Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENERAPAN TERAPI OKUPASI TERHADAP

TINGKAT STRES PADA LANSIA

Ni Putu Widari*, Maria Eugensiana Taji**


Email:putu.widari@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Terapi okupasi pada lansia merupakan salah satu alternatif non farmakologi yang
mudah dilakukan, mudah dibuat dan mudah digunakan tetapi memberikan manfaat yang besar
dalam menurunkan stres. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan terapi
okupasi terhadap penurunan stres pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain penelitian bersifat pra – experimental (one – grup pre – post
test desing). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penghuni Panti Werda Usia Anugrah
Surabaya,yang berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel digunakan dengan cara Probality
sampling (simple random sampling), dengan jumlah sampel 19 orang. Pengumpulan data penelitian
ini menggunakan observasi tingkat stres dengan skala Holmes dan Rahe.variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) adalah terapi okupasi dan variabel terikat
(dependen) tingkat stres. Hasil: Sebelum dilakukan terapi okupasi 19 (100%) responden memiliki
tingkat stres dengan kategori sedang, setelah dilakukan terapi okupasi 8 (42%) responden tingkat
stres rendah, sedangkan 11 (58%) responden masih dalam kategori stres sedang. Analisa data yang
digunakan yaitu dengan uji wilcoxon, hasil yang diperoleh adalah p = 0,005 dengan nilai
(p<0,005), yang berarti ada pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap tingkat stres pada lansia di
Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Diskusi: Sejauh ini banyak orang tua belum mengetahui
terapi untuk menurunkan tingkat stres pada dirinya, dengan adanya terapi okupasi, seseorang
dibantu untuk mengatasi atau menghindari tingkat stres yang berkepanjangan.
Kata Kunci : Lansia, Stres, Terapi Okupasi.

ABSTRACT
Introduction: Occupational therapy in the elderly is one of the non-pharmacological alternatives
are easy to do, easy to make and easy to use but offer significant benefits in reducing stress. The
purpose of this study was to determine the effect of the application of occupational therapy is to
decrease the stress on the elderly in Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Methods: This study
uses a study design is a pre - experimental (one - group pre - post test desing). The population in
this study are all inhabitants of Panti Werda Usia Anugrah Surabaya, which numbered 20 people.
Sampling is used in a way probality sampling (simple random sampling), with a sample of 19
people. The collection of data through observation of this study stress levels by Holmes and
Rahe.variabel scale used in this study is the independent variable (independent) is occupational
therapy and the dependent variable (dependent) stress levels. Results: Prior to occupational
therapy 19 (100%) of respondents have moderate stress levels by categories, occupational therapy
after 8 (42%) of respondents low stress levels, while 11 (58%) of respondents are still in the
category of moderate stress. Analysis of the data used is the Wilcoxon test, the results are obtained
with a value of p = 0.005 (p <0.005), which means that there is the influence of the application of
occupational therapy on the level of stress in the elderly in Panti Werda Usia Anugrah Surabaya..
Discussions: So far many parents do not know the therapy to decrease the level of stress on him,
in the presence of occupational therapy, a person is helped to overcome or avoid prolonged stress
level.

Keywords: Elderly, Stress, Occupational Therapy.

1
PENDAHULUAN organisme tersebut untuk beradaptasi
terhadap stresor agar dapat bertahan. Stresor
Tahapan menjadi dewasa merupakan merupakan stimuli yang mengawali atau
tahap tubuh mencapai titik perkembangan memicu perubahan yang menimbulkan stres,
yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai jika lansia tidak bisa mengatasi atau
menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah menyesuaikan diri terhadap perubahan –
sel – sel yang ada dalam tubuh, sebagai perubahan yang terjadi pada masa tua, maka
akibatnya, tubuh juga akan mengalami lansia tersebut akan memikirkan dan
penurunan fungsi secara perlahan – lahan memiliki persepsi yang buruk dan muncul
itulah yang dikatakan sebagai proses penuaan gejala – gejala seperti pusing, mudah lelah,
(Constantinides,2008). Proses menua (aging) sulit tidur, dan lain sebagainya.
adalah proses alami yang disertai adanya Menurut data Word Health
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun Organization (WHO), Indonesia dengan
sosial yang saling berinteraksi satu sama lain jumlah lansianya menduduki urutan ke – 18.
(Ponto,Bidjuni,Karundeng,2015). Lansia Dinegara maju seperti Amerika serikat
adalah tahap akhir perkembangan pada daur pertambahan lansia diperkirakan 1.000 per
kehidupan manusia (R.Siti Maryam, Mia F. hari,pada tahun 2001 berdasarkan hasil
Ekasarid,2008). Menurut UU No.13 tahun penelitian Kinsella dan Velkof, bahwa
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa sepanjang tahun 2000, populasi dunia
lansia adalah seseorang yang telah mencapai tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan
usia ≤ 60 tahun. Dikatakan lansia atau (Papalia,2008: 843), dan diperkirakan lebih
menjadi tua ditandai dengan adanya dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada
perubahan yang terlihat sebagai gejala – saat itu terdapat lebih dari 800 juta orang
gejala perubahan fisik, antara lain kulit mulai berusia diatas 65 tahun, dua pertiga dari
mengendur, timbul keriput rambut beruban, mereka berada di negara berkembang
gigi mulai ompong, pendengaran dan (Papalia, 2008: 843). DiIndonesia jumlah
penglihatan mulai berkurang, mudah lelah, lansia mengalami peningkatan dari tahun
gerakan lamban dan kurang lincah, serta 2000 sebanyak 15.262.199 jiwa dengan
terjadi penimbuanan terutama diperut dan prosentase 7,28%, tahun 2005 menjadi
pinggul. Perubahan psikologis yang sering 17.767.709 jiwa dengan prosentase 7,97%,
dijumpai lansia antara lain perasaan yang dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi
tidak berguna, mudah sedih, insomnia, stres, 19. 936.895 jiwa dengan prosentase 8,48%,
depresi, ansietas dan dimensia. Dari beberapa (Padila,2013), dan jumlah lansia yang berada
masalah tersebut stres merupakan salah satu di Jawa timur adalah 4.113.847 orang atau
faktor yang paling tinggi untuk memicu sekitar 11 % dari total penduduk Jawa timur
kegagalan seseorang dalam mempertahankan (Birohumas.jatimprov,2015),di kota
keseimbangan terhadap suatu kondisi. Stres Surabaya jumlah lansia sekitar 300 ribu
adalah respon adaptif dipengaruhi lansia, atau 10 % dari total penduduk
karakteristik individual atau proses psikologi, Surabaya. Hasil wawancara yang telah
yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau dilakukan penulis kepada pengurus Panti
kejadian eksternal yang menyebabkan werda Anugrah didapatkan data dari 20
perubahan fisik dan psikologis terhadap lansia, 12 diantaranya kadang masih aktif
seseorang (Ivancevich dan Matteson,1980 dalam mengikuti kegiatan yang ada di panti
dalam Kreitner dan Kinicki,2004). werda seperti doa bersama setiap sore di
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur panti, penuh semangat saat ditanyakan hobi
harapan hidup yang semakin meningkat dari atau kegemaran semasa muda, masih merasa
tahun ketahun, hal tersebut membutuhkan mampu dan mandiri dalam menyelesaikan
upaya pemeliharaan serta peningkatan dalam pekerjaan atau aktivitasnya (mandi, makan,
rangka mencapai masa tua yang sehat, minum, BAB, BAK) walaupun sebenarnya
bahagia, berdaya guna dan produktif (Pasal membutuhkan bantuan pengurus panti
19 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan). ,terkadang tidak lansia selalu berpikiran
Menurut Claude Bernad, 1867 (Potter dan negatif dalam menanggapi keadaan yang
perry,1997) perubahan dalam lingkungan dilihatnya, selalu mengeluh atau murung jika
internal dan eksternal dapat menggangu sedangkan memikirkan sesuatu, sedangkan 6
fungsi organisme sehingga penting bagi lansia yang lain selulu merasa cemas dan

