Anda di halaman 1dari 64

PENERAPAN STRATEGI STORYTELLING KAMPUNG DONGENG DALAM

MEMBENTUK CHARACTER BUILDING (PEMBENTUKAN KARAKTER) BAGI


ANAK-ANAK DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.S.I) dalam Bidang Perpustakaan

Oleh

RENNY JUNITA RIA BATUBARA


162201030

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN


DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Srategi Storytelling Kampung Dongeng
Dalam Membentuk Character Building (Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak Di
Kota Medan”.
Penyusunan Kertas Karya ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan kertas karya ini, penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, baik
dari segi teknik penulisan ataupun dari segi tata bahasa. Oleh karena itu penulis
bersedia menerima saran dan kritik dari pembaca dalam upaya perbaikan Tugas Akhir
ini.
Dalam pelaksanaan Tugas Akhir sampai proses pembuatan Tugas Akhir ini,
penulis tidak jarang menemui berbagai macam kesulitan dan hambatan namun berkat
bantuan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
mengatasi berbagai kesulitan tersebut. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung
membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir dan penulisan Kertas Karya ini.
Untuk itu sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom, selaku Ketua Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A selaku Sekretaris Prodi Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
4. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku dosen pembimbing dan dosen wali
masa perkulihan yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan di dalam
mengikuti masa perkuliahan dan waktu dalam penyelesaian dalam
penyelesaian Kertas Karya ini.
5. Seluruh staf pengajar beserta administrasi Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang
telah mendidik penulis selama masa perkuliahan serta membantu penulis
dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang
telah membina dan membimbing penulis selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL), hingga berakhir.
7. Ibu Jenni Aprianti, selaku Koordinator Komunitas Kampung Dongeng dan
seluruh staf anggota komunitas yang telah mengizinkan penulis
melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga Kertas Karya ini
dapat diselesaikan dengan baik.
8. Teristimewa buat kedua Orang Tua penulis, Papah Sonny Sepriandhy
Batubara, S.E, Mamah Lasmaria Br.Simarmata dan Inangtua Pintauli
Br.Simarmata atas doa restu dan kasih sayang yang tiada habisnya
diberikan kepada penulis serta dukungan moril maupun material yang
tanpa jasanya tidak akan mungkin penulis akan sampai pada saat sekarang
ini, serta adik-adikku Sherin Kristy Batubara, Ruth Gabriella Batubara
dan Karel Yosua Batubara yang senantiasa mencurahkan kasih sayang,
doa, dan dukungannya kepada penulis.
9. Teman teristimewa yang paling penting dalam kehidupan penulis Agung
Sujatni, yang selalu menjadi penyemangat penulis serta senantiasa
mencurahkan kasih sayang, doa, dukungan, support dan semangat serta
motivasi kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Kertas
Karya ini.
10. Teman terkhusus Ignatius Maherio Putranapatar Marbun yang selama
menyemangati, mensuport serta motivasi kepada penulis dalam menyusun
dan menyelesaikan Kertas Karya ini.
11. Teman terdekat “The Biri-Biri”, Lausyanna Tioksa Berutu, Rina Wati
Br.Sembiring, Elia Beauti Siburian, Duarta Sitanggang, Pani Hutagaol
dan Ketua Biri-biri Resmon Yusuf Hutapea.
12. Terima kasih untuk teman “PKL Kelompok E”, Nurul Gladys Shinta
Bahar, Pani Hutagaol, Risma Fajar Matondang dan Weni Rahma Diyanti
yang telah memberi semangat dalam penyusunan kertas karya dan selama
waktu 3 bulan berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan (PKL) kita telah
bekerjasama baik sebagai team.
13. Seluruh teman-teman stambuk 2016 Program Studi D-III Ilmu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak memberikan dukungan atas perhatiannya semoga kita tetap
menjalin serta menjaga tali persaudaraan diantara kita semua, amin.
14. Kepada keluarga dan sahabat serta kerabat karib penulis, terimakasih atas
dukungan dan support moril diluar masa perkuliahan.

ii

Universitas Sumatera Utara


15. Rina Wati Br.Sembiring yang telah banyak membantu dan menemani
penulis melakukan observasi dan mengumpulkan data dokumentasi
sehingga Kertas Karya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dari awal sampai akhir, semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kasih dan karunia-Nya kepada pihak-
pihak yang membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis berharap semoga
Kertas Karya ini bermanfaat dan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.
Medan, Agustus 2019
Penulis

Renny Junita Ria Batubara


NIM : 162201030

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 5
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................................... 5
1.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 7

2.1 Pengertian Mendongeng (Storytelling) .............................................................................. 7


2.1.1 Jenis-Jenis Mendongeng (Storytelling) ............................................................... 8
2.1.2 Tujuan Mendongeng (Storytelling) ..................................................................... 10
2.1.3 Manfaat Mendongeng (Storytelling) ................................................................... 11
2.1.4 Proses Kegiatan Mendongeng (Storytelling) ....................................................... 12
2.1.5 Alat Peraga Mendongeng (Storytelling) ............................................................. 14
2.1.6 Manfaat Alat Peraga Mendongeng (Storytelling) .............................................. 15
2.1.7 Standart Mendongeng (Storytelling) Sesuai Tingkatan Batasan Usia ................ 16

2.2 Pengertian Pembentukan Karakter (Character Building) ............................................. 19


2.2.1 Tujuan Dari Pembentukan Karakter (Character Building) ................................. 21
2.2.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Melalui Storytelling Dalam Pembentukan
Karakter (Character Building) ............................................................................ 21
2.2.3 Teori Pembentukan Karakter (Character Building) ........................................... 24
2.2.4 Strategi Pembentukan Karakter (Character Building) ........................................ 25

BAB III GAMBARAN PENERAPAN STRATEGI STORYTELLING


KAMPUNG DONGENG DALAM MEMBENTUK CHARACTER BUILDING
(PEMBENTUKAN KARAKTER) BAGI ANAK-ANAK DI KOTA MEDAN ................ 26

3.1 Sejarah Singkat Komunitas Kampung Dongeng ............................................................... 26


3.2 Visi dan Misi Komunitas Kampung Dongeng ................................................................... 28
3.3 Struktur Organisasi Komunitas Kampung Dongeng ......................................................... 29

iv

Universitas Sumatera Utara


3.4 Kegiatan-Kegiatan Kampung Dongeng Medan ................................................................. 30
3.5 Proses Kegiatan Mendongeng (Storytelling) yang Dilakukan Pada Komunitas
Kampung Dongeng Medan ................................................................................................ 36
3.6 Alat Peraga Storytelling yang Digunakan Pada Komunitas Kampung Dongeng
Medan........................................................................................................................... 38
3.7 Strategi Pembentukan Karakter (Character Building) Melalui Mendongeng
(Storytelling) Pada Komunitas Kampung Dongeng Medan........................................... 39
3.8 Pihak yang Terkait Saat Mendongeng (Storytelling) Pada Komunitas Kampung
Dongeng Medan ............................................................................................................. 40
3.9 Teknik Storytelling Dalam Pembentukan Karakter (Character Building) Pada
Komunitas Kampung Dongeng Medan.......................................................................... 43
3.10 Nilai-Nilai yang Terkandung Melalui Storytelling Dalam Pembentukan
Karakter (Character Building) Pada Komunitas Kampung Dongeng Medan ............... 45
3.11 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter (Character
Building) ................................................................................................................................... 46
3.12 Metode Storytelling Dalam Pembentukan Karakter (Character Building) Pada
Kampung Dongeng Medan ............................................................................................ 48
3.13 Kelebihan dan Kekurangan Storytelling Dalam Pembentukan Karakter
(Character Building) Pada Kampung Dongeng Medan .................................................. 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 50

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 50


4.2 Saran.................................................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 54

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... 55

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar-1 Struktur Organisasi Kampung Dongeng Medan ..................................................... 25


Gambar-2: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Awal Pekan ..................................... 27
Gambar-3: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Keliling ............................................ 28
Gambar-4: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Kunjungan ....................................... 29
Gambar-5: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Craft ................................................. 30
Gambar-6: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Kemah Dongeng .............................. 31
Gambar-7: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Workshop ........................................ 32
Gambar:-8 Peralatan Alat Peraga yang Digunakan Dalam Kegiatan Storytellig .................... 35
Gambar-1 Struktur Organisasi Kampung Dongeng Medan ..................................................... 25

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kampung Dongeng Medan yang di singkat menjadi “KADO Medan” adalah salah
satu perwakilan komunitas Kampung Dongeng wilayah Sumatera Utara, yang
bergerak di bidang Pendidikan karakter anak dan sosial yang aktif di Medan.
Kampung Dongeng Medan dibentuk dan resmi bergerak secara komunitas pada bulan
Maret 2014. Saat ini Kampung Dongeng Medan rutin melakukan kegiatan sosial di
Taman Ahmad Yani Medan terletak di jalan Imam Bonjol, JATI, Kecamatan Medan
Maimun setiap satu bulan satu kali diminggu kedua bulan tepatnya pada hari Minggu
dengan nama kegiatan “Kampung Dongeng Pekan Ceria”. Kampung Dongeng Medan
mengajak segenap elemen masyarakat menyediakan ruang ekspresi anak dalam
mendorong daya imajinasi dan kreasi anak dalam pembentukan karakter bagi anak-
anak di kota Medan. Hal tersebut dilakukan sebagai dasar hak anak, dimana anak
dapat bermain, sekaligus belajar dalam suasana yang ceria dan penuh kebersamaan.

Kampung Dongeng Medan berkeliling ke berbagai daerah untuk dapat


berinteraksi dengan anak-anak dalam ruang yang tentu saja beragam.Dari anak-anak
perkotaan, perkampungan hingga anak-anak yang berada di jalur perbatasan dan
daerah terpencil serta terpelosok.Kampung Dongeng Medan sering di panggil dalam
kegiatan ulang tahun di rumahan, di sekolah, di hotel, hingga kegiatan dongeng untuk
anak-anak di berbagai Rumah Sakit dan Pengungsian Bencana Alam.

Kampung Dongeng Medan sudah banyak melakukan kegiatan storytelling


(Mendongeng) keliling di berbagai tempat dan daerah yang sudah di jalani yaitu
Medan Sunggal, Marelan, Binjai, Stabat, Balige, Toba Samosir, Kisaran, Batubara,
Serdang Bedagai, Langkat, Percut, Deli Serdang, Perdagangan, Kota Tebing Tinggi,
Aceh, Subulussalam, Kwala Simpang bahkan Kampung Dongeng Medan juga sudah

Universitas Sumatera Utara


pernah menjalani ke berbagai tempat terpencil dan terpelosok yaitu Desa Tampurpalo
serta saling membantu antar komunitas lain yang ada di Kota Medan.

Kampung Dongeng Medan sudah hampir ratusan tempat di Kota Medan sudah di
jalani, salah satu nama tempat yang pernah melakukan kegiatan mendongeng
(storytelling) yaitu di berbagai sekolah yang ada di Kota Medan, antara lain:

1. Sekolah Al-Huda Marelan,

2. SD Panca Budi,

3. SD Negeri yang ada di Kota Medan,

4. Dan di berbagai sekolah lainnya, baik PAUD maupun Sekolah Dasar (SD)

Besarnya pengaruh lingkungan luar terhadap tumbuh kembang anak haruslah


diimbangi dengan bimbingan orang dewasa disekitarnya, diantaranya keluarga, guru
dan elemen-elemen masyarakat yang peduli terhadap dunia anak. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara bermain bersama. Permainan yang paling mudah dan tentunya
memiliki banyak manfaat adalah berbagai macam permainan Tradisional.Dengan kita
mengajak anak bermain permainan Tradisional, waktu luang anak dapat
dimanfaatkan dengan baik, dan anak dapat bermain sembari melatih berbagai macam
kemampuan.

Kemudian, dalam membimbing anak juga harus ditanamkan nilai-nilai moral,


etika dan menumbuhkan rasa empati pada diri mereka.Hal ini berguna untuk
meningkatkan kecerdasan emosional, agar anak juga dapat membentengi diri dari
pengaruh-pengaruh buruk dari lingkungan luar.Caranya dapat dilakukan dengan
metode bercerita atau mendongeng yang mengedukasi dan kreatif, seperti tentang
binatang, legenda, hikayat, keagamaan, serta para tokoh kehidupan yang mereka
kenal.

Universitas Sumatera Utara


Dari segi anak yang akan mendengarkan cerita, maka pendongeng perlu
memperhatikan minat serta kebutuhan anak dan dari cerita yang di bawakan perlu
mengandung nilai moral yang baik sesuai dengan perkembangan dan jiwa anak.
Selain dari segi isi, Bahasa yang di gunakan dalam bercerita pun harus menggunakan
Bahasa yang sederhana dan dapat di pahami serta di mengerti oleh anak-anak.

Manfaat dari pengembangan Kampung Dongeng Medan dalam pembentukan


karakter (Character Building) bagi anak yaitu membuat anak-anak akan lebih terarah
dalam bersikap dapat membedakan mana yang baik maupun yang tidak baik sebab
dari isi pesan yang dapat di sampaikan melalui mendongeng (Storytelling)
mempunyai pesan moral positif yang menyangkut dalam kehidupan sehari-hari
sehingga harus dapat dan mudah di mengerti oleh anak-anak.Mendidik anak dengan
mendongeng merupakan hal mengasyikkan.Selain dapat menanamkan nilai-nilai
kebaikan, mendongeng juga dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin
antara anak dan orangtua.

Kampung Dongeng Medan tidak menawarkan suatu tipe hal-hal spesifik kepada
masyarakat, karena Kampung Dongeng Medan hanya ingin mendidik anak-anak
dalam membentuk karakter pada anak (pendidikan anak) kegiatan dari Kampung
Dongeng Medan dikhususkan kepada anak-anak. Dalam konteks yang luas, hal yang
di tawarkan kepada orang tua bagaimana tips parenting yang perlu di ketahui oleh
setiap orang tua dengan itu Kampung Dongeng Medan sering mengajak para
psikologi maupun psikelor pernikahan. Kampung Dongeng Medan
menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang bersifat menstimulasi beragam
kercerdasan anak.

Universitas Sumatera Utara


Dalam kegiatan ini, Kampung Dongeng Medan bekerja sama dengan pihak
instansi baik Swasta maupun Pemerintah untuk dapat membuka cabang Kampung
Dongeng diberbagai daerah yang ada di Indonesia, antara lain:

a. Rumah Zakat,
b. Yatim Mandiri,
c. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI),
d. Lembaga Perlindungan Konsumen (PKU),
e. LAZISMU, dan
f. Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Kampung Dongeng Medan juga bekerja sama dengan sejumlah komunitas yang ada
di Kota Medan, antara lain:

1. Komunitas Biola,
2. Komunitas Reptile Zone,
3. Komunitas Menggambar,
4. Komunitas Kreativitas Danbo,
5. Perkumpulan pengrajin seni kain flannel,
6. dan lain-lain.
Kegiatan ini bertujuan mengajak anak-anak bermain sesuai dengan usianya,
mengembangkan beragam kecerdasan pada anak, memperkenalkan nilai-nilai moral,
memperkenalkan ide-ide dan hal-hal baru yang bersifat positif. Dengan sasaran umur
anak-anak usia PAUD, TK/RA dan Sekolah Dasar Se-Kota Medan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk memilih judul


“Penerapan Strategi Storytelling Kampung Dongeng Dalam Membentuk
Character Building (Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak Di Kota
Medan”.Adapun yang menjadi alasan yaitu ingin mengetahui Penerapan Strategi
Storytelling Kampung Dongeng Dalam Membentuk Character Building
(Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak Di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulis kertas karya ini adalah: Untuk
mengetahui Penerapan Strategi Storytelling Kampung Dongeng Dalam Membentuk
Character Building (Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak di Kota Medan.

1.3 Ruang Lingkup


Sesuai dengan judul yang diambil oleh penulis, maka ruang lingkup dalam
penulisan kertas karya ini mencakup beberapa aspek pelayanan kegiatanKampung
Dongeng Medanyaitu:

1. Nilai-nilai yang terkandung melalui Storytelling dalam pembentukan


karakter bagi anak,
2. Alat peraga yang digunakan dalam melakukan kegiatan Storytelling,
3. Strategi Storytelling dalam pembentukan karaker pada anak (baik
dilingkungan keluarga, disekolah atau diluar sekolah, maupun
masyarakat).

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan kertas karya ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu suatu metode yang dilakukan penulis dengan cara membaca, menelusur,
dan memahami bahan pustaka atau literatur baik berupa dari berbagai buku,
diktat, internet, atau literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan topik
yang dibahas dalam kertas
karya ini.
2. Studi Lapangan
Dalam usaha untuk memperoleh data dalam penulisan kertas karya ini, penulis
mengadakan peninjauan dan pengamatan langsung pada Penerapan Strategi

Universitas Sumatera Utara


Storytelling Kampung Dongeng Dalam Membentuk Character Building
(Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak di Kota Medan.
3. Wawancara
Yaitu dengan menanyakan secara langsung kepada Ketua dan Anggota
Komunitas Kampung Dongeng bagaimana Penerapan Strategi Storytelling
Kampung Dongeng Dalam Membentuk Character Building (Pembentukan
Karakter) Bagi Anak-anak di Kota Medan serta menanyakan hal-hal yang
perlu bagi penulis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mendongeng (Storytelling)


Menurut Echols (dalam Aliyah, 2011) storytelling terdiri atas dua kata yaitu
story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling
berarti penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Selain itu, storytelling disebut juga
bercerita atau mendongeng seperti yang dikemukakan oleh Malan, mendongeng
adalah bercerita berdasarkan tradisi lisan. Storytelling merupakan usaha yang
dilakukan oleh pendongeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau
sebuah cerita kepada anak-anak serta lisan.
Menurut Pellowski (dalam Nurcahyani, 2010) mendefinisikan storytelling
sebagai sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari cerita-cerita
dalam bentuk syair atau prosa, yang dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di
hadapan audience secara langsung dimana cerita tersebut dapat dinarasikan dengan
cara diceritakan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa musik, gambar, ataupun dengan
iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara lisan, baik melalui sumber tercetak,
ataupun melalui sumber rekaman mekanik.
Kegiatan Storytelling atau mendongeng juga mampu membawa anak untuk
berimajinasi dan berfantasi terhadap cerita dibawakannya sehingga anak mampu
mengkreasikan sesuatu berdasarkan khayalan mereka. Apabila imajinasi anak
tersebut diarahkan pada nilai-nilai karakter maka diharapkan anak tersebut memiliki
keprbadian dan karakter yang baik. Pembinaan karakter tersebut perlu dilakukan
secara berkesinambungan, baik dilingkungan keluarga, sekolah baik diluar
lingkungan sekolah, maupun masyarakat. Model atau contoh, selain dapat diberikan
melalui perilaku yang dilakukan secara nyata oleh orangtua, guru, maupun teman
sebaya juga dapat diberikan melalui dongeng dengan menggunakan metode bercerita
melalui boneka tangan yang dapat menarik perhatian anak (Julita, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Storytelling dapat pula dikatakan sebagai sebuah seni yang menggambarkan
peristiwa yang sebenarnya maupun berupa fiksi dan dapat disampaikan menggunakan
gambar ataupun suara, sedangkan sumber lain mengatakan bahwa storytelling
merupakan penggambaran tentang kehidupan yang dapat berupa gagasan,
kepercayaan, pengalaman pribadi, pembelajaran tentang hidup melalui sebuah cerita
(Serrat, 2008: 2).
Bedasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa storytelling
merupakan kegiatan menceritakan kembali sebuah cerita secara lisan pada layanan
anak yang bertujuan untuk menyampaikan isi pikiran, perasaan kepada anak-anak.

2.1.1 Jenis-jenisMendongeng (Storytelling)

Dalam menyampaikan dongeng ada berbagai macam jenis cerita dongeng


yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan (storytelling) kepada
audience. Sebelum acara mendongeng dimulai, biasanya pendongeng telah
mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita dongeng yang akan disampaikannya agar
pada saat mendongeng nantinya dapat berjalan lancar.

Menurut Asfandiyar (2007, hal.85-87), berdasarkan isinya dongeng dapat


digolongkan ke dalam jenis-jenis:

1. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat dan
biasanya turun-temurun. Dongeng ini sebagian besar berfungsi untuk melipur lara dan
menanamkan semangat kepahlawanan. Biasanya, dongeng tradisional disajikan
sebagai pengisi waktu istirahat, dibawakan secara romantik, penuh humor, dan sangat
menarik. Misalnya, Malinkundang, Calon Arang, Jaka Tingkir, Sangkuriang, dan
lain-lain.

2. Dongeng Futuristik (Modern)


Dongeng futuristik atau dongeng modern disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini
biasanya bercerita tentang sesuatu yang fantastik, misalnya tokohnya tiba-tiba

Universitas Sumatera Utara


menghilang. Dongeng futuristik bisa juga bercerita tentang masa depan, misalnya
Bumi Abad 25.

3. Dongeng Pendidikan
Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan
bagi dunia anak-aanak. Misalnya, menggugah sikap hormat kepada orang tua.

4. Fabel
Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat bicara
seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku
manusia tanpa membuat manusia tersinggung.Misalnya, dongeng kancil, kelinci, dan
kura-kura.

5. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak
yang bertemakan kepahlawanan.Misalnya, kisah-kisah para sahabat menurut ajaran
agma, sejarah perjuangan Indonesia, sejarah pahlawan/tokoh-tokoh, dan sebagainya.

6. Dongeng Terapi (Traumatic Healing)


Dongeng terapi adalah dongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak korban bencana
atau anak-anak yang sakit.Dongeng terapi adalah dongeng yang bisa membuat rileks
saraf-saraf otak dan membuat tenang hati mereka.Oleh karena itu, dongeng ini
didukung pula oleh kesabaran pendongengnya dan musik yang sesuai dengan terapi
itu sehingga membuat anak merasa nyaman dan enak.Dalam kasus penelitian yang
dilakukan ini, jenis dongeng yang digunakan adalah dongeng-dongeng yang
mempunyai misi pendidikan di dalamnya.Di mana dongeng disini bukan hanya
berfungsi sebagai hiburan semata tetapi juga memiliki muatan pendidikan
didalamnya.Kegiatan mendongeng ini biasanya dimaksudkan sebagai upaya dalam
menanamkan nilai-nilai serta menumbuhkan kegemaran anak untuk membaca.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Tujuan Mendongeng (Storytelling)
Menurut Andi Yuda Asfandiyar (2007: 28-73) tujuan Storytelling, antara lain:
1. Mendongeng dapat membawa anak-anak kepada pengalaman.
2. Pengalaman baru yang belum pernah dialaminya.
3. Mendongeng dapat memberikan beribu-ribu hikmah yang membuat
anak merasa belajar sesuatu.
4. Dongeng melatih kemampuan bahasa dan bicara anak. Dengan
dongeng anak akan mengenal kosakata baru.
5. Dongeng membuat anak menyukai pada buku dan membaca.
6. Hal inilah yang yang sangat penting bagi pustakawan, karena dongeng
dapat mendorong anak untuk segera membaca langsung buku tersebut.
7. Dongeng dapat meningkatkan kemampuan membaca anak dan
memperluas wawasan anak.
8. Dongeng membuat anak seperti diberi ide dan insfirasi baru.
9. Anak-anak kurung suka jika dinasehati, dengan mendongeng dapat
menasehati anak-anak tanpa membuatnya merasa dinasehati, jadi anak
seperti diajak mengobrol seperti biasa.
10. Mendongeng dapat melatih daya konsentrasi anak.
11. Dongeng melatih anak berasosiasi.
12. Dongeng dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas anak.
13. Melalui dongeng, anak dapat bermain sambil belajar, dengan begitu
dapat memberi pengertian pada anak, bahwa belajar bukanlah hal yang
membosankan.
14. Mendongeng dapat memupuk rasa keindahan dan kehalusan budi.
15. Mendongeng dapat menumbuhkan kepekaan dan keharuan pada anak.
16. Dongeng terkadang membuat anak beridenfikasi, jadi lewat dongeng,
akan tampak bahwa seorang anak mencari tokoh identifikasi yang
sering kali menjadi pujaanya. Tokoh-tokoh protagonis yang

10

Universitas Sumatera Utara


menampilkan kehebatan menjadi idola mereka sehingga segera hal
yang berkaitan dengan protagonis ini ditiru oleh anak-anak.
17. Dongeng dapat menjadi apresiatif indera lihat, dengar, emosi anak-
anak. Dongeng sebagai bagian dari seni dan sastra tutur dengan vokal,
gerak tubuh, sistematika bercerita, dan unsur-unsur psikologis yang
terkandung di dalamnya.
18. Dengan mendongeng, dapat mengembangkan imajinasi anak.
19. Mendongeng dapat membuat anak berkomunikasi dengan dirinya
sekaligus dengan orang lain.
20. Mendongeng juga merupakan lambang ketulusan dan kasih sayang.
Jadi dengan mendongeng anak dapat merasa diberi kasih sayang.
21. Mendongeng dapat merangsang jiwa petualangan anak.

Bedasarkan pendapat diatas tujuan storytelling adalah untuk meningkatkan


minat baca anak, meningkatkan kemampuan baca siswa, mengembangkan kreatifitas
dan imajinasi anak, memperluas wawasan dan pengetahuan anak, membuat anak
menyukai buku.
2.1.3 Manfaat Mendongeng (Storytelling)

Berbicara mengenai Storytelling sungguh banyak manfaatnya.Tak hanya bagi


anak-anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya. Menurut Hibana (dalam
Kusmiadi, 2008).

Manfaat dari kegiatan mendongeng (storytelling) ini antara lain adalah:

1. Mengembangkan fantasi, empati dan berbagai jenis perasan lain.


2. Menumbuhkan minat baca.
3. Membangun kedekatan dan keharmonisan.
4. Media pembelajaran.

11

Universitas Sumatera Utara


Adapun manfaat lain bagi anak dengan mendongeng (storytelling) antara lain adalah:

1. Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.


2. Mengembangkan kemampuan berbicara anak.
3. Mengembangkan daya sosialisasi anak.
4. Sarana komunikasi anak dengan orangtuanya.
5. Media terapi anak-anak bermasalah.
6. Mengembangkan spiritualitas anak.
7. Menumbuhkan motivasi atau semangat hidup.
8. Menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti.
9. Membangun kontak batin antara pendidik dengan murid.
10. Membangun watak-karakter.
11. Mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), efektif (perasaan), sosial, dan
aspek konatif (penghayatan).

2.1.4 Proses Kegiatan Mendongeng (Storytelling)


Dalam proses Storytelling inilah terjadi interaksi antara pendongeng dengan
audiancenya. Melalui proses storytelling inilah dapat terjalin komunikasi antara
pendongeng dengan audiancenya. Adanya tahapan-tahapan dalam storytelling, teknik
yang digunakan dalam storytelling untuk menentukan lancar tidaknya proses
storytelling berjalan.
1. Tahap Storytelling
Bunanta (2005:37) menyebutkan ada tiga tahapan dalam storytelling, yaitu
persiapan sebelum acara storytelling dimulai, saat proses storytelling
berlangsung.
1. Persiapan Sebelum Storytelling
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul buku yang
menarik dan mudah diingat. Melalui judul audiance maupun pembaca
akan bermanfaat.

12

Universitas Sumatera Utara


2. Saat Storytelling Berlangsung
Saat proses terpenting dalam storytelling adalah pada tahap
storytelling berlangsung. Saat akan memasuki seksi acara storytelling,
pendongeng harus menunggu kondisi sehingga audiance siap untuk
menyimak dongeng yang akan disampaikan.
Pada saat storytelling, ada beberapa faktor yang dapat menunjang
berlangsungnya proses storytelling agar menjadi menarik untuk
disimak (Asfandiyar,2007), antara lain:
1. Kontak Mata
Saat storytelling berlangsung, pendongeng harus melakukan
kontak mata dengan audiance.Pandanglah audiance dan diam
sejenak. Dengan melakukan kontak mata audiance akan merasa
dirinya diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi, selain itu
dengan melakukan kontak mata kita dapat melihat apakah audiance
menyimak jalan cerita yang didongengkan. Dengan begitu,
pendongeng dapat mengetahui reaksi dari audiance.
2. Mimik Wajah
Pada waktu storytelling sedang berlangsung, mimik wajah
pendongeng dapat menunjang hidup atau tidaknya sebuah cerita
yang disampaikan.Pendongeng harus dapat mengekspresi
wajahnya sesuai dengan yang di dongengkan.
3. Gerak Tubuh
Pendongeng waktu proses storytelling berjalan dapat turut pula
mendukung menggambarkan jalan cerita yang lebih menarik.
Cerita yang didongengkan akan terasa berbeda jika pendongeng
melakukan gerakan-gerakan yang mereflesikan apa yang dilakukan
tokoh-tokoh yang didongengkannya. Dongeng akan terasa
membosankan, dan akhirnya audiance tidak autisias lagi
mendengarkan dongeng.

13

Universitas Sumatera Utara


4. Suara
Tidak rendahnya suara yang dipendengarkan dapat digunakan
pendongeng untuk membawa audiance merasakan situasi dari
cerita yang didongengkan. Pendongeng akan meninggikan intonasi
suaranya untuk mereflekskan cerita yang mulai memasuki tahap
yang menegangkan. Pendongeng profesional biasanya mampu
menirukan suara-suara dari karakter tokoh yang didongengkan.
Misalnya suara ayam, suara pintu yang terbuka.
5. Kecepatan
Pendongeng harus dapat menjaga kecepatan atau tempo pada saat
storytelling. Agar kecepatan yang dapat membuat anak-anak
menjadi bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan
anak-anak menjadi bosan.
3. Sesudah kegiatan storytelling selesai
Ketika proses storytelling selesai dilaksanakan, tibalah saatnya bagi
pendongeng untuk mengevaluasi cerita. Melalui cerita tersebut kita
dapat belajar tentang apa saja. Setelah itu pendongeng dapat mengajak
audiance untuk gemar membaca dan merekomendasikan buku-buku
dengan tema lain yang isinya menarik.

2.1.5 Alat Peraga Mendongeng(Storytelling)

Bunanta (2005:37) untuk menarik minat anak-anak dalam melakukan


storytelling, perlu adanya alat peraga seperti misalnya boneka kecil yang dipakai
ditangan untuk mewakili tokoh-tokoh yang menjadi materi dongeng. Selain
boneka, dapat juga dengan cara memakai kostum-kostum hewan yang lucu, dan
membuat latar cerita dengan pepohonan dan juga dengan karekter-karakter intinya
membuat anak merasa ingin tahu dengan materi dongeng yang akan disajikan.

14

Universitas Sumatera Utara


2.1.6 Manfaat Alat Peraga Mendongeng (Storytelling)
Menurut Yasmin (2011:1) Manfaat alat peraga adalah sebagai salah satu
metode yang variatif yang dapat merangsang minat siswa sehingga tetap dapat
berkonsentrasi pada pelajaran. Mengemukakan bahwa manfaat alat peraga
diantaranya adalah menyampaikan suatu konsep dengan bentuk yang baru,
mempertahankan konsentrasi, mengajar dengan lebih cepat, mengatasi masalah
dengan keterbatasan waktu, mengatasi masalah keterbatasan tempat, mengatasi
masalah keterbatasan bahasa, membangkitkan emosi manusia dan menyampaikan
suatu konsep dengan bentuk yang baru.

Manfaat alat peraga dalam dunia pendidikan ternyata memang bukan isapan
jempol belaka. Maka dari itu saat penyampaian materi atau informasi dilakukan
dengan menggunakan alat peraga, maka akan lebih mudah bagi siswa untuk bisa
menerima dan mengingat setiap informasi yang diberikan.

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai beberapa manfaat alat peraga baik
untuk anak.
1. Memusatkan perhatian siswa (anak)
Ketika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga, maka
perhatian anak akan terpusat pada alat peraga dan penjelesan dari guru. Para
siswa akan sulit untuk membagi pikiran dan perhatian pada hal lain, sehingga
tanpa disadari waktu terasa berjalan sangat cepat. Penggunaan alat peraga
pada proses pembelajaran memang akan menjadi hal yang sangat
menyenangkan bagi siswa (anak). Sebaliknya tanpa alat peraga, maka metode
pembelajaran verbalis akan terasa sangat membosankan, siswa menjadi sulit
untuk fokus dan pembelajaran pun menjadi tidak efektif.
2. Membuat siswa lebih semangat dan antusias untuk belajar
Keberadaan alat peraga juga akan membuat siswa menjadi lebih semangat,
penasaran dan antusias untuk belajar serta mengasai materi yang dipelajari.

15

Universitas Sumatera Utara


Semangat dan antusiasme yang tinggi inilah yang alan mendorong para siswa
untuk bekerja lebih keras agar bisa menguasai materi yang sedang dipelajari.
3. Mempermudah menguasai materi
Pembelajaran menggunakan alat peraga ini menggunakan pendekatan teoritis
dan praktis, abstrak dan kongkrit. Sehingga akan membantu siswa untuk
mempermudah menguasai materi. Siswa akan lebih mudah untuk menalar
informasi atau materi yang disampaikan guru, tidak terkecuali juga untuk
materi yang bersifat abstrak.
4. Merangsang daya pikir dan nalar siswa
Penggunaan alat peraga pendidikan dalam proses pembelajaran akan sangat
efektif untuk merangsang daya pikir dan nalar siswa, karena memadukan
pendekatan abstrak dan kongkrit. Tentu ini berbeda ketika pembelajaran
dilakukan tanpa bantuan alat peraga, dimana siswa akan mengalami kesulitan
untuk menalar materi yang disampaikan.
5. Meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa
Penggunaan alat peraga juga membantu untuk meningkatkan daya imajinasi
dan kreativitas siswa.Siswa dapat bereksperimen dan bereksplorasi
mengembangkan materi yang dipelajari. Aktifnya daya imajinasi dan
kreativitas, akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar sehingga
hasil pembelajaran menjadi lebih optimal karena siswa dapat menguasai lebih
banyak materi.

2.1.7 Standart Mendongeng (Storytelling) Sesuai Tingkatan Batasan Usia

Menurut periset Amerika Chall dalam Muktiono (2003, hal.24-27), membaca


dongeng berdasarkan tingkatan usia digolongkan dalam enam tingkatan ideal, yakni:

1. Tingkatan 0: Pre-reading dan pseudo-reading, 6 tahun kebawah


Sebelum mencapai usia enam tahun, anak-anak biasanya “pura-pura”
membaca, mengulang cerita ketika melihat halaman-halaman sebuah buku

16

Universitas Sumatera Utara


yang sudah pernah dibacakan untuknya. Dalam tingkatan ini perlu disediakan
buku-buku yang menarik, dengan gambar-gambar berwarna yang dipenuhi
dengan karakter tokoh yang lucu dan unik sehingga lebih menarik minat anak
terhadap buku-buku yang diceritakan.
2. Tingkat 1: Membaca awal dan decoding, 6-7 tahun
Antara usia 6-7 tahun, anak-anak mulai mampu mempelajari hubungan antara
suara dan huruf serta antara kata-kata tertulis dengan terucap (lisan). Pada
tingkatan ini, anak-anak mulai bias membaca dan menikmati bacaan buku
cerita yang mereka baca sendiri. Untuk memacu kecintaan mereka kepada
mendengarkan dan membaca buku cerita, sediakan buku-buku cerita berseri
atau majalah bergambar.
3. Tingkat 2: Konfirmasi dan kelancaran, 7-8 tahun
Diusia antara 7 dan 8 tahun, anak-anak mampu menggabungkan
keterampilan-keterampilan mereka, meningkatkan kemampuan membaca
serta mendengarkan isi dari cerita dongeng yang disampaikan kepada anak-
anak.
4. Tingkat 3: Membaca dan mendengarkan untuk media belajar, 9-14 tahun
Pada awal tingkatan ini pemahaman melalui pendengaran lebih baik dari pada
pemahaman melalui membaca.
5. Tingkat 4: Kerumitan dan kompeksitas, 14-17 tahun
Pada tingkatan ini kemampuan anak memiliki pemahaman membaca dongeng
lebih tinggi dari pada mendengarkan pendongeng dalam melakukan
penyampaian isi cerita dalam dongeng.
6. Tingkatan 5: Konstruksi dan rekontruksi, 18 tahun ke atas
Pada usia diatas 18 tahun, seorang dewasa muda seharusnya lebih mampu
mengembangkan kemampuan membaca dari pada mendengarkan, karena
dalam usia ini sudah seharusnya menjadi seorang yang dapat melakukan
penyampaian mendongeng yang baik bagi anak-anak.

17

Universitas Sumatera Utara


Dalam mengenal tingkatan-tingkatan tersebut, kita akan memperoleh petunjuk
mengenai kemampuan membaca anak dan sampai mana batas kemampuan anak
tersebut yang harus dapat dikembangkan. Selain itu, penggolongan tersebut juga
dapat memudahkan pendongeng memilih buku bacaan yang tepat sesuai umur
mereka. Mendongeng kepada anak-anak dengan menggunakan buku dapat menjadi
contoh yang bagus bagi anak-anak.

Lebih lanjut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Agus DS,
menggelompokkan dongeng yang baik bagi anak-anak ke dalam empat golongan
besar, yaitu:

1. Dongeng Binatang, dongeng yang ditokohi oleh karakter-karakter binatang


liar yang dikenal anak-anak. Tokoh binatang ini dapat berbicara dan berakal
budi seperti manusia. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik dan
jenaka. Seperti cerita: Si kancil. Dalam penyampaian cerita tersebut, harus
terkandung nilai-nilai kejujuran, rendah hati, adil dan bijaksana yang sangat
berpengaruh dalam peningkatan pembentukan karakter bagi anak
2. Dongeng Biasa, dongeng yang ditokohi oleh manusia. Biasanya mengisahkan
kisah suka duka seseorang, seperti: Ande-ande Lumut, Sangkuriang, Jaka
Tarub. Dalam melakukan dongeng seperti ini dapat mengajarkan nilai
keberanian, kepatuhan, rela berkorban, bekerja keras yang dapat mengajarkan
serta menumbuh kembangkan imajinasi dalam meningkatkan daya kritis
pembentukan karakter bagi anak-anak.

Dalam penyampaian mendongeng yang baik dapat menngunakan Bahasa yang


baik disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak-anak pada masa kini untuk
dapat meningkatkan daya kritis dan kreativitas dalam pembentukan karakter pada
anak.

18

Universitas Sumatera Utara


2.2 Pengertian Pembentukan Karakter (Character Building)

Menurut Bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut


para ahli psikologi, N.K Singh dan Mr. A.R Agwan, karakter adalah sebuah system
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu,
jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat di ketahui, maka dapat di
ketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu.

Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya di defenisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran dan dengan
kata lain, keduanya dapat di sebut sebagai dengan kebiasaan.

Pengertian pembentukan karakter (Character Building) dalam segi Bahasa,


Character Building atau membangun karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu
membangun (To Build) dan karakter (Character) artinya membangun yang
mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah
tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Andrias Harefa (2010:1) mengatakan
bahwa pembentukan karakter (Character Building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikan rupa, sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda atau
dapat dibedakan dengan karakter orang lain. Ibarat seperti huruf dalam alphabet yang
tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikian juga dengan individu
yang berkarakter dapat di bedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang
tidak atau belum berkarakter maupun dengan yang berkarakter tercela).

Pendapat ini di dukung oleh Bonek Guyup (2010:1) yang sependapat dengan
Sigmund Freud yang menyatakan bahwa karakter adalah “Character is a striving
system which underly behavior”, yang artinya adalah sebagai kumpulan tata nilai

19

Universitas Sumatera Utara


yang mewujud dalam suatu system daya dorong (daya juang) yang melandasi
pemikiran, sikap dan perilaku yang akan di tampilkan secara mantap.

Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian pembentukan


karakter (Character Building) adalah suatu proses atau usaha yang di lakukan untuk
membina, memperbaiki atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (Budi
Pekerti), insan manusia (Masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah
laku yang baik.

Karakter berasal dari Bahasa Yunani “Character” yang berakar dari diksi dari
“Charassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam Bahasa Latin
karakter bermakna memberikan tanda. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter di
artikan sebagai tabiat, watak, sifat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter juga dapat di ibaratkan seperti
sebuah ukiran. Sebuah ukiran yang melekat kuat pada bendapay yang akan di ukir
dan tidak mudah termakan waktu. Sebuah pola, baik itu pikiran, sikap maupun
tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat sulit dan kuat untuk dapat
dihilangkan disebut sebagai karakter.

Sedangkan defenisi lainnya menurut para ahli di antaranya, sebagai berikut:

1. Menurut Hermawan Kartajaya, karakter adalah “ciri khas” yang di miliki oleh
seseorang (suatu individu). Ciri khas ini asli dan mengakar pada seseorang
(individu) sehingga sangat mempengaruhi tindakan perilaku dan pola
pemikiran sehari-harinya.
2. Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang di
laksanakan dengan menonjolkan nilai benar-salah maupun baik-buruk secara
implisit ataupun eksplisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama
sekali tidak menyangkut nilai-nilai seseorang (individu).

20

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dan melekat pada diri
seseorang yang sanagt mempengaruhi sikap, tindakan dan cara berpikir seseorang
dalam kehidupan sehari-harinya. Di lihat dari sudut pengertian, ternyata karakter
dan akhlak tidak memiliki suatu perbedaan yang sangat signifikan. Keduanya di
defenisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi
karena sudah tertanam dalam pikiran dan dengan kata lain keduanya dapat di
sebut sebagai kebiasaan seseorang (individu).

2.2.1 Tujuan dari Pembentukan Karakter (Character Building)

Menurut Depdiknas adapun tujuan dari pembentukan karakter adalah untuk


mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila.Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar
agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik; memperbaiki perilaku yang
kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik; serta menyaring budaya yang
kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Ruang lingkup pembangunan
karakter ini mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat
politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

2.2.2 Nilai-Nilai yang Terkandung Melalui Storytelling Dalam Pembentukan


Karakter (Character Building)

Nilai-nilai yang terkandung melalui storytelling dalam pembentukan karakter


menurut Sri Narwanti (2011:1) adalah:

1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

21

Universitas Sumatera Utara


2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan berindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
Bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

22

Universitas Sumatera Utara


11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
Bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan
orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan
orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

23

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan komponen niali-nilai pembentukan karakter di atas, dapat di
katakan bahwa sebuah pembentukan karakter memiliki nilai yang sangat penting
yaitu pengetahuan tetang moral, perasaan tentang moral dan bagaimana perbuatan
moral tersebut di lakukan sehingga dengan 18 nilai-nilai pembentukan karakter
(Character Building) tersebut, orang tua dapat menerapkan dan di ajarin kepada
anak-anak.

2.2.3 Teori Pembentukan Karakter (Character Building)

Menurut Stephen Covey dalam buku 7 “Kebiasaan Manusia Yang Sangat


Efektif”, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya,
yaitu:

1. Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek kitalah yang


berbuat begitu kepada kita. Itulah sebabnya kita memiliki tabiat seperti ini.
Kakek-nenek kita mudah marah dan itu ada pada DNA kita, sifat ini di teruskan
dari generasi ke generasi berikutnya dan kita mewarisinya. Lagipula, kita orang
Indonesia dan itu merupakan salah satu sifat orang Indonesia.
2. Determinisme Psikis, pada dasarnya orang tua kitalah yang berbuat begitu
kepada kita. Pengasuhan kita, pengalaman masa anak-anak kita pada dasarnya
membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter kita. Itulah sebabnya
kita takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orang tua kita untuk
membesarkan kita. Kita merasa sangat bersalah jika kita membuat suatu
kesalahan karena kita ingat jauh di dalam hati tentang penulisan naskah
emosional kita ketika kita sangat rentan, lembek dan bergantung kepada orang
lain. Kita “ingat” hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang
lain ketika kita tidak berprestasi seperti yang di harapkan.
3. Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos kita berbuat begitu
kepada kita- atau pasangan kita, atau anak remaja yang berkital itu, atau situasi

24

Universitas Sumatera Utara


ekonomi kita, atau kebijakan Nasional. Seseorang atau sesuatu di lingkungan kita
bertanggung jawab atas situasi kita.

2.2.4 Strategi Pembentukan Karakter (Character Building)

Strategi dalam pembentukan karakter yaitu sebuah rencana mengenai kegiatan


untuk mencapai pembelajaran dari nilai-nilai karakter. Strategi yang dimaksud adalah
yang berkaitan dengan kurikulum, model tokoh, dan metodologi. Strategi yang
berkaitan dengan kurikulum adalah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
bahan ajar. Dalam artian, bahwa tidak membuat kurikulum pendidikan karakter
tersendiri.Strategi yang berkaitan dengan adanya model tokoh sering diterapkan di
negara-negara maju adalah seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah.

Menurut Samani dan Hariyanto (2013:144) strategi yang berkaitan dengan


metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada pelaksanaan pendidikan
karakter di negara barat (Whitley,2007) antara lain adalah startegi pemanduan
(cheerleading) pujian dan hadiah (praise-amd-reward), definisikan dan latihkan
(define-and-drill), penegakan disiplin (forced-formality), dan juga perangai bulan ini
(traits of the month).

1) Strategi cheerleading, dalam strategi setiap bulan ditempel poster-poster, dipasang


spanduk-spanduk, serta ditempel di papan khusus buletin, papan pengumuman
tentang berbagai nilai kebijakan yang selalu berganti-ganti.
2) Strategi pujian dan hadiah, dalam strategi ini berlandaskan pada pemikiran positif
dan menerapkan penguatan positif. Strategi ini ingin menunjukan anak yang sedang
berbuat baik.
3) Strategi define-and-drill, dalam strategi ini meminta para siswa untuk mengingat-
ingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya.

25

Universitas Sumatera Utara


BAB III

GAMBARAN PENERAPAN STRATEGI STORYTELLING


KAMPUNG DONGENG DALAM MEMBENTUK CHARACTER
BUILDING (PEMBENTUKAN KARAKTER) BAGI ANAK-ANAK
DI KOTA MEDAN

3.1 Sejarah Singkat Komunitas Kampung Dongeng

Sejarah singkat terbentuknya Kampung Dongeng pada tanggal 18 Mei 2009 di


Kelurahan Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, diresmikan sebuah gerakan
sosial, gerakan mendongeng untuk anak Indonesia. Gerakan yang oleh penggagasnya
diberi nama Kampung Dongeng.

Diresmikannya gerakan mendongeng ini berawal ketika Kak Awam (Moch


Awam Prakoso) sering kali berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia bertemu
dengan anak-anak untuk pertunjukan dongeng, bertemu dengan para guru dan orang
tua memberikan training teknik mendongeng dan merasa bahwa dirinya tak mungkin
dapat melakukannya sendiri secara terus menerus.

Berkeliling ke berbagai daerah berinteraksi dengan anak-anak dalam ruang yang


tentu saja sangat beragam. Dari anak-anak perkotaan, perkampungan hingga anak-
anak yang berada di jalur perbatasan dan daerah terpencil. Dari kegiatan ulang tahun
rumahan, di sekolah, di hotel, hingga kegiatan dongeng untuk anak-anak di berbagai
Rumah Sakit dan pengungsian bencana alam.

Terbentuknya Komunitas Kampung Dongeng pada tanggal 07 Agustus 2016,


sebagai kegiatan sosial digagas oleh Kak Awam ini kemudian disambut baik oleh
berbagai kalangan yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, karyawan dan
juga berbagai profesional lainnya. Mereka semua yang bergabung di Kampung

26

Universitas Sumatera Utara


Dongeng kemudian menyatakan siap menjadi Relawan Dongeng untuk Anak
Indonesia.

Hingga saat ini telah berdiri lebih dari 60 cabang Kampung Dongeng di berbagai
daerah, dan terkumpul kurang lebih 250 Relawan Dongeng di berbagai wilayah yang
siap Mendongeng untuk anak-anak Indonesia.

1. Kampung Dongeng Tanggerang Selatan,


2. Kampung Dongeng Bogor,
3. Kampung Dongeng Jakarta,
4. Kampung Dongeng Medan,
5. Kampung Dongeng Aceh,
6. Kampung Dongeng Bandung Raya,
7. Kampung Dongeng Jambi,
8. Kampung Dongeng Tegal,
9. Kampung Dongeng Lampung,
10. Kampung Dongeng Yogyakarta, dan lain-lain.

Sesuai dengan impiannya, Kampung Dongeng akan mempersembahkan 1,000


Kampung Dongeng untuk Anak Indonesia.Komunitas Kampung Dongeng juga
bertujuan mengembalikan budaya membaca dongeng di keluarga.

27

Universitas Sumatera Utara


3.2 Visi dan Misi Komunitas Kampung Dongeng

Visi

Menjadikan Komunitas Kampung Dongeng sebagai pelopor dalam menerapkan


Dongeng sebagai metode dalam pembentukan karakter pada anak(pendidikan anak)
dan keluarga.

Misi

1. Menyediakan lembaga pendidikan yang mendorong daya imajinasi dan kreasi


anak dalam pembentukan karakter bagi anak-anak.
2. Menjadikan spirit yang bersumber dari kearifan lokal sebagai muatan
pendidikan.
3. Mengembangkan dongeng dan segala perangkatnya sebagai metode
pendidikan anak dan keluarga.
4. Menciptakan tradisi mendongeng dikalangan anak-anak dan keluarga.

28

Universitas Sumatera Utara


3.3 Struktur Organisasi Komunitas Kampung Dongeng

Ketua Komunitas
Kampung Dongeng
(Awam Prakoso)

Pembina
(Bunda Indri)

Ketua Kado Medan Bendahara Sekretarist


(Kak Jenni) (Kak Duwita) (Kak Wela)

Humas Perlengkapan Media Digital

(Kak Ardian) (Om Denny) (Kak Andi)

Bagian Pendidikan Bagian Kreativitas


(Kak Tanjung) (Kak Bella)

Gambar-1: Struktur Organisasi Kampung Dongeng Medan

Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan

29

Universitas Sumatera Utara


3.4 Kegiatan-Kegiatan Kampung Dongeng Medan

Komunitas Kampung Dongeng (Kado) Medan sebagai salah satu elemen yang
sangat konsentrasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di Indonesia.
Komunitas Kampung Dongeng (Kado) Medan terus berupaya untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang diantaranya yaitu:

1. Kado Awal Pekan


Awal kegiatan ini bergerak pada tahun 2014. Kegiatan diadakan setiap hari
minggu pertama setiap bulannya. Kegiatan ini diadakan ditempat tempat umum dan
gratis tidak di pungut biaya apa pun (Free).

Gambar-2: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Awal Pekan


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Kegiatan yang dilakukan pada Kado Awal Pekan meliputi permainan Tradisional,
kreatifitas, senam, penyuluhan kesehatan untuk Ibu, sains dan mendengar dongeng.
Untuk sekarang hingga saat ini kegiatan Kado Awal Pekan selalu diadakan di Taman
Ahmad Yani Jl. Imam Bonjol, JATI, Kecamatan Medan Maimun setiap satu bulan
satu kali di minggu kedua bulan tepatnya pada hari Minggu pukul 08.00-10.00 WIB.
Manfaat: Membangun kreativitas dan daya imajinasi pada anak melalui dongeng
(Storytelling) yang telah disampaikan sehingga terciptanya tumbuh kembang dalam

30

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan gemar membaca (Minat baca), rasa ingin tahu, bertoleransi terhadap
sesama, dan berpikir kreatif yang baik dalam pembentukan karakter (Character
Building) bagi anak-anak yang ada di Kota Medan.
Tujuan: Agar setiap anak mendapatkan ruang lingkup yang positif dalam
berkegiatan dengan bercerita (Storytelling), berkreativitas dan bisa bermain bersama
dengan teman sebayanya. Komunitas Kampung Dongeng Medan juga bertujuan
mengembalikan budaya membaca dongeng di keluarga.
2. Kado Keliling
Kegiatan ini diadakan di minggu ke-2 selama 5 hari berturut-turut hingga sampai
saat ini kegiatan Kampung Dongeng Keliling masih dilaksanakan yang siap dipanggil
atau diundang untuk berbagi cerita (Dongeng) kepada anak-anak di Kota Medan.

Gambar-3: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Keliling


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Kegiatan ini Kampung Dongeng Medan akan mengunjungi sekolah sekolah atau
lembaga lembaga berbasis pendidikan untuk memberikan cerita edukatif dan dongeng
mendidik.
Manfaat: Memberikan cerita edukatif yang bersifat mendidik, mengajarkan nilai-
nilai rasa ingin tahu, daya kreativitas anak, saling menghargai dan menghormati

31

Universitas Sumatera Utara


antara sesama teman sebaya maupun pada orangtua yang bermanfaat dalam proses
pembentukan karakter (Character Building) pada anak-anak di Kota Medan.
Tujuan: Untuk dapat membantu peran orangtua ataupun guru dalam membimbing
serta mendidik dan menstimulasi keceradasan anak melalui ceritadapat menanamkan
nilai-nilai kebaikan dalam pembentukan karakter (Character Building) pada anak.
3. Kado Kunjungan
Kegiatan ini diadakan per 6 (enam) bulan sekali hingga sekarang ini masih di
laksanakan. Kampung Dongeng Medan mengunjungi sebuah tempat untuk memberi
sumbangan dan berbagi keceriaan melalui cerita.

Gambar-4: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Kunjungan


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Sepanjang ini, Kampung Dongeng Medan telah pernah berkunjung ke pengungsian
Sinabung, Lapas Anak, Perapung dan sebagainya.
Manfaat: Berguna untuk meningkatkan pembentukan karakter (Character Building)
dan melatih kecerdasan kreativitas pada anak-anak melalui cerita yang telah
disampaikan perlu mengandung nilai moral yang baik seperti: rasa bertanggung
jawab, peduli sosial (memberikan bantuan pada orang lain), peduli terhadap
lingkungan yang sesuai dengan perkembangan dan jiwa pada anak.

32

Universitas Sumatera Utara


Tujuan: Untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak dalam ruang lingkup yang
tentu saja beragam dalam membimbing anak dengan cara menanamkan nilai-nilai
moral, etika, dan menumbuhkan rasa empati pada diri mereka.
4. Kado Craft
Kegiatan ini dilakukan setiap bulannya hingga saat ini dan kegiatan ini terbuka
setiap saat bagi sekolah yang ingin belajar membuat kreativitas daur ulang, melipat
origami, kokoru, merajut dan sebagainya.

Gambar-5: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Craft


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Manfaat: Membangun dan menumbuh kembangkan daya kreativitas, rasa ingin
tahu, bekerjasama dengan teman sebaya, bersahabat dan komunikatif pada anak yang
sangat penting dalam pembentukan karakter (Character Building) bagi anak-anak.
Tujuan: Mengajak anak-anak untuk melatih berbagai macam kemampuan yang
dimiliki oleh anak-anak dalam membimbing dan membangun karakter (Character
Building) pada anak.

33

Universitas Sumatera Utara


5. Kemah Dongeng
Diadakan setahun sekali dalam rangka menyambutnya miladnya Kampung
Dongeng Medan.

Gambar-6: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Kemah Dongeng


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Dalam kegiatan ini Kampung Dongeng akan mengadakan pelatihan khusus untuk
menjadi pendongeng yang akan dilatih khusus oleh Founder Kampung Dongeng yaitu
Kak Awam Prakoso.
Manfaat: Membentuk seorang relawan yang siap bergabung dalam bagian
komunitas Kampung Dongeng untuk dapat mendidik serta nilai-nilai yang
terkandung melalui storytelling yang mengajarkan kejujuran, kedisiplinan, menepati
janji, saling tolong menolong sesama, rendah hati dan bekerjakeras yang dapat
membantu dalam proses pembentukan karakter (Character Building) pada anak-anak.
Tujuan: Mengadakan pelatihan khusus untuk dapat menjadi pendongeng (Storyteller)
yang baik dan akan dilatih khusus oleh seorang founder yang benaran sudah ahli
dalam melakukan proses kegiatan mendongeng (storytelling).

34

Universitas Sumatera Utara


6. Kado Workshop
Kegiatan ini diadakan selama 3 (tiga) bulan sekali dan digilir di tiga Kampung
Dongeng yaitu Medan, Binjai dan Stabat. Gunanya selain untuk mempererat
hubungan silahturahmi para relawan.

Gambar-7: Kegiatan Acara Kampung Dongeng Medan Workshop


Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan
Kegiatan Kampung Dongeng ini juga berusaha saling berbagi informasi, ilmu dan
teknik mendongeng yang baik.
Manfaat: Untuk dapat mempererat hubungan silahturahmi antar para relawan
dalam penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Tuhan Yang Maja Esa dalam
membentuk karakter pada anak-anak di Kota Medan.
Tujuan: Seluruh para relawan komunitas Kampung Dongeng berusaha untuk
saling berbagi informasi, ilmu dan proses teknik mendongeng (storytelling) yang baik
dalam pembentukan karakter (character building) pada anak-anak di Kota Medan.
7. Kampung Dongeng Pelosok Negeri
Team Relawan Kampung Dongeng bekerja sama dengan pihak instansi baik
Swasta maupun Pemerintah untuk dapat membuka cabang Kampung Dongeng di
berbagai daerah yang ada di Indonesia. Hal ini merupakan suatu cita-cita dari sang

35

Universitas Sumatera Utara


pendiri Kampung Dongeng yaitu Kak Awam Prakoso yang akan mempersembahkan
1.000 Kampung Dongeng untuk Anak Indonesia.
Manfaat: Dengan cara membangun 1.000 Kampung Dongeng sangat peduli
tentang mendidik serta mengembangkan pembentukan karakter (Character Building)
pada anak yang ada di Indonesia.
Tujuan: Untuk dapat membuka cabang Kampung Dongeng diberbagai daerah
yang ada di Indonesia dan terkumpul dari berbagai team relawan komunitas
Kampung Dongeng yang siap untuk mendongeng untuk mencerdaskan anak-anak di
Indonesia dalam pembentukan karakter (Character Building).
1. Kampung Dongeng Tanggerang Selatan,
2. Kampung Dongeng Bogor,
3. Kampung Dongeng Jakarta,
4. Kampung Dongeng Medan,
5. Kampung Dongeng Aceh,
6. Kampung Dongeng Bandung Raya,
7. Kampung Dongeng Jambi,
8. Kampung Dongeng Tegal,
9. Kampung Dongeng Lampung,
10. Kampung Dongeng Yogyakarta, dan lain-lain.

3.5 Proses Kegiatan Mendongeng (Storytelling) yang Dilakukan Pada


Komunitas Kampung Dongeng Medan

Dalam proses storytelling di Komunitas Kampung Dongeng Medan terjadi


suatu interaksi antara pendongeng (Relawan Kampung Dongeng Medan) dengan
anak-anak yang ada di Kota Medan. Melalui proses storytelling inilah dapat terjalin
suatu komunikasi antara pendongeng dengan anak-anak. Sebelum mendongeng,
pendongeng melakukan persiapan yaitu dengan cara memilih judul buku yang
menarik dan mudah diingat dan agar anak-anak tidak cepat merasa bosan saat

36

Universitas Sumatera Utara


berlangsungnya storytelling. Sebelum pendongeng membawakan dongengannya,
pendongeng memulai untuk menyapa anak-anak terlebih dahulu yang sudah duduk
rapih untuk siap mendengarkan dongeng (Storytelling).

Saat proses storytelling berlangsung pendongeng melakukan kontak mata


dengan anak-anak. Dengan melakukan kontak mata, anak-anak akan merasa dirinya
diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi, selain itu dengan melakukan kontak mata
pendongeng dapat melihat anak-anak menyimak jalan cerita yang didongengkan.
Melakukan kontak mata, pendongeng juga melakukan mimik wajah, gerak tubuh,
suara dan kecepatan pada waktu storytelling berlangsung.

Mimik wajah atau gerak tubuh pada saat melakukan dongeng agar ceritanya
lebih hidup sehingga anak-anak lebih antusias mendengarkannya. Pendongeng
mengekspresikan wajahnya sesuai dengan karakter yang dibawakan oleh pendongeng
komunitas Kampung dongeng. Dengan melakukan gerakan tubuh yang dapat
mendukung dan menggambarkan jalan cerita agar lebih menarik dan mudah untuk di
mengerti oleh anak-anak. Pendongeng melakukan gerakan-gerakan yang dapat
mereflesikan apa yang dilakukan oleh dalam cerita dongeng tersebut.

Selain gerakan tubuh pendongeng juga menggunakan intonasi suara yang


tinggi dan rendah. Ketika merefleskan bab cerita yang mulai memasuki tahap yang
menegakan. Pendongeng juga harus mampu menirukan suara-suara dari karakter
yang didongengkan misalnya: suara ayam, suara angin, suara pintu tertutup dan
terbuka. Pendongeng harus dapat menjaga kecepatan atau tempo pada saat
storytelling berlangsung, agar anak-anak mengerti jalan cerita yang dibawakan oleh
pendongeng. Pada saat melakukan kecepatan mendongeng anak-anak tidak mengerti
bahkan akan bosan dan tidak mau untuk mendengarkan kembali storytelling yang di
bawakan oleh pendongeng.

37

Universitas Sumatera Utara


Melalui cerita yang dibawakan oleh pendongeng, anak-anak dapat belajar
tentang apa saja. Setelah selesai, pendongeng mengajak anak-anak untuk gemar
membaca dan mempelajari buku-buku dengan tema lain yang isinya lebih menarik.

3.6 Alat Peraga Storytelling yang Digunakan Pada Komunitas Kampung


Dongeng Medan
Alat peraga yang dibawakan oleh pendongeng (Relawan) Komunitas
Kampung Dongeng Medan pada waktu mendongeng (Storytelling) antara lain:
1. Boneka kecil di tangan
Boneka yang dipakai ditangan untuk mewakili tokoh-tokoh hewan. Hewan
tersebut menjadi daya tarik untuk anak-anak. Boneka dimainkan dengan
gerakan tangan dan suara-suara yang mewakili tokoh yang di perankan pada
boneka. Setiap boneka memiliki suara yang berbeda-beda, sehingga anak-
anak diajak untuk mengingat dan fokus pada saat storytelling berlangsung.
2. Kostum-kostum Hewan
Kostum hewan digunakan untuk menghibur anak-anak. Seperti, kostum
dinosaurus, panda dan gorila. Hewan tersebut adalah hewan yang besar yang
digemari oleh anak-anak, kostum ini membuat anak-anak menjadi bermain
dan belajar. Anak-anak diajarkan bagaimana melindungi binatang dan
menjaga binatang agar tetap hidup dan tidak boleh di bunuh karena
dilindungi.
3. Latar Cerita
Agar lebih menarik pustakawan membuat latar cerita dengan pepohonan,
pegunungan, dan pemandangan yang indah. Sehingga membawa anak kedunia
yang nyata saat diperankan dongeng.

38

Universitas Sumatera Utara


Gambar-8: Peralatan Alat peraga yang Digunakan Dalam Kegiatan
Storytelling
Sumber: Komunitas Kampung Dongeng Medan.

Setelah selesai acara mendongeng (Storytelling), pendongeng memberikan


memberikan feedback dengan membuat pertanyaan kepada anak-anak yang
mengikuti kegiatan storytelling berlangsung. Pertanyaan yang diberikan oleh
pendongeng tidak terlepas dari yang sudah di dongengkan. Yang bisa menjawab
pertanyaan tersebut akan diberikan hadiah oleh pendongeng. Tidak hanya hadiah
pendongeng juga membagikan boneka kecil yang dipakai ditangan. Agar anak-anak
dapat mempraktekan sendiri pada saat dirumah.

3.7 Strategi Pembentukan Karakter (Character Building) Melalui Mendongeng


(Storytelling) Pada Komunitas Kampung Dongeng Medan

Mendongeng atau bercerita merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran


pembentukan karakter (Character Building) pada anak di sekolah, khususnya pada
tingkat pendidikan dasar. Tidak hanya di sekolah, mendongeng juga menjadi bagian
alternatif cara belajar yang dapat di terapkan di luar sekolah, yaitu di rumah atau pun
keluarga. Melalui dongeng, orang tua, kakek, nenek, atau anggota keluarga lainnya
dapat menyampaikan pesan moral kepada putra putrinya atau pada cucunya.

39

Universitas Sumatera Utara


Pembentukan karakter (Character Building) melalui dongeng di sekolah dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui cara-cara berikut ini: (1)
Mewajibkan siswa untuk membaca dongeng sekali setiap minggu yang telah
disediakan oleh perpustakaan sekolah; (2) Guru mampu membacakan dongeng yang
menarik di depan kelas seminggu sekali; (3) Lima menit sebelum pelajaran dimulai,
siswa membaca dongeng yang disukainya; (4) Siswa mencatat nilai-nilai moral dari
dengeng yang telah dibacanya seminggu sekali; (5) Guru menugasi siswa membuat
ringkasan mengenai dongeng yang telah dibacanya seminggu sekali; dan (6)
Membuat kliping dongeng dari majalah koran seminggu sekali.

Pembentukan karakter (Character Building) juga dapat dilaksanakan di luar sekolah,


misalnya di lingkungan keluarga. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara: (1)
Orangtua atau saudara membacakan dongeng sebelum tidur atau pada saat waktu
luang; (2) Dirumah disediakan koleksi bacaan-bacaan dongeng sehingga dapat
menarik minat anak untuk membaca; (3) Orangtua mengajukan pertanyaan kepada
anak untuk dapat melihat pemahaman dan ingatan anak tentang isi dongeng tersebut;
dan (4) Orangtua mengajak anak ke toko buku dan memberikan kesempatan kepada
anak untuk membeli buku yang disukainya, termasuk buku dongeng.

3.8 Pihak yang Terkait Saat Mendongeng (Storytelling) Pada Komunitas


Kampung Dongeng Medan

Para relawan pendongeng Komunitas Kampung Dongeng Medan biasanya


pada saat mendongeng berlangsung harus ada dua pihak yang saling terlibat satu
sama lain. Jika salah satu pihak tidak ada maka proses mendongeng itu tidak dapat
berjalan dengan sendirinya. Dalam proses mendongeng harus ada pendongeng dan
audience yang saling berinteraksi. Tidak mungkin proses mendongeng dapat berjalan
jika pendongeng tidak memperhatikan audiencenya.

Untuk mendukung proses mendongeng agar pesan ataupun nilai-nilai yang


ingin disampaikan lewat mendongeng dapat sampai harus terjalin hubungan yang

40

Universitas Sumatera Utara


baik antara pendongeng dan audience. Seorang relawan pendongeng Kampung
Dongeng Medan harus mampu membuat audiencenya dapat merasa tertarik untuk
menyaksikan dongeng yang akan di sampaikan. Berikut ini akan diuraikan pihak-
pihak yang terkait saat proses mendongeng berlangsung yaitu:

1. Pendongeng

Pada saat proses mendongeng berlangsung, aktor utama yang menjadi pusat
perhatian anak-anak tentu saja adalah si pendongeng. Ketika sedang mendongeng,
pendongeng sendirilah yang memainkan karakter tokoh-tokoh yang
didongengkannya. Orang-orang yang secara khusus bercerita atau mendongeng bagi
anak-anak kemudian mengembangkan kemampuan mendongeng secara profesional
dikenal sebagai pendongeng atau storyteller. Ada tiga istilah yang digunakannya
untuk menyebut profesi pendongeng, yaitu professional storyteller atau pendongeng
profesional, librarian storyteller atau pendongeng pustakawan, dan teacher storyteller
atau pendongeng guru.Akan tetapi, seringkali kita temui adanya children as a
storyteller atau anak-anak sebagai pendongeng.

Namun pada anak-anak menjadi pendongeng bukan sebagai profesi melainkan


sebagai sarana penyaluran bakat dan kemampuan mereka dalam hal menyampaikan
cerita, dan mendongeng ini sebagai medianya. Untuk menjadi pendongeng yang baik
diperlukan beberapa kriteria antara lain:

1) Sang pendongeng harus mempunyai cerita yang bagus. Kebanyakan cerita yang
disampaikan seorang pendongeng bersumber dari buku.Tidak semua cerita itu siap
untuk disampaikan pada anak-anak.Seringkali cerita dalam buku terlalu banyak dan
akibatnya dapat membosankan anak-anak jika disampaikan secara lisan.Cerita-cerita
ini masih harus dikemas lebih lanjut.

2) Sang pendongeng harus menyukai dan menikmati cerita maupun proses


penyampaiannya. Anak-anak biasanya dapat melihat hal ini dari sang pendongeng.

41

Universitas Sumatera Utara


3) Mendongeng yang baik berkaitan dengan isi cerita dan cara bercerita. Isi cerita
yang baik harus mendidik atau memiliki pesan moral dalam pembentukan karakter
(Character Building) pada anak. Pesan moral tersebut tidak harus disampaikan
langsung melalui ekspresi, figur, sikap dan suara seorang anak yang baik. Tidak harus
selalu cerita yang disampaikan sarat dengan pesan moral. Ada dongeng yang memang
semata-mata untuk menyenangkan anak-anak saja.

4) Selain itu, untuk bisa mendongeng dengan teknik yang baik juga diperlukan ikatan
batin dengan anak-anak. Seperti layaknya ikatan batin antara seorang anak dan ibu,
sudah pasti sang anak akan merasa senang jika tahu sang ibu berada didekatnya.
Ikatan batin ini dapat dicapai dengan berperilaku baik kepada anak-anak.Perlihatkan
kalau kita senang dengan mereka.Tidak perlu diungkapkan, cukup ditunjukkan dan
dirasakan saja. Apabila ikatan batin itu sudah terjalin dan anak-anak merasa senang
dengan pendongeng, hasilnya apapun yang disampaikan pasti akan didengarkan.

5) Dalam praktiknya para pendongeng profesional pun kini benar-benar


memperhatikan kebutuhan dan keinginan audiencenya. Tidak jarang pula kini
pendongeng menyesuaikan dengan perkembangan zaman.Seorang pendongeng juga
harus memahami perkembangan anak-anak sesuai dengan perkembangan saat
ini.Pada saat mendongeng, pendongeng harus bisa menyesuaikan diri dengan anak-
anak.

6) Menjadikan diri sebagai bagian dari audience, dan menjiwai cerita merupakan
bekal yang harus dimiliki dari dalam diri para pendongeng. Semuanya semakin
lengkap jika diperkaya dengan kreatifitas.

2. Audience

Pihak lain setelah pendongeng yang juga memegang peranan penting dalam sebuah
proses mendongeng adalah audience. Tidak mungkin sebuah kegiatan dapat berjalan
tanpa ada peserta yang mengikuti jalannya acara, begitu pula dengan mendongeng
tidak dapat berlangsung tanpa adanya audience.Sebelum mendongeng seorang

42

Universitas Sumatera Utara


pendongeng harus mengenal terlebih dahulu siapa audiencenya. Pendongeng harus
mengenal sifat-sifat dan karakter anak-anak yang akan didongengkan. Untuk itu,
seorang pendongeng perlu memahami dunia anak dan bahwa pada dasarnya setiap
anak itu unik. Walaupun secara umum, sifat anak-anak itu sama. Mereka suka
bermain, rasa ingin tahunya tinggi, dan sebagainya.Ada karakter anak yang suka
banyak gerak, ada yang diam, ada yang suka berteriak-teriak, atau ada yang senang
membuat gambar.Karakter-karakter ini tidak dapat disamakan pada semua
anak.Setiap anak mempunyai karakternya masing-masing. Selain itu, usia dari
audience yang akan didongengkan juga harus dipikirkan pendongeng. Mendongeng
dihadapan anak-anak usia TK tentu berbeda dengan mendongeng pada anak SD.
Biasanya anak-anak TK hanya mampu bertahan menyaksikan dongeng maksimal 15
menit. Jika lebih dari itu mereka akan bosan dan tidak fokus lagi. Lain halnya dengan
anak usia SD. Anak SD sudah mulai dapat diajak berpikir, karena mereka sudah
mulai mengidentifikasi tokoh. Dalam dirinya sudah muncul keinginan untuk menjadi
seperti tokoh yang didongengkan.

3.9 Teknik StorytellingDalam Pembentukan Karakter (Character Building) Pada


Komunitas Kampung Dongeng Medan

Dalam proses mendongeng (Storytelling) ini biasanya pendongeng dari


relawan Kampung Dongeng Medan (Pendongeng) dapat menggunakan teknik-teknik
tertentu dalam pembentukan karakter (Character Building) pada anak. Secara garis
besar teknik yang dapat digunakan dalam menyampaikan cerita ada dua cara yaitu:

1. Mendongeng Dengan Teks atau Membacakan Cerita (Reading Aloud)

Teknik reading aloud atau yang sering disebut juga read aloud ini,
merupakan sebuah teknik menyampaikan cerita menggunakan media buku, dan
dilakukan dengan cara membacakannya. Dimana ada yang membacakan
(pendongeng), ada yang dibacakan (audience) dan ada yang dibaca (buku cerita).
Dengan teknik ini, pendongeng dapat duduk di depan audience atau jika hanya terdiri

43

Universitas Sumatera Utara


dari sekelompok kecil saja antara empat atau lima orang, pendongeng dapat duduk di
tengah di antara audience agar mereka dapat berkeliling menghadap ke pendongeng.

Hal yang harus dipertimbangkan jika menggunakan teknik ini yaitu jumlah
audience yang dapat dijangkau tidak terlalu banyak.Karena jika jumlah audience
terlalu banyak, pendongeng tidak dapat menjangkau mereka semua sehingga mereka
tidak dapat melihat buku yang dibacakan baik gambar ataupun bentuk tulisannya.
Kadang-kadang agar dapat melihat apa yang sedang dibacakan audience akan maju
dan mendekati buku yang dipegang pendongeng, kemudian anak-anak yang lain ikut-
ikutan melihat dari dekat sehingga anak-anak yang lain tidak dapat melihat dan
akhirnya suasana menjadi tidak kondusif.

Dengan melakukan kegiatan mendongeng(Storytelling) dalam pembentukan


karakter (Character Building) seperti ini berdampak positif bagi anak yang dapat
membantu sebagai pendorongbangkitnya minat anak untukmembaca. Cerita dongeng
yang dibawakan diharapkan dapat merangsang keinginan anak untuk mengetahui
lebih mencerdaskan dalam mendidik anak, agar anak-anak memiliki kepedulian serta
memiliki rasa cinta kepada buku.

2. Mendongeng Tanpa Teks (Storytelling)

Sama halnya dengan membacakan cerita, dalam mendongeng juga harus ada
yang mendongengkan, ada yang didongengkan dan ada bahan atau materi cerita yang
didongengkan.Penggunaan teknik mendongeng ini, memberikan ruang bagi
pendongeng untuk dapat berkreasi dan melakukan improvisasi dalam menyampaikan
cerita yang didongengkan serta memicu anak-anak untuk berimajinasi dengan fantasi
pikiran mereka yang sangat membantu serta meningkatkan daya kritis dalam proses
pembentukan karakter (Character Building) pada anak. Namun, pada waktu
mendongeng sebaiknya jangan terlalu berlebihan, karena hal ini akan mengalihkan
perhatian anak bukan pada cerita tetapi lebih pada penampilan pendongeng itu

44

Universitas Sumatera Utara


sendiri. Hal ini akan mengganggu penangkapan anak terhadap pesan atau nilai dari
cerita yang dibawakan.

3.10 Nilai-Nilai yang Terkandung Melalui Storytelling Dalam Pembentukan


Karakter (Character Building) Pada Komunitas Kampung Dongeng Medan

Dongeng termasuk salah satu bentuk cerita rakyat.Cerita rakyat mengandung nilai
luhur Bangsa, terutama nilai-nilai Budi Pekerti maupun ajaran moral.Apabila cerita
rakyat itu dikaji dari sisi moral, maka dapat dipilah menjadi nilai moral individual,
nilai moral sosial, dan nilai moral religius.Berikut ini merupakan nilai-nilai yang
terkandung melalui Storytelling dalam pembentukan karakter (Character Building)
pada Komunitas Kampung Dongeng Medan yaitu:

Adapun nilai-nilai moral individual meliputi yaitu:

1.Kepatuhan,
2.Keberanian,
3.Rela Berkorban,
4.Jujur,
5.Adil dan Bijaksana,
6.Saling Menghormati dan Menghargai
7.Bekerja Keras,
8.Menepati Janji,
9.Tahu Balas Budi,
10.Rendah Hati, dan
11.Hati-hati dalam bertindak

45

Universitas Sumatera Utara


Nilai-nilai moral sosial meliputi yaitu:

1.Bekerjasama,
2.Suka Menolong,
3.Kasih Sayang,
4.Kerukunan,
5.Suka Memberi Nasihat,
6.Peduli Akan Nasib Orang Lain, dan
7.Suka Mendoakan Orang Lain
Sementara itu, nilai-nilai moral Religius meliputi yaitu:
1.Percaya Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,
2.Percaya Adanya Tuhan Yang Maha Esa,
3.Berserah Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Bertawakal, dan
4.Memohon Ampun Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Mendongeng juga dapat dimanfaatkan sebagai dalam upaya mengasah emosi,


menumbuhkan imajinasi serta meningkatkan daya kritis dalam pembentukan karakter
(Character Building) anak.Pada umumnya, mendongeng membawa misi yang
bernilai positif dan edukatif.Melalui dongeng, emosi anak diharapkan dapat
terkendali, imajinasi anak dapat berkembang, dan anak juga dapat berpikir kritis.

3.11 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter (Character


Building) Pada Komunitas Kampung Dongeng Medan

Dalam pembentukan karakter (Character Building) suatu anak bangsa


diperlukan perilaku yang baik dalam rangka melaksanakan kegiatan berorganisasi,
baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta dalam
bermasyarakat.Maka karakter anak-anak (Manusia) merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan
berbangsa dan bernegara guna terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur
berlandaskan pancasila dan UUD 1945.

46

Universitas Sumatera Utara


Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kualitas manusia
maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk mempengaruhi
segenap pikiran, tindakan dan perbuatan setiap insan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini adapun nilai-nilai dalam
pembangunan karakter yang dimaksud adalah:

a. Kejuangan e. Sopan Santun


b. Semangat f. Persatuan dan Kesatuan
c. Kebersamaan atau g. Kekeluargaan
Gotong Royong h. Tanggung jawab
d. Kepedulian atau Solider

Nilai-nilai seperti tersebut apabila dilihat lebih cermat dalam kondisi saat ini
nampaknya cenderung semakin luntur hal ini dilihat semakin jelas contoh diantaranya
makin maraknya tawuran antar pelajar, konflik antar masyarakat, maraknya korupsi
di lingkungan pemerintah dan lain sebagainya. Kondisi yang seharusnya tetap dijaga
dan dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan rasa kepedulian, kemanusiaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara haus tetap di jaga dan dilestarikan.

Untuk itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka menjaga nilai-nilai
dalam karakter tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial Budaya
e. Agama
f. Normatif
g. Pendidikan
h. Lingkungan
i. Kepemimpinan

47

Universitas Sumatera Utara


3.12 Metode Storytelling Dalam Pembentukan Karakter (Character Building) Pada
Kampung Dongeng Medan
Metode Storytelling dalam pembentukan karakter (Character Building)bagi anak-anak
berkaitan dengan tahapan perkembangannya. Tahapan tersebut meliputi dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap karakter lahiriyah (karakter anak-anak). Pada tahap lahiriyah metode yang
digunakan adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan
pelemahan (hukuman) serta indoktrinasi.
2. Tahapan karakter berkesadaran (karakter remaja). Pada tahapan perilaku berkesadaran,
metode yang digunakan adalah penanaman nilai melalui dialog yang bertujuan
meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan pelibatan bukan pemaksaan.
3. Tahapan control internal atas karakter (karakter dewasa), tahapan konrtol internal atas
karakter maka metode yang diterapkan adalah perumusan visi dan misi hidup pribadi,
serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tahapan
diatas lebih didasarkan pada sifat dari pada umur.

3.13 Kelebihan dan Kekurangan Storytelling Dalam Pembentukan Karakter (Character


Building) Pada Kampung Dongeng Medan
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode Storytelling dalam pembentukan
karakter (Character Building) pada Kampung Dongeng Medan ini diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Kelebihan Metode Storytelling

1. Cerita dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena anak akan
senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi cerita, sehingga anak-
anak dapat terpengaruh oleh tokoh dan topic cerita dari isi cerita tersebut.
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi
pada akhir cerita.
3. Cerita selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti rasa takut, perasaan diawasi, rela, senang,
sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan story.

48

Universitas Sumatera Utara


5. Dapat menumbuh kembangkan gaya bicara yang baik pada anak-anak.

b. Kekurangan Metode Storytelling


1 Pemahaman anak akan menjadi sulit ketika cerita itu telah terakumulasi oleh
masalah lain.
2 Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak-anak pada saat berlangsungnya
kegiatan mendongeng (storytelling).
3 Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga
pencapaian tujuan sangat sulit untuk dapat diwujudkan.

49

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan/wawancara langsung yang di lakukan penulis kepada


ketua Komunitas Kampung Dongeng Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut yaitu:

1. Kampung Dongeng Medan sebagai salah satu elemen yang sangat konsentrasi pada
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di Kota Medan. Adapun kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan rutin oleh Relawan Komunitas Kampung Dongeng Medan yaitu:
a. Kampung Dongeng Awal Pekan, membangun daya kreativitas dan daya imajinasi
pada anak melalui dengeng (Storytelling) yang telah disampaikan sehingga
terciptanya tumbuh kembang dalam meningkatkan gemar membaca, rasa ingin tahu
serta berpikir kreatif yang baik dalam pembentukan karakter (Character Building)
bagi anak-anak di Kota Medan.
b. Kampung Dongeng Keliling, memberikan cerita edukatif yang bersifat mendidik dan
mengajarkan nilai-nilai moral, etika meningkatkan rasa emosional, rasa ingin tahu,
daya kreativitas anak yang sudah ditanamkan pada tahap lahiriyah bagi anak-anak di
Kota Medan.
c. Kampung Dongeng Kunjungan, kegiatan ini berguna untuk meningkatkan dan
melatih kecerdasan dalam berkreativitas pada anak melalui cerita dongeng yang telah
disampaikan mengandung nilai moral yang baik bagi anak seperti: rasa bertanggung
jawab, sopan santun, kepedulian terhadap sesama teman sebayanya, suka menolong
yang sesuai dengan kebutuhan anak dalam meningkatkan pembentukan karakter pada
anak.
d. Kampung Dongeng Craft, kegiatan yang melatih berbagai macam kemampuan yang
dimiliki oleh anak-anak, rasa tanggungjawab, rasa ingin tahu yang besar dalam
membimbing serta membangun karakter bagi anak.
e. Kemah Dongeng, kegiatan ini mengadakan pelatihan khusus untuk dapat
mengajarkan dan mendidik anak dengan cara menanamkan nilai kebaikkan,

50

Universitas Sumatera Utara


kejujuran, menepati janji, saling tolong menolong sesama, rendah hati dan rasa
kepeduliaan yang dapat membantu dalam proses pembentukan karakter (Character
Building) bagi anak-anak di Kota Medan.
f. Kampung Dongeng Workshop, kegiatan ini untuk dapat menjaga hubungan
silahturtahmi yang berusaha untuk berbagi informasi dan teknik storytelling yang
baik dalam membanttu proses pembentukan karakter bagi anak-amak di Kota Medan,
dan
g. Kampung Dongeng Keliling Pelosok Negeri, kegiatan ini diadakan untuk dapat
mendongeng yang baik dalam mencerdaskan anak-anak di Indonesia dalam
membantu dan menumbuh kembangkan proses pembentukan karakter bagi anak-anak
di Indonesia.
2. Alat peraga yang dipakai oleh Pedongeng Komunitas Kampung Dongeng Medan adalah
dengan menggunakan boneka besar maupun boneka kecil di tangan (Boneka Jari),
kostum-kostum hewan dan latar cerita.
3. Dalam proses mendongeng biasanya Pendongeng dari Team Relawan Komunitas
Kampung Dongeng Medan menggunakan teknik-teknik yang dapat di gunakan pada saat
menyampaikan cerita kepada anak-anak dengan dua cara yaitu:
a. Mendongeng Dengan Teks atau Membacakan Cerita (Reading Aloud), merupakan
sebuah teknik menyampaikan cerita dengan menggunakan media buku dan dilakukan
dengan cara membacakan isi cerita dongeng tersebut kepada anak-anak (Audience),
dan
b. Mendongeng Tanpa Teks (Storytelling), memicu anak-anak untuk dapat berimajinasi
dengan pikiran mereka yang sangat membantu serta meningkatkan daya kritis dalam
proses pemebntukan karakter (Character Building) pada anak.

4.2 SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan penulis kepada Komunitas


Kampung Dongeng Medan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran dan masukkan,
di antaranya adalah:

1. Sebaiknya bagi pihak Pemerintahan Kota Medan, Sumatera Utara agar supaya lebih
memperhatikan dan peduli kepada kegiatan layanan yang di selenggarakan oleh Team

51

Universitas Sumatera Utara


Relawan Komunitas Kampung Dongeng Medan dengan memberikan bantuan kepada
pihak Komunitas Kampung Dongeng Medan berupa wadah atau tempat, sumbangan
dana, fasilitas alat sarana dan prasarana yang dapat membantu dalam meningkatkan
kegiatan-kegiatan mendongeng yang di laksanakan Kampung Dongeng Medan bagi
anak-anak di Kota Medan.
2. Sebaiknyakegiatan Storytellingdiadakan dan sering di lakukan rutin oleh pihakKampung
Dongeng Medan dengan melaksanakan kegiatan Kampung Dongeng Keliling yang akan
mengunjungi pihak sekolah-sekolah maupun bagi di luar sekolah, karena dengan
melakukan kegiatan mendongeng (Storytelling) dapat mendidik dan menanamkan nilai-
nilai moral, etika dan menumbuhkan rasa empati yang sangat berguna dan penting dalam
pembentukan karakter (Character Building) pada anak-anak di Kota Medan.
3. Bagi pihak Team Relawan Komunitas Kampung Dongeng Medan dapat menambahkan
jumlah Relawan (Sumber Daya Manusia) yang dapat berpartisipasi serta melakukan kerja
sama untuk meningkatkan kegiatan storytelling pada Kampung Dongeng Medan agar
dapat melakukan kegiatan mendongeng di berbagai tempat atau daerah dan di berbagai
pelosok yang sangat membantu dalam pembentukan karakter (Character Building) dala
meningkatkan kecerdasan, daya konsentrasi pada pertumbuhan dan perkembangan bagi
anak-anak di Indonesia.

52

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Asfandiar, Andi Yuda. (2007). Cara pintar mendongeng: Bandung dari
Mizan (skripsi, Putri Yuilianti. Peran Storytelling terhadap pembinaan minat baca
anak di Taman bacaan Yayasan wakaf Khadijah Aisyah Kampung Gagak,
Tanggerang)
Aliyah, S. (2011). Kajian teori metode storytelling dengan media panggung boneka untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini: studi eksperimen
quasi di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka. Tesis Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung

Artikel “Pentingnya Storytelling tentang Dharma dan Nilai-nilai Kemanusiaan bagi


Perkembangan Psikologi Anak” https://www.humanisclub.wordpress.com

Bonek, Guyup (2010:1) Pengertian Pembentukan Karakter (Character Building) bagi anak.

Bunanta. (2005:37) Proses kegiatan storytelling dalam komunikasi


http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/19766

Hibana, Kusmiadi (2008). Manfaat kegiatan storytellingterhadap perkembangan karakter


bagianak.

Hidayati, Nia (2011). “Manfaat Cerita bagi Kepribadian Anak”.

Indorelawan, Kampung Dongeng Medan https://www.kampungdongeng.com

Julita, D., Rubiantoro, Y., Susanto, T., & Ahyar, R.F.2012. Dongeng bentuk karakter anak. Warta PAUDNI,
Tahun XV, Edisi VII.
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.44

Nurcahyani, Kusumastuti Dina (2010). Pengaruh kegiatan storytelling terhadap pertumbuhan


minat baca siswa di TK Bangun 1 Getas Kec. Pabelan Kab. Semarang. Semarang:
Skripsi Universitas Diponogoro.

Oliver, Serrat Storytelling (2008) united states of America: Reed Elsevier.


Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasiaan 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata
Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), hal.1

Stephen, Covey. Teori utama dalam pembentukan karakter (Character Building).

Yasmin. (2011:1) Manfaat alat peraga storytelling dalam dunia pendidikan untuk merangsang
minat siswa

53

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1
Butir-Butir Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Dongeng Medan?
2. Apa visi dan misi Kampung Dongeng Medan?
3. Apa tujuan dan manfaat terbentuknya Kampung Dongeng Medan?
4. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada Kampung Dongeng Medan hingga
sampai pada saat ini?
5. Sudah berapa banyak Kampung Dongeng Medan melakukan kegiatan mendongeng
keliling ke berbagai daerah?
6. Nama tempat sekolah apa saja yang sudah pernah dikunjungi oleh Kampung Dongeng
Medan dalam melakukan kegaiatan dongeng keliling?
7. Apa manfaat dari pengembangan Kampung Dongeng Medan dalam pembentukan
karakter (Character Building) bagi anak-anak di Kota Medan?
8. Tipe hal-hal spesifik apa saja yang ditawarkan oleh Kampung Dongeng Medan kepada
masyarakat?
9. Apakah ada pihak instansi baik Swasta maupun Pemerintahan yang bekerjasama oleh
Kampung Dongeng Medan yang peduli dengan pembentukan karakter bagi anak-anak di
Kota Medan?
10. Bagaimana proses kegiatan storytelling yang dilakukan pada Kampung Dongeng Medan?
11. Apakah ada pihak komunitas lainnya yang melakukan kegiatan bekerjasama dengan
Kampung Dongeng Medan?
12. Alat peraga apa saja yang digunakan dalam melakukan kegiatan mendongeng
berlangsung?
13. Apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan dalam melakukan kegiatan storytelling
dalam pembentukan karakter bagi anak?
14. Strategi apa saja yang digunakan dalam pembentukan karakter melalui mendongeng?
15. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pembentukan karakter bagi anak?
16. Teknik storytelling apa yang dilakukan dalam pembentukan karakter bagi anak?
17. Dengan metode storytelling apa yang dilakukan dalam pembentukan karakter bagi anak?
18. Nilai-nilai apa yang terkandung melalui storytelling dalam pembentukan karakter bagi
anak?

54

Universitas Sumatera Utara


55

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai