Anda di halaman 1dari 11

Tugas Mata Kuliah

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perubahan Iklim

HUBUNGAN KEJADIAN BANJIR DENGAN TATA RUANG


PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. M Ruslan, MS

KELOMPOK V
Septi Uliyani :
Rozani Fitri :
Muhammad Rasyid Ridho :
Ahdi Noor Fajri :
Mohamad Sopan : 2020525310038

PROGRAM STUDI MAGISTER


PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa,
atas berkat rahmat dan taufiknya kami bisa menyelesaikan makalah ini sebagai
pelaksaanaan tugas Mata Kuliah Pengelolaan
Banjarbaru, 30 November 2021
Penulis.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR

.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................1

I.1. Profil Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu ..............................................1

I.2. Bencana Banjir di Sebagian wilayah Kabupaten Tanah Bumbu ..........

II. PEMBAHASAN ..........................................................................................

II.1. Tata Guna Lahan Pertambangan dan Bencana

Banjir ........................

II.2. Tata Guna Lahan Perkebunan Sawit dan Bencana

Banjir ...................

II.3. Tata Guna Lahan Sawah Lahan Kering dan Bencana

Ba ...................

III. PENUTUP..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Profil Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu


Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2º52’ - 3º47’
lintang selatan dan 115º15’ - 116º04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu
adalah salah satu dar 13 (tiga belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya
berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Kota baru
SebelahTimur : Kabupaten Kota Baru
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.
Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan
yaitu 1) Kecamatan Kusan Hilir, 2) Sungai Loban, 3) Satui, 4) Kusan Hulu, 5)
Batulicin, 6) Karang Bintang, 7) Simpang Empat, 8) Mantewe, 9) Kuranji dan 10)
Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil
pemekaran pada pertengahan 2005 lalu.
Tabel. 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Persentase
No Nama Kecamatan Luas Wilayah Persentase
. (Ha)
1. Kusan Hilir 401,54 7,92%
2. Sungai Loban 358,41 7,07%
3. Satui 876,58 17,30%
4. Angsana 151,54 2,99%
5. Kusan Hulu 1.609,39 31,76%
6. Kuranji 110,24 2,18%
7. Batulicin 127,71 2,52%
8. Karang Bintang 118,02 2,33%
9. Simpang Empat 302,32 5,97%
10. Mantewe 1.011,21 19,96%
Luas Wilayah Kab. Tanah 5.066,96 100%
Bumbu
Luas Wilayah Kalimantan 37.530,52 13,50%
Selatan
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014
Sejak keluarnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003, wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu meliputi 10 Kecamatan (sebelumnya hanya 5 kecamatan), yang terdiri dari
150 desa. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki Luas wilayah 5.066,96 km2
(506.696 Ha) atau 13,56 persen dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan
Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 % da ri luas
keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki
luas wilayah terkecil sebesar 110,24 atau 2,18 % dari wilayah Kabupaten Tanah
Bumbu . Berturut-turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah
Mantewe, Satui, Kusan Hilir , Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana,
Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.

1.1.1. Karakteristik Fisik


A. Topografi Dan Ketinggian
Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara topografi terdiri atas daerah
pantai, dataran rendah, dan perbukitan. Dataran rendah (termasuk mangrove dan
rawa) seluas 43%, dataran tinggi 19,25%, pegunungan 31,20% serta wilayah
perairan termasuk sungai 5,55%, sedangkan laut diperhitungkan seluas lebih dari
3.700 Km2 dengan panjang pantai 114 Km. Menurut ketinggian dari permukaan
laut, daerah dengan ketinggian lebih dari 25-100 m merupakan daerah terluas
yaitu seluas ±210.233 Ha. Sedangkan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000
m seluas ±23 Ha.
Tabel. 2.3. Luas Kabupaten Tanah Bumbu Menurut Kelas Ketinggian
No Ketinggian (meter) Luas (Ha) Persentase
.
1. 0–7 5.983 1,19%
2. > 7 - 25 131.718 26,31%
3. > 25 - 100 207.712 41,48%
4. > 100 - 500 153.613 30,68%
5. > 500 – 1.000 1.650 0,33%
6. > 1000 20 0,004%
Jumlah 506.696 100%
Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

B. Klimatologi
Iklim di Kabupaten Tanah Bumbu dikelompokkan sebagai Afaw (menurut
sistem koppen ) yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan musim kemarau yang
panas, dengan kondisi klimatologi berdasarkan hasil pantauan Stasiun
Meteorologi Stagen tahun 2014 sebagai berikut :
o Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 86 persen sampai 93 % dengan
kelembaban maksimum tertinggi sebesar 98 % di bulan juli dan Agustus.
Kelembaban minimum terendah terjadi di bulan Februari sebesar 76 %,
o Temperature udara rata-rata selama tahun 2014 berkisar antara 26,1ºC dan
27,3ºC, dengan suhu udara maksimum tertinggi pada bulan oktober sebesar
34,2ºC dan minimum terendah sebesar 15,4º di bulan Juli,
o Curah hujan tertinggi terjadi di bulan juli yaitu 608,6 mm. sedangkan jumlah
hari hujan terbanyak yaitu selama 30 hari terjadi di bulan oktober
o Kecepatan Angin rata-rata berkisar antara 2-7 Knot
o Penyinaran matahari berkisar antara 47%-72%.

C. Hidrologi
Sumber daya air di kabupaten tanah bumbu di bagi ke dalam dua bagian sumber
air yaitu air permukaan dan air tanah :

1. Air Permukaan (Sungai)


Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS)
besar yang menjadi jantung kebutuhan air dan cukup besar untuk dimanfaatkan
terutama bagi pengairan, yaitu: DAS Angsana, DAS Loban, DAS Sitiung dan
DAS Batulicin. Sistem DAS yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu akan
berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya mempengaruhi sistem
kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Beberapa tempat mempunyai debit air yang
sangat tinggi yaitu di Pegunungan Meratus yang merupakan sumber mata air
setempat. Sungai terluas terdapat di daerah Sungai Sitiung dan Sungai
Batulicin, hal ini dapat memberikan kemudahan bagi warga untuk memenuhi
kebutuhan air. Sungai Batulicin dapat melayani kebutuhan air untuk warga di
enam kecamatan yaitu : Kecamatan Batulicin, Angsana, Kampung Baru,
Mentewe, Simpang Empat. Sedangkan Sungai Sitiung mensupalay kebutuhan air
untuk warga di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Kusan Hulu dan
Kuranji. Berikutnya kebutuhan akan air warga Kecamatan Sungai Loban dan
Angsana dilayani oleh Sungai Loban, sedangkan warga Kecamatan Angsana akan
dilayani oleh Sungai Angsana. Air sungai tersebut dimanfaatkan oleh penduduk
untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, kakus, air minum serta irigasi
persawahan.
Secara umum pola sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah
berpola dendritik dimana salah satu sifat utamanya adalah apabila terjadi
hujan secara merata di seluruh daerah aliran sungai, maka puncak
banjirnya akan sedemikian tinggi hingga berpotensi besar untuk
menggenangi daerah yang ada di sekitar aliran sungai, baik pada bagian
hulu maupun pada bagian hilir sungai dari DAS Tanah Bumbu (DAS Satui,
DAS Kusan dan DAS Batulicin). Panjang DAS Satui ± 26 Km dan Lebar 25 m,
DAS Kusan ± 81 Km dan Lebar 30 m, dan panjang DAS Batulicin ± 50 Km dan
Lebar 26 m. Daerah Aliran Sungai tersebut memiliki banyak anak sungai yang
digunakan sebagai sumber air dan transportasi sungai.
Kecenderungan konsumsi air bersih di Kabupaten Tanah Bumbu secara
ekspansia terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan ketersediaan air bersih
cenderung mengalami penurunan sebagai akibat adanya aktivitas pemanfaatan
sumber daya alam yang tidak terkendali, yang berakibat kepada kerusakan alam
dan pencemaran. Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi Kabupaten Tanah Bumbu
menjadi hal yang sangat mendesak sesuai dengan tingkat kepadatan dan kemajuan
Kabupaten Tanah Bumbu,s sedangkan disisi lain banyak perusahaan baik
perkebunan, pertambangan maupun industri lainnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung limbah industri yang dihasilkan masuk / mengalir ke
sungai. Secara umum kondisi kualitas air pada 3 (tiga) DAS serta 2 (dua)
sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu DAS Satui, DAS Kusan, DAS
Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap pada tahun 2011 dari hasil
analisa kualitas air beberapa parameter penting mengalami perubahan
konsentrasi. Sebagian menurun
dan ada yang sebagian yang meningkat konsentrasinya. Parameter yang melebihi
baku mutu yaitu TSS, TDS, Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Besi (Fe),
Sedangkan parameter pH dan DO, pada beberapa DAS mengalami penurunan dari
baku mutu yang dipersyaratkan. Ada beberapa parameter kunci yang tidak dapat
dianalisa diantaranya adalah parameter Mercury (Hg), Timbal (Pb), BOD, COD
serta minyak dan lemak. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dari
fasilitas laboratorium air di kabupaten. Konsentrasi parameter - parameter
kualitas air yang melebihi atau di bawah Baku Mutu Kualitas Air (tidak sesuai
dengan yang dipersyaratkan) terjadi pada DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin,
Sungai Sebamban dan Sungai Setarap, meliputi: TSS, TDS, Tembaga (Cu),
Mangan (Mn), Besi (Fe), DO (Oksigen Terlarut), dan pH. Hasil analisa tersebut
menggambarkan bahwa perubahan beberapa konsentrasi tersebut
mengindikasikan karena adanya pengaruh perubahan iklim yang tidak menentu
dan diperparah dengan makin banyaknya kegiatan eksploitasi SDA yang tidak
memperhatikan daya dukung lingkungan, khususnya DAS. Dapat disimpulkan
peruntukan DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan
Sungai Setarap sebagai Air Baku untuk pengolahan air minum dinilai kurang
layak, mengingat konsentrasi logam - logam berat seperti Mn (Mangan), Fe
(Besi), Air Raksa (Hg) dan Tembaga (Cu) sudah mencemari perairan tersebut.
Kecenderungan debit air pada DAS lingkup kabupaten tanah bumbu
mengalami fluktuasi yang signifikan. Faktor-faktor penyebab menurunnya
kualitas air sungai tersebut diantaranya adalah :
1. Pengaruh musim hujan dan musim kemarau/kondisi iklim yang ekstrim
beberapa bulan terakhir
2. Tekanan jumlah penduduk yang semakin besar
3. Perluasan dan pengembangan areal industri
4. Alih fungsi lahan dan kegiatan pertambangan tanpa ijin (peti) serta
perambahan hutan tanpa ijin (illegal logging) yang tidak mengindahkan fungsi
lingkungan sebagai penyangga kehidupan (life buffer).

2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan.
Air tanah di Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah
pegunungan (dalam). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat
Kabupaten Tanah Bumbu ada yang menggunakan air tanah, akan tetapi setiap
datang musim kemarau air tanah tersebut akan mengering. Kondisi akuifer di
Kabupaten Tanah Bumbu dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan
rendah hingga sedang, muka air tanah beragam; debit sumur umumnya kurang
dari 5 L/det. Akuifer jenis ini terdapat di sekitar kecamatan Angsana
2. Akuifer dengan produtivitas rendah, setempat berarti umumnya keterusan
rendah, setempat sedang; setempat air tanah dalam jumlah yang cukup dapat
diperoleh terutama di lembah-lembah atau zona sesar dan pelapukan. Jenis ini
berada di sekitar Kecamatan Batulicin dan Mantewe.

1.1.2. Penggunaan Lahan


Kabupaten Tanah Bumbu penggunaan lahan mencapai ± 506.696 Ha. Data
tahun 2014 mencatat bahwa penggunaan lahan di Tanah Bumbu terdiri dari Lahan
hutan seluas ±319.470 Ha, padang / semakbelukar / alang-alang ±65.439 Ha,
Perkebunan ±42.380 Ha, Kebun ±40.321 Ha, Lahan kering ±1.810 Ha,
Persawahan ±14.600 Ha, Pertambangan ±1.600 Ha, Industri ±820 Ha, Pemukiman
±7.831 Ha, Perairan darat ± 932 Ha, Lain-lain ± 11.700 Ha, dan ±98 Ha tanah
terbuka rusak. Penggunaan ini telah mengalami penggeseran fungsi dari tahun
sebelumnya, peningkatan terjadi pada penggunaan hutan, Kebun, industri,
pertambangan, dan perairan darat.
1.1.3. Kawasan Lindung Dan Lahan Kritis
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
potensi sumber daya hutan yang cukup besar, besarnya potensi sumber daya hutan
yang tercermin dari luas kawasan hutannya menempatkan sektor kehutanan
sebagai sektor andalan yang sangat strategis dan potensional dalam mendukung
pembangunan otonomi daerah di Kabupaten Tanah Bumbu. Karena itu, untuk
memacu pertumbuhan ekonomi (economicgrowth) dalam meningkatkan devisa
atau pendapatan asli daerah, maka baik pemerintah maupun pemerintah daerah
melakukan kebijakan pembangunan di berbagai sektor, yaitu di bidang kehutanan,
perkebunan, pertanian, transmigrasi, pertambangan dan pariwisata. Kegiatan-
kegiatan ini dilakukan dengan cara membuka kawasan-kawasan hutan menjadi
kawasan budidaya yang dalam proses pelaksanaannya kegiatannya rawan
terjadinya perubahan ekologi, kebakaran hutan dan lahan. Setiap tahunnya terjadi
kerusakan hutan dan lahan dengan tingkat kerusakan yang sangat
mengkhawatirkan serta degradasi hutan/lahan dan perubahan status hutan/lahan
yang terus mengalami peningkatan yang signifikan. Luas kawasan Hutan
menurut fungsinya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor: 453/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Propinsi Kalimantan Selatan yang pada tahun 2009-2010 total luas hutan
506.950,00 Ha, sedangkan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan menjadi
310.104,2 Ha. Faktor pembanding lainnya yang menunjukkan peningkatan laju
kerusakan hutan adalah dilihat dari data luas lahan kritis pada tahun 2010-2011
sebesar 50.517,235 ha menjadi 72.260,2 ha pada tahun 2012-2013. Hal ini
mengindikasikan bahwa kerusakan lahan dan hutan dan tahun ke tahun bukannya
menurun, tetapi sebaliknya. Beberapa faktor penyebab lajunya kerusakan lahan
dan hutan di kabupaten tanah bumbu diantaranya yaitu :
1. Konversi hutan (pengubahan fungsi kawasan hutan) atau pelepasan kawasan
hutan untuk keperluan non kehutanan atau tukar-menukar kawasan menjadi
perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemukiman serta transmigrasi,
penebangan ilegal (illegal logging)
2. Kebakaran hutan dan lahan yang masih banyak terjadi tiap tahunnya di areal
perusahaan HPH/HTI dan perkebunan dibandingkan areal milik masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Profil Kabupaten Tanah Bumbu, Rencana Program Investasi Jangka Menengah


(RPIJM) Tahun 2016, Kabupaten Tanah Bumbu

Anda mungkin juga menyukai