2
takut, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan Jenis kegiatan yang dapat dilakukan dari
yang ringan dan sederhana, sering mengalami terapi okupasi adalah latihan gearak badan,
gangguan pencernaan, selalu menyendiri di olah raga, kerapian pribadi, pekerjaan sehari
kamar, murung, sering bersedih, dan sering – hari (mengajarkan merapihkan tempat
panik jika tidak pengurus sedang keluar panti tidur, melipat baju sendiri, menyapu atau
untuk melakukan kegiatan diluar panti. menata kamar), selain itu terapi juga
Setiap orang pernah mengami stres, mengajarkan seni (tari, musik, atau drama),
dan orang normal dapat beradaptasi dengan diskusidengan topik tertentu, berita, surat
stres jangka panjang atau stres jangka pendek bakar, televisi, kedaan lingkungan
sehingga berlalu. Stres adalah bentuk (Muhaj,2009).
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun Stres yang terjadi pada lansia harus
mental. Bentuk ketegangan ini segera diatasi dan secepatnya untuk dicegah,
mempengaruhi kinerja keseharian seseorang, karena jika ditangani dengan cepat, maka
bahkan stres dapat membuat produktivitas akan menyebabkan kematian. Dalam
menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mengatasi dan menurunkan stres yang terjadi
mental. Sumber stres disebut dengan stresor pada lansia pengobatannya tidak harus
dan ketegangan yang di akibatkan karena mahal. Terapi Okupasi pada lansia
stres, disebut strain. Stres dapat merupakan salah satu alternative non
menyebabkan perasaan negatif atau yang farmakologi yang mudah dilakukan, mudah
berlawanan dengan apa yang diinginkan atau dibuat dan mudah digunakan tetapi
mengancam kesejahteraan emosional. memberikan manfaat yang besar dalam
Sumber stresor dapat berasal dari internal menurunkan stres. Adapun beberapa tujuan
(diri sendri) dan ekstrernal (keluarga, dari terapi okupasi adalah sebagai berikut:
masyarakat, dan lingkungan), (A.Aziz Alimul menciptakan kondisi tertentu sehingga klien
H,2006). Stres berat dapat menyebabkan dapat mengembangkan kemampuan untuk
seseorang lumpuh bahkan sampai pada dapat berhubungan dengan orang lain dan
kematian, karena merasa tidak bahagia seolah masyarakat sekitarnya, membantu klien
– olah tidak lagi berdaya atas dirinya (Tay melepaskan dorongan emosionalnya secara
Swee Noi dan Peter J.Smith,1991). Tingkat wajar, membantu klien untuk menemukan
stress lansia berarti pula tinggi rendahnya kegiatan yang sesuai bakat dan kondisi klien,
tekanan yang dirasakan atau dialami oleh membantu dalam pengumpulan data, terapi
lansia sebagai akibat dari stresor berupah khusus untuk mengembalikan fungsi fisik,
perubahan – perubahan baik fisik, mental, meningkatkan gerak sendi, otot, dan
maupun sosial dalam kehidupan yang lansia koordinasi gerakan, mengajarkan aktivitas
alami. Penilaian individu terhadap stresor sehari – hari (ADL) seperti makan,
akan mempengaruhi individu untuk berpakaian, berbelanja, menggunakan alat
melakukan tindakan pecegahan terhadap tertentu,dan lain – lain, membantu klien
stresor yang membuat stres (Safari dan untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan
Saputra, 2009). Menurut peneliti Graff rutin ditempat tinggalnya (rumah, panti, dll).
(2007) salah satu cara dalam pengembalian Hal ini dilakukan sebagai bentuk peran
fungsi mental seseorang atau pada lansia perawat dalam meminilmalkan angka
adalah dengan menggunakan terapi okupasi. kejadian kasus peningkatan stres dari setiap
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan tahunnya yang terus meningkat. Dari
seni pengarahan partisipasi seseorang untuk fenomena tersebut menjadi dasar perlu
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah dilakukan penelitian untuk mengetahui
ditentukan dengan maksud untuk sejauh mana pengaruh penerapan terapi
memperbaiki, memperkuat, meningkatkan okupasi terhadap penurunan stress pada
kemampuan, serta mempermudah belajar lansia
keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam
proses penyesuaian diri dengan lingkungan. METODE
Selain itu terapi ini juga dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi atau memperbaiki Desain penelitian merupakan
ketidaknormalan (kecacatan), serta rencana penelitian yang disusun sedemikian
memelihara dan meningkatkan derajat rupa sehingga peneliti dapat memperoleh
kesehatan (Setyoadi dan Kushariyadi,2011). jawaban terhadap pertanyaan penelitian

3
(Setiadi,2007). Berdasarkan tujuan pada pukul 09.00 WIB – selesai. Makan
penelitian, rancangan penelitian yang siang pada pukul 12.00 WIB, makan malam
digunakan dalam penelitian ini adalah pada pukul
kul 18.00 WIB.Setiap hari senin dan
one – grup pre
bersifat pra – experimental (one selasa dilakukan doamalam setelah makan
– post test desing).). Tujuan dari penelitian malam selesai.Pukul 21.00 WIB semua
ini adalah menggungkapkan hubungan anggota masuk ke kemar masing – masing
antara pengaruh penerapan terapi okupasi dan bersiap untuk tidur. Tidak ada
terhadap tingkat stres dengan cara terdapatnya kegiatan yang berhubungan
melibatkan satu kelompok
ompok subjek yaitu dengan terapi aktivitas atau ter
terapi okupasi di
lansia Panti Werda Usia Anugrah Surabaya, oleh
Pada penelitian ini populasinya adalah karena itu peneliti melakukan terapi okupasi
lansia yang mengalami stres di panti Werda yaitu membuat bingkai foto dari dus,
Usia Anugrah Surabaya yang mengalami merangkai bunga, origami, menyulam
stres sebanyak 20 orang. Pada penelitian ini kegiatan ini peneliti mlakukannya dalam
sampel yang diambil dari sebagian lansia seminggu. Setiap anggota maupun pengurus
yang mengalami stres di panti Werda Usia panti
ti mendapatkan fasilitas kesehatan dengan
Anugrah Surabaya 19 orang. Pengumpulan cara pengurus panti mengantar anggota panti
data adalah suatu proses pendekatan yang sakit untuk pergi ke salah satu rumah
terhadap subjek dan proses pengumpulan sakit swasta di Surabaya, sedangkan bagi
karakteristik subjek yang diperlukan dalam anggota panti yang sakit parah pengurus
suatu penelitian (Nursalam,2008). Pada panti akan mendatangkan dokter untuk
penelitian ini para responden dilakukan diperiksa.
intervensi
ervensi terapi okupasi selama 1 minggu
(10 – 30 menit saat jam kegiatan panti), Data Umum
sebelum intervensi dilakukan para Distribusi responden berdasaran jenis
responden terlebih dahulu dikaji tentang kelamin
berapa kali responden melakukan kegiatan
yang digemari atau hobi dari responden
selama 1 minggu (pra test atau observasi
sebelum tindakan), berikutnya dilakukan Laki-laki
intervensi terapi okupasi selama 1 minggu 100% Perempuan
(10 – 30 menit selama kegiatan panti),
setelah dilakukan intervensi kemudian
dilakukan observasi perbedaan tingkat stres
masing – masing responden per harinyahar
(post test atau observasi setelah dilakukan Gambar 1. Diagram Pie distribusi responden
tindakan), kemudian masukan kedalam berdasarkan jenis kelamin di Panti Werda
tabel observasi. Apabila data pre dan post Usia Anugrah, Surabaya, Maret 2016, dapat
terapi okupasi sudah terkumpul seluruhnya diketahui responden seluruhnya berjenis
maka akan dilakukan uji wilcoxon untuk kelamin perempuan (100%).
menentukan adanya pengaruh atau tidak.
Distribusi responden berdasarkan umur
HASIL
21% 16%
Gambaran umum lokasi penelitian 59 – 69 tahun
Di Panti Werda Usia Anugrah,
70 – 89 tahun
kegiatan yang dilakukan setiap harinya 63%
adalah semua anggota panti wajib mengikuti >90 tahun
doa pagi pada pukul 05.00 WIB. Setelah doa
pagi selesai pengurus panti membantu
penghuni atau anggota panti untuk membantu
membersihkan kamar,mandi, berolah raga.
Makan pagi dilakukan pada pukul 08.00 Gambar 2. Diagram pie distribusi
WIB. Jam berkunjung bagi anggota keluarga responden berdasarkan umur di Panti
maupun dari organisasi lainnya dilakukan

4
Werda Usia Anugrah Surabaya, Data Khusus
Maret 2016, dapat diketahui Distrisbusi data mengetahui hasil terapi
responden terbayak berumur 70 – 89 okupasi terhadap tingkat stres pada lansia di
tahun dengan jumlah responden Panti Werda Anugrah Surabaya.
sebanyak 12 orang (63%).
Hasil tingkat
ngkat stres sebelum dilakukan terapi
Distribusi Responden Berdasarkan okupasi
Pendidikan

11% SD 1 Tidak
Signifikan
SMP 2 Rendah
100%
89% SMA 3 Sedang

Perguruan
Tinggi

Gambar 3 Diagram distribusi


reponden berdasarkan pendidikan di Pantai Gambaran diagram pie 5 Distribusi
Werda Usia Anugrah Surabaya, Maret 2016 data sebelum dilakukan terapi okupasi
dapat diketahui responden sebagian besar terhadap tingkat stres, Maret 2016,
pendidikan terakhirnya SD dengan jumlah didapatkan data bahwa seluruh responden
responden sebanyak
ebanyak 17 orang (89 %). sebelum dilakukan terapi okupasi memilki
kriteria stres sedang
dang sebanyak 19 orang
Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan (100%).

