Anda di halaman 1dari 19

Tugas:Kanker Cea Colon Dan Rektum

Dosen Pembimbing:Fanny dewi sartika S.Kep.,Ns.,M.Kes,M.Kep.

LAPORAN KEPERAWATAN KANKER CEA COLON DAN REKTUM

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1.Tenri Wulan (220022)

2.Nur Aisyah (220023)

AKADEMI KEPERAWATAN SYEKH YUSUF GOWA

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” LAPORAN
KEPERAWATAN KANKER CEA COLON DAN REKTUM” dengan baik.

Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah nilai mata kuliah KEPEWATAN
ANAKserta merupakan bentuk tanggung jawab penulis pada tugas yang dberikan. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dedi Adha , selaku
dosen mata kuliah KMB I dan pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan.


Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, Oktober 2011

Penulis
A.LATAR BELAKANG

Kanker kolorektal (colo – rectal carcinoma) atau yang biasa disebut sebagai
kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbayak diantara tumor lainnya
yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal
berasal dari colon atau rectum. Colon merupakan bagian lain dari usus besar yang
terletak di atas pinggul. Rectum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar
dan terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Colon dan rectum
adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus
gastrointestinal. Traktus gastrointestinal berfungsi sebagai penghasil energi bagi
tubuh dan membuang zat – zat yang tidak diperlukan tubuh.

Pada kenyatannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di
negaara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rektal.

Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang


berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga
mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Insiden kanker
pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insiden pada kolon asenden
dan desenden meningkat.

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya. Meskipun sekitar tiga atau empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis
dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari dalam permukaan usus
besar (kolon) atau rektum/rektal. Umumnya kanker kolorektal berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip.
Adenoma atau polip pada kolorektal dapat diangkat dengan mudah hanya saja
jarang menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
cukup lama hingga berkembang menjadi kanker kolorektal. Distribusi kanker
pada kolon adalah 20% terdapat di sepanjang kolon asenden, 10% di kolon
transversum, 15% di kolon desenden, dan 50% du rektosigmoideus.
2. Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi. Kanker kolorektal terjadi pada kedua jenis kelamin ,
insiden akan meningkat pada usia lebih dari 50 tahun. Faktor-faktor predisposisi
penyakit telah diidentifikasi dengan peningkatan risiko terjadinya tumor-tumor
ini. Poliposis familial, kolitis ulseratif kronis, dan penyakit Crohn dihubungkan
dengan terjadinya tumor pada usia lebih dini daripada orang-orang pada
umumnya. Predisposisi genetik untuk penyakit ini telah dikenal dan
dipublikasikan dalam laporan terbaru. Peningkatan risiko dikaitkan dengan
sindrom kanker keluarga yang mempunyai insiden kaknker kolon, kanker
payudara, dan tumor uterus. Diet mempengaruhi seperti halnya diet rendah
serat dan tinggi lemak diperkirakan dapat meningkatkan risiko. Negara-negara
dengan diet tinggi serat dan makanan rendah lemak mempunyai insiden kanker
kolorektal yang lebih rendah. Alasan ini mungkin karena diet tinggi serat
dihubungkan dengan peningkatan defekasi yang mencegah kontak yang lama
dengan zat-zat karsinogen pada mukosa usus besar. Iritasi pada rongga anal
dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kanker-kanker dalam segmen
usus besar ini. Hemoroid, fistula, fisura, dan abses pada anus dapat
berhubungan dengan gaya hidup dan /atau pola seksual.

Perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam


penampilan feses, tenesmus, anemia, dan perdarahan rektal merupakan
keluhan umum yang mungkin mengindikasikan adanya kanker kolorektal.
Sayangnya, kebanyakan orang dengan perdarahan rektal akan memperberat
hemoroid dan terlambat mencari pelayanan kesehatan selama beberapa bulan.
Gejala-gejala dari penyakit lebih lanjut meliputi adanya massa yang teraba,
obstruksi, mual, berat badan menurun, nyeri, dan adanya tekanan pada rektum.

3. Patofisiologis

Kanker kolorektal terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan


epitel usus) yang berkembang dari polip adenoma jenis villous, tubular, dan
viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan
tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis tubular berstruktur
seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous berstruktur tonjolan seperti
jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga
kol di dalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan dinding mukosa
kolon. Penekanan yang terus menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang
akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, terkadang juga
terjadi obstruksi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai
acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas (ascenden dan transversum),
maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih mempunyai
konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah
bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila
adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang sempit
(descenden atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat
melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi
tersebut dapat menjadi total atau parsial.

Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.


Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi
permalignan (adenoma) untuk adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa
molekular dan genetik yang menyebabkan transformasi dari keganasan polip
adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (Adenomatosa Poliposis Gen)
yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa
poliposis (FAP= familial adenomatous polyposis).
Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih
terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian
besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika
polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding
usus. Tumor di usus cenderung menjadi tebal dan besar, serta menyebabkan
nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada usus kiri bermula sebagai massa
kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah.

Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam


lapisan yang lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan.
Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling
permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan,
seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas,
limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh
perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari
penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh
sudah dikenai, namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor
primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sirkulasi ke area
sekunder, seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “penyemaian” dari
tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas
melalui serosa atau pemotongan pembedahan.
Manifestasi kanker kolorektal secara umum adalah :

a. Perdarahan rektum
b. Perubahan pola BAB
c. Tenesmus
d. Obstruksi intestinal
e. Nyeri abdomen
f. Kehilangan berat badan
g. Anorexia
h. Mual dan muntah
i. Anemia
j. Massa palpasi

Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon dan rektum yang terkena keganasan Colon
Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid

 Nyeri dangkal abdomen


 Melena (feses hitam, seperti ter)
 Anemia
 DyspepsiaNyeri di atas umbilicus
 Anorexia, nausea, vomiting
 Rasa tidak nyaman di perut kanan bawah
 Teraba massa saat palpasi Penurunan BB
 Obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi)
 Adanya darah segar daalam feses
 Tenesmus
 Perdarahan rektal
 Perubahan pola BAB
 Obstruksi intestine
 Evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi
 Konstipasi dan diare bergantian
 Feses berdarah
 Perubahan kebiasaan defekasi
 Perubahan BB

4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.


Endoskopi, ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker
kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas
adalah klasifikasi Duke :

 Kelas A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa


 Kelas B : penetrasi melalui dinding usus
 Kelas C : invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
 Kelas D : metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan/atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan
untuk pasien dengan kanker kolon Kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan
kanker rektal kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.

Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif, dan


pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan,
dan untuk mengurangi risiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak
dapat direseksi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi
intrakavitas yang dapay diimplantasikan dapat digunakan. Data paling baru menunjukkan
adanya perlambatan periode kekambuhan tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup
untuk pasien yang mendapat beberapa bentuk terapi ajufan.

b. Penatalaksanaan Bedah

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur
yang baru diekmbangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.
Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon; massa tumor
kemudian dieksisi. Laser Nd:YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reaksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelaas B serta lesi C. Pembedahan
kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon Kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :

 Reseksi dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik)
 Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
 Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanatomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)
 Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)

5. Diversi Fekal untuk Kanker Kolon dan Rektum

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada


kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau
permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor
dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon, yaitu :

a) Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga tidak mungkin dilakukan biopsi, maka sikat sitologi akan sangat
berguna.

b) Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening

CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke
dalam peredaran darah dan digunakan sebagai masker serologi untuk memonitor status
kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu
insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal.
Meningkatnya nilai CEA serum berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai
CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran
metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik
independen, nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring
berkelanjutan setelah pembedahan.

c) Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior serta
spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis
intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi
anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui
bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination
merupakan cara yang tidak dapat begitu saja diabaikan

d) Barium Enema

Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras varium enema,
yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik
ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya
sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang
mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah dieksisi. Risiko perforasi dengan
menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu 0,02%..
e) Endoskopi

Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien
mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna

f) Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukkan gambaran seluruh mukosa mukosa


kolon dan rektum. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari struktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman
dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul
kurang dari 0,2% pada pasien.

g) Patofisiologis

Kanker kolorektal terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
yang berkembang dari polip adenoma jenis villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari
ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi
premaligna. Jenis tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous
berstruktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh
menyerupai bunga kol di dalam kolon sehingga massa tesebut akan menekan dinding
mukosa kolon. Penekanan yang terus menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang
akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, terkadang juga terjadi
obstruksi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma
tumbuh di dalam lumen luas (ascenden dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal
ini dikarenakan isi (feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati
lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena
tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen
yang sempit (descenden atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut
dapat menjadi total atau parsial.
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan genetik
sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma) untuk
adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa molekular dan genetik yang menyebabkan
transformasi dari keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC
(Adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga
adenomatosa poliposis (FAP= familial adenomatous polyposis).

Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di
rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam
waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip membesar, polip membesar
di dalam lumen dan mulai menginvasi dinding usus. Tumor di usus cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkan tumor pada usus kiri bermula
sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah.

Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan yang
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan
dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga
dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal
dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah
dikenai, namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga
menyebar melalui sistem limpatik atau sirkulasi ke area sekunder, seperti hepar, paru-paru,
otak, tulang, dan ginjal. “penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat
terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau pemotongan pembedahan.

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan dahulu

1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolitis ulseratif
yang tidak teratasi
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar

3) Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, dan rendah
serat

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung

2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : BAB seperti pita, bercampur darah dan
lendir, dan rasa tidak puas setelah BAB

3) Klien mengalami anoreksia, mual, muntah, dan penurunan berat badan

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang menyerang tubuh atau
organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebagai sifat dominan

d. Pemeriksaan fisik

1) Mata : konjungtiva subanemis/anemis

2) Leher : distensi vena jugularis (JVP)

3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang tidak enak

4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bising usus dan
kembung

5) Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)

e. Pengkajian fungsional Gordon

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman
karena diare, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit

2) Pernafasan
Gejala : nafas pendek, dispnea, dan frekuensi pernafasan menurun

3) Sirkulasi

Gejala : takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri

4) Integritas ego

Gejala : ansietas, ketakutan, emosi, kesal

5) Eliminasi

Gejala : tekstur feses bervariasi, lunak, dan frekuensi 10-20x sehari

6) Makan/cairan

Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet

7) Hygiene

Tanda : ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis, menunjukkan kekurangan


vitamin

8) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri tekan pada kuadran kiri bawah

9) Keamanan

Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif

10) Muskuloskeletal

Tanda : penurunan kekuatan otot, kelemahan, dan malaise

11) Seksualitas

Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual/frekuensi menurun

12) Interaksi sosial

Gejala : masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam


sosial
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


lama/gangguan masukan saat praoperasi dan adanya diare/gangguan absorpsi

c. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan karakter/aliran


feses dan flatus dari stoma

3. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :

1. Vital sign dalam batas normal

2. Mampu mengontrol nyeri

3. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 1. Kaji nyeri secara komprehensif

2. Observasi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4. Monitor vital sign

5. Kolaborasi medis dalam pemberian analgetik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


lama/gangguan masukan saat praoperasi dan adanya diare/gangguan absorpsi Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan jaringan dan kulit baik,
dengan kriteria hasil :

1. Mempertahankan berat badan

2. Merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi


1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan saksama

2. Auskultasi bising usus

3. Berikan makanan dalam bentuk cairan secara rutin

3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan karakter/aliran


feses dan flatus dari stoma Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :

1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Mempertahankan integritas kulit

3. Mampu untuk mencegah timbulnya infeksi 1. Lihat stoma/area kulit peristomal


pada tiap penggantian kantong

2. Catat iritasi, kemerahan (warna gelap kebiru-biruan)

3. Kosongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin

4. Kolaborasi dengan ahli terapi enterostomal

4. Implementasi

No. Diagnosa keperawatan Implementasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses penyakit (kanker, trauma)
1. Mengkaji nyeri secara komprehensif

2. Mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4. Memonitor vital sign

5. Melakukan kolaborasi medis dalam pemberian analgetik


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
lama/gangguan masukan saat praoperasi dan adanya diare/gangguan absorpsi 1.
Melakukan pengkajian nutrisi dengan saksama

2. Melakukan auskultasi bising usus

3. Memberikan makanan dalam bentuk cairan secara rutin

3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan karakter/aliran


feses dan flatus dari stoma 1. Melihat stoma/area kulit peristomal pada tiap
penggantian kantong

2. Mencatat iritasi, kemerahan (warna gelap kebiru-biruan)

3. Mengosongkan, irigasi, dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin

4. Melakukan kolaborasi dengan ahli terapi enterostomal

5. Evaluasi

a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut berhubungan dengan biologis, aktivitas proses


penyakit (kanker, trauma)

1) Klien melaporkan nyeri berkurang

2) Klien mampu melakukan relaksasi nafas dalam

b. Diagnosa keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia lama/gangguan masukan saat praoperasi dan adanya
diare/gangguan absorpsi

1) Klien mengalami kenaikan berat badan 2 kg setelah seminggu

2) Klien tidak mengalami mual dan muntah saat diberikan makanan

c. Diagnosa keperawatan : risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan karakter/aliran feses dan flatus dari stoma
1) Klien mampu mempertahankan integritas kulit
DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai