Anda di halaman 1dari 20

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TINJAUAN HUKUM UDARA ATAS KESELAMATAN PENERBANGAN


(STUDI KASUS RUNWAY INCURSION BATIK AIR DENGAN TRANS
NUSA INDONESIA)

Batara Manurung*, Kabul Supriyadhie, Agus Pramono Program Studi S1 Ilmu


Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : jjrousseou@gmail.com
Abstrak

hukum udara internasional yang merupakan salah satu cabang dari hukum internasional yang
mengkaji secara garis besar tentang penggunaan ruang udara suatu wilayah dilahirkan dikarenakan
adanya kemajuan-kemajuan teknologi dengan ditemukannya benda-benda udara yang
memungkinkan seorang manusia untuk terbang
Keamanan dan keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah tergantung pula pada
keamanan dari bandar udara yang memberangkatkan pesawat tersebut. Mengingat banyaknya
ancaman dari tindakan gangguan melawan hukum baik saat pesawat di darat maupun di udara.Juga
instalasi instalasi pendukung lainnya di sebuah bandar udara.
Metode hukum yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode yuridis normatif.
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Data dalam
penelitian, yaitu bahan pustaka.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk
memfasilitasi bandara dan menerapkan regulasi terhadap maskapai yang sesuai dengan standar
internasional. Pemerintah pun bertanggungjawab memfasilitasi Air Traffic Cotroller (ATC) untuk
keselamatan pesawat penumpang komersil, yang memiliki tugas utama untuk mencegah pesawat
terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan tabrakan (making separation), serta kurangnya
pengawasan yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan bandara Halim
Perdanakusuma

Kata Kunci : Hukum Udara, Kecelakaan Pesawat Udara, Keamanan dan keselamatan
Penerbangan
Abstract

international air law is one branch of international law that examines an outline of the use of the
air space of an area being born due to the technological advances with the discovery of aerial
objects that allow a human being to fly
Security and safety in a very civil aviation depends also on the security of airports that dispatched
the aircraft. Given the many threats of legal action against both the current disturbances on land
and in the air udara.Juga other supporting installation installations at an airport.
Legal methods used in writing this law is normative juridical method. Specifications research used
in this research is descriptive. Data in the study, the library materials.
It can be concluded that the Indonesian government has the responsibility to facilitate the airport
and regulations apply to airlines that comply with international standards. Governments are
accountable facilitate Cotroller Air Traffic (ATC) for the safety of commercial passenger planes,
which have a primary duty to prevent the air too close to one another and avoid collisions (making
separation), and lack of oversight by the government of Indonesia's Halim Perdanakusuma airport
management

Keywords: Air Law, Aircraft Accident, Security and safety Flights

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN mengatur mengenai pengaturan


Perkembangan ilmu pengetahuan penerbangan sipil internasional.
dan teknologi yang terus menerus Didalam pasal 1 Konvensi ini
merupakan salah satu faktor yang berbicara mengenai kedaulatan
pendorong yang penting bagi dikatakan bahwa “The contracting
perkembangan masyarakat di dunia. Stat es recognize that every State has
Peraturan yang mengatur melewati complete and exclusive sovereignty
peraturan nasional suatu negara over the airspace above its
dikenal sebagai hukum internasional. territory”.
Hukum internasional dituntut untuk Hal ini menunjukan bahwa setiap
selalu dinamis dan mengikuti segala negara yang mengakui Konvensi
perkembangan masyarakat Chicago ini mengikuti prinsip
internasional agar hukum itu tetap kedaulatan mengenai udara yakni
dianggap sebagai peraturan yang adanyakedaulatan terhadap udara
layak untuk tetap diberlakukan bagi yang terdapat diatas suatu teritori
masyarakat dunia internasional. negara
Dalam sejarah perkembangannya, Hukum Udara dan luar angkasa
hukum udara internasional yang merupakan salah satu cabang hukum
merupakan salah satu cabang dari internasional yang relatif baru karena
hukum internasional yang mengkaji baru berkembang pada permulaan
secara garis besar tentang abad ke 20 setelah munculnya
penggunaan ruang udara suatu pesawat udara. Pasal 1 konvensi
wilayah dilahirkan dikarenakan paris 1919 secara tegas menyatakan :
adanya kemajuan-kemajuan Negara-negara pihak mengakui
teknologi dengan ditemukannya bahwa tiap-tiap Negara mempunyai
benda-benda udara yang kedaulatan penuh dan eksklusif atas
memungkinkan seorang manusia ruang udara yang terdapat di atas
untuk terbang wilayah. Konvensi Chicago
Berbicara mengenai hukum udara 1944 mengambil secara integral
internasional, tidak akan lepas dari prinsip yang terdapat dalam konvensi
prinsip umum hukum udara yakni paris 1919. Kedua konvensi tersebut
adaya pengakuan kedaulatan negara dengan sengaja menjelaskan bahwa
di ruang udara secara penuh dan wilayah Negara juga terdiri dari laut
eksklusif. Hal ini pun sejalan dengan wilayahnya yang berdekatan.
adanya pengakuan nasionalitas Hal ini juga dinyatakan oleh
pesawat udara yang merupakan pasal 2 konvensi jenewa mengenai
transportasi di udara tersebut. laut wilayah dan oleh pasal 2 ayat 2
Hukum udara internasional inipun konvensi PBB tentang hukum laut
memiliki beberapa landasan hukum 1982. Ketentuan- ketentuan yang
internasional yang menjadi dasar dari berlaku terhadap navigasi udara,
pengaturan mengenai udara tersebut. termasuk udara diatas laut
Sebut saja terdapat Konvensi wilayah, sama sekali berbeda dengan
Chicago tahun 1944 atau bisa juga ketentuan- ketentuan yang mengatur
disebut dengan Konvensi ICAO pelayaran maritim. Terutama tidak
(International Civil Aviation ada norma- norma hukum kebiasaan
Organization), konvensi Chicago ini yang memperolehkan secara bebas

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

lintas terbang diatas wilayah memiliki kebebasan ruang udara,


Negara,yang dapat disamakan tetapi dibedakan suatu wilayah/zona
dengan prinsip hak lintas damai di teritorial yang memberi hak-hak
perairan nasional suatu Negara. tertentu kepada negara kolong dapat
Masalah pengawasan dan dilaksanakan.2
keamanan lalu lintas udara dan Sejak zaman dahulu, sudah
pengamatan atas pesawat- pesawat banyak upaya yang dilakukan
udara merupakan aspek manusia untuk mengatur hal
sangat penting dalam pengaturan- mengenai udara. Wilayah kedaulatan
pengaturan hukum yang dibuat oleh negara mencakup pula ruang udara di
Negara-negara. Demikianlah untuk atas wilayahnya. Hal tersebut sudah
memperkuat ketentuan-ketentuan sejak lama dibahas, dalam Hukum
yang terdapat dalam konvensi, Romawi dikenal suatu prinsip yang
Negara-negara sering membuat berbunyi “Cujus est solum, ejus est
kesepakatan-kesepakatan bilateral usque ad coelum”3 yang berarti
atau regional di bidang kerja sama “Barang siapa memiliki sebidang
pengawasan ataupun keamanan. tanah dengan demikian juga
Hukum udara adalah seluruh memiliki segala sesuatu yang berada
norma-norma hukum yang khusus di dalam tanah dan juga ruang yang
mengenai penerbangan , pesawat- berada diatasnya tanpa batas (ad
pesawat terbang dan ruang udara infinitum, up to the sky).
dalam peranannya sebagai unsur
yang perlu bagi penerbangan1. II. METODE
Hukum udara dapat ditafsirkan Penelitian merupakan suatu
sebagai segala peraturan hukum yang sarana pokok dalam pengembangan
mengatur obyek tertentu, yaitu udara. ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan tafsiran ini maka pengertian Penelitian telah dimulai apabila
hukum udara akan menjadi sangat seseorang berusaha memecahkan
luas, karena akan meliputi hukum suatu masalah secara sistematis
publik nasional dan internasional dengan metode - metode tertentu
mengenai udara. yang ilmiah. Dalam menerapkan
Pemahaman konsep wilayah metode - metode tersebut harus
kedaulatan negara atas ruang udara disesuaikan dengan ilmu
berkembang dalam tiga pemikiran. pengetahuan induknya. Hal ini
Pertama, bahwa pada prinsipnya menunjukkan penelitian dilakukan
tidak ada negara yang memiliki untuk mencari kebenaran secara
kedaulatan sehingga ruang udara sistematis metodologis dan
dapat dipergunakan oleh siapapun konsisten.
juga. Kedua, bahwa negara kolong
mendapat hak-hak khusus atas
2
kebebasan udara yang tidak Agus Pramono, Jurnal Masalah-Masalah
membatasi ketinggian batas ruang Hukum “Wilayah Kedaulatan Negara Atas
Ruang Udara Dalam Perpektif Hukum
udara. Ketiga, bahwa negara Internasional”, (Semarang: Fakultas Hukum
UNDIP, 2012), halaman 278.
3
Priyatna Abdurrasyid, Kedaulatan Negara
1
otto riese dan jean T. Lacour, Precis de di Ruang Udara, (Jakarta: Pusat Penelitian
Droit Aerien Hukum Angkasa, 1972), halaman 49.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Penelitian hukum didasarkan kualitatif. Bahan Hukum yang