Hasil tingkat stres sesudah dilakukan


Terapi Okupasi
16% PNS
21%
Wirausaha
32% 31% 1 Tingkat
Signifikan
Swasta
42% 2 Rendah

Tidak 58%
Bekerja 3 Sedang

4 Tinggi

Gambaran 4. Diagram Pie distribusi


responden berdasarkan pekerjaan sebelum
masuk di Panti Werda Usia Anugrah
Surabaya, Maret 2016, dapat diketahui bahwa Gambaran diagram pie 6 distribusi
sebagian besar pekerjaan lansia sebelum
sebelu data sesudah dilakukan terapi okupasi
masuk Panti WerdaUsia Anugrah Surabaya terhadap tingkat stres, April 2016, didapatkan
adalah swasta 6 orang (32%) dan wirausaha 6 data ada beberapa yang menonjol yaitu
orang (31%). responden setelah dilakukan terapi okupasi
didapatkan tingkat stres sedang mengalami
penurunan adalah 11 orang (58%).

5
Hasil tingkat stres sesudah dilakukan berjenis kelamin perempuan 19 orang
Terapi Okupasi (100%). Menurut Woman Health, 2009
Tabel 1. Data distribusi frekuensi tingkat bahwa stres pada perempuan ditemukan 3
stres sebelum dan sesudah terapi okupasi, kali lebih banyak dibandingkan sters pada
Maret 2016 laki – laki. Hal ini disebabkan oleh faktor
biologis, yaitu neurotransmitter serotonin
Terapi yang berpengaruh terhadapa terjadinya stres
Okupasi pada seseorang, dimana otak laki – laki dan
Sebel Prose Sesu Prose perempuan memiliki kemampuan yang
um ntasi dah ntasi berbeda dalam menghasilkan hormone
Tingkat serotonin. Pada keadaan normal otak laki –
stres laki dan perempuan mempunyai kadar
Tidak 0 0% 0 0% serotonin yang seimbang, namun otak laki –
Signifik laki lebih cepat 52 % dari otak perempuan
an dalammenghasilkan serotinin, hal inilah yang
Rendah 0 0% 8 42% menjadi penyebab perempuan lebih cepat
Sedang
19 100% 11 58% mengalami stres, jika dikaitkan antara fakta
Tinggi 0 0% 0 0% dan teori hal ini terjadi karena seluruh
responden yang berada di Panti Werda Usia
TOTAL 19 100% 19 100%
Anugrah adalah lansia yang berjenis kelamin
Hasil Uji Wilcoxon : p = 0,005
perempuan, yang sudah tidak bekerja, yang
aktivitasnya dalam panti hanya makan,
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
nonton TV, berdoa. Karena aktivitas yang
bahwa hasil penelitian di Panti Werda Usia
kurang inilah yang menyebabkan
AnugrahSurabaya responden yang
menurunnya kadar serotonin dalam otak
mengalami stres sebelum dilakukan terapi
sehingga lansia tersebut mengalami stres.
okupasi sebanyak 19 orang (100%), dengan
Berdasarkan diagram 2 jumlah
kategori tingkat stres sedang. Kemudian
responden yang banyak adalah umur 70 – 89
setelah dilakukan terapi okupasi ditemukan
tahun sebanyak 12 orang (63%), dan
responden yang masuk kedalam kategori
responden yang paling sedikit yaitu umur 59
tingkat stres yang rendah menjadi 8 orang
– 69 tahun sebanyak 3 orang (16%). Menurut
(42%).
Tamber, S – Noorkasiani, 2009 semakin
bertambahnya umur manusia akan terjadi
PEMBAHASAN proses penuaan secara regeneratif yang
berdampak pada perubahan – perubahan pada
Tingkat Stres Sebelum Dilakukan Terapi diri manusia tidak juga hanya perubahan fisik
Okupasi tetapi juga perubahan kognitif, perasaan
Pada hasil penelitian berdasarkan 1
sosial,dan sexsual, lansia juga akan
tentang distribusi data tingkat stres sebelum
mengalami berbagai masalah fisik, mental,
dilakukan terapi okupasi. Seluruh responden
sosial, dan psikologis. Salah satu masalah
memiliki tingkat stres sedang dengan jumlah
psikologis yang dialami lansia adalah stres
responden 19 orang (100%). Menurut
dan dengan bertambahnya usia seseorang,
Sunaryo, 2004 Stres adalah gangguan pada
semakin siap pula dalam menerima cobaan,
tubuh dan pikiran pada seseorang yang
jika dikaitkan antara teori dan kasus nyata
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
maka akan diketahui semakin tua umur
kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan
seseorang, maka orang tersebut akan
maupun penampilan individu di dalam
mengalami banyak perubahan, entah itu
lingkungan. Stres pada lansia dipengaruhi
perubahan yang dialami diri sendri atau yang
oleh berbagai faktor dengan tinggi rendahnya
terjadi dilingkungannya atau orang
tekanan yang dirasakan atau dialami oleh
terdekatnya yang membuat tingkat stres lebih
lansia sebagai akhibat dari stressor berupa
tinggi terjadi pada usia lanjut atau lansia.
perubahan – perubahan baik fiik, mental,
Pada penelitian ini responden paling
maupun sosial dalam kehidupan lansia.
banyak memiliki tingkat pendidikan rendah
Berdasarkan diagram 1 yaitu jenis
yaitu sekolah dasar (SD) sebanyak 17 orang
kelamin yang keseluruhan respondennya
(89 %). Menurut Stuart dan Studden, 2010

6
Pendidikan yang rendah akan menyebabkan tingkat rendah sebanyak 8 orang (42%). Hasil
orang tersebut mudah mengalami kcemasan tersebut menunjukan bahwa terjadi
dan stres yang berlebihan, tingkat pendidikan penurunan tingkat stres setelah dilakukan
merupakan hal yang terpenting dalam terapi okupasi. Menurut Dalami Ermawati
menghadapi masalah. Semakin tinggi (2010) bahwa terapi okupasi adalah kegiatan,
pendidikan seseorang, memakin banyak aktivitas atau pekerjaan yang dilaksanakan
pengelaman hidup yang dilaluinya, sehingga oleh klien bukan hanya sekedar memberi
akan lebih siap dalam menghadapi masalah kesibukan pada klien saja, akan tetapi
yang terjadi, jika dikaitkan antara teori dan kegiatan yang dilakukan dapat menyalurkan
kasus nyata maka semakin rendah tingkat bakat dan emosi klien, mengarahkannya ke
pendidikan atau yang berpengetahuan kurang suatu pekerjaan yang berguna sesuai
luas semakin susah bagi seseorang tersebut kemampuan dan bakat serta meningkatkan
untuk mendapatkan pikiran yang rasional dan produktifitasnya, hal ini disebabkan aktivitas
logis, sehingga dapat dikatakan pengetahuan yang digunakan dalam terapi okupasi sangat
para responden sangat minim oleh karena itu dipengaruhi oleh konteks terapi secara
mereka menerima masukan dari orang yang keseluruhan, lingkungan, sumber yang
berpendidikan lebih tinggi akhibatnya para tersedia, dan juga oleh kemampuan orang
responden dapat menyakini bahwa terapi yang melakukan terapi sendiri (pengetahuan,
okupasi yang dilakukan responden mampu keterampilan, minat, dan kreativitasnya).
menurunkan tingkat stres yang dialami. Hal Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat menunjukan bahwa para responden dikaitkan dengan teori diatas maka
sangat kooperatif dengan tindakan yang didapatkan bahwa terapi okupasi
dilakukan oleh peneliti. berpengaruh pada tingkat stres pada lansia,
Pada penelitian ini sebagian besar responden seluruhnya mengalami penurunan
responden, sebelum masuk panti memiliki tingkat stres tetapi masih dalam kategori
pekerjaan swata 6 orang (31 %) dan sedang sebanyak 11 orang (58 %) dan yang
wirausaha 6 orang (32 %). Tuckman dan mengalami penurunan kategori rendah
Lorge dalam Taher & Noorkasiani (2009), sebanyak 8 orang (42%), hal ini disebabkan
menemukan bahwa pada waktu menginjak oleh pelaksanaan terapi okupasi yang benar
usia pensiun (65 tahun). Dinyatakan bahwa dan tepat yaitu selama 7 hari (10 – 30
diantara pekerjaan – pekerjaan usia 55 tahun menit/hari) sehingga dapat membuat lansia
keatas yang mempunyai penghasilan merasa berguna dengan kreatifitas yang
berkecukupan keinginan untuk segera dibuatnya, namun keberhasilan terapi okupasi
pensiun berbanding terbalik dengan variasi, yang penulis lakukan pada responden tidak
otonomi dan tanggung jawab yang terkait lepas dari kepatuhan responden dimana
dengan pekerjaannya. Dengan bekerja responden benar – benar percaya bahwa
seseorang dapat menghilangkan kebosanan tindakan ini dapat membantu proses
dan bersosialisasi, sehingga dapat penurunan tingkat stres pada responden,
mengurangi stres. Stress yang timbul dapat sehingga pengetahuan tentang terapi okupasi
muncul dari rasa bosan serta terhadap tingkat stres sangat minim oleh
ketidakberdayaan, jika dikaitkan antara kasus sebab itu responden menaruh kepercayaan
nyata dan teori apabila seorang bekerja dan yang sangat besar kepada peneliti dan
mendapatkan penghasillan maka orang responden merasa nyaman sehingga diyakini
tersebut akan merasa berguna bagi orang lain, mampu menurunkan tingkat stres yang
khususnya bagi dirinya sendri, sedangkan dialami, disisi lain juga dukungan juga
jika tidak bekerja orang tersebut akan merasa kepercayaan dari pengurus panti terhadap
tidak berdaya dan menggatungkan diri pada proses kegiatan bagi anggota panti sanagt
orang lain, dan kegiatan yang dilakukan juga besar dimana pengurus panti kooperatif
sedikit sehingga menimbulkan rasa bosan dan dengan tindakan yang dilakukan oleh
dapat membuat orang tersebut stres. peneliti.

Tingkat Stres Setelah Dilakukan Terapi Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi


Okupasi Terhadap Tingakat Stres
Berdasarkan tabel 2 responden yang Berdasarkan data distribusi tabel
mengalami perubahan menjadi kategori stres dapat diketahui bahwa semua responden

7
yang diteliti memilki kategori tingkat stres aktivitas keagamaannya dengan perasaan
sedang sebelum dilakukan terapi okupasi yang tenang, menerima kondisi atau
sebanyak 19 orang (100%) dan setelah keberadaanya kehilangan orang yang
dilakukan terapi okupasi didapatkan semua dicintainya dengan rasa iklas. Menurut
responden mengalami penurun tetapi masih Sampao (2005) kesendirian di hari libur
dalam kategori sedang 11 orang (58 %) dan adalah masa dimana seseorang meluangkan
yang masuk kedalam kategori rendah waktu untuk bebas dari segala aktivitas
sebnyak 8 orang (42%). Berdasarkan uji pekerjaan pada saat hari raya,atau hari libur
statistik wilcoxon yang didapatkan, bahwa lainnya, terkadang masa ini seseorang merasa
nilai p < 0,05 sedangkan hasil yang diperoleh tidak diperhatikan oleh orang disekitarnya,
yaitu p = 0,005 dengan demikian H0 ditolak serta tidak ada seseorang tempat berbagi rasa
dan H1 diterima yang memiliki arti ada pengelaman jika dikaitan dengan kesendirian
pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap di hari libur pada item masalah atau kejadian
tingkat stres pada lansia di Panti Werda Usia yang dialami oleh lansia di panti werda,
Anugrah Surabaya. sebagian besar lansia pada saat hari raya atau
Berdasarkan hasil penelitian yang liburnya lainnya merasakan kesendirian di
dilakukan peneliti, dari item – item masalah panti karena tidak memiliki lagi sanak
atau kejadian yang dialami menurut skala keluarga untuk di datangi saat libur, sehingga
Holmes dan Rahe, ada beberapa item yang merka hanya berada di panti, dengan aadanya
mengalami perubahan diantaranya adalah terapi okupasi, maka lansia dapat mengisi
perubahan pola tidur, perubahan pola ktivitas waktu liburannya dengan melakukan
keagamaan,sendirian di hari libur, perubahan kegiatan – kegiatan yang telah diajarkan
kondisi tempat tinggal. Menurut Alimul, aziz peneliti sebelumnya untuk mengurangi rasa
(2012) kebutuhan tidur pada tingkat bosan dan jenuh lansia akhibat
perkembangan masa dewasa tua yaitu 6 kesendiriannya di hari libur.
jam/hari,dengan tujuan dan fungsi tidur untuk Secara umum dengan bertambahnya usia
menjaga keseimbangan mental, emosional, akan menurunkan kekuatan dan kualitas fisik
kesehatan, dan mengurangi stres, jika juga psikologis. Stres merupakan bentuk
dikaitan dengan teori dan kasus nyata ketegangan fisik, psikis, emosi maupun
sebelum dilakukan terapi okupasi lansia di mental. Bentuk ketegangan ini
panti hampir keseluruhan mengalami susah mempengaruhi kinerja keseharian seseorang
tidur hal ini dikarenakan mindset bahwa saya terlebih khusus terjadi pada orang tua.Sejauh
tidak bisa tidur, dan ada rasanya cemas ini banyak orang tua yang belum mengetahui
memikirkan hari tuanya, dan setelah terapi untuk menurunkan tingkat stres yang
dilakukan terapi okupasi lansia diberi arahan, ada pada dirinya. Terapi okupasi dapat
jika susah tidur lansia dapat melakukan slah dilakukan dengan cara non farmakologi,
satu jenis kegiatan terapi okupasi yang telah dengan mengamati dan mengevaluasi pasien
peneliti ajarkan (merangkai bunga) yang waktu mengerjakan suatu aktivitas dan
nantinya dapat memancing rasa ngatuk untuk dengan menilai hasil pekerjaan dapat
segera beristirahat. Pada perubahan aktivitas memnetuhkan arah terapi dan rehabilitasi
keagamaan menurut Alimul, Aziz (2012), selanjutnya dari pasien tersebut. Penting
menjelaskan bahwa adanya macam – macam untuk diingat terapi okupasi tidak untuk
distress spiritual, salah satunya adalah menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media,
spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima dengan dilakukannnya terapi okupasi
kehilangan dari orang yang dicintai atau dari perubahan tingkat stres yang mereka alami
penderitaan yang berat, jika dikaitkan antara sangat bervarian,semua responden
teori dan kasus nyata sebagian lansia di panti mengalami penurunan tetapi, masih dalam
werda masih merasakan kehilangan dari kategori sedang. Tingkat stres mengalami
orang yang mereka cintai walaupun itu sudah perubahan yang mengarah ke lebih baik, akan
bertahun – tahun lamanya, dengan adanya berpengaruh pada pola aktivitas mereka
terapi okupasi lansia diajak untuk melakukan untuk mempertahankan stres, sehingga secara
kegiatan terapi okupasi (membuat bingkai perlahan terapi okupasi dapat sebagai terapi
foto dirinya dan orang yang dicintainya dari alternative non farmakologi dalam membatu
kardus) dan meletakannya pada kamar tidur mengurangi tingkat stres, dengan kata lain
lansia, sehingga lansia dapat melakukan responden mampu melakukan terapi okupasi

8
secara mandiri serta dapat mengurangi angka Murni dewi, Ludfi Djakfar. 2009. Statistika
peningkatan stres yang terjadi pada lansia. dasar. Surabaya : Srikandi
Sulaiman wahid. 2004. Analisis Regresi
SIMPULAN menggunakan SPSS Contoh kasus dan
pemecahannya. Yogjakarta : Andi Offset
Tingkat stres pada lansia sebelum Rudiawan. 2009. Dasar – dasar Statistika.
dilakukan terapi okupasi di Panti Werda Usia Bandung : Alfabeta
Anugrah Surabaya, seluruh responden
dikategorikan tingkat sedang. Sedangkan
tingkat stres pada lansia sesudah dilakukan
terapi okupasi di Panti Werda Usia Anugrah
Surabaya, terjadi penurunan tingkat stres ke
kategori stres rendah, hanya masih banyak
juga yang masuk dalam kategori stres sedang.
Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh
penerapan terapi okupasi terhadap tingkat
stres pada lansia di Panti Werda Usia
Anugrah Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Azizi. 2006. Pengantar Kebutuhan


Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Aziz. 2008. Pengatar Konsep Dasar
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Dalami Ermawati. 2010. Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : TIM.
Kushariyadi Settyoadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.
Maryam Sity, Mia Fatma Ekasari.Dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Aziz. 2007.Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Refika Aditama.
Nursalam. 2011. Kosep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Isntrumen
Penelitian Perawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Padila. 2013. Keperawatan gerontik.
Yogjakarta : nuha medika
Ponto, Bidjuni, Karundeng. 2015. Jurnal
Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di
Panti Werda Damai Ranouut Manado.
Manado Universitas Sam Ratulangi. Diakses
pada tanggal 23 oktober jam 10.30 WIB
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan jiwa. Jakarta
: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai