Anda di halaman 1dari 10

Puisi akrostik, tipografi, mbling, haiku tanka, pantun, lirik, prosaic

Majas perumpamaan, kiaisan, personifikasi, hiperbola

1. Puisi haiku
BUKAN TAKDIR
Hampa hatiku
Semesta mengirimmu
Bukan untukku

2. Puisi tanka
BERTUMBUH DEWASA
Hidup berjalan
Bagai sungai mengalir
Tenggelamkanku
Dalam luka terdalam
Yang tidak terlupakan

3. Puisi pantun
LUKA DAN OBAT
1
Menorehkan baret di awak dengan cakar
Sembiluan awakku seperti awan kelabu
Afeksi ini begitu hancur
Dibuat lara sebab bunga hatiku

2
Menyebrangi kecil anak air menunggangi perahu
Ketimbang perahu mending pakai sampan
Nurani ini telah saudara buat sakit ngilu
Namun saudara teguh sebagai dambaan

4. Puisi prosaik (Perumpamaan dan kiasan)


KHALAYAK KEMARUK
Kisah bawang putih dan bawang merah
Dua puan bagaikan langit dan bumi. Satu cegak, lainnya terkutuk seperti batu.
Puan satu, bawang putih elok seperti mawar merekah indah. Puan dua, bawang merah elok
pula namun bengal bak partikelir
Puan satu beroleh waluh sebab menopang ninik, puan dua ingin waluh namun ia tak menopang
Menopang ninik dapatkan kenang-kenangan, tak menopang dapatkan ganjaran
Puan satu memenangi riasan, puan dua memenangi rintihan Puan dua pulih dari dosa, mohon
diri untuk dimaafkan

5. Puisi lirik (Majas personifikasi dan hiperbola)


FAJAR SENJA KELABU
Aspal jalanan menangis
Melihat masa depanmu yang teriris
Mencari recehan sampai meringkik menangis
Aku melihatmu dengan begitu perih bagaikan luka yang terkena air gerimis

Tidak semua manusia beruntung


Tak sedikit pula manusia hidup buntung
Kau hidup dengan keadaan kotor
Berbeda dengan mereka yang menjadi koruptor

Getar-getir hidup sudah kau rasakan


Pohon-pohon pun sudah mpenjadi teman
Hatimu sungguh berbesi bak luasnya air di lautan
Bagai jutaan pasang mata yang tak tertahankan

6. Puisi akrostik
SEBUAH PENYESALAN

Andai ku bisa putar waktu


Kuingin ungkapkan perasaan itu
Untukmu pria idamanku

Ribuan kenangan menyayat hatiku


Indah berjumpa namun itu hanya halu
Nama mu selalu ku sebut dalam do’a ku
Derai air terjun pun jatuh di pipiku
Untukmu, aku rindu

7. Puisi mbling
PENYAKIT SEBUAH NEGARA
Batuk, pilek, demam dan keadilan
Adalah penyakit yang menjangkit di masyarakat

8. Puisi piktograf
PELANGI

Selepas hujan yang


mengguyur seharian aku
tersenyum akan sebuah
keindahan di atas langit
terlihat sebuah kesatuan
berwarna merah jingga
kuning hijau biru nila
ungu
9. Puisi tanka
CINTA BUTA
Jangan ditanya
Jika sedang cemburu
Jangan salahkan
Andai ia kecewa
Cinta menguasai

10. Puisi lirik (Majas personifikasi dan Hiperbola)


WANGI HUJAN
Di waktu sore saat hujan
Air berbicara namun sulit disuarakan
Banyak dan begitu pesatnya
Menciumi keseluruhan jagat raya alam semesta
Membasahi tanah yang kering hingga wangi
Aroma tanah yang dihasilkannya menenangkan tak karuan
Hampir kafir masing-masing sukma menyukainya

11. Puisi lirik (Majas Personifikasi dan Hiperbola)


RINDU MENJELANG
Sepoi angin berbisik tipis-tipis
Padaku bunga-bunga tersenyum manis
Sinar mentari telah membakar kulit lembutku
Waktu itu siang menjelang sore ku teringatmu
Mengenang senyummu yang begitu sunyi
Atau matamu yang begitu bercahaya
Hatimu yang baik, bahkan malaikat pun kalah baiknya
Manisku, penenang dan penyenang hatiku
Di sore ini, aku tekun merindumu

12. Puisi lirik (Majas Personifikasi dan Hiperbola)


TENANG WANGI TANAH
Di waktu sore awan menangis, sesaat itu turun hujan
Tangis awan disusul teriakan marah guntur
Menggelegar membelah cakrawala tak karuan
Air hujan turun begitu deras dan pesat tak teratur
Menyerbu semesta
Membasahi tanah yang kering hingga wangi
Aroma tanah kering mendekapku
Menenangkan hati dan pikiranku

13. Puisi lirik (Majas Personifikasi dan Hiperbola)


ENGKAU TERKADANG
Terkadang
Engkau sedih dikala awan menangis
Terkadang
Karna ia sang dambaan hati, hatimu teriris
Tangismu telah membanjiri bumi
Suara tangismu menggelegar, membelah langit dan bumi
Kau berharap rindu ini masih bisa disemai
14. Puisi lirik (Majas Personifikasi dan Hiperbola)
MANGUAN DIRI
Kabut menyapa saat aku termangu
Dingin dini hari seperti aku dipeluk oleh gumpalan salju
Jiwaku diamuk sepi di pagi yang masih terlalu dini
Sunyi berbunyi namun ia sembunyi

Aku mengingatmu
Indah kata-katamu bersemayam di hati dan otakku
Suara lembutmu menggelegar hingga terdengar ke bukit bumi
Hanya engkau pecinta sejati
Yang dapat mencintai tanpa harap kembali di cintai
Aku selalu melihat surga
Setiap kali mendengar nasihatmu

15. Puisi lirik (Majas Personifikasi dan Hiperbola)


CINTA
Bulan di malam hari tersenyum senang dengan gelapnya
Matahari tertawa ceria dengan cerahnya
Sedang aku tenang dengan cintaku
Cinta yang tak pernah terkotori oleh noda

Sebab pisah adalah kisah


Beribu lembah sudah kulalui untuk mencari pengganti
Namun tak pernah ada
Kita adalah sama
Percaya lagu lama
Cinta tak mesti bersama
16. Puisi prosaic (Perumpamaan dan Kiasan)
KERING
Indahnya bunga di taman sebrang
Bagaikan bunga di taman negeri Edensor
Sejuknya udara yang terhirup
Sesejuk belaian sang ratu embun
Merah, ungu, putih dan warna-warni
Segera ingin ku memetik nya
Membawanya pulang, menjadi hiasan
Menikmati aromanya sepanjang malam
Tapi apa yang sedang kubayangkan?
Di mana dapat kutemukan taman Edensor dinegeri ini?
Tak ada kawan, semuanya hanya kering
Bunga warna-warni itu sudah mati, kena polusi

17. Puisi Prosaik (Perumpamaan dan Kiasan)


DAMPAK KERASNYA DUNIA
Tak ada yang lebih menyakitkan bagaikan di PHK

Yang membuat orang- orang menderita

Bagaikan kehilangan sumber hidupnya saja

Dan tentunya, hilanglah juga penghasilannya

Demokrasi memberi kita kebebasan dan keadilan

Namun, didunia yang penuh dengan kapitalisme ini

Demokrasi tak dapat membantumu dari PHK


Pengangguran sungguh sangat menderita

Bagaikan kehilangan nyawa

18. Puisi Prosaik (Perumpamaan dan Kiasan)

GEMERLAP BINTANGKU

Aku tersesat diantara kefanaan dunia

Suram dan haus akan pendidikan

Aku berjalan diatas ketidaktauan

Tentang segala hal yang berputar dihidupku

Namun manusia baik datang bagaikan malaikat namun tak bersayap

Menyinari semua relung pengetahuan

Membasmi dan menumpas kebodohan

Hingga sedikit demi sedikit aku mulai memahami

Memahami tentang berbagai sendi kehidupan

19. Puisi Prosaik (Perumpamaan dan Kiasan)

GERIMIS PILU

Rintik sendu hujan dingin dari atap rumah

Bagaikan bersamayam di kutub utara

Membangunkan gadis kecil, mengajaknya kedinginan

Seperti dinginnya rasa yang dibawa sedih kala itu


Namun kali ini ia berlebihan

Kubilang rintik hujan dari atap rumah

Tapi bukan rumah seperti bayanganmu

Karena rumah gadis kecil itu adalah aspal jalan

Mungkin, hujan malam hari seperti anugerah bagimu

Membuatmu nyaman dengan selimut tebal

Tapi, sama sekali tidak untuk gadis malang

Hujan malam hari adalah hal yang menyakitkan

Membawa ia pada kenangan buruk hilang keluarganya

Membuat basah kardus tempat gadis kecil itu untuk beristirahat

20. Puisi Prosaik (Perumpamaan dan Kiasan)

CINTA PERTAMA

Indahnya muara kasih sayang yang tak terbendung

Nian suci serta murni, tak tersentuh apapun

Dalam hati selalu terpatri dengan rapi

Adakalanya engkau tak mengetahui itu apa

Ayah! Kasih sayang yang kadang tak nampak

Yang tertutupi oleh sangar sikapnya

Untuk anak- anaknya yang lemah lembut

Ia bagaikan matahari yang selalu menghangatkan

Anda mungkin juga menyukai