pada metode, artinya semua kegiatan disusun secara sistematis dianalisis
yang meliputi persiapan penelitian, secara kualitatif supaya dapat ditarik
proses penelitian dan hasil penelitian kesimpulan akhir yang dapat
menggunakan cara - cara yang secara dipertanggungjawabkan secara
umum diakui dan berlaku pada ilmu objektif yang merupakan jawaban
pengetahuan. Penelitian selalu untuk permasalahan yang ada dalam
didasarkan pada sistem yang penelitian ini. Analisis data kualitatif
memiliki unsur - unsur yaitu subjek adalah upaya yang dilakukan dengan
penelitian, objek penelitian, kegiatan jalan bekerja dengan data,
penelitian, hasil dan publikasi mengorganisasikan data, memilah-
penelitian. milahnya menjadi satuan yang dapat
Spesifikasi penelitian yang mempermudah dalam mencari dan
digunakan dalam penulisan hukum menemukan pola serta
yang berjudul “Tinjauan Hukum menggambarkan permasalahan yang
Udara Atas Keselamatan terjadi. sampel, serta penafsiran dan
Penerbangan (Studi Kasus: Runway penyimpulan hasil penelitian. 4
Incursion Batik Air dengan
TransNusa Indonesia) ini adalah III. HASIL DAN
penelitian deskriptif analitis yaitu PEMBAHASAN
memberikan gambaran secara A. Tanggung Jawab Hukum
khusus berdasarkan data yang Pemerintahan Republik Indonesia
dikumpulkan secara sistematis. Terhadap Kecelakaan Yang
Metode deskriptif yaitu penelitian Terjadi Antara Batik Air dan
yang menggambarkan obyek TransNusa Indonesia
penelitian berdasarkan fakta yang 1. Kebijakan Negara Terhadap
sebagaimana adanya, dilaksanakan Keselamatan Penerbangan di
secara sistematis, Indonesia
Dalam penelitian ini bahan Negara sebagai entitas
hukum yang tersedia diperoleh masyarakat internasional harus
dengan cara penelusuran literatur menghormati hukum kebiasaan
(studi pustaka dan perundang- internasional (Rules of Customary
undangan, baik nasional maupun International Law) yang sudah
internasional) yang dipergunakan diterima oleh masyarakat luas serta
untuk meneliti bahan - bahan hukum. hukum internasional yang tersusun
Jenis penelitian yang penulis pakai dalam instrumen-instrumen
adalah yuridis normatif yaitu internasional yang telah disetujui
penelitian yang bertujuan untuk negara.5 Namun sering kali hukum
meneliti data sekunder. internasional dianggap sebagai
Data yang diperoleh dari hasil hukum yang lemah, apabila
penelitian, setelah dikumpulkan akan
disusun secara sistematis kemudian 4
Tambahkan footnote untuk rujukan yang
dianalisis secara analitis normatif. tercantum dalam pembahasan.
Metode analisis data yang digunakan
5
sebagai dasar penarikan kesimpulan I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum
dalam penelitian ini adalah metode Internasional, (Bandung: Mandar Maju,
2003), halaman 345.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dihubungkan dengan fakta empiris pergerakan menyebabkan sistem


yang terjadi dalam kehidupan transportasi tersebut tidak berguna.
masyarakat internasional cukup Kebutuhan akan pergerakan bersifat
membuktikan pandangan tersebut. sebagai kebutuhan turunan.
Pelanggaran terhadap hukum Pergerakan terjadi karena adanya
internasional sering kali terjadi baik proses pemenuhan kebutuhan.
di negara maju maupun negara Ciri utama sistem prasarana
berkembang. transportasi adalah melayani
Negara Kesatuan Republik pengguna. Sistem prasarana
Indonesia (NKRI) disebut sebagai transportasi harus selalu dapat
negara kepulauan yang terbesar di digunakan dimanapun dan kapanpun.
dunia, karena memiliki ± 17.499 Oleh karena itu sangat penting untuk
pulau-pulau besar dan kecil, dengan mengetahui besarnya kebutuhan akan
luas perairan lautnya mencapai ± transportasi pada masa mendatang
5.900.000 km² dan garis pantai sehingga dapat melakukan efisiensi
sepanjang ± 81.000 km². NKRI sumberdaya dengan mengatur atau
memiliki ruang udara yang sangat mengelola sistem prasarana
luas sehingga dapat digunakan transportasi yang dibutuhkan.
sebagai jalur penerbangan nasional Salah satu jenis transportasi yang
maupun internasional. Letaknya sangat dibutuhkan oleh manusia
berada pada posisi silang yaitu di dalam pemenuhan kebutuhannya
antara dua benua dan samudera, adalah transportasi udara. Angkutan
sehingga NKRI menjadi jalur lalu udara adalah setiap kegiatan dengan
lintas udara yang sangat padat karena menggunakan pesawat udara untuk
menghubungkan dua kawasan besar.6 mengangkut penumpang, kargo, dan
Negara berkembang dicirikan pos untuk satu perjalanan atau lebih
dengan adanya akses transportasi dari satu bandar udara ke bandar
yang cukup baik. Perbaikan akses udara yang lain atau beberapa bandar
trasnportasi ke suatu tempat akan udara.
menjadikan lahan tersebut semakin Penerbangan di Indonesia
menarik. Berkembangnya lahan mengalami perkembangan yang
maka aktivitas akan semakin cukup pesat dengan melihat besarnya
meningkat dan tentu saja akan potensi jumlah penumpang dan
meningkatkan kebutuhan akan banyaknya maskapai penerbangan
transportasi. yang ada. Sebagian besar maskapai
Kebutuhan akan pelayanan penerbangan yang ada menerapkan
transportasi bersifat sangat kualitatif sistem LCC (low cost carrier) yakni
dan mempunyai ciri yang berbeda- biaya operasional yang kecil dimana
beda sebagai fungsi dari waktu, maskapai penerbangan memangkas
tujuan perjalanan, frekuensi, jenis biaya operasional yang dikeluarkan
kargo yang diangkut, dan lain-lain7. dan melakukan efisiensi.
Pelayanan transportasi yang tidak Menjamurnya maskapai
sesuai dengan kebutuhan akan penerbangan bertarif murah di
Indonesia dimulai sejak dibukanya
6
Jurnal Kajian LEMHANAS, Op.Cit., deregulasi penerbangan niaga oleh
halaman 72. pemerintah pada 2001. Aturan baru
7
Tamin, 2000

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

itu memberikan kesempatan kepada itu terus bertambah di tahun-tahun


para pengusaha untuk menjalankan terakhir.
jasa penerbangan meski dengan Gabungan sumber daya manusia
hanya memiliki satu pesawat dan dan materil yang digunakan untuk
modal cekak. Kesempatan itu melindungi penerbangan sipil dari
dikuatkan dengan tidak adanya tindakan gangguan melawan
aturan mengenai batas tarif bawah hukum,suatu keadaan yang
yang membuat perusahan-perusahaan memberikan perlindungan kepada
penerbangan berlomba memasang penerbangan dari tindakan melawan
tarif rendah untuk memikat hukum melalui keterpaduan
penumpang. pemanfaatan sumber daya manusia
Sejak saat itu sejumlah perusahan fasilitas dan prosedur
jasa penerbangan pun bermunculan, Keselamatan merupakan prioritas
sebut saja, Lion Air, Adam utama dalam dunia penerbangan,
Air, Citilink, Jatayu, Kartika tidak ada kompromi dan toleransi.
Airlines, Sriwijaya, Indonesia Pemerintah berkomitmen bahwa
Airlines, Star Air juga Batavia Air. "Safety is Number One"
Data terakhir terdapat 28 perusahaan Penyelenggaraan transportasi udara
penerbangan terjadwal dengan tidak dapat dilepaskan dari
mengoperasikan lebih dari 400 pertumbuhan ekonomi masyarakat
pesawat. pengguna jasa transportasi udara
Semua maskapai swasta yang yang dilayani dan juga
lahir setelah era tahun 2001 kecenderungan perkembangan
itu mengklaim dirinya sebagai ekonomi global. Sejalan dengan
maskapai yang berbasis biaya pertumbuhan ekonomi nasional yang
murah atau low cost carrier, yang semakin membaik, peran Pemerintah
diilhami oleh kesuksesan maskapai yang semula sebagai penyedia jasa
LCC di Amerika Serikat, Southwest dan pelaku kegiatan ekonomi, akan
Airline. Maskapai-maskapai tersebut berubah peran menjadi sebagai
bisa menawarkan tarif murah regulator. Sebagai regulator,
dengan menekan sejumlah biaya, Pemerintah hanya bertugas
termasuk biaya operasional, seperti menerbitkan berbagai aturan,
gaji karyawan, katering, hingga melaksanakan sertifikasi dan
sistem penjualan tiket. Harga murah pengawasan guna menjamin
inilah yang menjadi alasan mereka terselenggaranya transportasi udara
diminati penumpang. yang memenuhi standar keselamatan
Data statistik penerbangan, penerbangan.
menunjukkan adanya peningkatan Pemerintah telah mempunyai
jumlah penumpang cukup drastis Program Nasional Keamanan
dalam lima tahun terakhir. Jika pada Penerbangan Sipil (National Civil
tahun 2002 pertumbuhan penumpang Aviation Security Program) yang
mencapai 12,3 juta maka dua tahun bertujuan untuk keamanan dan
berikutnya yaitu 2004 jumlah keselamatan penerbangan,
penumpang meningkat dua kali keteraturan dan keberlanjutan
lipat menjadi 24 juta. Trend penerbangan sipil di Indonesia
dengan memberikan perlindungan

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

terhadap penumpang, awak pesawat emergency response plan yang


udara, pesawat udara, para petugas di dituangkan dalam safety manual
darat dan masyarakat, dan instalasi di airline.
kawasan bandar udara dari tindakan Sistem Pertahanan Udara
melawan hukum. Nasional yang kuat tidak hanya
Pemerintah memandang perlunya sekedar mengawal wilayah udara
paradigma baru bahwa keselamatan NKRI, namun secara signifikan akan
penerbangan merupakan tanggung meningkatkan daya tangkalnya dari
jawab bersama antara Pemerintah, kekuatan militer sebagai penyangga
Perusahaan Penerbangan dan pilar perangkat kekuatan nasional
Masyarakat pengguna jasa. Sebagai kita. Berbagai kegiatan lintas
langkah konkrit ke depan sesuai wilayah udara ilegal atau
dengan ketentuan ICAO yang baru, pelanggaran aturan penerbangan
Pemerintah telah memberlakukan pasti akan berkurang bila wilayah
Sistem Manajemen Keselamatan udara nasional diawasi dan dijaga
(Safety Management System/ SMS) secara penuh terus menerus
di bidang penerbangan. sepanjang tahun. Tidak akan ada
Sistem Manajemen Keselamatan kekuatan lain yang akan membantu
(SMS) adalah suatu sistem kita menegakkan keunggulan udara
monitoring yang berupa tim atau di atas wilayah negara kita kecuali
organisasi di dalam suatu perusahaan mengandalkan kekuatan pertahanan
penerbangan yang memiliki tugas udara kita sendiri. Keunggulan udara
dan tanggung jawab yang memonitor akan membatasi atau membatalkan
kinerja keselamatan dari perawatan niat kegiatan ilegal di wilayah udara
dan pengoperasian serta dan permukaan NKRI, sementara di
memprediksi suatu bahaya, sisi lain mampu melindungi kegiatan
menganalisa resiko dan melakukan udara dan permukaan kita dari
tindakan pengurangan resiko tersebut gangguan pihak luar.8
dengan membahas perihal Bentuk pelanggaran wilayah
keselamatan secara berkala yang udara nasional di NKRI dapat
dipimpin oleh Presiden Direktur dikategorikan menjadi tiga, yaitu:9
Perusahaan Penerbangan sebagai
pemegang komitmen safety.
Pemerintah melakukan revisi 8
Marsda TNI Dradjad
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Rahardjo, SIP, Pertahanan
Keselamatan Penerbangan/CASR Udara Nasional sebagai
untuk memasukkan persyaratan Penangkal RI, Harian Umum
Persatuan Umat dan Kesatuan
Sistem Manajemen Keselamatan Bangsa (Pelita), diakses
berupa tanggung jawab keselamatan tanggal 30 Desember 2015
oleh Presiden Direktur, sistem dari
mengidentifikasi bahaya, http://www.pelita.or.id/baca.p
menganalisa resiko dan tindaklanjut hp?id=88948
9
Penegakan Kedaulatan dan
mengurangi resiko, kewajiban Hukum di Ruang Udara
melakukan evaluasi keselamatan Nasional, diakses tanggal 5
secara berkala, indikator Januari 2015,
keselamatan, internal evaluasi, darihttp://www.tni.mil.id/view
-3001-penegakan-kedaulatan-

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1. Pelanggaran terhadap wilayah memasuki kawasan udara terlarang


udara kedaulatan NKRI, yaitu yang telah ditetapkan oleh
pelanggaran yang dilakukan pesawat pemerintah.
udara asing baik sipil maupun b. Kawasan udara terlarang
pesawat negara yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempergunakan ruang udara c. Pesawat udara yang
nasional NKRI dan tidak mempunyai memasuki kawasan udara terbatas
izin atau tidak diatur dalam suatu tanpa ijin atau melanggar ketentuan
perjanjian internasional antara NKRI ketinggian yang telah ditetapkan,
dengan negara lain baik secara kecuali pesawat udara negara.
bilateral maupun multilateral. Hal d. Kawasan udara terbatas
tersebut diatur dalam Pasal 63 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 3. Pelanggaran alur laut
2009 tentang Penerbangan. kepulauan, yaitu pelanggaran yang
Penerbangan oleh pesawat udara dilakukan oleh pesawat udara dalam
asing terbagi menjadi dua, yaitu melaksanakan hak lintas alur laut
penerbangan terjadwal (scheduled kepulauan yang tidak sesuai dengan
flight) dan penerbangan tidak ketentuan hukum yang berlaku.
terjadwal (unscheduled flight) : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
a. Pesawat udara sipil asing Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
tidak terjadwal dari dan ke atau 2002 tentang Hak dan Kewajiban
melalui wilayah udara, hanya dapat Kapal dan Pesawat Udara Asing
dilakukan setelah memiliki Dalam Melaksanakan Hak Lintas
diplomatic clearance, security Alur Laut Kepulauan Melalui Alur
clearance, dan flight approval. Laut Kepulauan yang ditetapkan.
b. Penggunaan pesawat udara 4. Pelanggaran izin penerbangan,
negara asing dari dan ke atau melalui yaitu pelanggaran yang dilakukan
wilayah udara, hanya dapat oleh pesawat udara Indonesia
dilakukan setelah memiliki maupun pesawat udara asing ketika
diplomatic clearance dan security melaksanakan kegiatan penerbangan
clearance. di wilayah udara NKRI terkait
2. Pelanggaran kawasan udara, dengan perizinan penerbangannya.
yaitu pelanggaran yang dilakukan Peraturan Direktur Jenderal
baik oleh pesawat udara Indonesia Perhubungan Udara Nomor
maupun pesawat udara asing Skep/195/IX/2008 tanggal 10
terhadap kawasan udara terlarang September 2008 tentang Petunjuk
dan kawasan udara terbatas yang Pelaksanaan Persetujuan Terbang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal (Flight Approval) Pasal 2 ayat (2).
ini sesuai dengan Pasal 7 Undang- Keselamatan Penerbangan adalah
Undang Nomor 1 Tahun 2009 suatu keadaan terpenuhinya
tentang Penerbangan. persyaratan keselamatan dan
a. Pesawat udara Indonesia pemanfaatan wilayah udara, pesawat
maupun pesawat udara asing yang udara, Bandar udara, angkutan udara,
navigasi penerbangan, serta fasilitas
penunjang dan fasilitas umum
dan-hukum-di-ruang-udara- lainnya. Keamanan dan keselamatan
nasional.html

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam sebuah penerbangan sipil seefektif dan seefisien mungkin guna


sangatlah penting dan tergantung mencapai tujuan organisasi11.
pula pada keamanan dari bandar Pengawasan sangat penting dalam
udara yang memberangkatkan suatu organisasi dan tidak dapat
pesawat tersebut. Mengingat diabaikan, karena pengawasan
banyaknya ancaman dari tindakan merupakan suatu usaha yang
gangguan melawan hukum baik saat dilakukan untuk menjamin
pesawat di darat maupun di udara. pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
Juga instalasi instalasi pendukung rencana-rencana kerja yang telah
lainnya di sebuah bandar udara. ditentukan sebelumnya
Mengutamakan dan melindungi Adapun tujuan pengawasan
12
penerbangan nasional, menunjang adalah :
pemerataan, pertumbuhan dan a. Menjamin kecepatan pelaksanaan
stabilitas, sebagai pendorong, agar sesuai dengan rencana,
penggerak, dan penunjang kebijaksanaan dan perintah
pembangunan nasional serta b. Menertibkan koordinasi kegiatan-
mempererat hubungan antar kegiatan
bangsa.10 aturan aturan tersebut yang c. Mencegah penyelewengan-
di atur pula di berbagai Undang penyelewengan dan
Undang mulai dari UU No2 thn penyalahgunaan serta
1976,UU No 1 thn 2009 yg pemborosan
merupakan revisi dari UU No.15 thn d. Memupuk kepercayaan
1992 mengatur tentang penerbangan masyarakat
sipil di dalam negeri, mulai dari Betapapun setiap pengawas
standar keamanan dan keselamatan bertekad untuk melaksanakan
sebuah pesawat terbang, standar pengawasan secara berdayaguna,
keamanan dan keselamatan sebuah namun tanpa diperhatikan sarana
bandar udara sipil, serta tentang tata pengawasan dapat menyebabkan
cara pemeriksaan keamanan di dalam pengawasan terkendala. Sarana
sebuah bandar udara sipil. merupakan pedoman yang harus
2. Pengawasan Terhadap diperhatikan oleh pimpinan
Keselamatan Penerbangan organisasi di dalam menggerakkan
Pengawasan adalah suatu upaya aktivitas organisasi. Dengan adanya
yang sistematis untuk menetapkan sarana pengawasan diharapkan
kinerja standar pada rencana untuk penyimpangan, pemborosan dan
merancang sistem umpan balik penyelewengan dalam organisasi
informasi untuk menetapkan apakah dapat dihindarkan. Sarana pengawas
telah terjadi suatu penyimpangan dan telah menjadikan tugas, fungsi dan
mengukur signifkasi penyimpangan tanggung jawab personil jelas dan
tersebut, serta untuk mengambil terarah sehingga tumpang tindih
tindakan perbaikan yang diperlukan dalam pekerjaan dapat dihindarkan.
untuk menjamin bahwa semua Adapun sarana pengawasan itu
sumber daya yang telah digunakan yakni, adanya struktur organisasi

10 11
10http://hubud.dephub.go.id. Diakses Schermerhorn, 2002: 12
12
Pada Tanggal 08 november 2015 Manila (1966:33)

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang jelas, pelaksanaan yang bijak, Masalah yang dihadapi bandara


perencanaan kerja yang telah Halim Perdanakusuma saat ini adalah
tersusun, prosedur kerja, pencatatan rendanya fungsi pengawasan dan
dan hasil kerja, serta pembinaan keselamatan penerbangan dalam
personil. Disamping sarana mencapai suatu tujuan pengawasan
pengawasan terdapat juga unsur- yang baik maka pentingnya sebuah
unsur pengawasan, yang mana unsur- pengawasan yang baik dari pihak
unsur tersebut harus dilalui oleh pemerintah sesai dengan UU No 1
setiap pengawasan didalam Tahun 2009 Pasal 2 Ayat 1 Tentang
melakukan pengawasan. penerbangan sudah jelas memberikan
Berdasarkan fungsi pengawasan instruksi terkait dengan fungsi
penerbagan dan keselamatan pengawasan dan penerbagan dan
penerbangan maka pemerintah keselamatan penerbangan namun
Negara Republik Indonesia pengawasan (controlling) bandara
mengeluarkan UU No 1 Tahun 2009 belum dimaksimalkan dengan baik
Pasal 2 Ayat 1 Tentang Penerbangan, salah satunya di bandara Halim.
yang mengatur seluruh penerbangan Sesuai temuan data berbagai
di Indonesia mulai dari standar persoalan dalam hal pengawasan
keamanan dan keselamatan sebuah penerbangan diantaranya manajemen
pesawat terbang, standar keamanan dan dan infrastruktur penunjang
dan keselamatan sebuah bandara keselamatan penerbangan di bandara
sipil, serta tata cara pemeriksaan Halim Perdanakusuma
keamanan didalam sebuah bandara Di bandara Halim memiliki
sipil penerapan UU ini diperjelas berbagai persoaalan baik dari sisi
pula dengan berbagai aturan-aturan manajemen penerbangan diantaranya
lain seperti peraturan presiden (PP pihak PT angkasapura maupun
No. 3 tahun 2001), Keputusan Mentri pemerintah terkait dalam hal
Perhubungan Udara (KM 09 melakukan pengawasan
TAHUN 2010), juga dengan penerbangan. Permasalahan-
beberapa surat keputusan Dirjen permasalahan yang muncul adalah
Perhubungan Udara antara lain jadwal penerbangan tidak sesuai
seperti SKEP/2765/VIII/2010 dengan jadwal yang ditentukan selain
tentang tata cara pemeriksaan itu juga dari sisi keselamatan
keamanan, dengan di dukung penerbangan seperti landasan pacu
beberapa aturan tersebut, mengingat dan berbagai sarana pendukung lain
betapa pentingnya keselamatan penerbangan belum maksimal dalam
penerbangan khususnya dan sebuah hal aturan keselamatan penerbangan
bandara pada umumnya. selain itu perlu dilakukan tindakan-
Sangat penting pula dari tindakan korektif untuk
kesadaran masyarakat untuk turut memperbaikinya. Selain itu juga
mendukung dan mematuhi aturan- jaringan ATC sebagai bukti untuk
aturan tersebut. Sehingga sebuah diproses oleh badan yang berwenang
penerbangan dan bandara udara atas keselamatan penerbangan, yaitu
dengan aman,nyaman,efisien Dinas Keselamatan Penerbangan
sehingga dapatpula membantu yang berada di bawah Direktur
pertumbuhan ekonomi di daerah. Jendral Perhubungan Udara belum

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

memberikan perhatian serius untuk memperkecil timbulnya hambatan,


menangani berbagai persoalan dan sedangkan hambatan yang telah
fungsi penerbagan yang ada di terjadi dapat segera diketahui yang
bandara kemudian dapat dilakukan tindakan
Pengawasan pada dasarnya perbaikannya, berikut berbagai
diarahkan sepenuhnya untuk teknik pengawasan :
menghindari adanya kemungkinan a. Pengawasan preventif,
penyelewengan atau penyimpangan dimaksudkan untuk mencegah
atas tujuan yang akan dicapai. terjadinya penyimpangan-
melalui pengawasan diharapkan penyimpangan dalam
dapat membantu melaksanakan pelaksanaan kegiatan.
kebijakan yang telah ditetapkan Pengawasan preventif ini
untuk mencapai tujuan yang telah biasanya berbentuk prosedur-
direncanakan secara efektif dan prosedur yang harus ditempuh
efisien. Bahkan, melalui pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan.
tercipta suatu aktivitas yang Pengawasan preventif ini
berkaitan erat dengan penentuan atau bertujuan mencegah terjadinya
evaluasi mengenai sejauhmana tindakan-tindakan yang
pelaksanaan kerja sudah menyimpang dari dasar yang
dilaksanakan. Pengawasan juga dapat telah ditentukan.
mendeteksi sejauh mana kebijakan b. Memberi pedoman bagi
pimpinan dijalankan dan sampai terselenggaranya pelaksanaan
mana penyimpangan yang terjadi kegiatan secara efisien dan
dalam pelaksanaan kerja tersebut. efektif. Menentukan saran dan
Konsep pengawasan demikian tujuan yang akan dicapai.
sebenarnya menunjukkan Menentukan kewenangan dan
pengawasan merupakan bagian dari tanggung jawab sebagai instansi
fungsi manajemen, di mana sehubungan dengan tugas yang
pengawasan dianggap sebagai bentuk harus dilaksanakan. Pengawasan
pemeriksaan atau pengontrolan dari represif, ini dilakukan setelah
pihak yang lebih atas kepada pihak di suatu tindakan dilakukan dengan
bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, membandingkan apa yang telah
pengawasan ditempatkan sebagai terjadi dengan apa yang
tahapan terakhir dari fungsi seharusnya terjadi. Dengan
manajemen Dari segi manajerial, pengawasan represif dimaksud
pengawasan mengandung makna untuk mengetahui apakah
pula sebagai pengamatan atas kegiatan dan pembiayaan yang
pelaksanaan seluruh kegiatan unit telah dilakukan itu telah
organisasi yang diperiksa untuk mengikuti kebijakan dan
menjamin agar seluruh pekerjaan ketentuan yang telah ditetapkan.
yang sedang dilaksanakan sesuai Pengawasan represif ini biasa
dengan rencana dan peraturan, atau dilakukan dalam bentuk
suatu usaha agar suatu pekerjaan pengawasan dari jauh yaitu
dapat dilaksanakan sesuai dengan pengawasan yang dilakukan
rencana yang telah ditentukan, dan dengan cara pengujian dan
dengan adanya pengawasan dapat penelitian terhadap surat-surat

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pertanggungan jawab disertai laporan, dan informasi untuk


bukti-buktinya mengenai mengetahui kecenderungan
kegiatan-kegiatan yang kinerja keselamatan
dilaksanakan. Pengawasan dari penerbangan. Petunjuk
dekat, adalah pengawasan yang pelaksanaan pemantauan diatur
dilakukan di tempat kegiatan lebih lanjut oleh keputusan
atau tempat penyelenggaraan Direktur Jenderal. (Peraturan
administrasi. Menteri Perhubungan Nomor
Pada ayat 2 Pasal 312 UU No.1 KM.8 Tahun 2010)
Tahun 2009, pengawasan Gabungan sumber daya manusia
keselamatan penerbangan merupakan dan materil yang digunakan untuk
kegiatan pengawasan berkelanjutan melindungi penerbangan sipil dari
untuk melihat pemenuhan peraturan tindakan gangguan melawan hukum.
keselamatan penerbangan yang Suatu keadaan yang memberikan
dilaksanakan oleh penyedia jasa perlindungan kepada penerbangan
penerbangan dan pemangku dari tindakan melawan hokum
kepentingan lainnya yang meliputi, melalui keterpaduan pemanfaatan
audit, inspeksi, pengamatan sumber daya manusia fasilitas dan
(surveillance) dan pemantauan procedure. Keselamatan merupakan
(monitoring). prioritas utama dalam dunia
a. Audit, adalah pemeriksaan yang penerbangan, tidak ada kompromi
terjadwal, sistematis, dan dan toleransi. Keselamatan dalam
mendalam, terhadap prosedur, sebuah penerbangan sipil sangatlah
fasilitas, personil, dan tergantung pula pada keamanan dari
dokumentasi organisasi penyedia Bandar udara yang
jasa penerbangan untuk melihat memberangkatkan pesawat tersebut.
tingkat kepatuhan terhadap Mengingat banyaknya ancaman dari
ketentuan dan peraturan yang tindakan gangguan melawan hukum
berlaku. baik saat pesawat di darat maupun di
b. Inspeksi, adalah pemeriksaan udara. Juga instalansi pendukung
sederhana terhadap pemenuhan lainnya di sebuah Bandar udara.
standar suatu produk akhir objek
tertentu petunjuk pelaksanaan 3. Penyelidikan Dalam Mencari
inspeksi diatur lebih lanjut oleh Penyebab Kecelakaan Pesawat
keputusan Direktur Jenderal. Sipil
c. Pengamatan (surveillance), Annex 13 Konvensi ICAO adalah
adalah kegiatan penelusuran yang dokumen dasar mengenai investigasi
mendalam atas bagian tertentu atau penyidikan kecelakaan pesawat
dari prosedur, fasilitas, personel terbang angkutan sipil. Ada banyak
dan dokumentasi organisasi negara yang telah menyerap isi dari
penyedia jasa penerbangan untuk Annex 13 dan memasukkannya
melihat tingkat kepatuhan kedalam undang-undang negara
terhadap ketentuan dan peraturan tersebut. Pada dasarnya Annex 13
yang berlaku. dirumuskan untuk menangani
d. Pemantauan (monitoring), adalah masalah kecelakaan pesawat yang
kegiatan evaluasi terhadap data, bersifat internasional atau antar

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bangsa, tetapi dalam prakteknya tersebut hampir menyebabkan


kebanyakan negara juga terjadinya kecelakaan”.
menerapkannya untuk kasus2 Dalam kecelakaan pesawat udara
penyidikan kecelakaan pesawat menurut Aart A. Van Wijk,
dalam negeri, yang tidak melibatkan menimbulkan kewajiban bagi
bangsa lain. Ada beberapa hal yang negaranya tempat terjadinya
perlu dibahas yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara untuk
Annex 13, yang telah membuatnya melakukan penyelidikan (carry out
begitu bermanfaat dalam memastikan the investigation) dan membentuk
sebisa mungkin agar penerbangan komite penyelidikan (commision of
angkutan sipil menjadi aman selamat inquiry) yang bertugas untuk
dan calon penumpang tidak ragu- melakukan penyelidikan penyebab
ragu untuk menggunakan jasa terjadinya kecelakaan pesawat udara
transportasi ini. yang terjadi di wilayahnya,
Annex 13 menjabarkan sejelas- pernyataan ini merupakan
jelasnya mengenai tujuan dari konsekuensi dari Pasal 26 Konvensi
penyidikan kecelakaan pesawat, Chicago15.
yaitu untuk mencegah terjadinya Di Indonesia konsekuensi dari
kecelakaan pesawat dan bukan untuk pasal 26 tersebut telah termuat dalam
menuding siapa yang bersalah. Hal pasal 357 tentang penunjukan komite
ini selalu ditulis dibagian depan dari khusus. yang melakukan investigasi
setiap laporan resmi mengenai kecelakaan pesawat udara.
penyidikan kecelakaan pesawat oleh Komite Nasional Keselamata
otoritas yang berwewenang, Transportasi (KNKT) merupakan
misalnya NTSB13 di Amerika Serikat Komite yang memiliki wewenang
atau KNKT14 di Indonesia. untuk memenuhi kewajiban negara
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Republik Indonesia pada Annex 13
tahun 2009 tentang Penerbangan, sebagai ketentuan standar
tidak ada pasal yang membahas internasional tentang rekomendasi
tentang definisi suatu kecelakaan, dan prosedur yang berkaitan dengan
hanya disinggung sedikit dalam pasal pesawat udara yang hilang (aircraft
357 perihal investigasi. Menurut indistres) dan penyelidikan
penjelasan pasal 357 ayat (1) yang kecelakaan pesawat udara
dimaksud kecelakaan adalah (investigation of accidents) dalam
“Peristiwa pengoperasian pesawat Konvensi Chicago mengenai
udara yang mengakibatkan penerbangan sipil internasional16
kerusakan berat pada peralatan atau Annex 13 memuat ketentuan-
fasilitas yang digunakan; dan atau ketentuan mengenai
korban jiwa atau luka serius. pemberitahuan,penyelidikan, dan
Kemudian dijelaskan juga bahwa pelaporan kejadian tertentu yang
kejadian serius adalah suatau
keadaan atau situasi dimana dalam 15
Aart A van Wijk, Aircraft Incident Inquiry
pengoperasian pesawat udara In The Netherland, A comparative Study,
Kliwerr, Uitgeverij,1974,hal.267
13 16
National Transportation Safety Board Bab VI Rekomendasi Pelaksanaan Standar
14
Komisi Nasional Keselamatan Internasional pasal 37 Konvensi Chivago
Transportasi 1944

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

melibatkan penerbangan sipil Sipil (PKPS)17. Dalam pasal 364


internasional. Dalam kasus undan-undang penerbangan dikatan
kecelakaan atau kejadian serius pada bahwam Komite Nasional akan
pesawat udara sipil yang terdaftar membentuk suatu Majelis Profesi
atau dibuat di Indonesia terjadi di Penerbangan yang berwenang
dalam wilayah suatu negara asing, merekomendasikan sanksi
dimana negara tersebut termasuk administrasi kepada Menteri juga
sebagai peserta penandatanganan penyidikan lebih lanjut oleh PPNS
Annex 13 pada Konvesi Chicago (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dari
1944 dari Organisasi Penerbangan Direktorat Jendral Perhubungan
Sipil Internasional (International Udara (Ditjen Hubud) guna
Civil Aviation Organization), maka diteruskan ke ranah hukum pidana
negara tersebut bertanggung jawab Bila ditinjau dari kedudukan dan
untuk mengadakan penyelidikan. tugas KNKT berdasarkan ketentuan-
Apabila kecelakaan atau kejadian ketentuan peraturan yang
serius pada pesawat udara terjadi mendasarinya seperti : Perpres
didalam negara asing tersebut dan Nomor 2 tahun 2012 tentang KNKT,
tidak terikat pada pasal-pasal dalam Annex 13, Keputusan Menteri
Annex 13 dalam Konvensi Chicago, Perhubungan Nomor 1 tahun 2004
atau apabila kecelakaan atau kejadian tentang Pemberitahuan dan
serius tersebut melibatkan pesawat Pelaporan Kecelakaan, Kejadian
umum atau publik, pelaksanaan Atau Keterlambatan Kedatangan
penyelidikan harus sesuai dengan Pesawat Udara dan Prosedur
perjanjidan yang dibuat antara Penyelidikan Kecelakaan atau
Republik Indonesia dan negara asing Kejadian Pada Pesawat Udara, Civil
tersebut. Aviation Safety Regulation (CASR)
Dalam rangka penegakan hukum part 830, bahwa faktor utama
sesuai dengan ketentuan pasal 313 dibentuknya lembaga KNKT adalah
Undang-Undang Nomor 1 tahun untuk mencari penyebab terjadinya
2009 tentang Penerbangan, Menteri kecelakaan sehingga dapat
Perhubungan berwenang untuk digunakan sebagai rekomendasi
menetapkan sprogram penegakan peningkatan keselamatan guna
hukum dan mengambil tindakan mencegah kecelakaan berulang
hukum (sanksi administratif dan dengan penyebab yang sama dan
sanksi pidana) di bidang keselamatan tidak dipergunakan/tidak boleh
penerbangan. Definisi dari dipakai sebagai dasar bukti untuk
Penegakan hukum ini adalah cara menentukan kesalahan atau
untuk mengambil tindakan personel pertanggunjawaban. Oleh karena itu
penerbangan berlisensi dan penyedia fungsi KNKT diatas berbeda dengan
jasa penerbangan bersertifikat yang kedudukan dan tugas dari Majelis
tidak memenuhi persyaratan Profesi Penerbangan itu sendiri.
minimum yang ditentukan dalam
Peraturan Keselamatan Penerbangan 17
Keputusan Menteri Nomor 8 tahun 2010,
tentang program keselamatan penerbangan
nasional Bab III Kebijakan dan
Tanggungjawab Keselamatan Penerbangan
Nasional, pasal 3.1.8 Penegakan hukum

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Keberadaan asuransi untuk sama lain dan menghindarkan dari


mengganti kerugian terhadap tabrakan ( making separation). Selain
penumpang sangat penting. tugas separation, ATC juga bertugas
Mengingat konvensi menerapkan mengatur kelancaran arus traffic
strict liability principle dengan (traffic flow), membantu pilot dalam
jumlah batas santunan (kompensasi) menghandle emergency/darurat, dan
yang cukup tinggi, sehingga bila memberikan informasi yang
tanggung jawabnya itu tidak ditutup dibutuhkan pilot (weather
asuransi tentu akan sangat information atau informasi cuaca,
memberatkan perusahaan. Penerapan traffic information, navigation
kewajiban asuransi ini dapat information, dll). ATC adalah rekan
dikatakan sebagai imbalan atas dekat seorang Pilot disamping unit
diterapkannya prinsip tanggung lainnya, peran ATC sangat besar
jawab mutlak dan dinaikannya batas dalam tercapainya tujuan
tanggung jawab pengangkut.14 penerbangan. Semua aktifitas
Berdasarkan Peraturan pesawat di dalam area pergerakan
Pemerintah No. 77 Tahun 2012 : diharuskan mendapat izin terlebih
Perusahaan Umum (Perum) dahulu melalui ATC, yang nantinya
Lembaga Penyelenggara Pelayanan ATC akan memberikan informasi,
Navigasi Penerbangan Indonesia instruksi, clearance/izin kepada Pilot
adalah badan usaha yang sehingga tercapai tujuan keselamatan
menyelenggarakan pelayanan penerbangan, semua komunikasi itu
navigasi penerbangan di Indonesia dilakukan dengan peralatan yang
serta tidak berorientasi mencari sesuai dan memenuhi aturan
keuntungan, berbentuk Badan Usaha Keadaan ruang Pengatur lalu-lintas
Milik negara yang seluruh modalnya udara.
dimiliki negara berupa kekayaan Tujuan pelayanan lalulintas udara
negara yang dipisahkan dan tidak yang diberikan oleh ATC
terbagi atas saham sesuai Undang- berdasarkan Peraturan Keselamatan
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Penerbangan Sipil (PKPS) bagian
tentang Badan Usaha Milik Negara. 170 atau sering disebut dengan
Perum LPPNPI atau lebih dikenal istilah 5 objective of ATS dalam
sebagai AirNav Indonesia bertekad ICAO dokumen ANNEX 11 tentang
untuk menjadi Penyelenggara Air Traffic Service:
Pelayanan navigasi Penerbangan 1) Mencegah Tabrakan antar
dengan standar Internasional yang pesawat.
mengedepankan keselamatan, 2) Mencegah Tabrakan antar
keteraturan dan kenyamanan. pesawat di area pergerakan rintangan
Perusahaan penerbangan untuk di area tersebut.
ketertiban dalam lalu lintas udara, 3) Mempercepat dan
sebaiknya mengikuti arahan dari mempertahankan pergerakan Lalu
Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Lintas udara.
Traffic Controller) yang disingkat 4) Memberikan saran dan
ATC. ATC merupakan pengatur lalu informasi yang berguna untuk
lintas udara yang tugas utamanya keselamatan dan
mencegah pesawat terlalu dekat satu

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

efisiensi pengaturan lalu lintas bahwa badan legislatif suatu negara


udara. yang berdaulat memiliki kewenangan
5) Memberitahukan kepada untuk menentukan seberapa ketat
organisasi yang berwenang dalam aturan keselamatan penerbangan sipil
pencarian pesawat yang memerlukan sesuai dengan wilayah jurisdiksi
pencarian dan pertolongan sesuai negara masing-masing, legislatif
dengan organisasi yang Indonesia dalam membuat undang
dipersyaratkan. undang harus sejalan dengan
Semua aktifitas pesawat di dalam peraturan internasional, akan tetapi
area pergerakan diharuskan tidak menutup kemungkinan untuk
mendapat izin terlebih dahulu memperlonggar atau memperketat
melalui ATC, yang nantinya ATC aturan internasional yang ada.
akan memberikan informasi, Konvensi Montreal 1999 bersifat
instruksi, clearance/izin kepada Pilot memaksa. Dalam Pasal 26 memuat
sehingga tercapai tujuan keselamatan aturan bahwa perusahaan
penerbangan, semua komunikasi itu penerbangan tidak dibolehkan
dilakukan dengan peralatan yang membuat perjanjian yang
sesuai dan memenuhi mengurangi atau meniadakan jumlah
aturan.Keadaan ruang Pengatur lalu- tanggung jawab. Apabila perusahaan
lintas udara. penerbangan membuat perjanjian
Pasal 47 ayat (1) Basic Law on angkutan yang jumlah ganti ruginya
Civil Aviation, menegaskan: “The lebih kecil dibandingkan dengan
operator of the aircraft is responsible jumlah ganti kerugian yang
for damage resulting from collision”. tercantum dalam Konvensi Montreal
Pihak maskapai 1999, maka batal demi hukum.
bertanggungjawab atas tabrakan Namun demikian perusahaan
yang terjadi. Yang jadi permasalahan penerbangan dibenarkan membuat
tabrakan dapat juga disebabkan perjanjian angkutan udara yang
kelalaian dari operator menara yang memberi jumlah ganti rugi yang
merupakan pegawai pemerintah lebih besar dari jumlah yang
Keselamatan penerbangan tercantum dalam Konvensi Montreal
sebenarnya merupakan isu yang 1999. Dengan demikian, jumlah
sifatnya teknis, namun dapat menjadi ganti kerugian tersebut merupakan
isu hukum publik ketika terjadi suatu batas minimum. Kewajiban-
keterlibatan masyarakat publik itu kewajiban pengangkut udara di atas
dan individu-individu yang adalah kewajiban-kewajiban dalam
tergabung di dalamnya berpartisipasi hubungannya dengan pengangkut
di dalam pemerintahan. barang. Sedangkan kewajiban-
Dalam perspektif ini, kewajiban yang timbul dalam
keselamatan penerbangan sipil hanya hubungannya dengan pengangkutan
dilihat dari penerapan dalam tingkat orang tidak sebanyak pengangkutan
nasional dan tidak menjelaskan barang, hal tersebut disebabkan
bagaimana kewajiban menjaga karena dalam pengangkutan orang
keselamatan penerbangan itu berlaku hanya terdapat dua pihak dan
dalam tingkatan internasional. kemempuan mereka untuk
Konvensi Chicago 1944 menentukan berhubungan langsung.

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Secara umum kewajiban terhadap pengelolaan bandara


pengangkut udara adalah Halim Perdanakusuma
menyelenggarakan pengankutan 2. Hak dan Kewajiban otoritas
barang dan/atau orang dari suatu Bandara Halim
tempat ke tempat tujuan tertentu Perdanakusuma, yaitu;
dengan selamat. Pengertian selamat Hak
tersebut meliputi kewajiban a.Mengkoordinasikan kegiatan
melakukan penerbangan dengan pemerintahan di Bandar Udara;
aman, dan nyaman serta menjaga b.Mengatur, mengendalikan, dan
barang-barang yang diserahkan mengawasi pelaksanaan ketentuan
kepadanya untuk diangkut dan keselamatan, keamanan,
kewajiban membayar ganti rugi jika kelancaran, serta kenyamanan
barang-barang tersebut mengalami penerbangan di Bandar Udara;
kerusakan sehingga menimbukan c.Mengatur, mengendalikan dan
kerugian. mengawasi pelaksanaan ketentuan
pelestarian lingkungan;
IV. KESIMPULAN d.Mengatur, mengendalikan dan
A.Kesimpulan mengawasi penggunaan lahan
Berdasarkan analisis terhadap daratan dan/atau perairan Bandar
permasalahan yang diangkat Udara sesuai dengan rencana
dalam penulisan hukum yang induk Bandar Udara;
berjudul “Tinjauan Hukum Udara e.Mengatur, mengendalikan dan
Atas Keselamatan Penerbangan mengawasi penggunaan kawasan
(Studi Kasus Runway Incursion keselamatan operasional
Batik air dengan TransNusa penerbangan dan daerah
Indonesia)” dapat ditarik lingkungan kerja Bandar Udara
kesimpulan sebagai berikut: serta daerah lingkungan
1. Pemerintah Indonesia kepentingan Bandar Udara;
memiliki tanggung jawab untuk f.Mengatur, mengendalikan dan
memfasilitasi bandara dan mengawasi pelaksanaan standar
menerapkan regulasi terhadap kinerja operasional pelayanan
maskapai yang sesuai dengan jasa di Bandar Udara;
standar internasional. g. Memberikan sanksi administratif
Pemerintah pun kepada badan usaha Bandar
bertanggungjawab Udara, unit penyelenggara
memfasilitasi Air Traffic Bandar Udara, dan atau badan
Cotroller (ATC) untuk usaha lainnya yang tidak
keselamatan pesawat memenuhi ketentuan
penumpang komersil, yang keselamatan, keamanan,
memiliki tugas utama untuk kelancaran serta kenyamanan
mencegah pesawat terlalu dekat penerbangan sesuai dengan
satu sama lain dan peraturan perundang-undangan
menghindarkan tabrakan
(making separation), serta Kewajiban
kurangnya pengawasan yang
diberikan pemerintah Indonesia

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

a.Menjamin keselamatan, yang dilakukan pihak


keamanan, kelancaran, dan maskapai penerbangan yang
kenyamanan di Bandar Udara; dapat berakibat fatal bagi rute
b.Memastikan terlaksana dan penerbangan lainya.
terpenuhinya ketentuan 2. Pemerintah dan maskapai
keselamatan dan keamanan harus senantiasa mengikuti
penerbangan, kelancaran dan standar internasional di
kenyamanan di Bandar Udara; bidang keselamatan, karena
c. Menjamin terpeliharanya seiring dengan perkembangan
pelestarian lingkungan Bandar teknologi yang ada,
Udara; keselamatan terhadap
d. Menyelesaikan masalah- penerbanganan akan
masalah yang dapat meningkat. Pemerintah
mengganggu kelancaran diharapkan bekerjasama
kegiatan operasional Bandar dengan perusahaan atau
Udara yang dianggap tidak pemerintah di negara lain
dapat diselesaikan oleh instansi untuk senantiasa membangun
lainnya; fasilitas bandara sesuai
e.Melaporkan kepada pimpinan dengan standar internasional.
tertingginya dalam hal pejabat
instansi di Bandar Udara, V. DAFTAR PUSTAKA
melalaikan tugas dan tanggung BUKU
jawabnya serta mengabaikan Abdurrasyid, Priyatna, Kedaulatan
dan/atau tidak menjalankan Negara di Ruang Udara, Jakarta:
kebijakan dan peraturan yang Pusat Penelitian Hukum
ada di Bandar Udara; Angkasa, 1989.
f. Melaporkan pelaksanaan tugas Adolf, Huala, Aspek-aspek Negara
dan tanggung jawabnya kepada dalam Hukum Internasional,
Menteri. Bandung: Keni Media, 2011.
Affandi, Muchtar, Ilmu-ilmu
B.Saran Negara, Bandung: Alumni,
1972.
Adapun saran yang ingin Ali, Zainudin, Metode Penelitian
disampaikan oleh Penulis Hukum, Jakarta: Sinar Grafika,
berdasarkan beberapa kesimpulan 2009.
diatas adalah sebagai berikut: Amiruddin dan Zaenal Asikin,
Pengantar Metode Penelitian
1. Pemerintah perlu melakukan Hukum, Jakarta: PT Raja
pengkajian yang mendalam Grafindo, 2004.
terhadap manajemen Chen Bing, The Law Of International
penerbangan terkait Airport, the London Institute of
pembagian quota untuk World Affair, London,1962
masing-masing maskapai CJ. Tams, Enforcing Obligations
penerbangan sehingga ke Erga Omnes in International
depanya tidak terjadi Law, Cambridge University
penambahan rute secara illegal Press, 2005.

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Danny H. Simanjuntak, Standar Martono, K, Hukum Udara Angkutan


Keamanan dan Keselamatan Udara dan Hukum Angkasa,
Jasa Penerbangan. Pustaka Hukum Laut Internasional,
Yustisia, 2007,Yogyakarta. Bandung: Mandar Maju, 1995.
Hakim, Chappy, Berdaulat di Udara ¬¬¬¬¬__________, Pengantar
Membangun Citra Penerbangan Hukum Udara Nasional dan
Nasional, Jakarta: PT Gramedia, Internasional, Jakarta: PT Raja
2010. Grafindo Persada, 2007.
Hambali, Yasidi, Hukum dan Politik Martono, K dan Amad Sudiro,
Kedirgantaraan, Jakarta: Hukum Udara Nasional dan
Pradnya Paramita, 1994. Internasional Publik, Jakarta: PT
Hanitjo Soemitro, Ronny, Metode RajaGrafindo Persada, 2012.
Penelitian Hukum dan Jurimetri, Moleong, Lexy J, Metodologi
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Penelitian Kualitatif, Bandung:
Isjwara, Fred, Pengantar Ilmu PT Remaja Rosda Karya, 2005.
Politik, Bandung: Binacipta, Pramono, Agus, Dasar-dasar Hukum
1996. Udara dan Ruang Angkasa,
Kelsen, Hans, Principles of Bogor: PT Ghalia Indonesia,
International Law, New York: 2011.
Rinehart & Co., 1956. Soekanto, Soerjono, Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta: UI-
Kusumaatmadja, Mochtar, Hukum Press, 1986.
Laut International, Jakarta: Soekanto, Soerjono dan Sri
Badan Pembinaan Hukum Mamudji, Penelitian Hukum
Nasional (BPHN), 1978. Normatif, Jakarta: Grafindo
Law XXIII:2, 1998 www.indonesia- Persada, 2004
icao.com, Safe, Secure and Starke, JG, Pengantar Hukum
Sustainable Air Transport in Internasional Edisi Kesepuluh,
Open Skies – Challenges and Jakarta: Sinar Grafika, 1992.
Potential, Sudargo Gautama, Sudargo, Hukum
¬¬¬¬¬___________, Mochtar, Perdata Internasional Indoensia,
Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Binacipta, 1988.
Bandung: Bina Cipta, 1982. Suryo Sakti Hadiwijoyo, Suryo,
Mauna, Boer, Hukum Internasional Perbatasan Negara dalam
Pengertian Peranan dan Fungsi dimensi Hukum Internasional,
dalam Era Dinamika Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Bandung: PT Alumni, 2005. Suwardi, Penentuan Tanggung Jawab
Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Pengangkut yang Terikat dalam
Hukum, Jakarta: Kencana, 2010. Kerjasama Pengangkutan Udara
May Rudy, T. Study Startegis Dalam Internasional, Badan Pembinaan
Transformasi Sistem Hukum Nasional Departemen
Internasional Pasca Perang Kehakiman, Jakarta,1994.
Dingin, Bandung: Yudha Bakti Ardiwisastra, Yudha,
RefikaAditama, 2002. Imunitas Kedaulatan Negara di
__________, Hukum Internasional I, Forum Pengadilan Asing,
Bandung: Refika Aditama, 2002. Bandung: Alumni, 1991.

19
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Wayan Parthiana, I, Pengantar Internasional”, Semarang:


Hukum Internasional, Bandung: Fakultas Hukum UNDIP, 2012.
Mandar Maju, 2003. Agus Pramono, Kedaulatan Wilayah
Wassenbergh, “Safety in Air Udara, Semarang: Suara
Transportation and Market Merdeka, Sabtu, 12 Maret 2011.
Entry”, Air and Space
Wijk Aart A. Van. Aircraft accident
Inquiry in the Netherlands, A
comparative study, Kluwer,
Uitgeverij, 1974

KONVENSI DAN UNDANG-


UNDANG
Annex 13 to the convention on
international civil aviation,
aircraft accident and incident
investigation, standard and
recomended practice, Ninth
edition, Juli 2001
Civil Aviation Safety Regulation
(CASR) part 830 Notification
and Reporting of aircraft
Incident, Accident, or Overdue
aircraft and accident/incident
investigation procedures
Keputusan Menteri Perhubungan No.
48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandara Udara
Umum
Konvensi Paris 1919 (Convention
Relating To The Regulation Of
Aerial Navigation)
Konvensi Chicago 1944 (Convention
On International Civil Aviation)
Peraturan-Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan
Undang-Undang Dasar NRI Tahun
1945
JURNAL, SKRIPSI, MAKALAH
DAN ARTIKEL
Agus Pramono, Jurnal Masalah-
Masalah Hukum “Wilayah
Kedaulatan Negara Atas Ruang
Udara Dalam Perpektif Hukum

20

Anda mungkin juga menyukai