬‫َا‬
‫ق‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬‫م‬ُ ‫ع‬
ِ ْ
‫ط‬ َ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬
َ َ ْ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ُوا‬
‫ل‬ ‫ك‬
ُ َ
‫ف‬ #

(Q.S. al-Hajj 22:34-36)

‫ح ْر‬
َ ‫ك َوا ْن‬
َ ‫ِل لِ َرِبِّّـ‬ َ ‫( َف‬Q.S. al-Kautsar 108:2)
‫ص ِّّـ‬

ِ ِ‫ة فِي َق ْرن‬


‫ه بِ ُق ُرونِ َها‬ َ ‫ َوإِنَّ ُه لَيَ ْأتِي يَ ْو‬, ‫ق َد ٍم‬
ِ ‫م ا ْل ِقيَا َم‬ ِ ‫ه َرا‬ ْ ِ‫ن إ‬ ْ ‫ب إِلَى هللاِ ِم‬ َّ ‫ح‬َ َ‫ح ِر أ‬
ْ ‫م ال َّن‬َ ‫ل يَ ْو‬ٍ ‫م‬ َ ‫ن َع‬ْ ‫ي ِم‬ ٌّ ‫ل آ َد ِم‬
َ ‫م‬ِ ‫َما َع‬
‫سا‬
ً ‫يبوا بِ َها نَ ْف‬ ِ ‫ع فِي اأْل َ ْر‬
ِ ‫ض َف‬ َ َ ‫ن َق ْب‬ َ ‫م‬
َ ِ‫ن هللاِ ب‬َ ‫م لَيَ َق ُع ِم‬ َ
َ ‫ َوإِنَّ ال َّد‬, ‫ها َوأظْاَل فِ َها‬ ْ َ‫َوأ‬
ُ ‫ط‬ َ ‫ل أنْ يَ َق‬ ٍ ‫كا‬ َ ‫ار‬
ِ ‫ش َع‬

(Sunan Tirmidzi 1493; Sunan Kubra lil Baihaqiy 19047; Ibnu Majah 3126)

Tentu saja, makna hukumnya disepakati ulama sebagai sunnah muakkadah; baik sunnah 'ainiyyah
maupun sunnah kifayah; sebagaimana keterangan dalam hadits Rasulullah tentang kurban, witir, dan dua
raakat fajar:

ْ ‫ َو َر ْك َع َتا ا ْل َف‬،‫ َوا ْل ِو ْت ُر‬،‫ح ُر‬


‫ج ِر‬ ٌ ‫ُم تَطَ ُّو‬
ْ ‫ ال َّن‬:‫ع‬ ْ ‫ض َولَك‬ َّ َ‫ن َعل‬
ُ ِ‫ي َف َرائ‬ َّ ‫ه‬ ٌ ‫ثَاَل‬
ُ ‫ث‬

(Mustadrak 'ala Shahihain 1119)

Generasi selanjutnya, Nabi Ibrahim juga berkurban. Bahkan perintah Allah datang melalui mimpi; bahwa
ia menyembelih putranya, Ismail. Ada bingung. Ada sedih; karena akan kehilangan buah hati yang telah
lama dinanti. Namun keputusan harus segera diambil. Hati diteguhkan dan dilapangkan. Niat dan tekad
dibulatkan:

ِ َ‫ل يَاأَب‬
ْ ‫ت ا ْف َع‬
‫ل َما ُت ْؤ َم ُر‬ َ ‫ك َفا ْنظ ُْر َماذَا تَ َرى َقا‬ ُ َ‫م َنا ِم أَِنِّّـي أَ ْذب‬
َ ‫ح‬ َ ‫ي إِِنِّّـي أَ َرى فِي ا ْل‬
َّ ‫اب َن‬
ُ َ‫ل ي‬َ ‫ي َقا‬َ ‫الس ْع‬ َّ َ َ‫ما بَل‬
‫غ َم َع ُه‬ َّ َ‫َفل‬
‫ين‬
َ ‫صابِ ِر‬ َّ ‫ن ال‬ َ ‫شا َء اللَّ ُه ِم‬ َ ْ‫س َتجِ ُدنِي إِن‬ َ

(Q.S. al-Shaffat 37:102)

Nabi Ibrahim pun bermusyawarah dengan Ismail sang anak. Ternyata sang anak menyambut niat
ayahnya. "Wahai ayahku, kerjakan saja apa perintah Allah; engkau akan menemukanku sebagai orang
yang sabar." Kesabaran dan keteguhan kedua manusia tersebut diuji cukup berat. Bahkan dalam
perjalanan menuju tempat penyembelihan, iblis turut menggoda. Agar niat dibatalkan. Agar kurban
diurungkan. Agar Ismail diselamatkan. Karena perintah tidak rasional. Tidak humanis. Melanggar hak
asasi.

Namun, niat keduanya - atas Izin Allah - justru makin kuat. Yakin akan Kebesaran Allah. Yakin akan
Keadilan Allah. Anak hanya titipan. Hidup hanya sementara. Iblis penggoda pun dilempari batu. Bukan
hanya sekali; tapi tiga kali. Kejadian monumental ini dikenang dan diabadikan sebagai ibadah lempar
jumroh sebanyak tiga kali: Ula, wustho, dan aqobah:

‫خ فِي‬ َ ‫سا‬َ ‫ح َّتى‬ َ ٍ‫صيَات‬ َ ‫ح‬َ ِ‫س ْبع‬ َ ِ‫ة َف َر َما ُه ب‬


ِ َ‫م َر ِة ا ْل َع َقب‬
ْ ‫ج‬
َ ‫ع ْن َد‬ ُ َ‫الش ْيط‬
ِ ‫ان‬ َّ ‫ض لَ ُه‬
َ ‫ك َع َر‬ َ ‫س‬ ِ ‫م َنا‬ َ ‫ه ا ْل‬
ِ َّ‫ل الل‬ ُ ‫خلِي‬َ ‫م‬ ِ ‫ما أَتَى إِ ْب َرا‬
ُ ‫هي‬ َّ َ‫ل‬
‫م َر ِة‬ْ ‫ج‬ ِ ‫ض لَ ُه‬
َ ‫ع ْن ِد ا ْل‬ َ ‫م َع َر‬ ِ ‫خ فِي اأْل َ ْر‬
َّ ‫ ُث‬،‫ض‬ َ ‫سا‬ َ ‫ح َّتى‬ َ ٍ‫صيَات‬ َ ‫ح‬َ ِ‫س ْبع‬ َ ِ‫ة َف َر َما ُه ب‬ِ َ‫م َر ِة الثَّانِي‬ ْ ‫ج‬َ ‫ع ْن َد ا ْل‬ِ ‫ض لَ ُه‬
َ ‫م َع َر‬ ِ ‫اأْل َ ْر‬
َّ ‫ ُث‬،‫ض‬
َ
ِ ‫خ فِي اأْل ْر‬
‫ض‬ َ ‫سا‬ َ ‫ح َّتى‬ َ ٍ‫صيَات‬ َ ‫ح‬ َ ِ‫س ْبع‬َ ِ‫ة َف َر َما ُه ب‬ِ ‫الثَّالِ َث‬

(Al-Mustadrak 'ala Shahihain lil Hakim 1713; Syi'bu al-Iman 3783; al-Jami' al-Shahih vol. 10 hlm. 190)
Keduanya pun berserah. Pisau ditajamkan. Pelipis sang anak diletakkan di atas landasan. Nabi Ibrahim
berusaha menahan segala kasih sayang; berikut berbagai memorinya bersama sang anak. Sang anak pun
demikian. Karena niat dan tekad sudah bulat, kata pamitan pun diucapkan dengan teguh: Usul agar
pisaunya tidak dihadapkan ke arahnya; agar ia tidak takut dan kuat jiwanya; agar mukanya dihadapkan ke
landasan sembelih, agar tekad ayahnya tidak melemah dan sanggup mengayun pisau:

،‫الشفرة من تحتي‬
َ ‫ل‬ ِ ‫ ولكن أَ ْد‬،‫ج َز ْع‬
ْ ‫خ‬ ْ َ‫الشفرة فأ‬
َ ‫نظر أَنا إلى‬َ
ُ ‫ وأ‬،‫منِي‬ َ ‫ي َف َت ْر‬
ْ ‫ح‬ ِ ‫ت أَ ْق ِذ ْفنِي لل َوج‬
َّ ‫ه َك ْيال َ تنظر إل‬ ِ َ‫ياَ أَب‬
‫وا ْمضِ ألمر هللا‬

(Tafsir Thabariy, vol. 21, hlm. 26)

‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬

Keteguhan dan kepasrahan tersebut diabadikan dalam al-Qur'an. Sebagai kepasrahan tingkat tinggi dan
prima. Taat kepada perintah; meski di luar nalar fikiran manusia. Karena yang memerintah adalah rabb
sekaligus ilah-nya. Saat tangan dikuatkan untuk mengayun pisau, bersamaan dengan dirasakannya leher
anak yang akan dipotong; pisau yang tajam meluncur. Kuat, pasti, dan disegerakan; agar Ismail tidak
menderita.

Tapi yang bersuara adalah kabsy, yakni sejenis kambing yang cukup besar dan mengucur pula darahnya.
Yang saat itu pula terdengar "Wahai Ibrahim, Engkau telah membenarkan (mengerjakan) perintah!;
demikianlah Kami memberi ganjaran (mengganti Ismail dengan kambing) bagi orang yang berbuat
kebaikan."

‫هذَا لَ ُه َو‬
َ َّ‫ إِن‬# ‫ين‬
َ ِ‫سن‬
ِ ‫ح‬ ُ ‫ج ِزي ا ْل‬
ْ ‫م‬ َ ِ‫ْت ال ُّر ْؤيَا إِنَّا َك َذل‬
ْ َ‫ك ن‬ َ ‫ َق ْد‬# ‫م‬
َ ‫ص َّدق‬ ِ ‫ َونَا َد ْي َنا ُه أَنْ يَاإِ ْب َرا‬# ‫ين‬
ُ ‫هي‬ ِ ِ‫جب‬ َ ‫ما َوتَلَّ ُه لِ ْل‬ ْ َ ‫ما أ‬
َ َ‫سل‬ َّ َ‫َفل‬
‫يم‬
‫ظ ٍـ‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫ب‬‫ذ‬ ‫ب‬
ِ َ ٍ ِْ ِ ُ ََْ َ‫ه‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ي‬ ‫د‬ َ
‫ف‬ ‫و‬ # ُ ِ ُ ُ ‫ا ْلبَاَل‬
‫ين‬ ‫ب‬‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ء‬

(Q.S. al-Shaffat 37:103-107)

Nabi Musa pun diperintah berkurban. Yang dijadikan kurban sembelihan adalah sapi; yang mana kala itu
melambangkan sesembahan Bani Israil yang dibuat oleh Samiri. Bukan melaksanakan, mereka 'ngeles'
(berpaling) secara akademis: 'sapi yang bagaimana? Warnanya apa?' bahkan setelah ditemukan sapi
dengan kriteria tersebut; masih ngeles: 'sapinya masih meragukan; jangan-jangan bukan sapi ini yang
dimaksud! Jangan merasa sapi itu sapi yang paling benar!, yang benar hanya Tuhan!'. Mungkin begitu
kira-kira perdebatannya.

Ada ketidakikhlasan. Bahkan hampir-hampir mereka tidak melaksanakannya. Pun dilaksanakan, penuh
keberatan dan alasan beragam. Itu saja masih dengan mendongkol di belakang. Kepada nabi Musa. Yang
dianggap menghina ritual persembahan sapi emas mereka. Dan hingga sekarang, bani Israil yang sering
disebut Yahudi dan Nasrani; memang tidak pernah suka melihat keikhlasan seorang muslim yang
berkurban:

‫م بَ ْع َد‬
ْ ‫ه‬ ْ َ‫ت أ‬
ُ ‫ه َوا َء‬ ِ ‫ه َو ا ْل ُه َدى َولَ ِئ‬
َ ‫ن اتَّبَ ْع‬ ِ َّ‫ه َدى الل‬
ُ ‫ه‬ ُ َّ‫ُل إِن‬
ْ ‫مق‬ْ ‫ع ِملَّ َت ُه‬
َ ‫ح َّتى تَ َّت ِب‬
َ ‫صا َرى‬ ُ ‫ك ا ْليَ ُه‬
َ ‫ود َوال ال َّن‬ َ ‫ضى َع ْن‬ ْ َ‫َول‬
َ ‫ن تَ ْر‬
‫ير‬
ٍ ‫ص‬ِ َ‫ٍي َوال ن‬ ٍّ ‫ن َولِ ّـ‬
ْ ‫ه ِم‬ِ َّ‫ن الل‬َ ‫ك ِم‬َ َ‫م َما ل‬ِ ‫ن ا ْل ِع ْل‬َ ‫ك ِم‬ َ ‫الَّ ِذي‬
َ ‫جا َء‬

(Q.S. al-Baqarah 2:120)

Para jama'ah yang dirahmati Allah,..

Ibadah kurban memang menekankan latihan ketaqwaan. Mengikhlaskan sebagian harta demi kepentingan
umat. Menyembelih egoisme dan ketamakan. Memotong kuasa setan dalam aliran darah manusia; yang
secara simbolis dilambangkan dengan memotong hewan kurban. Yang terpenting, kesemuanya bernilai
ibadah; sosial maupun individual. Utamanya, bahwa yang diterima Allah dari kurban adalah ketaqwaan;
bukan darah atau dagingnya.
‫ِش ِر‬
ِّ ‫ُم َوبَ ّـ‬ َ ‫ك ِِّبّـ ُروا اللَّ َه َعلَى َما‬
ْ ‫ه َداك‬ ْ ‫ها لَك‬
َ ‫ُم لِ ُت‬ َ ‫خ َر‬
َّ ‫س‬ َ ِ‫ُم َك َذل‬
َ ‫ك‬ ْ ِ‫ها َولَك‬
ْ ‫ن َي َنال ُُه ال َّت ْق َوى ِم ْنك‬ َ ‫وم َها َواَل ِد َما ُؤ‬ ُ ‫ل اللَّ َه ل‬
ُ ‫ُح‬ َ ‫ن يَ َنا‬ ْ َ‫ل‬
‫ين‬
َ ِ‫سن‬ ِ ‫ح‬ ْ ‫م‬ُ ‫ ا ْل‬#

(Q.S. al-Hajj 22:37)

Ketaqwaan direalisasikan dalam bentuk totalitas dalam berkurban. Totalitasnya dicerminkan dalam
memenuhi standar pelaksanaan kurban; yang mana kita kenal sebagai rukun dan syarat kurban, demikian
pula syarat hewan yang layak jadi kurban. Yang berkurban adalah seorang muslim/muslimah, baligh,
berakal, merdeka, mampu, dan tidak terlilit kesulitan hutang yang sulit dibayar.

Hewan kurban pun ditentukan kategorinya; yakni jenis memamah biak (mujtarrah) dan menyusui; yakni
dari jenis kambing (ma'z), domba/biri-biri (dha'n)[4], sapi (baqarah), kerbau (jamus) dan unta (ibil).
Keseluruhan hewan tersebut harus mencapai usia yang diperbolehkan untuk disembelih, yakni 6 bulan
minimal untuk domba/biri-biri, 1 tahun untuk kambing, 2 tahun untuk sapi, dan 5 tahun untuk unta:

ِ ‫ن الض َّْأ‬
‫ن‬ َ ‫َع ًة ِم‬
َ ‫جذ‬
َ ‫حوا‬ ُ ‫ إِاَّل أَنْ تَ ْع‬،‫س َّن ًة‬
ْ ‫س َر َعلَ ْيك‬
ُ َ‫ـ َف َتذْ ب‬،‫ُم‬ ُ َ‫اَل تَذْ ب‬
ِ ‫حوا إِاَّل ُم‬

(Ahmad: 14348, Muslim: 1963, Abu Dawud: 2797, dan Ibnu Majah: 3141)

Adapun ketentuan waktunya adalah usai sholat 'Id, ditambah 3 hari setelahnya (hari tasyrik) hingga
menjadi genap 4 hari. Karakteristik dan kepemilikan hewan turut diperhatikan. Hewan kurban haruslah
milik sendiri, atau seizin pemilik hewan yang mewakilkan, tidak cacat (salim minal 'aib) mata, pincang,
terlalu kurus, atau berpenyakit:

‫ير الَّتِي اَل‬


ُ ‫س‬ َ ‫ َوا ْل‬،‫ج َها‬
ِ ‫ك‬ ُ ‫جا ُء ا ْلبَ ِِّيّـ‬
ُ ‫ن َع َر‬ َ ‫ َوا ْل َع ْر‬،‫ض َها‬ ُ ‫ض ُة ا ْلبَ ِِّيّـ‬
ُ ‫ن َم َر‬ َ ‫ َوا ْل‬،‫ها‬
َ ‫م ِري‬ ُ ‫ ا ْلبَ ِِّيّـ‬،‫حايَا ا ْل َع ْو َرا ُء‬
َ ‫ن َع َو ُر‬ َ ‫ض‬ ٌ َ‫أَ ْرب‬
ُ َ‫ع اَل ت‬
َّ ‫جو ُز فِي ال‬
]5[‫ُت ْن ِقي‬

Untuk hewan semacam sapi dan unta diperbolehkan dengan urunan hingga 7 orang:

‫ة‬
ٍ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ َوا ْلبَ َق َر َة َع‬، ‫ة‬
َ ‫ن‬ ٍ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ة ا ْلبَ َدنَ َة َع‬
َ ‫ن‬ ُ ‫م ا ْل‬
ِ َ‫ح َد ْيبِي‬ َ َّ‫سل‬
َ ‫م َعا‬ ِ ‫صلَّى اللَّ ُه َعلَ ْي‬
َ ‫ه َو‬ ِ َّ‫ل الل‬
َ ‫ه‬ ِ ‫سو‬
ُ ‫ع َر‬
َ ‫ح ْرنَا َم‬
َ َ‫( ن‬Muslim:
1318)

Menyembelih pun harus dengan menyebut nama Allah; jika tidak maka menjadi haram. Bahkan ada
sunnahnya tersendiri: memotong bagian tenggorokan. Dengan pisau (‫)ش ْف َرة‬
َ yang tajam, harus dilakukan
dengan tempo yang singkat, dihadapkan ke kiblat. Secara saintifik, cara penyembelihan sesuai syariah
terbukti tidak menyakiti hewan.

Kurban sebagai ibadah; tentu dimensinya sangat menyeluruh. Ada cerminan keteladanan. Ada pedagogi
pendidikan keikhlasan. Ada aspek peningkatan interaksi sosial. Ada prospek pengembangan ekonomi-sasi
hewan kurban. Ada pula gotong-royong dan keakraban sosial. Saling membantu 'menaklukan' sapi;
menguliti hewan, menimbang, membagi, bahkan menyiapkan makanan bagi ibadah sosial yang amat
mulia ini.

Lebih dari itu; ada motivasi berternak dengan baik. Hingga berfikir tentang 'pertanian dan peternakan
terpadu'. Ada perkembangan ilmu peternakan; guna menghasilkan hewan kurban berkualitas. Ada ilmu
tentang kebersihan daging dan memasaknya secara higienis. Ada usaha daging halal. Bahkan konon,
kurban; yang juga menghalalkan daging hewan ternak, merupakan 'pengendalian populasi' hewan ternak
dan produktivitasnya. Seandainya hewan tersebut hanya diternak tanpa dikonsumsi, pastilah manusia
kerepotan mengurusi bangkainya; atau hewan-hewan tua yang tidak produktifnya.

