Anda di halaman 1dari 4

A.

Kriteria masalah etik


Istilah etik memiliki banyak arti, mengacu kepada metode penyelidikan yang membantu
orang-orang untuk memahami moralitas perilaku manusia, percaya pada kelomok tertentu
(misalnya etik keperawatan), dan standar yang diharapkan dari perilaku moral dari
kelompok tertentu seperti yang dijelaskan dalam kelompok kode etik professional (Kozier,
2014).
Moralitas (moral) memiliki kesaamaan dengan etik, moralitas merujuk kepada privasi,
standar untuk menilai apakah kelakuan, karakter dan sikapnya benar atau salah. Masalah
moral berfokus kepada kepentingan nilai social dan norma-norma. Perawat haus mampu
membedakan antara moralitas dengan hokum dan moalitas dengan agama. Moralitas terbagi
menjadi (Kozier, 2014):
a. Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah proses pembelajaran untuk menceritakan perbedaan benar
dan salah dan pembelajaran apakah harus atau tidak harus dilakukan. Teori ini berusa
menjawab pertanyaan : bagamaiman seseorang memiliki moral, factor apa yang
mempengaruhi perilaku sesorang terhadap situasi moral.
b. Kerangka moral
Teori moral menyajikan kerangka lain yang mana perawat dapat melihat dan
mengklarifikasi situasi yang mengganggu perawatan pasienterdapat tiga teori moral
yaitu konsekuensi, prinsip dan tugas, atau hubungan.
c. Prinsip moral
Prinsip moral terdiri dari kemandirian yaitu membuat keputusan sendiri, keamanan
yaitu melakukan sesuatu yang tidak membahayakan, dermawan, keadilan, kesetiaan dan
kebenaran.
d. Kesulitan moral (moral distress)
Pengalaman stres perawat di dalam praktek klink menghadapkan mereka dengan situasi
yangmelibatkan dilemma etik. Kesulitan moral sering terjadi ketika berhadapan dengan
dua prinsip etis yang kompleks, seperti ketika perawat melakukan tindakan mandiri
untuk kepentingan pasien(Yoser & Wise, 2011).

.
B. Mekanisme penyelesaian masalah etik
Pertimbangan etis bertanggung jawab secara rasional dan sistematis. Hal ini didasari
dengan prinsip dan kode etik bukan pada emosi, firasat, kebijakan tetap atau presiden.
Terdapat dua model klasik pembuatan keputusan masalah etik (Kozier, 2014)
1. Thomson and Thomson (1985)
 Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan
 Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklarifiksi situasi
 Mengidentifikasi situasi masalah etik
 Mengidentifikasi posisi moral pribadi dan professional
 Mengidentifikasi posisi moral dari keterlibatan individu kunci
 Mengidentifikasi nilai konflik, bila banyak
 Menentukan siapa yang harus membuat keputusan
 Mengidentifikasi berbagai tindakan dengan hasil yang diantisipasi
 Memutuskan suatu tindakan dan melaksanakannya
 Mengevaluasi hasil dari keputusan/tindakan
2. Cassells and Redman (1989)
 Mengidentifikasi aspek moral dari asuhan keperawatan
 Mengumpulkan fakta yang relevan yang terkait dengan masalah etik
 Memperjelas dan menerapkan nilai pribadi
 Memahami teori dan prinsip etik
 Memanfaatkan kompeten interdispliner yang kompeten
 Menerapkan kode etik keperawatan sebagai penduan tindakan
 Memiliki dan menerapkan tindakan resolusi
 Berpartisipsi aktif dalam pemecahan masalah
 Menerapkan hokum Negara dan mengatur praktik keperawatan
 Mengevalusi pemecahan masalah yang dilakukan
Berdasarkan lampiran peraturan menteri kesehatan nomor 49 tahun 2013 tentang komite
keperawatan rumah sakit pedoman penelenggaraan komite keperawatan rumah sakit pada
bab ii komite keperawatan yang mengkhusus pada subkomite etik dan disiplin profesi
menerangkan tentang mekanisme kerja subkomite etik dan disiplin profesi sebagai berikut
(Suhartini, 2014) :
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan
1. Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin dalam
rumah sakit
2. Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin profesi
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa :
1. Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan dan
kebidanan di Rumah Sakit melalui Ketua Komite
2. Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medik dan keperawatan/
direktur keperawatan melalui Ketua Komite Keperawatan
3. Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur rumah sakit
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan , meliputi:
1. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam pelaksanaan praktik
keperawatan dan kebidanan sehari-hari
2. Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topic dan metode serta
evaluasi
3. Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, “coaching’,refleksi
kasus dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang
tersedia
e. Menyususn laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada ketua komite
keperawatan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Komite etik atau komite keperawatan adalah suatu organisasi yang anggotanya adalah perawat di rumah
sakit yang memiliki otonomi untuk mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan kerja
profesionalnya
2. Criteria masalah etik dipengaruhi oleh moralitas yang terdiri dari perkembangan moral,
kerangka moral, perinsip moral dan moral distress.
3. Mekanisme penyelesaian masalah etik tertera pada lampiran peraturan menteri kesehatan
nomor 49 tahun 2013 tentang komite keperawatan rumah sakit pedoman penelenggaraan
komite keperawatan rumah sakit pada Bab II komite keperawatan yang mengkhusus
pada subkomite etik dan disiplin profesi menerangkan, yang menerangkan mekanisme
kerja subkomite etik dan disiplin profesi sebagai berikut
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc
c. Melakukan tindak lanjut keputusan
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
e. Menyususn laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada ketua komite
keperawatan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai