Disusun Oleh:
Kelompok 7
2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” LAPORAN
KEPERAWATAN KANKER CEA COLON DAN REKTUM” dengan baik.
Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah nilai mata kuliah KEPEWATAN
ANAKserta merupakan bentuk tanggung jawab penulis pada tugas yang dberikan. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dedi Adha , selaku
dosen mata kuliah KMB I dan pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
A.LATAR BELAKANG
Kanker kolorektal (colo – rectal carcinoma) atau yang biasa disebut sebagai
kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbayak diantara tumor lainnya
yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal
berasal dari colon atau rectum. Colon merupakan bagian lain dari usus besar yang
terletak di atas pinggul. Rectum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar
dan terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Colon dan rectum
adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus
gastrointestinal. Traktus gastrointestinal berfungsi sebagai penghasil energi bagi
tubuh dan membuang zat – zat yang tidak diperlukan tubuh.
Pada kenyatannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di
negaara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rektal.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya. Meskipun sekitar tiga atau empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis
dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari dalam permukaan usus
besar (kolon) atau rektum/rektal. Umumnya kanker kolorektal berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip.
Adenoma atau polip pada kolorektal dapat diangkat dengan mudah hanya saja
jarang menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
cukup lama hingga berkembang menjadi kanker kolorektal. Distribusi kanker
pada kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon asenden, 10% di kolon
transversum, 15% di kolon desenden, dan 50% du rektosigmoideus.
2. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi. Kanker kolorektal terjadi pada kedua jenis kelamin ,
insiden akan meningkat pada usia lebih dari 50 tahun. Faktor-faktor predisposisi
penyakit telah diidentifikasi dengan peningkatan risiko terjadinya tumor-tumor
ini. Poliposis familial, kolitis ulseratif kronis, dan penyakit Crohn dihubungkan
dengan terjadinya tumor pada usia lebih dini daripada orang-orang pada
umumnya. Predisposisi genetik untuk penyakit ini telah dikenal dan
dipublikasikan dalam laporan terbaru. Peningkatan risiko dikaitkan dengan
sindrom kanker keluarga yang mempunyai insiden kaknker kolon, kanker
payudara, dan tumor uterus. Diet mempengaruhi seperti halnya diet rendah
serat dan tinggi lemak diperkirakan dapat meningkatkan risiko. Negara-negara
dengan diet tinggi serat dan makanan rendah lemak mempunyai insiden kanker
kolorektal yang lebih rendah. Alasan ini mungkin karena diet tinggi serat
dihubungkan dengan peningkatan defekasi yang mencegah kontak yang lama
dengan zat-zat karsinogen pada mukosa usus besar. Iritasi pada rongga anal
dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kanker-kanker dalam segmen
usus besar ini. Hemoroid, fistula, fisura, dan abses pada anus dapat
berhubungan dengan gaya hidup dan /atau pola seksual.
3. Patofisiologis
a. Perdarahan rektum
b. Perubahan pola BAB
c. Tenesmus
d. Obstruksi intestinal
e. Nyeri abdomen
f. Kehilangan berat badan
g. Anorexia
h. Mual dan muntah
i. Anemia
j. Massa palpasi
Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon dan rektum yang terkena keganasan Colon
Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid
4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan/atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan
untuk pasien dengan kanker kolon Kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan
kanker rektal kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.
b. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur
yang baru diekmbangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.
Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon; massa tumor
kemudian dieksisi. Laser Nd:YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reaksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelaas B serta lesi C. Pembedahan
kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon Kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :
Reseksi dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik)
Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanatomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)
Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon, yaitu :
a) Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga tidak mungkin dilakukan biopsi, maka sikat sitologi akan sangat
berguna.
CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke
dalam peredaran darah dan digunakan sebagai masker serologi untuk memonitor status
kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu
insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal.
Meningkatnya nilai CEA serum berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai
CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran
metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik
independen, nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring
berkelanjutan setelah pembedahan.
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior serta
spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis
intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi
anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui
bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination
merupakan cara yang tidak dapat begitu saja diabaikan
d) Barium Enema
Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras varium enema,
yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik
ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya
sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang
mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah dieksisi. Risiko perforasi dengan
menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu 0,02%..
e) Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien
mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna
f) Kolonoskopi
g) Patofisiologis
Kanker kolorektal terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
yang berkembang dari polip adenoma jenis villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari
ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi
premaligna. Jenis tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous
berstruktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol di dalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan dinding
mukosa kolon. Penekanan yang terus menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang
akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, terkadang juga terjadi
obstruksi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma
tumbuh di dalam lumen luas (ascenden dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal
ini dikarenakan isi (feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati
lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena
tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen
yang sempit (descenden atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut
dapat menjadi total atau parsial.
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetik
sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma) untuk
adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa molekular dan genetik yang menyebabkan
transformasi dari keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC
(Adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga
adenomatosa poliposis (FAP= familial adenomatous polyposis).
Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di
rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam
waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip membesar, polip membesar
di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus. Tumor di usus cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada usus kiri bermula
sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah.
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan yang
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan
dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga
dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal
dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah
dikenai, namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga
menyebar melalui sistem limpatik atau sirkulasi ke area sekunder, seperti hepar, paru-paru,
otak, tulang, dan ginjal. “penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat
terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau pemotongan pembedahan.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolitis ulseratif
yang tidak teratasi
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
3) Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, dan rendah
serat
2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : BAB seperti pita, bercampur darah dan
lendir, dan rasa tidak puas setelah BAB
Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang menyerang tubuh atau
organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebagai sifat dominan
d. Pemeriksaan fisik
3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang tidak enak
4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bising usus dan
kembung
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman
karena diare, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
2) Pernafasan
Gejala : nafas pendek, dispnea, dan frekuensi pernafasan menurun
3) Sirkulasi
Gejala : takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri
4) Integritas ego
5) Eliminasi
6) Makan/cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet
7) Hygiene
8) Nyeri/kenyamanan
9) Keamanan
10) Muskuloskeletal
11) Seksualitas
a. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)
3. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :
4. Implementasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif
5. Evaluasi
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.