Demikianlah Islam; hal-hal yang diperintahkan sebagai ibadah, tentulah rasional; dan hal-hal yang
rasional dan baik, pastilah disyariatkan. Baik jangka panjang maupun jangka pendek. Baik maslahat
individu maupun maslahat sosial; makro maupun mikro; bahkan dunia dan akhirat.
‫‪Inilah contoh teks naskah khutbah Idul Adha 1442 H yang jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021:‬‬

‫هللا‬
‫ن يَ ْه ِد ِه ُ‬ ‫مالِ َنا‪َ ،‬م ْ‬‫س ِِّيّـئَاتِ أَ ْع َ‬ ‫ن َ‬ ‫س َنا َو ِم ْ‬ ‫ور أَ ْن ُف ِ‬
‫ش ُر ِ‬
‫ن ُ‬ ‫س َت ْغ ِف ُر ُه‪َ ،‬ونَ ُعو ُذ بِاهللِ ِم ْ‬‫س َت ِع ْي ُن ُه َونَ ْ‬‫م ُد ُه َونَ ْ‬‫ـح َ‬
‫ي نَ ْ‬ ‫اَ ْلـ َ‬
‫ح ْم ُد لِل ّ ِه الَّ ِذ ْ‬
‫ً‬
‫مدا َع ْب ُد ُه‬
‫ح َّ‬ ‫َ‬
‫ش َه ُد أنَّ ُمـ َ‬ ‫َ‬
‫ك ل ُه َوأ ْ‬ ‫َ‬ ‫ش ِر ْي َ‬
‫َ‬ ‫اَل‬ ‫ح َد ُه‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ش َه ُد أنْ ال إِل َه إِال هللا َو ْ‬ ‫َ‬
‫ي ل ُه‪ ،‬أ ْ‬ ‫َ‬ ‫ها ِد َ‬‫َ‬ ‫َاَل‬
‫لف‬ ‫ضلِ ْ‬
‫ن ُي ْ‬ ‫َ‬
‫ل ل ُه‪َ ،‬و َم ْ‬‫ض َّ‬
‫ف ُم ِ‬ ‫َاَل‬
‫ن َّوااَل ُه اَ َّما ب ّ ْع ُد‬
ْ ‫ح ِب َه َو َم‬
َ ‫ص‬ ْ َ‫مد َو َعلَى اَلِ َه َو ا‬ َ ‫ل هللاِ نَ ِب ِي ّ َنا ُم‬
َّ ‫ح‬ ِ ‫س ْو‬ُ ‫السال َ ُم َعلَى َر‬
َّ ‫صال َ ُة َو‬ َّ ‫سو ُل ُه الَنَ ِب‬
َّ ‫ َوال‬. ‫ي َب ْع َد ُه‬ ُ ‫َو َر‬
‫ن‬
‫م َّت ُق ْو َـ‬ُ ‫ق ُتقَاتِ ِه َفق َْد َفا َزا ْل‬َّ ‫ح‬َ ِ‫ي بِ َت ْق َوى اهللا‬َ ‫ُم َوأِيَّا‬
ْ ‫ص ْيك‬ ُ
ِ ‫َفيَا ِعبَ َدهللاِ أ ْو‬

َ ‫هللا اَ ْكبَ ُر َولِلَّ ِه ا ْل‬


‫ح ْم ُد‬ ُ ‫هلل اَ ْكبَ ُر‬
ُ َ‫ا‬
Alhamdulillah, pagi hari ini segenap kaum muslimin di seluruh tanah air dan sejumlah negeri
menunaikan shalat Idul Adha 10 Dzuhlizah 1442 Hijriyah.

Segenap kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud
penghambaan diri kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.

Semua bersalawat kepada Nabi Muhammad, Rasul akhir zaman yang menjadi uswah hasanah dan
penyebar risalah rahmatan lil-‘alamim.

Setiap Muslim bersimpuh diri di hadapan Allah serta menunaikan sunnah Nabi shalat Idul Adha untuk
meraih ridha dan karunia Ilahi.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Idul Adha adalah Hari Raya Penyembelihan hewan qurban.

Kata kurban (qurban) artinya dekat atau mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah
dengan jalan beribadah shalat sunnah dua rakaat dan menyembelih hewan kurban sebagaimana
dicontohkan Nabi Muhammad mengikuti jejak Nabi Ibrahim.

Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup
berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar." (QS As-Shaffat: 102)

Berkurban memerlukan kepasrahan jiwa yang ikhlas untuk menjalankan perintah Allah, kendati awalnya
berat.

Secara lahiriah setiap yang berkorban menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada sesama.

Namun sejatinya yang bersangkutan berkurban kepada Allah dengan berani mengorbankan sesuatu yang
dimilikinya untuk sesuatu yang lebih utama.

Yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah sekaligus berbuat kebajikan yang luhur atau ihsan kepada
sesama.

Jika Ibrahim dan Ismail didukung Siti Hajar rela berkurban nyawa, meski kemudian diganti dengan
hewan kurban, maka jangan merasa berat untuk berkurban hanya seekor hewan terutama bagi muslim
yang berkemampuan.

Dalam satu hadis Nabi bersabda yang artinya: "Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang,
lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami." (HR. Ahmad dan Ibn
Majah).

Kita malu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar yang rela mengorbankan jiwa demi
menunaikan perintah Allah.

Meski akhirnya kurban jiwa diganti dengan hewan, namun ketiganya teruji keimanannya.
Bagi kita kaum muslim yang berkemampuan, apalah arti seekor hewan bila dibandingkan dengan jiwa,
maka mari tunaikan ibadah kurban hewan dengan sepenuh keikhlasan.

Meski hidup di masa pandemi terasa berat, bagi yang berkemampuan jangan berat untuk tetap
berkurban sebagai panggilan jiwa Islami yang pasrah dan berharap anugerah Allah.

Keikhlasan dan kesabaran dalam berkurban melambangkan ketakwaan.

Jangan merasa sudah bertakwa kalau masih berat berkurban dengan seekor hewan kurban.

Allah berfirman dalam Al-Quran:

‫ش ِر‬
ِ ّ َ‫ُم ۗ َوب‬ َ ‫ُم لِ ُت َك ِب ّ ُروا ال ٰل ّ َه َع ٰلى َما‬
ْ ‫ه ٰدىك‬ ْ ‫ها لَك‬
َ ‫خ َر‬
َّ ‫س‬
َ ‫ك‬ ْ ۗ ‫ن يَّ َنا ُل ُه ال َّتقْوٰ ى ِم ْنك‬
َ ِ‫ُم َك ٰذل‬ ْ ِ‫ها َو ٰلك‬
َ ‫ح ْو ُم َها َواَل ِد َم ۤا ُؤ‬ ٰ َ ‫ن ي َنا‬
ُ ‫ل الل ّ َه ُل‬ َّ ْ َ‫ل‬
٣٧ – ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫س‬ ‫ح‬
َ ِْ ِ ْ ُ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬

Artinya: "Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk
kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj/22: 37).

Berkurban hewan kurban wujud ketakwaan. Muslim yang beridul-adha dan berkurban dengan ikhlas
berarti dirinya naik derajat menjadi 'al-muttaquun,' yakni orang-oran yang bertakwa.

Takwa adalah puncak segala keutamaan diri setiap muslim dan mukmin dalam menjalankan perintah
Allah, menjauhi larangan-Nya, serta menunaikan segala kebaikan hidup yang harmonis antara
habluminallah dan habluminannas.

Bukankah setiap muslim ingin dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah?

Orang bertakwa itulah yang derajatnya ditinggiikan Allah sebagai insan mulia.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Di era pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini jiwa berkurban sangat tepat untuk dikembangkan
dalam berbagai kebajikan.
Menegakkan disiplin protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang berkekurangan, membantu
meringankan para dokter dan tenaga kesehatan, serta mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi
pandemi merupakan bukti kaum muslimin mempraktikkan jiwa berkurban dalam kehidupan nyata.

Termasuk membagikan daging kurban bagi saudara-saudara kita yang sangat memerlukan.

Esensi kurban ialah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna.

Pada suatu kali Nabi Muhamamad ditanya: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?" Rasulullah
menjawab: "Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim." Mereka bertanya: "Apa keutamaan
yang kami akan peroleh dengan kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah
satu kebaikan." Mereka bertanya lagi: "Kalau bulu-bulunya?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai
bulunya juga satu kebaikan." (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Mari wujudkan jiwa berkurban dalam segala kebaikan hidup.

Lebih-lebih di masa pandemi yang banyak orang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan
lainnya.
Satu sama lain harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal kebajikan lebih-lebih untuk orang-
orang yang membutuhkan.
Jangan egois merasa diri tidak terkena Covid, kemudian bersikap sombong dan tidak berdisiplin
mengikuti protokol kesehatan, serta mencerca mereka yang disiplin dan taat aturan dengan tudingan
penakut dan sejenisnya.

Padahal agama mengajarkan keseksamaan sebagai bagian dari taqwa dan ikhtiar mengatasi musibah.

Kembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan
yang tulus sebagai sesama anak bangsa.

Wujudkan secara luas kebiasaan gemar menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang yang
kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terrzalimi, suka meminta dan
memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, dan berbagai kebaikan sosial yang utama.
Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:

ْ ‫ُم لَ َعلَّك‬
۞ ‫ُم‬ ْ ‫ظك‬ ُ ‫م ْن َك ِر َوا ْلبَغْيِ يَ ِع‬
ُ ‫ش ۤا ِء َوا ْل‬ ْ ‫ن ا ْل َف‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ئ ِذى ا ْل ُق ْربٰ ى َويَ ْن ٰهى َع‬
ِ ‫ن َواِ ْي َت ۤا‬
ِ ‫سا‬ ِ ‫اِنَّ ال ٰل ّ َه يَ ْأ ُم ُر بِا ْل َع ْد‬
ْ ِ ‫ل َوااْل‬
َ ‫ح‬
٩٠ – َ‫تَ َذك َُّر ْون‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 90).

Setiap muslim harus memberi kebaikan bagi sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa
diskriminasi.

Bangun kebersamaan dengan sesama secara ikhlas dan bermanfaat.

Sebagai wujud berkurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim sebaliknya menghindarkan diri dari
segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak mengikuti protokol kesehatan karena
merasa diri aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain.

Jauhi sikap berlebihan dan tamak yang membuat keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan dengan
merusak alam dsn merugikan masyarakat, monopoli, oligarki, korupsi, dan menyalahgunakan
kekuasaan.

Pasca Idul Adha setiap muslim perlu menyebarluaskan dan mempraktikkan ta'awun dan ukhuwah atau
solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah, menyadarkan kaum
kaya agar mau berbagi, dan menebar serba kebajikan dengan sesama yang bersifat melintasi.

Budaya dan praksis solidaritas sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi sosial yang memupuk
benih-benih toleransi, welas asih, damai, dan saling memajukan yang membawa pada kebajikan hidup
kolektif yang luhur dan utama.

Praktik keagamaan dalam kehidupan sosial yang indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual ibadah
semata, tetapi harus mewujud dan menyebarluas sepanjang masa dalam kehidupan sebagai pantulan
iman dan ihsan yang merahmati semesta alam.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Di akhir khutbah ini marilah kita bermunajat kepada Allah agar pasca Idul Adha kita kaum muslimin
makin menjadi insan yang shaleh, yang mau berkorban dalam menunaikan kebajikan dan ketakwaan.
Seraya dengan itu selaku kaum beriman harus berani menjauhi yang buruk dan munkar agar kehidupan
dilimpahi berkah Allah.
Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi dengan iman, ilmu, dan amal shaleh yang membawa
keselamatan di akhirat kelak nan abadi.

Jalani kehidupan dengan ikhlas dan ihsan yang semakin kokoh yang melahirkan habluminallah dan
habluminannas yang semakin baik.

Jadikan kehidupan ini penuh arti dengan fondasi iman, Islam, dan takwa untuk menggapai kebahagiaan
di dunia akhirat dengan meraih surga jannatun na'im dalam rengkuhan ridha dan karunia Allah Yang
Maha Rahman dan Rahim.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

‫م ْل َنا َما‬ ِّ ‫ح‬َ ‫ن َق ْبلِ َنا ۚ َربَّ َنا َواَل ُت‬


ْ ‫ن ِم‬َ ‫م ْل َت ٗه َعلَى الَّ ِذ ْي‬َ ‫ح‬
َ ‫ما‬ َ ‫ص ًرا َك‬ ْ ِ‫ل َعلَ ْي َنٓا ا‬
ْ ‫م‬ ْ َ‫خطَ ْأنَا ۚ َربَّ َنا َواَل ت‬
ِ ‫ح‬ ْ َ‫س ْي َنٓا اَ ْو ا‬
ِ َّ‫َربَّ َنا اَل ُتؤَاخِذْ نَٓا اِنْ ن‬
‫ن‬
َ ِْ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ف‬
ِ ‫ك‬ٰ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
ِ ْ ‫ق‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬‫ا‬ َ
‫ف‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ى‬ ٰ
‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ت‬
َ َُْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ‫ن‬ َ ‫ا‬ ۗ ‫ا‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ح‬ ‫ر‬‫ا‬ ‫و‬ ۗ
‫ا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ف‬
ِ ْ‫اغ‬ ‫و‬ ۗ
‫ا‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬
َ َّ َ ُ ْ َ ٖ ِ َ‫و‬ ۚ
‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬ ‫ة‬
َ َ
‫ق‬ ‫ا‬َ ‫ط‬ ‫اَل‬

Selengkapnya, naskah khutbah Idul Adha 1442 H dari Haedar Nashir dapat disimak di sini.

Keutamaan puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, Arafah


Menyadur dari laman kemenag.go.id, berikut keutamaan puasa Dzulhijjah, puasa Tarwiyah, puasa
Arafah.

 Tanggal 1 Dzulhijjah: Allah mengampuni Nabi Adam AS di Arafah, maka yang berpuasa di hari
itu akan diampuni dosa-dosanya.
 Tanggal 2 Dzulhijjah: Allah mengabulkan doa Nabi Yunus AS dan mengeluarkannya dari perut
ikan nun, maka orang yang berpuasa di hari itu sama seperti beribadah dan berpuasa satu tahun
tanpa maksiat.
 Tanggal 3 Dzulhijjah: Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya AS, maka orang yang berpuasa di
hari itu akan dikabulkan doanya.
 Tanggal 4 Dzulhijjah: Nabi Isa AS dilahirkan, maka orang yang berpuasa di hari itu akan
dihilangkan kesusahan dan dikumpulkan bersama orang mulia di hari kiamat.
 Tanggal 5 Dzulhijjah: Nabi Musa AS dilahirkan dan dimuliakan munajatnya, maka orang yang
berpuasa di hari itu akan terlepas dari sifat munafik dan siksa kubur.
 Tanggal 6 Dzulhijjah: Allah membukakan pintu kebaikan semua nabi, maka orang yang berpuasa
di hari itu akan dipandang Allah dengan penuh rahmat dan kasih sayang.
 Tanggal 7 Dzulhijjah: pintu neraka jahanam dikunci dan tidak akan dibuka sebelum berakhir pada
10 Dzulhijjah, maka orang yang berpuasa di hari itu akan dihindarkan dari 30 pintu kemelaratan
dan kesukaran dan dibukakan 30 pintu kemudahan untuknya.
 Tanggal 8 Dzulhijjah ( Tarwiyah ): keistimewaan puasa Tarwiyah adalah menghapus dosa yang
dibuat tahun lalu.

Tanggal 9 Dzulhijjah ( Arofah): khusus untuk Puasa Arafah, fadhillahnya adalah mendatangkan
kemuliaan bagi yang menjalankannya, antara lain:

1. Allah akan memberi keberkahan pada kehidupannya.


2. Bertambah harta.
3. Dijamin kehidupan rumah tangganya.
4. Dibersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu.
5. Dilipatgandakan amal dan ibadahnya.
6. Dimudahkan kematiannya.
7. Diterangi kuburnya selama di alam Barzah.
8. Diberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar.
9. Diselamatkan dari kejatuhan kedudukan di dunia, serta dinaikkan martabatnya di sisi Allah SWT.
Selengkapnya, inilah teks khutbah Idul Adha 1442 H yang jatuh pada Selasa, 20 Juli 2021:

Saudara-saudara kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia.


Ungkapan rasa syukur kepada Allah swt, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan juga
dengan Idul Qurban, IdunNahr, dan Idul Akbar.
Hari raya yang menekankan semangatsosial dan berkorban. Suatu nikmat yang besar, kita dapat berjumpa
dengan hari raya besar dan agung ini.
Shalawat dan salam kita sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para
sahabatnya dan penerus risalahnyayang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini
hingga hari kiamat nanti.
Covid-19 sampai sekarang masih mewabah di Indonesia, kini tahun yang kedua artinya dua kali haji dan
kurban kita merayakan Idul Adha dalam kondisi virus corona yang mewabah.
Akibatnyacalon jamaah haji Indonesia untuk kedua kalinya kembali tidak diberangkatkan ke tanah suci
Makkah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima.
Kebijakan ini diambil Pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah agar tidak terpapar virus yang
mematikan ini.
Sangat wajar keputusan Pemerintah ini untuk menjaga keselamatan jiwa (hifz náfs), menjaga
keberlangsungan agama melalui rukhsháh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Rahimakumullah.
Salah satu kisah Nabi Ibrahim as yang tercantum dalam Al Quran berkaitan dengan perayaan Idul Adha,
yang menjadi salah satu hari raya besar umat Islam, yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah dan diperingati pada
tanggal tersebut dengan menyembelih hewan kurban sampai hari Tasyrik 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Ibadah kurban yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia,
dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan.
Perintah pelaksanaan ibadah kurban ini tertulis dalam Surat al-Kautsár ayat 1-3 :
‫ك ْوثَ ۗ َر‬ َ ٰ‫اِنَّٓا اَ ْعطَ ْين‬
َ ‫ك ا ْل‬
innā a'ṭainākal-kauṡar
Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
‫ح ۗ ْر‬
َ ‫ك َوا ْن‬َ ّ ِ‫ل لِ َرب‬ َ ‫َف‬
ِّ ‫ص‬
fa ṣalli lirabbika wan-ḥar
Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah).
‫ه َو ااْل َ ْب َت ُر‬ ُ ‫ك‬ َ ‫شانِ َئ‬ َ َّ‫اِن‬
inna syāni`aka huwal-abtar
Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad:


‫ع لَ ُه‬َ ِ‫س ِي ّئَاتٍ َو ُرف‬َ ‫ش ُر‬ ْ ‫ي َع ْن ُه َع‬ َ ‫ح‬ ِ ‫س َناتٍ َو ُم‬ َ ‫ح‬ َ ‫ش ُر‬ ْ ‫ط َو ٍة َع‬ ْ ‫خ‬ُ ‫ل‬ ّ ِ ‫ة َكانَ لَ ُه بِ ُك‬ِ ّ ‫حي‬ِ ‫ض‬ْ ُ‫ش َرا ِء ْاأل‬ ِ ‫ه إِلَى‬ ِ ِ‫ن بَ ْيت‬
ْ ‫ج ِم‬ َ ‫خ َر‬ َ ‫ن‬ ْ ‫َم‬
‫س َنة َو إِذَا‬ َ ‫ح‬ َ ‫ة‬ ٍ َ‫مائ‬ ِ ‫س ْب ُع‬َ ‫م‬ ٍ ‫ه‬ َ ‫ل ِد ْر‬ّ ِ ‫م َن َها َكانَ لَ ُه بِ ُك‬ َ َ‫حا َو إِذَا نَ َق َد ث‬ ً ‫سبِ ْي‬ ْ َ‫ش َرائِ َها َكانَ كَاَل ُم ُه ت‬ ِ ‫م فِي‬ َ َّ‫كل‬َ َ‫جاتٍ َو إِذَا ت‬ َ ‫ش ُر َد َر‬ ْ ‫َع‬
‫هللا‬ ‫ق‬ َ ‫ل‬‫خ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫د‬ َ
‫ق‬ ‫ر‬ ‫ه‬ َ ‫أ‬ َ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ة‬ِ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫الس‬ ‫ض‬ ‫ر‬ َ ‫أل‬ ْ
‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ع‬
ِ ‫ض‬
ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ق‬ ْ
‫ل‬ ‫خ‬ ‫ل‬ُّ ‫ك‬
ُ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ف‬‫غ‬ ‫ت‬‫اس‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ح‬ ‫ب‬ ‫ذ‬
َ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ر‬َ ‫أل‬ ْ
‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ها‬ َ ‫طَ َر‬
‫ح‬
ُ َ َ َ َّ َ َ ِ َ َ ِ َّ ِ ْ ِ َ ْ َ ْ ٍ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ِ ُ ِ ْ َ
‫ رواه أحمد‬.‫ة‬ ِ ‫ى يَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم‬ َ ‫س َت ْغ ِف ُر ْونَ لَ ُه إل‬ْ َ‫ة ي‬ َ ِ‫ماَل ئ‬
ِ ‫ك‬ َ ‫ن ا ْل‬
َ ‫ش َر ًة ِم‬ ْ ‫ط َر ٍة ِمن َد ِ ّم َها َع‬ ْ ‫لق‬ ّ ِ ‫بِ ُك‬.

Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan kurban maka akan dihitung bagi orang
tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan dihilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan
diangkat (diberi) atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya
dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham (satu rupiah)
disamakan dengan tujuh puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan (dibaringkan) di atas bumi
untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun
atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT menjadikan
setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat."
(HR Ahmad).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Rahimakumullah.
Momen peringatan Idul Adha tidak dapat kita pisahkan dari ritual dan pengorbanan yang dijalankan oleh
Nabi Ibrahim as beserta keluarganya.
Oleh karena itu mari kita gunakan kesempatan baik ini untuk menadaburinya, melakukan refleksi atasnya,
dan meneladaninya, sebagaimana disebutkan dalam Surat an-Nahl ayat 120:
‫ن‬َ ۙ ‫ش ِركِ ْي‬ ُ ‫ن ا ْل‬
ْ ‫م‬ َ ‫ك ِم‬ ْ َ‫حنِ ْيف ًۗا َول‬
ُ َ‫م ي‬ ِ ّ ‫م َكانَ ُا َّم ًة َقانِ ًتا لِ ّ ٰل‬
َ ‫ه‬ َ ‫ه ْي‬
ِ ‫اِنَّ اِ ْب ٰر‬
inna ibrāhīma kāna ummatang qānital lillāhi ḥanīfā, wa lam yaku minal-musyrikīn
Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif.
Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah)

Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim terdapat teladan, sebab hanya Nabi Ibrahim yang
selalu kita sebut dalam shalat, selain Nabi Muhammad saw.
Doa yang kita baca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahúd selalu disetarakan dengan doa ke Nabi
Ibrahim.
Dalam Islam keteladanan, dikenalkan dengan istilah uswátun hasánah, yaitu sebuah konsep moralitas
seorang pemimpin dalam pola interaksi dengan rakyatnya.
Sebelum Nabi Ibrahim as hadir saat itu pola interaksi pemimpin dan masyarakat adalah militeristik dan
otoriteristik.
Kemudian Nabi Ibrahim hadir membawa pola interaksi dengan paradigma baru yaitu mengedepankan
moralitas dan contoh teladan yang baik.
Sebuah gerakan moral yang bersifat soft-power, dengan menjunjung tinggi keteladanan, penegakan hak
asasi manusia dan akhlak mulia.
Dalam posisinya sebagai pemimpin umat yang menjunjung tinggi moralitas, Al Quran menjelaskannya
dalam Surat Al Baqarah ayat 124 :
ٰ ‫ل اَل يَ َنال َعه ِدى ال‬
‫ن‬ ِ ِ‫ظ ّل‬
َ ‫م ْي‬ ْ ُ َ ‫ي ۗ َقا‬
ْ ِ‫ن ُذ ِرّيَّت‬ َ ‫اس اِ َما ًما ۗ َقا‬
ْ ‫ل َو ِم‬ ِ ‫ك لِل َّن‬
َ ‫ع ُل‬
ِ ‫جا‬
َ ‫ي‬ َ ‫ن ۗ َقا‬
ْ ّ ِ‫ل اِن‬ َّ َ‫ت َفاَت‬
َّ ‫م ُه‬ ٍ ٰ‫كلِم‬ َ ‫َواِ ِذ ا ْب َت ٰلٓى اِ ْب ٰر ٖه‬
َ ِ‫م َرب ُّٗه ب‬
wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhụ bikalimātin fa atammahunn, qāla innī jā'iluka lin-nāsi imāmā, qāla wa min
żurriyyatī, qāla lā yanālu 'ahdiẓ-ẓālimīn
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya
dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin
bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar,
tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Pangkat pemimpin (imam) yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Ibrahim itu ditetapkan atas kehendak-
Nya.
Bukan ditetapkan karena Nabi Ibrahim telah menyelesaikan dan menyempurnakan tugas yang diberikan
kepadanya.
Agar dia menyadari bahwa pangkat yang diberikan Allah itu sesuai baginya dan agar dia merasa dirinya
mampu melaksanakan tugas dan memikul beban yang telah diberikan.
Tugas pemimpin merupakan tugas yang suci dan mulia karena pemberian tugas itu bertujuan hendak
mencapai cita-cita yang suci dan mulia.
Sebagai pemimpin teladan lalu Allah catat dalam sejarah yang diabadikan dalam Surat Al Mumtáhanah
ayat 4:
‫ن َم َع ٗۚه‬
َ ‫م َوالَّ ِذ ْي‬
َ ‫ه ْي‬ ٓ ْ ِ‫ة ف‬
ِ ‫ي اِ ْب ٰر‬ ٌ ‫س َن‬
َ ‫ح‬
َ ‫ُس َو ٌة‬ ْ ‫ت لَك‬
ْ ‫ُم ا‬ ْ َ‫َق ْد َكان‬
qad kānat lakum uswatun ḥasanatun fī ibrāhīma wallażīna ma'ah
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama
dengannya
Ayat ini menyatakan, Nabi Ibrahim sebagai seorang pemimpin harus diikuti dan ditaati karena
kepribadian, ucapan dan tingkah lakunya yang saling bersesuaian.
Diikuti dan ditaati bukan karena kekuatan pengikut, dan bala tentaranya. Kekuatan moralitas seorang
pemimpinlah yang menumbuhkan kewibawaan, kehormatan dan integritas kepemimpinan Nabi Ibrahim.
Kita menyaksikan betapa banyak seorang yang mengerahkan segala daya upaya untuk mendapatkan
kewibawaan dan citra yang baik di mata masyarakat, namun tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Hal tersebut karena tidak diikuti oleh pendekatan uswátun hasánah yaitu memberi contoh perilaku yang
mulia kepada masyarakat.
Dengan pendekatan uswátun hasánah dan kekuatan moralitas, pemimpin akan selalu menjadi teladan
yang baik bagi rakyatnya.
Sehingga melahirkan sikap bijaksana, pembela yang lemah, serta mengerti saat yang tepat untuk
akomodatif dan saat yang tepat untuk defensif dari kritikan rakyat.
Dengan demikian, akan terlahir pola hubungan saling mencintai dan melindungi antara pemimpin dan
yang dipimpin.
Pemimpin teladan berarti pemimpin yang dapat memberikan contoh yang baik dalam semua aspek,
seperti kedisiplinan, bersikap, berbuat, berkata dan sebagainya.
Keteladanan merupakan sesuatu yang mudah, tinggal bagaimana komitmen kita dalam memberi contoh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Rahimakumullah.
Tidak elok jika ada pemimpin yang menghindari tanggung jawabnya dengan berbagai dalih mengada-ada
atau mencari pembenaran.
Pemimpin seperti itu merupakan penumpang gelap demokrasi. Hanya mencari popularitas di atas
kepatuhan buta pengikutnya.
Bukankah fungsi seorang pemimpin bukan hanya sekadar sosok untuk memenuhi perangkat organisasi.
Lebih dari itu, pemimpin merupakan role model untuk memberi citra suatu organisasi.
Sepak terjang pemimpin menggambarkan kredibilitas pribadi sang pemimpin sekaligus karakter massa
pendukung dan kualitas organisasi pengusungnya.
Maka, oleh sebab itu seorang pemimpin wajib memiliki berbagai karakter positif, seperti jujur, melayani,
berani, siap dikritik dan rela berkorban.
Pemimpin harus berani menghadapi kenyataan akibat ucapan dan perbuatannya yang tidak koneksitas.
Dalam fikih siyasyah moral yang menjadi dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah untuk
kemaslahatan agama dan bangsa, kaedah fikih menyebutkan:
tasharruf imam `ala al-ra`iyyah manuthun bi al-mashlahah
Tindakan pemimpin atas rakyat terikat oleh kepentingan atau kemaslahatan umum."
Jadi, pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan bangsa, bukan kebaikan diri dan kelompoknya
semata.
Moral ini wajib hukumnya bagi pemimpin karena tanpa moralitas seorang pemimpin, bisa dipastikan ia
tidak bekerja untuk rakyatnya, tetapi untuk kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya semata.
Potret kepemimpinan Nabi Ibrahim dapat dideskripsikan dari berbagai perintah Allah swt, dan aksi nyata
dalam membawa cita-cita reformasi untuk perbaikan nasib ummat manusia, sehingga dapat kita
aplikasikan dalam kehidupan nyata, di antaranya:
Pertama, Nabi Ibrahim merupakan sosok manusia yang memiliki pikiran terbuka sekaligus kritis. Hal ini
karena Nabi Ibrahim sebenarnya dilahirkan dalam keluarga penyembah berhala.
Namun, ia tidak serta merta mengikuti apa yang dianut oleh orang tuanya. Dengan akal fikirannya Nabi
Ibrahim berusaha mencari tuhan yang sebenarnya.
Kedua, Nabi Ibrahim menjadi pribadi yang memiliki keteguhan yang sangat kuat, berani mengajarkan
tauhid di tengah lingkungan yang kental dengan sesembahan berhala dan penguasa otoriter.
Kisah saat ia menghancurkan 72 berhala dan menyisakan satu berhala yang paling besar, di leher patung
yang paling besar Nabi Ibrahim meletakan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala lain,
sehingga berujung pada hukuman keji terhadap dirinya, yaitu dibakar hidup-hidup.
Namun ia tetap sabar, tegar dan tanpa rasa takut sehingga Allah akhirnya menyelamatkannya dari kobaran
api yang membara.
Ketiga, Nabi Ibrahim memiliki tanggung jawabnya terhadap keluarga, ia merupakan seorang ayah dan
suami yang sukses.
Istrinya, Siti Hajar merupakan seorang ibu yang dengan ikhlas dan sabar.
Dari tangannya pula Ismail tumbuh menjadi anak yang saleh dan pemimpin masa depan, yang ketika
dimintai pendapat oleh sang ayah tentang perintah Allah untuk menyembelihnya, dengan ikhlas dan
ketulusan hati ia menerima perintah Allah.
Keempat, Nabi Ibrahim merupakan sosok manusia yang memiliki prasangka baik yang sangat kuat
terhadap Allah swt.
Begitu besar prasangka baiknya terhadap Allah. Karena perintah Allah swt beliau menempatkan Ismail
dan istrinya yang lemah di tengah padang pasir, beliau yakin dengan penjagaan dan pemeliharaan Allah
swt.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat
Rahimakumullah.
Perjalanan hidup Nabi Ibrahim mengandung pelajaran berharga bagi para anak, karena beliau adalah
seorang anak yang amat berbakti kepada kedua orang tuanya dan selalu menyampaikan kebenaran kepada
mereka dengan cara yang terbaik sebagaimana dalam Surat Maryám ayat 42-45.
Ketika bapaknya, Azar produsen patung tuhan menyikapinya dengan keras, Nabi Ibrahim tetap santun
dan berdoa untuk kebaikan ayahnya dalam Surat Maryám ayat 47.
Kisah Nabi Ibrahim as juga mengandung pelajaran berharga bagi seorang ayah kepada anaknya bahwa
selalu ada ruang untuk berpendapat atas setiap keputusan sebagai kepala rumah tangga kepada anak-
anaknya.
Perintah langsung Allah untuk menyembelih anak diberinya ruang berpendapat dan dialog bagi anaknya,
sebagaimana Surat as-Sháffat ayat 102.
Perjalanan hidup sang pencetus agama hanif ini adalah juga edukasi berharga bagi para suami-istri.
Azas membina kehidupan rumah tangga tidak lain di atas keridaan perintah Allah swt.
Hal ini tecermin dari dialog antara Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Siti Hajar, ketika Nabi
Ibrahim membawa istri beserta anaknya ke Kota Makkah yang masih tandus dan belum berpenghuni atas
perintah Allah swt.
Oleh karenanya dalam khutbah ini dapat diambil teladan bahwa dalam kisah Nabi Ibrahim perjalanan
hidupnya ditemukan sosok seorang nabi, pemimpin, ayah, suami, dan anak yang luar biasa.
Memiliki karakteristik manusia yang terpuji, yaitu: sosok pemimpin sejati sehingga Allah swt
menjadikannya seorang imam, pemimpin umat, dan fokusnya adalah melanjutkan warisan ini untuk
keturunannya dan ummat.
Selalu terbuka saat memimpin dan melakukan kebaikan, serta menginspirasi orang lain untuk mengambil
tindakan.
Memiliki kepercayaan yang sempurna, Nabi Ibrahim sangat menginspirasi dalam hal ketakwaan dan
ketauhidan.
Dia lebih fokus untuk pengabdian kepada Allah swt dan menjadikan-Nya sebagai skala prioritas utama.
Dalam perjalanan hidupnya, Nabi Ibrahim memiliki tawakal atau kepercayaan, karena hanya bergantung
kepada Allah swt dan tidak ada yang bisa menggoyangkan keimanannya.
Sebagai teladan kesabaran, ketika dihadapkan pada tantangan, cobaan dan ujian, Nabi Ibrahim selalu
bersikap tenang dan bijaksana.
Ketika ayahnya menentang risalahnya dia tidak marah dan tetap sabar. Dia berbicara dengan ayahnya
dengan cara yang lemah lembut.
Ketika penguasa mencoba membungkamnya, ia tetap teguh dan istiqomah dengan reformasi ketauhidan
yang dibawanya meskipun nyawa taruhannya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,.
Demikian khutbah singkat ini semoga ketauladan Nabi Ibrahim as menjadi perbaikan moralitas bagi kita
sebagai seorang pemimpin baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat dan bernegara.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam menyampaikan khutbah, insha Allah segala
rangkaian amal ibadah kita diterima Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai