Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PIELONEFRITIS

OLEH :

JOSEPH F.D FINDORO

21203022

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022
1. DEFENISI
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada
pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas
(pielonefritis) adalah Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan
Enterococcus fecalis Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas,
antara lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan perut, mual serta
muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih
Klasifikasi Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang
berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi
bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai
pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya,
atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
b. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akutSering
ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter
dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karen uterus yang membesar.

1
2. ANATOMI FISIOLOGI

a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal
memiliki berat kurang lebih 125 g, terletak pada posisi di sebelah
lateral veterbra torakalis bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan
dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis
yang dikenal sebagai kapsula renis. Anterior ginjal dipisahkan dari
kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritonium. Di sebelah
posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya
agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar
dari ginjal melalui vena renalis. Ginjal dengan efisien dapat
membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa
dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25% dari curah jantung
Pada ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang
merupakan unit dari struktur ginjal. Urine yang terbentuk dalam nefron
ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan tubulas renal yang
kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis ginjal
akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan
dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos. Organ ini

2
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi
sebagai pipa untuk menyalurkan urin (Brunner& Suddarth, 2002)
b. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli atau bladder) merupakan sebuah
kantong yang terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urin.
Kandung kemih merupakan organ yang berongga yang terletak di
sebelah anterior tepat di belakang os pubis. Sebagian besar dinding
kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus
detrusor. Kontraksi otot ini berfungsi untuk mengosongkan kandung
kemih pada saat urinasi (buang air kecil) (Brunner& Suddarth, 2002)
Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot
berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar
yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra,
sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih keluar
tubuh. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan
motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis.
Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan terjadi
kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal di dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris
kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot
lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot
destrusor dan kendurnya sfingter
c. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian
luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada
pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan
sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas
tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran), dan bagian yang
berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm
dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar
tubuh. Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai

3
dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara
normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, membran
mukosa ini, pada keadaan patologis, yang terus-menerus akan
menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen

3. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri
yang biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih.
Dari gram negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat
teratas kemudian diikuti oleh : Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter,
Pseudomonas. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara
hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium
tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan
ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien
DM, atau pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas.
Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan
Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih
secara hematogen
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK,
yaitu :
 Bendungan aliran urin: Anomali kongenital, Batu saluran kemih,
Oklusi ureter (sebagian atau total)
 Refluks vesikoureter
 Urin sisa dalam buli-buli karena : Neurogenic bladder, Striktura
uretra, Hipertrofi prostat
 Diabetes Melitus
 Instrumentasi: Kateter, Dilatasi uretra, Sitoskopi
 Kehamilan dan peserta KB: Faktor statis dan bendungan, PH urin
yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
 Senggama

4
4. PATOFISIOLOGI
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di
dalam media urin.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :
- Ascending
- Hematogen
- Limfogen
- Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara


ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas
deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending :
a. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau
pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain,
misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain.
M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat

5
mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus
dapat menimbulkan abses pada ginjal.
b. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
 Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus
vagina
 Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
 Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung
kemih
 Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat
disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada
beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat
berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat dapat
terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi
akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal.
Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.Pada pielonefritis kronis,
nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul
atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali.

6. PATHWAY
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
 Eritrosit

6
 Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat
merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun
non-gromeruler. Penyakit nongromeluler seperti batu saluran
kemih dan infeksi saluran kemih.
 Piuria
 Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin
yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per
lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak
> 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin
 Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis
penyakit ginjal, antara lain : Silinder eritrosit, sangat
diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal.
Silinder leukosit bersama dengan piuria, diagnostik untuk
pielonefritis. Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis
tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut. Silinder lemak,
merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersaman dengan proteinuria nefrotik.
2) Bakteriologis
 Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan
urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri
dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang
minyak emersi.
 Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna sesuai kriteria Catteli.
3) Tes Kimiawi

7
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya
bakteriuria, di antaranya yang paling sering dipakai adalah tes
reduksi griess nitrate.
4) Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa
lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi
permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan
tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi
urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu
37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan
dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan
10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
b. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen,
pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik
dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan
gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan

8
secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.
Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip
pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan memperhitungkan
kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin),
dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).

9. KOMPLIKASI
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut:
a. Nekrosis papila ginjal.
Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan
terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis.
Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat
adanya pus.
c. Abses perinefrik.
Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik

Anda mungkin juga menyukai