Anda di halaman 1dari 12

Hak-hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim...

HAK-HAK PEREMPUAN PASCA PERCERAIAN: Nafkah Iddah


Talak dalam Hukum Keluarga Muslim Indonesia, Malaysia, dan
Yordania

Muchammad Hammad
Sekolah Tinggi Islam At-Tahdzib (STIA), Jombang, Jawa Timur
Email: donglo_boy@yahoo.com

Abstract
Regulations regarding divorce idda living in Muslim Family Law (Indonesia, Malaysia and Jordan) in general
there is no difference with that found in conventional jurisprudence. Income levels that can be changed according
to price inflation not contained in conventional jurisprudence, were living in Muslim Family Laws can be
changed. Regulations regarding the divorce waiting period contained living in Muslim Family Law Malaysia
and Jordan still better guarantee the rights of women post-divorce compared with existing regulations in Indonesia.

[Peraturan mengenai nafkah iddah talak pada Hukum Keluarga Muslim (Indonesia, Malaysia dan
Yordania) secara umum tidak ada perbedaan dengan yang terdapat pada fikih konvensional. Kadar
nafkah yang dapat berubah sesuai inflasi harga tidak terdapat dalam fiqih konvensional, sedang
dalam Hukum Keluarga Muslim nafkah tersebut dapat berubah. Peraturan mengenai nafkah iddah
talak yang terdapat dalam UU Keluarga Muslim Malaysia dan Yordania masih lebih menjamin hak-
hak perempuan pasca perceraian dibandingkan dengan peraturan yang ada di Indonesia.]

Kata Kunci: Hak Perempuan, Perceraian, Nafkah, Iddah, Talak

A. Pendahuluan
sarana untuk membentuk keluarga, juga
Islam adalah suatu agama yang ajaran- sebagai sarana kodrati manusia dalam penya-
ajarannya disampaikan Allah melalui Nabi luran kebutuhan biologisnya. Hubungan
Muhammad saw.. 1 Selain sebagai utusan, keperibadatan, hal ini didasarkan adanya
fungsi Nabi saw. adalah sebagai perantara tatacara pelaksanaannya yang diatur di dalam
tersalurnya rahmat bagi seluruh alam semesta.2 agama Islam, dengan harapan agar tujuan
Karena fungsi itu, maka ajaran-ajaran yang pokoknya dapat terwujud, yakni untuk mem-
dibawa oleh Nabi saw. secara otomatis me- peroleh ketenangan hidup yang diliputi dengan
ngenai berbagai segi di dalam kehidupan ma- cinta dan kasih sayang3.
nusia, yang salah satunya adalah masalah Aturan-aturan Islam tentang perkawinan
perkawinan. sebenarnya telah jelas dan rinci, sehingga
Masalah perkawinan merupakan masalah apabila dilaksanakan akan dapat mengan-
yang esensial bagi kehidupan manusia, yang tarkan sebuah pasangan pada keluarga yang
hal itu dikarenakan di dalamnya terdapat bahagia. Namun, karena fitrah manusia se-
hubungan keperdataan, dan hubungan keperi- bagai tempatnya kesalahan dan kekhilafan,
badatan. Keperdataan di samping sebagai dalam kehidupan berumah tangga terkadang
1
Q. S. asy-Syu>ra (42): 51-52.
2
Q. S. al-Anbiya>’ (21): 107.
3
Q. S. ar-Ru>m (30):107.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 17


M. Misbahul Mujib

timbul perselisihan yang berkepanjangan, kuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah di-
sehingga tidak sedikit yang pada akhirnya ber- tentukan oleh undang-undang, aturan, dsb.5 Jika
ujung perceraian. disandarkan pada perempuan dalam konteks
Salah satu implikasi dari adanya percerai- perceraian, hak dapat diartikan sebagai kekua-
an yaitu timbulnya hak dan kewajiban yang saan perempuan untuk berbuat sesuatu, yang
harus dipenuhi oleh suami dan istri. Masalah telah ditentukan oleh undang-undang, aturan,
ini di samping telah diatur di dalam fikih kon- dsb., setelah adanya perceraian.
vesional, juga mendapat perhatian khusus di Selain hak ada pula istilah perceraian. Per-
dalam hukum positif yang berupa Perundang- ceraian merupakan suatu akibat hukum yang
undangan Perkawinan di Dunia Muslim. Hal disebabkan adanya talak, khuluk, syiqaq, fasakh,
ini terbukti dengan masuknya masalah tersebut ila’, zihar, li’an dalam perkawinan.6
sebagai salah satu aspek dari tiga belas aspek
Talak sebagai salah satu penyebab putus-
dalam Undang-undang Keluarga Muslim
nya perkawinan, secara bahasa berasal dari
Kontemporer, yang menurut penelitian Tahir
kata kerja bahasa Arab, ‫ ﻃﻠﻖ‬yang disandarkan
Mahmood mengalami pembaharuan.4
pada lafaz} ‫ اﻟﻤﺮأة‬yang mempunya arti bercerai.7
Tulisan ini membahas masalah nafkah
Secara istilah, talak menurut al-Jurjawi
iddah talak sebagai salah satu hak-hak perem-
sebagaimana dikutip oleh Tihami dan Sohari
puan pasca perceraian menurut fikih konven-
Sahrani, yaitu menghilangkan ikatan perkawin-
sional dan Undang-Undang Perkawinan
an atau mengurangi pelepasan ikatannya
Muslim yang berlaku Indonesia, Malaysia dan
dengan menggunakan kata tertentu.8 Sedang-
Yordania. Persoalan yang perlu dikaji adalah
kan menurut KHI pasal 117, talak adalah ikrar
bagaimana aturan nafkah iddah sebab talak
dalam Hukum Keluarga Muslim di Indonesia suami dihadapan sidang Pengadilan Agama
jika dibandingkan dengan Hukum Keluarga yang menjadi salah satu sebab putusnya per-
Muslim yang berlaku di Yordania dan Malaysia kawinan, dengan cara-cara yang telah diatur
dalam hal penjaminan hak-hak perempuan dalam pasal 129, 130, 131.9
pasca perceraian dan bagiamana jika aturan Berdasarkan pengertian talak di atas,
tersebut di-compare dengan fikih konvensional. dapat diketahui beberapa hal yang berhubung-
Namun, sebelum sampai pada pembahasan an dengan talak. Pertama, unsur-unsur di da-
tersebut perlu diketahui terlebih dulu definisi lam talak, yakni: (1) orang yang mengikrarkan;
hak, perceraian, talak, iddah, dan nafkah. (2) kata tertentu yang diucapkan sebagai shi-
ghat talak; (3) atas kehendak sendiri atau istri
B. Definisi Hak, Perceraian, Talak, Iddah, (khuluk); (4) dilangsungkan dihadapan Peng-
dan Nafkah adilan Agama. Kedua, akibat dari perceraian
tersebut di mana ia berimplikasi pada putusnya
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ikatan perkawinan.
(KBBI), salah satu pengertian hak adalah ke-
4
Tiga belas aspek tersebut yakni: batasan umur minimal boleh kawin, pembatasan peran wali dalam perkawinan,
pencatatan perkawinan, kemampuan ekonomi dalam perkawinan, pembatasan kebolehan poligami, nafkah keluarga,
pembatasan hak cerai suami, hak dan kewajiban suami istri karena perceraian, masa kehamilan dan implikasinya, hak
wali orang tua, wak waris kerabat dekat, wasiyyah wajibah, dan pengelolaan harta wakaf. Tahir Mahmood, Personal Law
in Islamic Countries (New Delhi: Time Press, 1987), hlm. 11-12.
5
www.kejut.com/kbbimobile.
6
Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim
Kontemporer di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: INIS, 2002), hlm. 203-205.
7
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, Edisi II (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 861.
8
Tihami, Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah Lengkap, cet. ke-2 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), hlm. 230.
9
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 2004), hlm. 141.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


18
Bisakah Lembaga Hukum Adat Meminimalisir Pernikahan Sirri?

Istilah lainnya adalah iddah. Secara matian suami; (4) larangan menikah sementara
bahasa, kata iddah berasal dari bahasa Arab bagi istri.
‫ ﻋﺪّة‬, merupakan masdar dari lafaz} ّ‫ ﻋﺪ‬, yang ber- Iddah apabila dihubungkan dengan talak,
arti jumlah. lafaz} tersebut jika disandarkan sebagaimana keterangan di dalam surat al-
pada lafaz} ‫ اﻟﻤﺮأة‬maka dapat diartikan iddah- Baqarah ayat 228, adalah masa dimana se-
nya orang perempuan.10 orang perempuan di wajibkan untuk menahan
Menurut para ulama, sebagaimana pen- diri mereka selama tiga kali quru’.
dapat as-Sayyid Sabiq, iddah adalah suatu Nafkah di dalam bahasa Indonesia, me-
tenggang waktu tertentu yang harus dijalani rupakan kata serapan dari bahasa Arab äÝÞÉ
oleh seorang perempuan sejak ia berpisah dari yang berarti sama dengan ‫اﻟﻤﺼﺮوف واﻹﻧﻔﺎق‬,
suaminya, baik perpisahan tersebut disebabkan
yaitu biaya. Jika kata tersebut disandarkan pada
ditinggal mati suaminya atau karena percerai-
kata ‫ اﻟﺰوﺟﺔ‬, maka akan mempunyai makna tun-
an. 11
jangan yang diberikan kepada istri.13 Jadi kata
Sedangkan menurut rumusan Tim Depar-
nafkah secara bahasa dapat diartikan sebagai
temen Agama RI, iddah adalah masa tunggu
tunjangan yang diberikan oleh suami kepada
yang ditetapkan oleh hukum syara’ bagi wanita
istri.
untuk tidak melakukan akad perkawinan
dengan laki-laki lain dalam masa tersebut, se- Secara istilah, sebagaimana firman Allah
bagai akibat perceraian atau ditinggal mati dalam surat al-Baqarah (2); 233 14 dan hadis
suaminya dalam rangka membersihkan diri Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Tir-
dari pengaruh dan akibat hubungan dengan miz}i, 15 nafkah dapat diartikan sebagai suatu
mantan suaminya.12 pemberian oleh suami sebagai kewajiban ter-
hadap istri secara pantas, baik yang berkaitan
Secara eksplisit, dalam KHI maupun UU.
dengan makanan, pakaian, ataupun tempat
No. 1 Tahun 1974 (UUP), definisi iddah tidak
tinggal.
dijelaskan. Akan tetapi secara implisit, menurut
KHI pasal 153 iddah dapat diartikan sebagai Sedangkan menurut pasal 80 Kompilasi
waktu tunggu bagi istri yang dicerai oleh Hukum Islam, nafkah dapat diartikan sesuatu
suaminya, kecuali istri tersebut qobla ad-dukhul yang diberikan oleh seorang suami sebagai ke-
dan perkawinannya putus bukan karena ke- wajiban setelah adanya tamkin sempurna dari
matian suaminya. Dalam pasal 11 UUP, iddah istri dan tidak dalam keadaan nusyuz, me-
dapat diartikan sebagai jangka waktu tunggu nyangkut segala keperluan hidup berumah
bagi istri sebab putus perkawinannya. tangga sesuai dengan kemampuannya.16
Berdasarkan definisi-definisi iddah di atas, Dari definisi talak, iddah, dan nafkah di
dapat diketahui bahwa unsur di dalam iddah atas, maka nafkah iddah talak dapat diartikan
adalah adanya: (1) kewajiban bagi istri; (2) sebagai suatu pemberian dari suami kepada
waktu tunggu; (3) adanya perceraian atau ke- bekas istrinya makanan, pakaian atau tempat
tinggal, ketika dalam masa tunggu karena

10
Munawwir, Kamus al-Munawwir, hlm. 903.
11
Lihat as-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 277, dalam al-Maktabah asy-Sya>milah, Versi 2.11.
12
Chuzaiman T. Yanggo dkk., Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. I (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), hlm.
149.
13
Munawwir,
Munawwir, 1449.al-Munawwir, hlm. 1449.
Kamus
hlm.
14
‫وﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮﻟﻮد ﻟﮫ رزﻗﮭﻦّ وﻛﺴﻮﺗﮭﻦّ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف‬
‫وﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮﻟﻮد ﻟﮫ رزﻗﮭﻦّ وﻛﺴﻮﺗﮭﻦّ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف‬
15
‫ وﺣﻘﮭﻦ ﻋﻠﯿﻜﻢ أن ﺗﺤﺴﻨﻮا إﻟﯿﮭﻦ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﺗﮭﻦ وﻃﻌﺎﻣﮭﻦ‬, hadis ini bersumber dari hasan bin ali, lihat at-Tirmiz\i, Sunan at-
1

\ 466. dalam al-Maktabah asy-Sya>milah, Versi 2.11.


Tirmz\i, Juz III (ttp.; tnp., t.t.), hlm.
16
Abdurrahman, Kompilasi Hukum, hlm. 132-133.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


19
Muchammad Hammad

putusnya perkawinan yang disebabkan jatuh- di dalam agamanya sebab persaksian perem-
nya talak suami. puan. Dengan perkataan tersebut, akhirnya
berimplikasi, dalam kasus nafkah ini, lebih
C. Nafkah Iddah Talak dalam Fikih diunggulkannya pendapat Umar dari pada
Konvensional Fatimah binti Qais, (4) dan beberapa keterang-
Mengenai nafkah sebagai hak istri dalam an atau tanggapan dari ‘Aisyah mengenai
iddah talak raj’i, para ulama mazhab sepakat hadis Fatimah binti Qais.21
akan kewajiban suami dalam pemenuhan- Imam Malik, jika istri yang ditalak ba’in
nya.17 Namun, kewajiban suami memberi naf- tersebut tidak hamil, maka kewajiban suami
kah tersebut akan gugur apabila istri nusyuz.18 hanya menyediakan tempat tinggal, tidak
wajib memberi nafkah. Pendapat ini didasar-
Para ulama mazhab berbeda pendapat
mengenai apa yang menjadi hak istri, apabila kan pada hadis yang bersumber dari Fatimah
binti Qais, yaitu ia tidak mendapatkan nafkah
wanita tersebut dalam talak ba’in.19 Menurut
ketika dicerai oleh suaminya.22
ulama Hanafiyyah, sebagaimana pendapat Ibn
Himam, tetap berhak mendapat nafkah dan Menurut Imam Syafi’i, tidak ada kewajib-
tempat tinggal. Dasar yang digunakan oleh Ibn an bagi suami memberikan nafkah ataupun
Himam yaitu: (1) adanya penolakan Umar, tempat tinggal. Pendapat ini didasarkan pada
Zaid bin S|abit, Usamah bin Zaid, Jabir, serta hadis Fatimah binti Qais. Alasan tidak ada ke-
‘Aisyah; (2) adanya hadis lain yang berten- wajiban suami memberikan tempat tinggal,
tangan dengan hadis Fatimah binti Qais, yaitu didasarkan pada perintah Nabi saw. yang
hadis yang bersumber dari Umar dan Da>r al- menyuruh Fatimah binti Qais untuk menjalani
Qutni; (3) kisah dari Abi Ishak, yang men- masa iddahnya di rumah Ummi Syarik, bukan
ceritakan tentang pelemparan tanah liat oleh di rumah suaminya, yang ini ia artikan bahwa-
Aswad kepada asy-Sya’bi ketika mengatakan sannya tidak ada juga hak tempat tinggal. 23
bahwa Fatimah binti Qais tidak mendapatkan Selain itu, di dalam kitab al-Mudawwanah
karangan Sahnun, alasan Imam Syafi’i berpen-
nafkah maupun sukna. 20 Alasan mengapa
dapat tidak adanya nafkah bagi perempuan
Hanafiyyah lebih memilih hadis yang ber-
yang ditalak ba’in kecuali dalam keadaan
sumber dari Umar dibanding dari Fatimah bin
hamil adalah dinisbatkan dengan tidak adanya
Qais adalah karena adanya keterangan dari
kebolehan suami untuk bersenang-senang
Ibrahim, yang dikutip dari perkataan Umar,
dengan istri ketika dalam keadaan talak ba’in,
bahwa dia tidak akan merubah suatu hukum

17
Muhammad Jawad Mugniyah, al-Fiqh ‘ala> al-Maz\a>hib al-Khamsah, terj. Masykur A.B. dkk., cet. ke-3
(Jakarta: Lentera, 2004), hlm. 401, bandingkan dengan Ibn Hima>m, Fath} al-Qadi>r, Juz IX (ttp.: tnp., t.t.), hlm.
479, Sahnu>n, al-Mudawwanah al-Kubra>, Juz V (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 2, asy-Sya>fi‘i, al-Umm, Juz V (ttp.: tnp., t.t.),
hlm. 117, Ibn Quda>mah, asy-Syarh} al-Kabi>r li Ibn Qudama>h, Juz IX (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 238, Sarakhsi, al-
Mabsu>t}, Juz VII (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 47, dalam al-Maktabah al-Sya>milah, Versi 2.11.
18
Ibn Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al- Muqtas}id, Juz II (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 44, dalam al-Maktabah
al-Sya>milah, Versi 2.11.
19
Talak raj‘i adalah “talak yang si suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya tanpa melalui nikah baru,
selama isterinya itu masih dalam masa iddah”, sedangkan talak ba’in merupakan “talak yang putus secara penuh
dalam arti tidak memungkinkan suami kembali kepada isterinya kecuali dengan nikah baru.” Amir Syarifuddin,
Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 220-221.
20
Ibn Himam, Fath} al-Qadi>r, Juz IX, hlm. 479 dan 482.
21
Ibid., Juz IX , hlm. 482-483.
22
Sahnu>n, al-Mudawwanah, Juz V, hlm. 2.
23
Asy-Sya>fi‘i, al-Umm, Juz V, hlm. 117.

20 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Hak-hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim...

padahal nafkah dan sukma menjadi kewajiban kataan perempuan di dalam sebuah periwayat-
suami apabila seorang suami boleh bersenang- an adalah diterima. Menanggapi perkataan
senang dengan istrinya24. ‘Aisyah, Ahmad juga berpendapat bahwasan-
Ulama Hambaliyyah, dalam hal ini Ibn nya perkataan tersebut tidak sah, karena Nabi
Qudamah, sependapat dengan Imam Syafi’i saw. tidak memberikan hujjah sebagaimana
mengenai tidak wajibnya suami memberikan yang dipegangi oleh ‘Aisyah, tetapi yang benar
nafkah dan tempat tinggal bagi istri yang di menurutnya adalah hadis yang diriwayatkan
talak ba’in. Pendapat ini di dasarkan atas dari al-Humaidi.28
hadits dari Imam Ahmad, al-As\ram dan al- Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,
Humaidi, bahwa Rasulullah saw. memberi- serta argumen yang dikeluarkan masing-
tahukan pada Fatimah binti Qais bahwasan- masing ulama untuk menguatkan pendapat-
nya nafkah dan tempat tinggal adalah untuk nya, dapat diketahui bahwasannya perbedaan
istri yang masih ada kebolehan bagi suaminya tersebut tidak lain disebabkan karena perbeda-
untuk kembali.25 Pendapat tersebut diperkuat an pengambilan dasar hukum di dalam hadis
oleh Ibn Abd al-Bari yang menyatakan bahwa- serta perbedaan pemahaman mengenai ke-
sannya pendapat Ahmad bin Hanbal serta para hujjahan atau keabsahan suatu hadis. Lebih
pengikutnya adalah yang paling sah atau dari itu, meskipun Imam Syafi’i dan Hambali-
benar, karena itu menurutnya tidak ada yang yyah, dalam hal ini Ibn Qudamah, mempunyai
lebih mempunyai keabsahan untuk mentakwil pendapat yang sama mengenai ketidakada-
surat at-Talak ayat 6, kecuali Rasulullah saw..26 annya hak istri dalam talak bai’n, baik berupa
Selain itu, pendapat tersebut dikuatkan dengan nafkah ataupun tempat tinggal, tetapi mereka
hadis dari Ibn Abbas dalam bab muttala’aini, berbeda dalam pengambilan dasar hukum.
yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. me- Melihat perbedaan-perbedaan itu, hemat
misahkan keduanya dan menetapkan bahwa Penulis merupakan sebuah keuntungan yang
tidak adanya makanan dan tempat tinggal bagi besar, karena dengan itu, seseorang dapat me-
istri, disebabkan karena tidak adanya keboleh- milih menggunakan (mengikuti) pendapat
an bagi suami untuk ruju’ kembali. Meskipun mana yang sekiranya dianggap sesuai dengan
hadis ini berkenaan dengan masalah li’an, akan kondisi dan keadaan di lingkungannya. Sebab
tetapi karena kesamaan ‘illat yang berupa tidak pada umumnya keempat pendapat inilah yang
bisa rujuk kembali yang menjadi sebab tidak di dalam Dunia Islam diakui keberadaannya dan
adanya nafkah maupun tempat tinggal, men- diterima oleh mayoritas masyarakat Muslim.
jadi alasan juga bagi ketidak adaannya hak istri Mengenai pertimbangan jumlah nafkah,
yang ditalak ba’in atas nafkah maupun tempat apakah didasarkan kepada kebutuhan istri
tinggal. 27 atau kemampuan suami, para Imam Mazhab
Mengenai perkataan Umar tentang, “tidak berbeda pendapat mengenainya. Menurut
akan dia rubah hukum di dalam agamanya Imam Malik dan Abu Hanifah adalah menurut
karena persaksian perempuan”, Ahmad meng- kebutuhan istri, hal ini didasarkan pada surat
ingkari perkataan tersebut. Menurut Ahmad al-Baqarah ayat 223 dan hadis Rasulullah yang
perkataan Umar tersebut tidak sah, karena memerintahkan Hindun mengambil harta
telah menjadi kesepakatan, bahwasannya per- suaminya untuk keperluannya dan anak-anak-

24
Ibn Hima>m, Fath} al-Qadi>r, Juz IX, hlm. 479.
25
Ibn Quda>mah, asy-Syarh} al-Kabi>r, Juz IX, hlm. 240.
26
Ibid.
27
Ibid., 241.
28
Ibid.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 21


Muchammad Hammad

nya secara baik,29 sedangkan menurut Imam Syafi’i Menurut Hambaliyyah, Ibn Qudamah, tidak
adalah menurut kemampuan suami, yang hal ini ada ukuran mengenainya, hal ini dikarenakan
didasarkan pada surat at-Talak ayat 730. Menurut tidak adanya keterangan mengenai hal tersebut
Imam Hambal, sebagaimana dikutip oleh Ibn dalam Alqur’an maupun hadis. Hanya saja ia
Qudamah, adalah menurut kebutuhan istri yang menambahkan, jangan sampai melebihi dua
disesuaikan dengan kemampuan suami, hal ini mud, dan ukuran satu mud didasarkan terhadap
merupakan pertengahan dari kedua dalil yang ukuran satu mud pada masa Nabi saw..37
digunakan dalam kedua pendapat di atas, dengan Suami yang tidak bisa memberikan nafkah
tujuan agar dapat mengamalkan keduanya dan kaitannya dengan masalah hak perempuan
untuk kehati-hatian.31 pasca perceraian, menurut Imam Malik Imam
Mengenai kadar nafkah, para ulama juga Hanafi, Imam Syafi’i, dan ulama mazhab
berbeda pendapat mengenainya. Imam Hanafi32 Hambali, dalam hal ini Ibn Qudamah, maka
dan Imam Malik33, tidak ada ukuran mengenai- menjadi hutang suami jika istri tidak me-
nya, hal itu dikarenakan tidak adanya keterang- ma’afkan. Ketentuan ini dikarenakan nafkah
an mengenai permasalahan tersebut. Hanya merupakan sebuah kewajiban suami kepada
saja ukuran tersebut menurut keadaan lapang istrinya, yang secara otomatis menjadi hak istri
(mampu) atau sempitnya (idak mampu) suami yang harus dipenuhi oleh suami. 38
dan kebutuhan istri, dan kedua pertimbangan Suami pergi, sedangkan hutang belum
tersebut akan berbeda-beda dalam menghasil- dibayar, menurut mazhab empat dapat di-
kan jumlah kadar nafkah karena perbedaan ambilkan dari harta yang ditinggalkan suami.
waktu, tempat, dan kebutuhan. 34 Menurut Apabila suami tidak mempunyai harta, maka
Hanafiyyah, Samarqandi, jika lapang maka akan tetap dijadikan hutang bagi suami. Lebih
kadar nafkah tidak lebih dari harga satu pem- jauh lagi mazhab Hanafi memberikan izin bagi
bantu, dan jika sempit maka tidak kurang dari istri untuk mencari hutang atas nama suami-
nafkah satu pembantu.35 Imam Syafi’i berpen- nya terlebih dahulu, dan pengadilan harus
dapat, bahwasannya kadar nafkah adalah dua memberikan jaminan terhadap dapatnya istri
mud apabila suami lapang, jika tidak lapang mencari hutangan tersebut.39
adalah satu mud, dan jika di antara lapang dan Berkaitan gugur dan tidaknya suatu naf-
tidak, ukurannya adalah satu setengah mud.36 kah yang belum dibayar padahal tanggungan

‫وﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮﻟﻮد ﻟﮫ رزﻗﮭﻦ وﻛﺴﻮﺗﮭﻦ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف‬,, kata


29
kata ma
ma‘ruf menurut Abu Hanifah dan Malik condong atau diartikan pada
dan Malik condong
kebutuhan istri atau
bukandiartikan pada
bermakna kebutuhan
pilhan bagi istri
suami bukan
dan baju, yang pilhan tersebut bermakna
antara pil baju, yangsuami.
nafkah dan
menurut kemampuan pilhan tersebut menurut kemampuan
suami. Begitu pula makna makruf dalam hadis ‫ ﺧﺬي ﻣﺎ ﯾﻜﻔﯿﻚ ووﻟﺪك ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف‬, menurut
, menurut keduanya merupakan tingkah
keduanya
yang merupakan
disandarkan tingkah
pada istri yang
bukan disandarkan
disandarkan pada
pada istri bukan
kebutuhan disandarkan
suami. Ibid., hlm.pada
230, bandingkan dalam Sarakhsi, al-
Mabsu>t}, Juz VI, hlm. 492-493.
492-493.
‫آﺗﺎھﺎ‬
30
1 ‫ﻟﯿﻨﻔﻖ ذو ﺳﻌﺔ ﻣﻦ ﺳﻌﺘﮫ وﻣﻦ ﻗﺪر ﻋﻠﯿﮫ رزﻗﮫ ﻓﻠﯿﻨﻔﻖ ﻣﻤﺎ آﺗﺎه اﷲ ﻻ ﯾﻜﻠﻒ اﷲ ﻧﻔﺴﺎ إﻻ ﻣﺎ‬, , ayat ini menurut asy-Sya> f i‘i
adalah ayat yang menunjukkan> bahwa besarnya nafkah adalah kemampuan suami semata. Lihat Ibn Quda>mah, asy-
Syarh} al-Kabi>r, Juz IX, hlm. 230.
31
Ibid., Juz IX, hlm. 231.
32
Al-Samarqandi, Tuh}fah al-Fuqaha>’, Juz II (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 159-160, dalam al-Maktabah al-Syamilah, Versi 2.11.
33
Ibn Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid, Juz II, hlm. 44.
34
Ibid.
35
As-Samarqandi, Tuh}fah al-Fuqaha>’, Juz II, hlm. 160.
36
Lihat Al-Nawawi, Raudah at}-T{a>libi>n wa ‘Umdah al-Mufti>n, Juz III (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 281, bandingkan dengan Ibn
Rusd, Bida>yah al-Mujtahid, hlm. 44, dan Ibn Quda>mah, asy-Syarh} al-Kabi>r, Juz IX, hlm. 231.
37
Ibn Quda>mah, asy-Syarh} al-Kabi>r, Juz IX, hlm. 231.
38
Lihat Jawad Mugniyah, al-Fiqh ‘ala> al-Maz\ahib, hlm. 401.
39
Ibid, hlm. 406-407, bandingkan Ibn Hima>m, Fath} al-Qadi>r, Juz XVI, hlm. 381.

22 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Hak-hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim...

tersebut telah lampau, menurut mazhab kemampuan suami, yang didasarkan atas
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, hutang suami ke- penghasilan suami.46Jika nafkah tidak diberi-
pada istri tidak akan pernah gugur meskipun kan, maka istri dapat mengajukan gugatan
waktunya lama dan meski tanpa ketetapan kepada pengadilan mengenai kelalaian suami
hakim. Menurut mazhab Hanafi, nafkah ter- dalam memenuhi nafkah tersebut.47
sebut tidak akan pernah gugur kecuali jika ada Jika ditelaah, meskipun peraturan-per-
keputusan hakim mengenainya.40 aturan mengenai hukum keluarga secara
umum pada KHI ataupun UUP bersumber dari
D. Ketentuan Nafkah Iddah dalam Hukum beberapa madzhab dalam fikih konvensional,
Keluarga Muslim di Indonesia, akan tetapi dalam masalah nafkah iddah talak
Malaysia, dan Yordania. ini, peraturan-peraturan tersebut bersumber
Di Indonesia, dalam UUP dan KHI, per- dari pendapat di kalangan ulama madzhab
aturan mengenai hak perempuan pasca per- Syafi’iyyah saja. Hal ini dikarenakan, di sam-
ceraian yang berupa nafkah iddah talak adalah ping karena sebagian besar jumlah kitab yang
sebagai berikut: (a) bahwasannya pengadilan digunakan dalam perumusan aturan tersebut
dapat mewajibkan bekas suami untuk mem- adalah kitab-kitab dari kalangan Syafi’iyyah48,
berikan biaya penghidupan dan/atau menen- juga dikarenakan mayoritas umat Islam di
tukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri;41 (b) Indonesia dalam praktek bidang sosial dan
suami wajib melindungi istrinya dan mem- budaya keagamaannya, lebih banyak ber-
berikan segala sesuatu keperluan hidup beru- orientasikan atau berpedoman pada pendapat-
mah tangga sesuai dengan kemampuan- pendapat dalam kalangan ulama Syafi’iyyah.
nya;42(b) suami wajib memberi nafkah, maskan Sehingga peraturan yang merupakan kebijakan
dan kiswah kepada bekas istri selama dalam dari pemerintah, mau tidak mau dalam bidang
iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak keluarga, khusunya mengenai nafkah iddah
ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak talak, pada akhirnya juga lebih condong meng-
hamil; 43 (c) tempat kediaman adalah tempat gunakan pendapat-pendapat dari kalangan
tinggal yang layak untuk istri selama dalam mazhab Syafi’iyyah.
ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak Ketentuan-ketentuan hak istri pasca per-
atau iddah wafat;44(d) suami wajib melengkapi ceraian dalam Perundang-undangan Per-
tempat kediaman sesuai dengan kemampuan- kawinan Muslim di Malaysia berkenaan dengan
nya serta disesuaikan dengan keadaan ling- nafkah iddah talak adalah sebagai berikut: (a)
kungan tempat tinggalnya, baik berupa alat pengadilan dapat, sesuai dengan hukum
perlengkapan rumah tangga maupun sarana syara’, memerintahkan seorang pria membayar
penunjang lainnya;45 pemeliharaan untuk istri atau mantan istri,
Mengenai besar kecilnya nafkah, maskan, kecuali dia nusyuz;49 (b) istri berhak mendapat-
kiswah adalah sesuai dengan kepatutan dan kan nafkah sampai habis ‘iddah atau bekas istri
berzina dengan orang lain;50 (b) hak akomodasi
40
Ibid.
41
UU. No. 1 Tahun 1974 pasal 41 ayat 3
42
Pasal 34 ayat 1 dan KHI pasal 80 ayat 2.
43
KHI pasal 149 poin b.
44
Pasal 81 ayat 2.
45
Pasal 81 ayat 4
46
UU. No. 1 Tahun 1974 pasal 34 ayat 1, dan KHI pasal 80 ayat 2 dan 81 ayat 4.
47
UU. No. 1 Tahun 1974 Pasal 34 ayat 3.
48
Abdurrahman, Kompilasi Hukum, hlm. 39-40.
49
Islamic Family Law Enactment 1984 (Federal Territories Act 303), pasal 59 ayat 1 dan 2.
50
Pasal 65 ayat (1)

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 23


Muchammad Hammad

bekas istri yaitu berhak tinggal di rumah bekas Nafkah dalam UU. Yordania berkaitan de-
suami sebelum suami menyediakan rumah ngan hak perempuan pasca perceraian yaitu:
tempat tinggalnya;51dengan ketentuan (c) hak (a) bahwa suami wajib membayar nafkah istri
akomodasi tersebut akan hilang jika iddah habis, sepanjang iddah; 58 (b) nafkah selama iddah
bekas istri nikah dengan orang lain, dan dengan sama dengan nafkah dalam perkawinan;59 (c)
suami mengajukan gugatan ke pengadilan agar kebutuhan istri yang meninggal di waktu
rumahnya dikembalikan kepadanya.52 iddah, seperti kain kafan dan lain-lainnya
Mengenai jumlah besarnya nafkah adalah adalah tanggung jawab suami.60
ditetapkan pengadilan, yang didasarkan ke- Adapun besar kecilnya nafkah, disesuai-
mampuan suami dan kebutuhan para pihak.53 kan dengan kondisi suami, dengan syarat tidak
Sebelum ada ketetapan tetap tentang nafkah, kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar
istri mendapat nafkah sementara yang besar makan dan pakaian istri. Jumlah nafkah bisa
kecilnya ditentukan pengadilan54 atau suami, saja berdasarkan kesepakatan berdua atau
dengan syarat dapat memenuhi kebutuhan ketetapan pengadilan. 61 Tuntutan naik dan
dasar isteri.55Apabila nafkah tidak dibayarkan, turunnya nafkah dibuktikan dengan kondisi
maka akan menjadi hutang bagi suami ter- inflasi yang memang membuktikan adanya
hitung sejak kewajiban membayarnya.56 perubahan harga dan tuntutan tersebut tidak
Seperti halnya peraturan-peraturan me- lewat dari 6 (enam bulan) sejak keputusan
ngenai nafkah di Indonesia yang bersumber pengadilan tentang kadar nafkah pertama. 62
pada madzhab Syafi’iyyah, Malaysiapun juga Perlu dicatat, bahwasannya nafkah iddah tidak
sama. Perbedaannya hanya, jika ketentuan di diterima istri apabila dalam keadaan nusyuz63
Indonesia mengenai nafkah yang bersumber Mengenai konsekwensi apabila suami me-
dari Syafi’iyyah dibuat oleh pemerintah dengan nolak atau tidak mampu membayar nafkah
mengunakan 4 (empat) jalur, yang salah satu- dan istri menuntut, terdapat beberapa pen-
nya adalah jalur kitab-kitab, sebagian besar jelasan, yaitu: (a) apabila suami tidak mau mem-
adalah kitab ulama’ syafi’iyyah, dengan dise- bayar nafkah dan istri menuntut bayar, maka
suaikan dengan budaya keagamaan masya- hakim menetapkan hutang bagi suami ter-
rakat Indonesia, akan tetapi di Malaysia me- hadap istri mulai adanya penolakan pem-
rupakan turunan dari hukum Kanun Malaka bayarannya; 64 (b) jika suami tidak mampu
dan Risalah Malaka yang dibuat oleh Sultan membayar nafkah dan istri menuntut, maka
Melaka. 57

51
Pasal 71 ayat (1).
52
Pasal 71 ayat (2).
53
Pasal 61.
54
Pasal 70 ayat (1)
55
Pasal 70 ayat (2)
56
Pasal 69 ayat (1)
57
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia
Muslim: Studi Sejarah, Metode, dan Materi & Status Perempuan dalam Perunadang-undangan Muslim (Yogyakarta:
ACAdeMIA+TAZZAFA, 2009), hlm. 99.
58
UU. Yordania No. 61 Tahun 1976, Pasal 79.
59
Pasal 80.
60
Pasal 82.
61
Pasal 70.
62
Pasal 71.
63
Pasal 134.
64
Pasal 73

24 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Hak-hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim...

hakim harus memberikan ijin bagi istri untuk umum sama-sama berdasarkan kemampuan
menagih kepada suami sesuai dengan ke- suami. Meski demikian, Malaysia mensyarat-
mampuannya;65 (c) apabila suami tidak ada di kan juga harus tetap sesuai dengan kebutuhan
tempat sejak adanya tuntutan, maka hakim kedua belah pihak dan lebih dari itu men-
harus menuntut bayar nafkah yang diambil syaratkan juga tidak kurang untuk memenuhi
dari harta kekayaan suami, baik lewat piutang kebutuhan dasar istri, yang kedua pertimbang-
yang ada pada orang lain atau semacamnya; an tersebut tidak tercantum secara eksplisit
(d) nafkah istri dibayar oleh orang lain yang dalam Hukum Keluarga Muslim di Indonesia.
mampu dan sewajarnya membayar, dan orang Begitupun di Yordania, selain juga atas ke-
tersebut berhak menuntut bayar kepada mampuan suami akan tetapi juga mendasar-
suami. 66 kannya kepada kesepakatan keduanya (suami-
Mengenai ketentuan-ketentuan yang ter- istri). Selain itu, di Yordania kadar nafkah juga
dapat dalam UU. Yordania ini, kecuali kebijak- dapat berubah sesuai dengan inflasi perubahan
an dapat naik turunya kadar nafkah yang di- harga, yang ini juga tidak terdapat dalam
sesuaikan dengan inflasi harga, semua didasar- Hukum Keluarga Muslim di Indunesia. Ke-
kan pada ketentuan-ketentuan di dalam maz- empat, dalam hal apabila nafkah yang menjadi
hab Hanafiyyah. Begitupun juga mengenai hak perempuan tersebut tidak dipenuhi juga
penyelesaian permasalahan-permasalahan terdapat perbedaan. Di Indonesia hanya se-
yang tidak diatur dalam UU. tersebut, sebagai- batas pengajuan gugatan ke Pengadilan
mana dijelaskan dalam pasal 183, maka juga Agama, akan tetapi dalam UU. Malaysia secara
harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan menjadikannya sebagai hutang. Sedangkan di
yang dianggap lebih unggul dalam kalangan Yordania, di samping menjadikannya hutang,
mazhab Hanafiyyah. 67 juga memberikan solusi dan jaminan kepada
Peraturan mengenai nafkah iddah yang istri untuk mendapatkan haknya.
berlaku di Indonesia, jika dibandingkan de- Dari perbandingan di atas, secara umum,
ngan kedua negara di atas, maka akan dapat maka dapat diketahui bahwa peraturan me-
diketahui bahwa: Pertama, mengenai wajibnya ngenai nafkah dalam UU. Keluarga Muslim di
suami memberi nafkah kepada istri tidak ada Malaysia dan Yordania lebih dapat menjamin
perbedaan. Kedua, mengenai hal yang dapat hak perempuan pasca perceraian yang berupa
menyebabkan gugurnya keawajiban suami ter- nafkah iddah talak dibandingkan di Indonesia.
dapat persamaan dan perbedaan. Persamaan- Berdasarkan diskripsi mengenai nafkah
nya adalah sama-sama menjadikan nusyuz se- iddah sebab talak dalam UU. Keluarga Muslim
bagai sesuatu yang menghilangkan hak istri (Indonesia, Malaysia dan Yordania) di atas, jika
atas nafkahnya ketika masa iddah. Perbeda- dibandingkan dengan ketentuan yang terdapat
annya adalah jika dalam UU. Keluarga Muslim dalam fikih konvensional, maka secara umum
di Indonesia dicantumkan talak ba’in sebagai tidak ada perbedaan. Hanya saja dapat ber-
salah satu sebab gugurnya kewajban suami ubahnya kadar nafkah yang telah ditetapkan,
memberikan nafkah pada istri (hak istri), akan yang disebabkan inflasi harga dalam Hukum
tetapi dalam UU. Keluarga Muslim di Malaysia Keluarga Muslim, tidak terdapat pada ketentu-
maupun Yordania tidak mencantumkannya. an dalam fikih konvensional.
Ketiga, kadar nafkah yang diberikan secara

65
Pasal 74
66
Pasal 75.
67
Pasal 183.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 25


Muchammad Hammad

E. Nafkah Menurut Al-Qur’an dan Hadis kepada mereka nafkahnya hingga mereka
Di dalam al-Qur’an, mengenai nafkah bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
yang berkaitan dengan talak terdapat pada:
kepada mereka upahnya…”
Pertama, Surat at}-T{ala>q (65) ayat 1:

ْ‫ﯾٰﺄﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﻨﱠﺒِﻰﱡ إِذَا ﻃَﻠﱠﻘْﺘُﻢُ ٱﻟﻨﱢﺴَﺂءَ ﻓَﻄَﻠﱢﻘُﻮھُﻦﱠ ﻟِﻌِﺪﱠﺗِﮭِﻦﱠ وَأَﺣْﺼُﻮاْ ٱﻟْﻌِﺪﱠةَ وَٱﺗﱠﻘُﻮاْ ٱﻟﻠﱠﮫَ رَﺑﱠﻜُﻢ‬ Dalam ayat di atas, yang dimaksud
...ٍ‫ ﻟﺘﻀﯿّﻘﻮا ﻋﻠﯿﮭﻦّ ﻻَ ﺗُﺨْﺮِﺟُﻮھُﻦﱠ ﻣِﻦ ﺑُﯿُﻮﺗِﮭِﻦﱠ وَﻻَ ﯾَﺨْﺮُﺟْﻦَ إِﻻﱠ أَن ﯾَﺄْﺗِﯿﻦَ ﺑِﻔَﺎﺣِﺸَﺔٍ ﻣﱡﺒَﯿﱢﻨَﺔ‬menurut Muqatil bin Hiyan adalah
dengan menahan harta mereka dan menge-
“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri- luarkannya dari rumah.70
isterimu maka hendaklah kamu ceraikan Mengenai wanita dalam keadaan talak,
mereka pada waktu mereka dapat apakah berhak mendapatkan nafkah, sukma
(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan atau kedua-duanya, ada beberapa hadis yang
hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah
membicarakannya, di antaranya: (1) hadis
kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu
keluarkan mereka dari rumah mereka dan yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Tabrani
janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali dan Nasa’i, bahwasannya wanita yang terkena
mereka mengerjakan perbuatan keji yang talak ba’in tidak wajib atas suami memberikan
terang…” nafkah ataupun tempat tinggal; (2) hadis yang
diriwayatkan az-Zuhri, yang menyatakan
Mengenai asbab al-nuzul turunnya ayat bahwa wanita yang ditalak ba’in tetap mem-
ini, menurut Ibn Hatam ialah ketika Nabi saw. peroleh tempat tinggal. 71
menceraikan istrinya yang bernama Hafsah. Ketiga, Surat at}-T{ala>q (65) ayat 7:
Setelah turunnya ayat ini Nabi saw. merujuk
kembali Hafsah.68 Menurut Ibn Abbas, Sa’id bin ...ُ‫ﻟِﯿُﻨﻔِﻖْ ذُو ﺳَﻌَﺔٍ ﻣﱢﻦ ﺳَﻌَﺘِﮫِ وَﻣَﻦ ﻗُﺪِرَ ﻋَﻠَﯿْﮫِ رِزْﻗُﮫُ ﻓَﻠْﯿُﻨﻔِﻖْ ﻣِﻤﱠﺂ آﺗَﺎهُ ٱﻟﻠﱠﮫ‬
Musayyab, asy-Sya’bi, Hasan, Ibn Sairaini,
bahwasannya seorang suami hanya boleh me- “Hendaklah orang yang mampu memberi
ngeluarkan istrinya yang ditalak dari rumah, nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
apabila dia berbuat zina dan juga nusyuz.69 yang disempitkan rezkinya hendaklah
Kedua, Surat at}-T{ala>q (65) ayat 6: memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya…”

‫أَﺳْﻜِﻨُﻮھُﻦﱠ ﻣِﻦْ ﺣَﯿْﺚُ ﺳَﻜَﻨﺘُﻢ ﻣﱢﻦ وُﺟْﺪِﻛُﻢْ وَﻻَ ﺗُﻀَﺂرﱡوھُﻦﱠ ﻟِﺘُﻀَﯿﱢﻘُﻮاْ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻦﱠ وَإِن ﻛُﻦﱠ‬
Mengenai takwil lafaz} ...‫ ﻟﯿﻨﻔﻖ ذو ﺳﻌﺔ‬yang
‫ﺿﻌْﻦَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺂﺗُﻮ ھُﻦﱠ‬ َ ْ‫أُوْﻻَتِ ﺣَﻤْﻞٍ ﻓَﺄَﻧﻔِﻘُﻮاْ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻦﱠ ﺣَﺘﱠﻰٰ ﯾَﻀَﻌْﻦَ ﺣَﻤْﻠَﮭُﻦﱠ ﻓَﺈِنْ أَر‬
...‫ أُﺟُﻮرَھُﻦﱠ‬merupakan landasan kadar nafkah, terdapat
beberapa penjelasan mengenainya. Di antara-
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana nya adalah yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir,
kamu bertempat tinggal menurut kemampu-
kadar keluasan memberi nafkah ketika dia
anmu dan janganlah kamu menyusahkan
mampu adalah makanan yang paling baik,
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah baju yang halus. 72 Dalam riwayat lain, Abu
ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah Qosim at-Tabran mengatakan sepersepuluh
harta yang dimiliki suami.73

68
Ibn Kas\ir, Tafsi>r Ibn Kas\ir, Juz VIII, cet. ke-2 (ttp.: Dar at}-T{ayyibah, 1999), hlm. 144, dalam al-Maktabah al-Sya>milah,
Versi 2.11.
69
Ibid., hlm. 144-145.
70
Ibid., 153.
71
Ibid., hlm, 144-145.
72
Ibid., hlm. 153.
73
Ibid., hlm. 154.

26 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H


Hak-hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah Talak dalam Hukum Keluarga Muslim...

Adapun hadis mengenai nafkah istri, di Melihat konteks pada zaman nabi, dimana
antaranya: umumnya kebutuhan rumah ditanggung oleh
Pertama, Sabda Nabi saw. dalam khutbah suami, karena tidak memungkinnya kondisi
haji wada’: 74 pada waktu itu seorang perempuan untuk be-
kerja, maka tujuan yang dapat diambil dari
ِ‫وَﻟَﮭُﻦﱠ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ رِزْﻗُﮭُﻦﱠ وَﻛِﺴْﻮَﺗُﮭُﻦﱠ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُوف‬
keterangan dari al-Qur’an dan hadis di atas
adalah tercukupinya kebutuhan nafkah iddah,
“Dan mereka (para istri) memiliki hak katas
dan ketenangan istri. Alasan pengambilan
kalian, yaitu kalian memberikan harta dan
ketenangan disini adalah karena istri yang
pakaian kepada mereka dengan baik.”
ditalak pasti dalam keadaan bersedih, sehingga
dengan adanya nafkah pada waktu iddah istri
Kedua, Hadis yang diriwayatkan oleh
tidak terbebani dengan fikiran untuk me-
Muslim dari Aisyah r.a. bahwa Hindun bin
menuhi kebutuhannya pada waktu iddah.
Utbah bertanya: “Yaa Rasulallah sesungguh-
Jika dikontekskan dengan keadaan pada
nya Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang
saat sekarang di Indonesia, sulitnya mencari
pelit, ia tidak memberi aku sesuatu yang men-
nafkah dan tidak stabilnya harga, maka: (1) isi
cukupi aku dan anak-anakku, kecuali sesuatu
pasal 149 poin b dalam KHI yang menjadikan
yang aku ambil dari padanya dan ia tidak
talak ba’in sebagai penghalang istri men-
mengetahuinya”, kemudian Nabi saw. men-
dapatkan nafkah perlu dihilangkan; (2) pasal
jawab: 75
34 ayat 1 dalam UU. No. 1 Tahun 1974 dan
‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ـﺎﻟﹾﻤ‬
‫ ﺑﹺــ‬‫ﻙ‬‫ﻟﹶــﺪ‬‫ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻴــﻚ‬‫ﻜﹾﻔ‬‫ـﺎ ﻳ‬
‫ــ‬‫ﻱ ﻣ‬‫ــﺬ‬‫ﺧ‬ pasal 80 ayat 2 dalam KHI, yang menjadikan
kemampuan suami sebagai pertimbangan
‘’Ambil-lah nafkah yang cukup untukmu dan besarnya nafkah, perlu ditambahi dengan per-
anak-anakmu dengan cara yang wajar.’’ timbangan kebutuhan istri juga; (3) perlunya
tambahan peraturan tentang dapat berubah-
nya kadar nafkah sesuai dengan kondisi harga;
Dari beberapa keterangan di atas, se-
(4) perlunya tambahan peraturan, yang isinya
hubungan dengan nafkah iddah pada talak,
menyatakan secara tegas bahwa apabila naf-
dapat diambil kesimpulan. Pertama, bahwasan-
kah tidak di bayarkan akan menjadi hutang
nya dalam keadaan talak raj’i, nafkah dan
suami; (5) perlunya tambahan peraturan, yang
sukna wajib diberikan oleh suami kepada istri-
isinya solusi bagi istri apabila suami tidak mam-
nya baik dia dalam keadaan hamil maupun
pu untuk membayar atau tidak ada di tempat
tidak hamil. Kedua, sebab talak ba’in ada yang
kediaman ketika nafkah tidak dibayar.
berpendapat seorang suami harus menyedia-
kan tempat tinggal bagi istrinya dan ada yang
tidak. Kedua, kadar nafkah adalah menurut F. Penutup
kemampuan suami dan kebiasaan dengan Dari pemaparan di atas, dapat diambil
menyesuaikan kebutuhan istri, dan pemberian kesimpulan: Pertama, peraturan mengenai
tersebut adalah sesuatu yang terbaik. Terbaik nafkah iddah talak yang terdapat dalam UU
ketika suami mampu adalah diibaratkan de- Keluarga Muslim Malaysia dan Yordania di-
ngan pakaian yang halus dan makanan yang bandingkan dengan perturan yang ada di Indo-
paling baik. Atau sepersepuluh dari harta yang nesia masih lebih menjamin hak-hak perem-
ia punyai. puan pasca perceraian yang berupa nafkah

74
Muslim, S{ah}i>h} Muslim, Juz VI (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 245, dalam al-Maktabah asy-Sya>milah, Versi 2.11.
75
Al-Bukhari, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz VII (ttp.: tnp., t.t.), hlm. 422, dalam al-Maktabah asy-Sya>milah, Versi 2.11.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H 27


Muchammad Hammad

Iddah sebab talak. Kedua, ketentuan mengenai Nasution, Khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga)
nafkah iddah talak pada Hukum Keluarga Mus- Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum
lim (Indonesia, Malaysia dan Yordania) secara Perkawinan di Dunia Muslim: Studi Sejarah,
umum tidak ada perbedaan dengan yang Metode, dan Materi & Status Perempuan
terdapat pada fikih konvensional, hanya saja dalam Perunadang-undangan Muslim,
pada kadar nafkah yang dapat berubah sesuai Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA,
inflasi harga tidak terdapat dalam fiqih konven- 2009.
sional. ______, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi
Mengingat lebih menjaminnya ketentuan Terhadap Perundang-undangan Perkawinan
yang terdapat dalam UU Keluarga Malaysia Muslim Kontemporer di Indonesia dan
dan Yordania di dalam menjamin terpenuhi- Malaysia, Jakarta: INIS, 2002.
nya nafkah iddah sebagai hak perempuan pas-
Nawawi al-, Raudah at-Ta>libi>n wa ‘Umdah al-
ca perceraian, seharusnya pemerintah, dalam
Mufti>n, Juz III, ttp.: tnp., t.t.
hal ini pembuat kebijakan perundang-undang-
an, menelaah kembali atau mengkaji ulang Quda> m ah, Ibn, asy-Syarh } al-Kabi > r li Ibn
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Quda>mah, Juz IX, ttp.: tnp., t.t.
UUP dan KHI. Dengan demikian, diharapkan Rusyd, Ibn, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al-
kedua acuan hukum tersebut selanjutnya Muqtas}id, Juz II, ttp.: tnp., t.t.
dapat lebih menjamin terpenuhinya hak Sabiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Darul
perempuan pasca perceraian. Fikry, t.t.
Sahnu>n, al-Mudawwanah, Juz V, ttp.: tnp., t.t.
DAFTAR PUSTAKA
Samarqandi al, Tuh}fah al-Fuqaha>’, Juz II, ttp.:
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di
tnp., t.t.
Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo,
2004. Sarakhsi, al-Mabsu>t}, Juz VII, ttp.: tnp., t.t.

Bukha>ri al-, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz VII, ttp.: tnp., Sya>fi’i asy-, al-Umm, Juz V, ttp.: tnp., t.t.
t.t., hlm. 422. Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di
Hima>m, Ibn, Fath} al-Qadi>r, Juz IX, ttp.: tnp., Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan
t.t. Undang-Undang Perkawinan, Jakarta:
Kencana, 2006.
Islamic Family Law Enactment 1984 (Federal
Territories Act 303). Tihami, Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian
Fiqih Nikah Lengkap, cet. ke-2, Jakarta: PT.
Kas\ir, Ibn, Tafsi>r Ibn Kas\ir, Juz VIII, cet. ke-
RajaGrafindo Persada, 2010.
2, ttp.: Dar al-Tayyibah, 1999.
Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Himpunan Peraturan
Mahmood, Tahir, Personal Law in Islamic
Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,
Countries, New Delhi: Time Press, 1987.
Bandung: FOKUSMEDIA, 2005.
Mughniyah, Muhammad Jawad, al-Fiqh ‘ala> al-
Tirmiz\i at-, Sunan at-Tirmiz\i>, Juz III, ttp.; tnp.,
Maz\a>hib al-Khamsah, terj. Masykur A.B.
t.t.
dkk., cet. ke-3, Jakarta: Lentera, 2004.
UU Yordania No. 61 Tahun 1976.
Munawwir, A.W., Kamus al-Munawwir, Edisi
II, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997. Yanggo, Chuzaiman T. dkk., Problematika
Hukum Islam Kontemporer, cet. ke-1, PT.
Muslim, S}ah}i>h} Muslim, Juz VI, ttp.: tnp., t.t.
Pustaka Firdaus: Jakarta, 1994.
www.kejut.com/kbbimobile.

28 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 1, 2014 M/1435 H

Anda mungkin juga menyukai