KERTAS KARYA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.S.I) dalam Bidang Perpustakaan
Oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Srategi Storytelling Kampung Dongeng
Dalam Membentuk Character Building (Pembentukan Karakter) Bagi Anak-anak Di
Kota Medan”.
Penyusunan Kertas Karya ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan kertas karya ini, penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, baik
dari segi teknik penulisan ataupun dari segi tata bahasa. Oleh karena itu penulis
bersedia menerima saran dan kritik dari pembaca dalam upaya perbaikan Tugas Akhir
ini.
Dalam pelaksanaan Tugas Akhir sampai proses pembuatan Tugas Akhir ini,
penulis tidak jarang menemui berbagai macam kesulitan dan hambatan namun berkat
bantuan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
mengatasi berbagai kesulitan tersebut. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung
membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir dan penulisan Kertas Karya ini.
Untuk itu sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom, selaku Ketua Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A selaku Sekretaris Prodi Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya
4. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku dosen pembimbing dan dosen wali
masa perkulihan yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan di dalam
mengikuti masa perkuliahan dan waktu dalam penyelesaian dalam
penyelesaian Kertas Karya ini.
5. Seluruh staf pengajar beserta administrasi Program Studi D-III
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang
telah mendidik penulis selama masa perkuliahan serta membantu penulis
dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.
ii
iii
Halaman Judul
iv
vi
PENDAHULUAN
Kampung Dongeng Medan yang di singkat menjadi “KADO Medan” adalah salah
satu perwakilan komunitas Kampung Dongeng wilayah Sumatera Utara, yang
bergerak di bidang Pendidikan karakter anak dan sosial yang aktif di Medan.
Kampung Dongeng Medan dibentuk dan resmi bergerak secara komunitas pada bulan
Maret 2014. Saat ini Kampung Dongeng Medan rutin melakukan kegiatan sosial di
Taman Ahmad Yani Medan terletak di jalan Imam Bonjol, JATI, Kecamatan Medan
Maimun setiap satu bulan satu kali diminggu kedua bulan tepatnya pada hari Minggu
dengan nama kegiatan “Kampung Dongeng Pekan Ceria”. Kampung Dongeng Medan
mengajak segenap elemen masyarakat menyediakan ruang ekspresi anak dalam
mendorong daya imajinasi dan kreasi anak dalam pembentukan karakter bagi anak-
anak di kota Medan. Hal tersebut dilakukan sebagai dasar hak anak, dimana anak
dapat bermain, sekaligus belajar dalam suasana yang ceria dan penuh kebersamaan.
Kampung Dongeng Medan sudah hampir ratusan tempat di Kota Medan sudah di
jalani, salah satu nama tempat yang pernah melakukan kegiatan mendongeng
(storytelling) yaitu di berbagai sekolah yang ada di Kota Medan, antara lain:
2. SD Panca Budi,
4. Dan di berbagai sekolah lainnya, baik PAUD maupun Sekolah Dasar (SD)
Kampung Dongeng Medan tidak menawarkan suatu tipe hal-hal spesifik kepada
masyarakat, karena Kampung Dongeng Medan hanya ingin mendidik anak-anak
dalam membentuk karakter pada anak (pendidikan anak) kegiatan dari Kampung
Dongeng Medan dikhususkan kepada anak-anak. Dalam konteks yang luas, hal yang
di tawarkan kepada orang tua bagaimana tips parenting yang perlu di ketahui oleh
setiap orang tua dengan itu Kampung Dongeng Medan sering mengajak para
psikologi maupun psikelor pernikahan. Kampung Dongeng Medan
menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang bersifat menstimulasi beragam
kercerdasan anak.
a. Rumah Zakat,
b. Yatim Mandiri,
c. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI),
d. Lembaga Perlindungan Konsumen (PKU),
e. LAZISMU, dan
f. Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.
Kampung Dongeng Medan juga bekerja sama dengan sejumlah komunitas yang ada
di Kota Medan, antara lain:
1. Komunitas Biola,
2. Komunitas Reptile Zone,
3. Komunitas Menggambar,
4. Komunitas Kreativitas Danbo,
5. Perkumpulan pengrajin seni kain flannel,
6. dan lain-lain.
Kegiatan ini bertujuan mengajak anak-anak bermain sesuai dengan usianya,
mengembangkan beragam kecerdasan pada anak, memperkenalkan nilai-nilai moral,
memperkenalkan ide-ide dan hal-hal baru yang bersifat positif. Dengan sasaran umur
anak-anak usia PAUD, TK/RA dan Sekolah Dasar Se-Kota Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat dan
biasanya turun-temurun. Dongeng ini sebagian besar berfungsi untuk melipur lara dan
menanamkan semangat kepahlawanan. Biasanya, dongeng tradisional disajikan
sebagai pengisi waktu istirahat, dibawakan secara romantik, penuh humor, dan sangat
menarik. Misalnya, Malinkundang, Calon Arang, Jaka Tingkir, Sangkuriang, dan
lain-lain.
3. Dongeng Pendidikan
Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan
bagi dunia anak-aanak. Misalnya, menggugah sikap hormat kepada orang tua.
4. Fabel
Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat bicara
seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku
manusia tanpa membuat manusia tersinggung.Misalnya, dongeng kancil, kelinci, dan
kura-kura.
5. Dongeng Sejarah
Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak
yang bertemakan kepahlawanan.Misalnya, kisah-kisah para sahabat menurut ajaran
agma, sejarah perjuangan Indonesia, sejarah pahlawan/tokoh-tokoh, dan sebagainya.
10
11
12
13
14
Manfaat alat peraga dalam dunia pendidikan ternyata memang bukan isapan
jempol belaka. Maka dari itu saat penyampaian materi atau informasi dilakukan
dengan menggunakan alat peraga, maka akan lebih mudah bagi siswa untuk bisa
menerima dan mengingat setiap informasi yang diberikan.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai beberapa manfaat alat peraga baik
untuk anak.
1. Memusatkan perhatian siswa (anak)
Ketika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga, maka
perhatian anak akan terpusat pada alat peraga dan penjelesan dari guru. Para
siswa akan sulit untuk membagi pikiran dan perhatian pada hal lain, sehingga
tanpa disadari waktu terasa berjalan sangat cepat. Penggunaan alat peraga
pada proses pembelajaran memang akan menjadi hal yang sangat
menyenangkan bagi siswa (anak). Sebaliknya tanpa alat peraga, maka metode
pembelajaran verbalis akan terasa sangat membosankan, siswa menjadi sulit
untuk fokus dan pembelajaran pun menjadi tidak efektif.
2. Membuat siswa lebih semangat dan antusias untuk belajar
Keberadaan alat peraga juga akan membuat siswa menjadi lebih semangat,
penasaran dan antusias untuk belajar serta mengasai materi yang dipelajari.
15
16
17
Lebih lanjut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Agus DS,
menggelompokkan dongeng yang baik bagi anak-anak ke dalam empat golongan
besar, yaitu:
18
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya di defenisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran dan dengan
kata lain, keduanya dapat di sebut sebagai dengan kebiasaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Andrias Harefa (2010:1) mengatakan
bahwa pembentukan karakter (Character Building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikan rupa, sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda atau
dapat dibedakan dengan karakter orang lain. Ibarat seperti huruf dalam alphabet yang
tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikian juga dengan individu
yang berkarakter dapat di bedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang
tidak atau belum berkarakter maupun dengan yang berkarakter tercela).
Pendapat ini di dukung oleh Bonek Guyup (2010:1) yang sependapat dengan
Sigmund Freud yang menyatakan bahwa karakter adalah “Character is a striving
system which underly behavior”, yang artinya adalah sebagai kumpulan tata nilai
19
Karakter berasal dari Bahasa Yunani “Character” yang berakar dari diksi dari
“Charassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam Bahasa Latin
karakter bermakna memberikan tanda. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter di
artikan sebagai tabiat, watak, sifat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter juga dapat di ibaratkan seperti
sebuah ukiran. Sebuah ukiran yang melekat kuat pada bendapay yang akan di ukir
dan tidak mudah termakan waktu. Sebuah pola, baik itu pikiran, sikap maupun
tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat sulit dan kuat untuk dapat
dihilangkan disebut sebagai karakter.
1. Menurut Hermawan Kartajaya, karakter adalah “ciri khas” yang di miliki oleh
seseorang (suatu individu). Ciri khas ini asli dan mengakar pada seseorang
(individu) sehingga sangat mempengaruhi tindakan perilaku dan pola
pemikiran sehari-harinya.
2. Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang di
laksanakan dengan menonjolkan nilai benar-salah maupun baik-buruk secara
implisit ataupun eksplisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama
sekali tidak menyangkut nilai-nilai seseorang (individu).
20
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
21
22
23
24
25
26
Hingga saat ini telah berdiri lebih dari 60 cabang Kampung Dongeng di berbagai
daerah, dan terkumpul kurang lebih 250 Relawan Dongeng di berbagai wilayah yang
siap Mendongeng untuk anak-anak Indonesia.
27
Visi
Misi
28
Ketua Komunitas
Kampung Dongeng
(Awam Prakoso)
Pembina
(Bunda Indri)
29
Komunitas Kampung Dongeng (Kado) Medan sebagai salah satu elemen yang
sangat konsentrasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di Indonesia.
Komunitas Kampung Dongeng (Kado) Medan terus berupaya untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang diantaranya yaitu:
30
31
32
33
34
35
36
Mimik wajah atau gerak tubuh pada saat melakukan dongeng agar ceritanya
lebih hidup sehingga anak-anak lebih antusias mendengarkannya. Pendongeng
mengekspresikan wajahnya sesuai dengan karakter yang dibawakan oleh pendongeng
komunitas Kampung dongeng. Dengan melakukan gerakan tubuh yang dapat
mendukung dan menggambarkan jalan cerita agar lebih menarik dan mudah untuk di
mengerti oleh anak-anak. Pendongeng melakukan gerakan-gerakan yang dapat
mereflesikan apa yang dilakukan oleh dalam cerita dongeng tersebut.
37
38
39
40
1. Pendongeng
Pada saat proses mendongeng berlangsung, aktor utama yang menjadi pusat
perhatian anak-anak tentu saja adalah si pendongeng. Ketika sedang mendongeng,
pendongeng sendirilah yang memainkan karakter tokoh-tokoh yang
didongengkannya. Orang-orang yang secara khusus bercerita atau mendongeng bagi
anak-anak kemudian mengembangkan kemampuan mendongeng secara profesional
dikenal sebagai pendongeng atau storyteller. Ada tiga istilah yang digunakannya
untuk menyebut profesi pendongeng, yaitu professional storyteller atau pendongeng
profesional, librarian storyteller atau pendongeng pustakawan, dan teacher storyteller
atau pendongeng guru.Akan tetapi, seringkali kita temui adanya children as a
storyteller atau anak-anak sebagai pendongeng.
1) Sang pendongeng harus mempunyai cerita yang bagus. Kebanyakan cerita yang
disampaikan seorang pendongeng bersumber dari buku.Tidak semua cerita itu siap
untuk disampaikan pada anak-anak.Seringkali cerita dalam buku terlalu banyak dan
akibatnya dapat membosankan anak-anak jika disampaikan secara lisan.Cerita-cerita
ini masih harus dikemas lebih lanjut.
41
4) Selain itu, untuk bisa mendongeng dengan teknik yang baik juga diperlukan ikatan
batin dengan anak-anak. Seperti layaknya ikatan batin antara seorang anak dan ibu,
sudah pasti sang anak akan merasa senang jika tahu sang ibu berada didekatnya.
Ikatan batin ini dapat dicapai dengan berperilaku baik kepada anak-anak.Perlihatkan
kalau kita senang dengan mereka.Tidak perlu diungkapkan, cukup ditunjukkan dan
dirasakan saja. Apabila ikatan batin itu sudah terjalin dan anak-anak merasa senang
dengan pendongeng, hasilnya apapun yang disampaikan pasti akan didengarkan.
6) Menjadikan diri sebagai bagian dari audience, dan menjiwai cerita merupakan
bekal yang harus dimiliki dari dalam diri para pendongeng. Semuanya semakin
lengkap jika diperkaya dengan kreatifitas.
2. Audience
Pihak lain setelah pendongeng yang juga memegang peranan penting dalam sebuah
proses mendongeng adalah audience. Tidak mungkin sebuah kegiatan dapat berjalan
tanpa ada peserta yang mengikuti jalannya acara, begitu pula dengan mendongeng
tidak dapat berlangsung tanpa adanya audience.Sebelum mendongeng seorang
42
Teknik reading aloud atau yang sering disebut juga read aloud ini,
merupakan sebuah teknik menyampaikan cerita menggunakan media buku, dan
dilakukan dengan cara membacakannya. Dimana ada yang membacakan
(pendongeng), ada yang dibacakan (audience) dan ada yang dibaca (buku cerita).
Dengan teknik ini, pendongeng dapat duduk di depan audience atau jika hanya terdiri
43
Hal yang harus dipertimbangkan jika menggunakan teknik ini yaitu jumlah
audience yang dapat dijangkau tidak terlalu banyak.Karena jika jumlah audience
terlalu banyak, pendongeng tidak dapat menjangkau mereka semua sehingga mereka
tidak dapat melihat buku yang dibacakan baik gambar ataupun bentuk tulisannya.
Kadang-kadang agar dapat melihat apa yang sedang dibacakan audience akan maju
dan mendekati buku yang dipegang pendongeng, kemudian anak-anak yang lain ikut-
ikutan melihat dari dekat sehingga anak-anak yang lain tidak dapat melihat dan
akhirnya suasana menjadi tidak kondusif.
Sama halnya dengan membacakan cerita, dalam mendongeng juga harus ada
yang mendongengkan, ada yang didongengkan dan ada bahan atau materi cerita yang
didongengkan.Penggunaan teknik mendongeng ini, memberikan ruang bagi
pendongeng untuk dapat berkreasi dan melakukan improvisasi dalam menyampaikan
cerita yang didongengkan serta memicu anak-anak untuk berimajinasi dengan fantasi
pikiran mereka yang sangat membantu serta meningkatkan daya kritis dalam proses
pembentukan karakter (Character Building) pada anak. Namun, pada waktu
mendongeng sebaiknya jangan terlalu berlebihan, karena hal ini akan mengalihkan
perhatian anak bukan pada cerita tetapi lebih pada penampilan pendongeng itu
44
Dongeng termasuk salah satu bentuk cerita rakyat.Cerita rakyat mengandung nilai
luhur Bangsa, terutama nilai-nilai Budi Pekerti maupun ajaran moral.Apabila cerita
rakyat itu dikaji dari sisi moral, maka dapat dipilah menjadi nilai moral individual,
nilai moral sosial, dan nilai moral religius.Berikut ini merupakan nilai-nilai yang
terkandung melalui Storytelling dalam pembentukan karakter (Character Building)
pada Komunitas Kampung Dongeng Medan yaitu:
1.Kepatuhan,
2.Keberanian,
3.Rela Berkorban,
4.Jujur,
5.Adil dan Bijaksana,
6.Saling Menghormati dan Menghargai
7.Bekerja Keras,
8.Menepati Janji,
9.Tahu Balas Budi,
10.Rendah Hati, dan
11.Hati-hati dalam bertindak
45
1.Bekerjasama,
2.Suka Menolong,
3.Kasih Sayang,
4.Kerukunan,
5.Suka Memberi Nasihat,
6.Peduli Akan Nasib Orang Lain, dan
7.Suka Mendoakan Orang Lain
Sementara itu, nilai-nilai moral Religius meliputi yaitu:
1.Percaya Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,
2.Percaya Adanya Tuhan Yang Maha Esa,
3.Berserah Diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Bertawakal, dan
4.Memohon Ampun Kepada Tuhan Yang Maha Esa
46
Nilai-nilai seperti tersebut apabila dilihat lebih cermat dalam kondisi saat ini
nampaknya cenderung semakin luntur hal ini dilihat semakin jelas contoh diantaranya
makin maraknya tawuran antar pelajar, konflik antar masyarakat, maraknya korupsi
di lingkungan pemerintah dan lain sebagainya. Kondisi yang seharusnya tetap dijaga
dan dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan rasa kepedulian, kemanusiaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara haus tetap di jaga dan dilestarikan.
Untuk itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka menjaga nilai-nilai
dalam karakter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial Budaya
e. Agama
f. Normatif
g. Pendidikan
h. Lingkungan
i. Kepemimpinan
47
1. Cerita dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena anak akan
senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi cerita, sehingga anak-
anak dapat terpengaruh oleh tokoh dan topic cerita dari isi cerita tersebut.
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi
pada akhir cerita.
3. Cerita selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti rasa takut, perasaan diawasi, rela, senang,
sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan story.
48
49
4.1 KESIMPULAN
1. Kampung Dongeng Medan sebagai salah satu elemen yang sangat konsentrasi pada
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di Kota Medan. Adapun kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan rutin oleh Relawan Komunitas Kampung Dongeng Medan yaitu:
a. Kampung Dongeng Awal Pekan, membangun daya kreativitas dan daya imajinasi
pada anak melalui dengeng (Storytelling) yang telah disampaikan sehingga
terciptanya tumbuh kembang dalam meningkatkan gemar membaca, rasa ingin tahu
serta berpikir kreatif yang baik dalam pembentukan karakter (Character Building)
bagi anak-anak di Kota Medan.
b. Kampung Dongeng Keliling, memberikan cerita edukatif yang bersifat mendidik dan
mengajarkan nilai-nilai moral, etika meningkatkan rasa emosional, rasa ingin tahu,
daya kreativitas anak yang sudah ditanamkan pada tahap lahiriyah bagi anak-anak di
Kota Medan.
c. Kampung Dongeng Kunjungan, kegiatan ini berguna untuk meningkatkan dan
melatih kecerdasan dalam berkreativitas pada anak melalui cerita dongeng yang telah
disampaikan mengandung nilai moral yang baik bagi anak seperti: rasa bertanggung
jawab, sopan santun, kepedulian terhadap sesama teman sebayanya, suka menolong
yang sesuai dengan kebutuhan anak dalam meningkatkan pembentukan karakter pada
anak.
d. Kampung Dongeng Craft, kegiatan yang melatih berbagai macam kemampuan yang
dimiliki oleh anak-anak, rasa tanggungjawab, rasa ingin tahu yang besar dalam
membimbing serta membangun karakter bagi anak.
e. Kemah Dongeng, kegiatan ini mengadakan pelatihan khusus untuk dapat
mengajarkan dan mendidik anak dengan cara menanamkan nilai kebaikkan,
50
4.2 SARAN
1. Sebaiknya bagi pihak Pemerintahan Kota Medan, Sumatera Utara agar supaya lebih
memperhatikan dan peduli kepada kegiatan layanan yang di selenggarakan oleh Team
51
52
Bonek, Guyup (2010:1) Pengertian Pembentukan Karakter (Character Building) bagi anak.
Julita, D., Rubiantoro, Y., Susanto, T., & Ahyar, R.F.2012. Dongeng bentuk karakter anak. Warta PAUDNI,
Tahun XV, Edisi VII.
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.44
Yasmin. (2011:1) Manfaat alat peraga storytelling dalam dunia pendidikan untuk merangsang
minat siswa
53
54