Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Untuk melakukan pekerjaan elektronik seperti memperbaiki peralatan dan
menguji rangkaian elektronika selalu diperlukan alat ukur. Pengukuran adalah
suatu pembandingan antara suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis secara
eksperimen dan salah satu besaran dianggap sebagai standarnya. Dalam
pengukuran listrik terjadi juga pembandingan, dalam pembandingan ini digunakan
suatu alat bantu. Alat bantu inilah yang disebut dengan alat ukur. Dengan alat
ukur ini, kita dapat mengetahui beberapa besaran, yaitu:
1. Besaran arus listrik dalam satuan ampere (A)
2. Besaran tegangan dalam satuan volt (V)
3. Besaran resistansi dalam satuan ohm (Ω)
Avometer atau sering disebut dengan multitester atau multimeter merupakan
gabungan dari amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Avometer ini sangat
penting fungsinya untuk mempermudah membantu serta menyelesaikan pekerjaan
dengan mudah dan cepat. Dengan menggunakan avometer, kita dapat langsung
mengukur besaran arus listrik, besaran tegangan serta besaran resistansi
menggunakan satu alat. Selain itu, avometer juga memiliki fungsi tambahan
dalam perkembangannya, yaitu untuk mengecek hubung-singkat atau koneksi,
mengecek kapasitor elektrolit, mengecek transistor, mengecek Induktor serta
mengecek suhu.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang permasalahan diatas, maka timbulah beberapa rumusan
permasalahan, yaitu:
1.2.1 Apakah pengertian dari avometer?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis dari avometer?
1.2.3 Apa saja bagian-bagian dari avometer?

1
1.2.4 Bagaimanakah teknik pengukuran dari avometer?
1.2.5 Bagaimana cara penggunaan avometer?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian dari avometer.
1.3.2 Dapat mengetahui jenis-jenis dari avometer.
1.3.3 Dapat mengetahui bagian-bagian dari avometer.
1.3.4 Dapat mengetahui teknik atau metode dari pengukuran avometer.
1.3.5 Dapat mengetahui cara penggunaan dari avometer.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk memberi pangetahuan kepada
para pembaca sehingga pembaca diharapkan dapat mengetahui tentang avometer
secara mendalam.

1.5 Sistematika Pembahasan


Dalam pembahasan pada paper ini dimulai dengan pengertian dari avometer,
jenis-jenis dari avometer, bagian-bagian dari avometer, teknik atau metode dari
pengukuran avometer serta cara penggunaan avometer.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Avometer


Avometer sering juga disebut dengan multimeter atau multitester, Avometer
berasal dari kata “AVO” dan “Meter”. ‘A’ artinya Ampere untuk mengukur arus
listrik, ‘V’ artinya Voltase untuk mengukur tegangan, ‘O’ artinya ohm untuk
mengukur ohm atau hambatan, dan kata ‘meter’ berarti satuan dari suatu ukuran
tersebut. Jadi, secara umum avometer adalah alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur hampir semua besaran listrik. Alat ukur ini dapat mengukur
tegangan listrik (Volt) baik AC (Alternating Current) maupun DC (Direct
Current), mengukur arus listrik baik AC maupun DC, dan hanya untuk mengukur
arus DC untuk avometer analog serta dapat mengukur resistansi atau tahanan
listrik. Dengan kata lain, avometer merupakan gabungan dari amperemeter,
voltmeter dan ohmmeter. Adapun fungsi dan pengertian dari amperemeter,
voltmeter dan ohmmeter, yaitu:
1. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Pada avometer analog hanya dapat digunakkan untuk mengukur kuat arus
DC. Amperemeter dapat dibuat atas susunan mikro amperemeter dan shunt
yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil.
Sedangkan untuk arus yang besar ditambahkan dengan hambatan shunt (Rs)
yang dipasang sejajar atau paralel pada suatu rangkaian. Amperemeter
bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz
yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
2. Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan
listrik. Untuk memperbesar batas ukur voltmeter dapat digunakan hambatan
multiplier (R-) yang dipasang seri pada suatu rangkaian. Dalam hal ini R

3
harus dipasang di depan voltmeter dipandang dari datangnya arus listrik.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat
arus. Gaya magnetik tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur
voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang
mengalir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi
3. Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik
yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada
konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat
besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.

Selain beberapa fungsi diatas, dalam perkembangannya avometer juga


memiliki beberapa fungsi tambahan, yaitu:
1. Mengecek hubung-singkat atau koneksi
2. Mengecek kapasitor elektrolit
3. Mengecek transistor
4. Mengecek Induktor
5. Mengecek suhu

2.2 Jenis-Jenis Avometer


Avometer sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika
karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat.
Tetapi, sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih
dahulu jenis-jenis Avometer dan bagaimana cara menggunakannya agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya
Avometer tersebut. Berdasarkan prinsip kerjanya, avometer dibedakkan menajdi
dua, yaitu avometer analog dan avometer digital. Kedua jenis ini tentu berbeda
satu dengan lainnya, tetapi sumber tenaga yang dibutuhkan sama, yaitu berupa
baterai DC dan probe atau kabel penyidik warna merah dan hitam.

4
2.2.1 Avometer Analog
Avometer analog yaitu avometer yang menggunakan jarum putar atau
moving coil untuk menunjukkan skala. Avometer ini tersedia dengan
kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) DC maupun
AC dan arus (mA) DC. Avometer ini banyak digunakan karena harganya
lebih murah apabila dibandingkan dengan avometer digital. Kekurangan
dari avometer jenis analog ini yaitu daya akurasinya rendah karena hasil
pengukuran dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari pointer,
keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol, dan jumlah rentang skala. Oleh
karena itu, avometer analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail
suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk
baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran. Atau juga digunakan
untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik
sesuai dengan rangkaian blok yang ada.

Gambar 2.1 Avometer Analog

2.2.2 Avometer Digital


Avometer digital merupakan avometer yang menggunakan display yang
langsung dapat menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka.
Avometer digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja
mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, Karena tidak menggunakan
jarum, avometer digital memiliki bentuk fisik yang lebih kecil daripada
avometer analog dan tidak perlu melakukan kalibrasi lagi sebelum
melakukan pengukuran. Selain itu, ketelitian di dalam pengukurannya juga
jauh lebih tepat dibandingkan dengan avometer analog. Kekurangan dari
avometer digital ini yaitu susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil.

5
Jadi, apabila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun,
sebaiknya menggunakan avometer analog.

Gambar 2.2 Avometer Digital

2.3 Bagian-Bagian Avometer


Pada umumnya, avometer yang sering digunakkan adalah avometer analog,
oleh karena itu akan dijelaskan bagian-bagian penting yang terdapat dalam
avometer analog seperti terlihat pada gambar.

Gambar 2.3 Bagian-Bagian Avometer Analog

Dari gambar avometer analog diatas, dapat dijelaskan bagian-bagian dan


fungsinya:
1. Meter Korektor berguna untuk menyetel jarum avometer ke arah nol, saat
akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya kekanan atau ke kiri
dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2. Range Selector Switch (saklar pemilih) berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Avometer biasanya terdiri dari empat
posisi pengukuran, yaitu:

6
a. Posisi (Ohm) berarti avometer berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur, yaitu x1, x10, dan K.
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti avometer berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur, yaitu 10V, 50V, 250V, 500V, dan
1000V.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti avometer berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur, yaitu 10V, 50V, 250V, 500V dan
1000V.
d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti avometer berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu 0.25, 25, dan
500.
3. Terminal + dan – com merupakan terminal dipergunakan untuk mengukur
Ohm, ACV, DCV dan DCmA dimana yang berwarna merah untuk + dan
warna hitam untuk -.
4. Pointer (jarum meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan
dan kekiri yang menunjukkan besaran atau nilai.
5. Mirror (cermin) merupakan batas antara ohmmeter dengan Volt-
Ampermeter. Cermin pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai
panduan untuk ketepatan membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan
dengan cara tegak lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu
garis dengan jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan
dalam membaca.
6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
7. Zero Adjustment adalah pengatur atau penepat jarum pada kedudukan nol
ketika menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada
posisi (Ohm), test lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam),
kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan
sehingga menunjuk pada kedudukan skala 0 Ω.
8. Angka-Angka Batas Ukur adalah angka yang menunjukkan batas
kemampuan alat ukur.

7
9. Case (Kotak Meter) adalah kotak atau tempat meletakkan komponen-
komponen avometer.

2.4 Metode / Teknik Pengukuran Avometer


Untuk mengetahui jalur yang putus dari suatu rangkaian diperlukan suatu
alat ukur yang disebut avometer. Dengan menggunakan avometer, kita dapat
mengetahui baik tidaknya suatu jalur dengan menggunakan fasilitas pengukuran
Ohm. Dalam penganalisaan jalur, diperlukan sumber arus listrik yang akan
diberikan kepada jalur tersebut. Perlu Anda ketahui bahwa didalam avometer
sudah terdapat sumber arus yang berasal dari sebuah baterai yang telah dipasang
didalam avometer, sehingga pada waktu pengukuran tegangan baterai ini akan
mengalir pada rangkaian yang diukur, walaupun hanya dapat memberikan arus
yang sangat rendah. Untuk menganalisa kerusakan jalur pada suatu rangkaian
dapat dilakukan dengan dua cara, pertama pengukuran secara paralel dan
pengukuran secara seri. Pada prinsipnya pengukuran tersebut sama saja, akan
tetapi akan lebih akurat bila dilakukan dengan dua cara tersebut. Penjelasan kedua
teknik pengukuran tersebut sebagai berikut:
2.4.1 Teknik Pengukuran Paralel
Pada prinsipnya pengukuran resistansi atau tahanan adalah
mengukur besaran arus yang akan mengalir pada suatu rangkaian. Jika pada saat
pengukuran terdapat suatu jalur yang tidak mempunyai nilai resistansi (Jarum
avometer tidak bergerak sedikitpun) atau short (jarum avometer bergerak penuh
ke arah kanan / 0 ohm), besar kemungkinan tidak akan ada arus listrik yang dapat
mengalir dari jalur tersebut. Akan tetapi, bila terdapat nilai resistansi yang kecil
(Jarum avometer akan bergerak lebih jauh ke arah kanan), maka arus yang akan
mengalir pada jalur tersebut sangat besar. Bila nilai resistansinya besar (Jarum
avometer hanya bergerak sedikit saja ke arah kanan), maka makin kecil arus yang
akan mengalir pada rangkaian tersebut. Akan tetapi, bila avometer
tidak menunjukan nilai resistansi (Jarum tidak bergerak sedikitpun), maka
tidak terdapat arus yang mengalir pada jalur tersebut. Belum tentu bila dalam
pengukuran tersebut tidak menunjukan nilai resistansi, maka dapat dipastikan

8
jalurnya yang putus, bisa saja tidak terdapat aru syang disebabkan karena terdapat
komponen yang bermasalah, mungkin rusak atau hubungannya tidak baik. Oleh
karena itu, cara pengukuran paralel dapat dilakukan juga untuk menganalisa
kerusakan pada suatu komponen atau rangkaian.

2.4.2 Teknik Pengukuran Seri


Bila hasil pengukuran paralel menunjukan bahwa jalur tersebut
tidak mempunyai arus, sebaiknya Anda jangan dulu mengambil kepastian bahwa
jalur tersebut putus. Anda dapat meyakinkannya dengan cara pengukuran secara
seri. Cara ini membutuhkan skema diagram untuk mengetahui komponen yang
akan dilalui oleh setiap jalurnya. Pada prakteknya Anda akan mengukur satu
persatu disetiap komponen yang akan dilalui oleh jalur tersebut. Berbeda dengan
metoda pengukuran paralel, dimana avometer akan menunjukan nilai
resistansinya. Sedangkan metoda pengukuran seri dilakukan untuk mengetahui
terhubung atau tidaknya suatu jalur. Bila hasil pengukuran menunjukan suatu nilai
resistansi (tahanan), maka jalur tersebut tidak terhubung dengan baik, apalagi bila
hasil pengukuran AVO Meter tidak bergerak sedikitpun dipastikan jalur tersebut
telah putus. Jalur tersebut normal bila jarum avometer menunjukan 0 Ω (Jarum
avometer bergerak penuh ke arah kanan)

2.5 Cara Penggunaan Avometer


Pertama-tama jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada
angka 0 pada skala DCmA, DCV atau ACV. Posisi jarum nol di bagian kiri dan
untuk skala ohmmeter posisi jarum nol berada di bagian kanan. Jika belum tepat,
harus diatur dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter
kekiri atau ke kanan dengan menggunakan obeng pipih kecil. Dalam
penggunaannya, penting sekali untuk memperhatikan dan memilih skala
pengukuran yang sesuai sebelum melakukan pengukuran. Kita harus
membiasakan untuk menggunakan skala paling tinggi pada saat awal pengukuran,
baik arus, tegangan ataupun hambatan listrik. Selanjutnya, bisa diturunkan
skalanya jika dirasakan hasil pengukuran masih belum mencukupi tingkat

9
ketelitiannya. Sebagai contoh misalnya kita menggunakan sebuah avometer
analog. Untuk mengukur tegangan pada suatu sumber tegangan AC, kita
tempatkan saklar pada posisi VAC (pengukuran untuk tegangan AC), pilih skala
tertinggi. Lihat simpangan jarumnya apakah sudah cukup untuk dapat terbaca
ataukah simpangannya terlalu kecil sehingga sulit terbaca. Jika simpangan
jarumnya terlalu kecil, maka skala pengukuran bisa kita turunkan lagi sampai
mendapatkan hasil simpangan yang dapat terbaca dengan baik. Jangan memilih
skala yang terlalu kecil sehingga jarum menyimpang melebihi batas maksimum
pengukuran. Ini dapat merusak avometer tersebut. Penting juga memperhatikan
polaritas jika yang kita ukur berkaitan dengan arus dan tegangan DC. Jangan
sampai terbalik karena dapat juga merusakkan avometer. Untuk avometer analog,
penting juga mengkalibrasi avometer sebelum digunakan untuk melakukan
pengukuran, trutama dalam mengukur tahanan (resistor) agar hasil pengukurannya
akurat. Caranya hubungkan kedua probe avometer, lalu putar penepat not
(kalibrator) hingga jarum tepat menunjukkan angka 0 ohm, baru kemudian siap
digunakan. Jika skala pengukuran diubah biasanya harus dikalibrasi lagi. Untuk
avometer digital biasanya dilengkapi dengan kemampuan untuk mengukur
kapasitas sebuah kapasitor serta hfe transistor, dan tanpa perlu dikalibrasi.
Sepertinya memang lebih praktis tapi harganya tentu juga lebih mahal. Tetapi ada
juga avometer analog dengan merek tertentu yang lumayan mahal karena memang
hasil bacaannya lebih akurat dan bagus.
2.5.1 Cara Mengukur Arus DC
Rangkaian untuk mengukur arus dipasang secara seri dengan beban yang
dapat berupa resistor, lamu atau lainnya.
1. Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi arus AC
2. Atur posisi selector pada posisi batas ukur yang lebih tinggi dari arus yang
akan diukur, batas ukur dapat dipilih yang paling tinggi agar tidak merusak
avometer. Pengaruh pemilihan batas ukur yang terlalu jauh dari arus yang
akan diukur hanya mengakibatkan pembacaan yang kurang akurat.

10
3. Hubungkan kabel secara seri dengan beban. Beban dapat diseri pada kabel
negatif atau pada kabel positif Apabila pemasangan kabel polaritasnya
terbalik, maka meter akan bergerak kekiri
4. Baca penunjukan arus pada papan skala arus DC sesuai posisi jarum.

2.5.2 Cara Mengukur Tegangan DC


1. Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan DC
2. Pilihlah batas ukur (1.5, 5, 10, 50, 150, 500). Dimana harus dipilih batas
yang sama atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Misalkan
tegangan yang akan diukur 8V, maka batas ukur yang harus dipilih adalah
10V. Tidak bole memilih batas yang lebih kecil karena jarum penunjuk akan
bergerak melewati batas maksimum dan dapat merusak moving coil.
3. Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan, kabel merah
disambungkan kepada bagian positif dan kabel hitan disambungkan pada
bagian negatif. Cara pemasangan seperti itu disebut hubungan pararel.
Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka meter akan bergerak
ke kiri.
4. Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk berhenti. Cara
yang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus dimana jarum
harus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin pantul dan
tidak terjadi kesalahan pembaca (paralax).

2.5.3 Cara Mengukur Tegangan AC


1. Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan AC
2. Pilihlah batas ukur (1, 3, 10, 30, 100 atau 300). Dimana harus dipilih batas
yang sama atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur.
3. Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan secara paralel. Untuk
tegangan AC sambungkan kabel merah dan hitam dapat bebas
disambungkan pada sumber tegangan positif atau negatif, karena tegangan
AC tidak mempunyai polaritas.

11
4. Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk berhenti.
Carayang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus dimana
jarumharus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin
pemantul, agar tidak terjadi kesalahan baca (parallax).

2.5.4 Cara Mengukur Resistansi


Tujuan mengukur resistansia adalah untuk mengetahui kondisi suatu
komponen dalam keadaan rusak atau baik, serta untuk menentukan berapakah
besar nilai resistansinya. Misalkan sebuah resistor mempunyai kode warna: coklat,
hitam, merah dan toleransi emas, artinya resistor tersebut mempunyai nilai
resistansi sebesar 1000 ohm dengan toleransi 5%, maksudnya resistor tersebut
masih dikatakan baik bila setelah diukur nilainya masih diantara +/- 5% dari 1000
ohm, atau antara 950 sampai 1050 ohm. Cara mengukur resistansi, yaitu:
1. Atur selector switch pada posisi ohm.
2. Pilih batas ukur (range) apakah: x1, x10, x100, atau x1000 (sesuaikan
dengan nilai resistor.
3. Terlebih dahulu, hubung singkat kabel penyidik agar jarum meter
bergerak kearah kekanan dan dapat diatur supaya menunjukkan pada skala
maksimum dengan memutar tombol Zero Adjust, maksudnya agar
pembacaan meter sesuai dengan skala dan range yang dipakai.
4. Mulailah mengukur resistor dengan menghubungkan kabel penyidik pada
kedua kaki resistor secara paralel, dengan mengabaikan warna kabel.
5. Baca papan skala sesuai dimana jarum meter berhenti, dan kalikan
pembacaan dengan batas ukur. Misalnya jarum menunjukkan pada skala 10
dan batas ukur menggunakan x100, maka nilai resistor tersebut adalah 1000
ohm

2.5.5 Cara menguji Kapasitor/Kondensator


Sebelumnya muatan kondensator harus di discharge. Kapasitor merupakan
salah satu komponen elektronika yang mempunyai dua kaki. Tujuan pengujian

12
kapasitor adalah untuk mengetahui kondisi kapasitor. Adapun langkah-langkah
menguji kapasitor adalah:
1. Arahkan skalar jangkar pada posisi ohm.
2. Tancapkan pangkal kabel colok merah pada terminal kabel colok positif dan
pangkal kabel colok hitam pada terminal kabel colok negatif yang tersedia
pada multimeter.
3. Lakukan kalibrasi dengan cara menghubungkan ujung-ujung kabel colok
hitam dan merah. Kemudian perhatikan papan skala, apabila jarum tidak
menunjuk tepat pada nilai 0 ohm, maka pengatur nol ohm atau knop adjust
diatur dengan cara memutarnya hingga tepat pada nilai 0 ohm.
4. Hubung-singkatkan kedua kaki kapasitor agar muatan listrik yang sudah ada
bisa terbuang terlebih dahulu.
5. Hubungkan colok hitam pada kaki positif kapasitor dan colok merah pada
kaki negatif kapasitor. Apabila jarum meter bergerak dan kembali lagi,
maka kapasitor dinyatakan baik. Jika jarum meter bergerak dan tidak
kembali, maka kapasitor dinyatakan bocor. Bila jarum bergerak dan kembali
tetapi tidak penuh, maka kapasitor tersebut aus. Sedang jika jarum tidak
bergerak sama sekali berarti kapasitor tersebut sudah putus.

2.5.6 Cara mengukur Dioda


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengujian dioda adalah
menentukan terlebih dahulu kaki-kaki komponen tersebut, mana anoda dan mana
katodanya. Adapun langkah-langkah pengujian dioda selanjutnya adalah:
1. Arahkan skalar jangkah pada posisi ohm.
2. Tancapkan pangkal kabel colok merah pada terminal kabel colok positif dan
pangkal kabel colok hitam pada terminal kabel colok negatif yang tersedia
pada multimeter.
3. Lakukan kalibrasi dengan cara menghubungkan ujung-ujung kabel colok
hitam dan merah. Kemudian perhatikan papan skala, apabila jarum tidak
menunjuk tepat pada nilai 0 ohm, maka pengatur nol ohm atau knop adjust

13
diatur dengan cara memutarnya hingga tepat pada nilai 0 ohm. Pada
pengukuran ini kalibrasi tidak boleh dilakukan
4. Hubungkan colok hitam pada kaki anoda dan colok merah pada kaki katoda.
Apabila jarum meter bergerak dan kembali lagi, maka kapasitor dinyatakan
baik; tetapi jika jarum meter tidak bergerak sama sekali, maka dioda
dinyatakan rusak atau putus.
5. Jika pengujian dibalik, yaitu colok hitam ditempel pada katoda dan colok
merah pada anoda, maka bila jarum meter bergerak, dioda dinyatakan rusak.
Sebaliknya, apabila jarumnya diam atau tidak bergerak, maka dioda
dinyatakan baik.

2.5.7 Cara Mengukur Transistor


Pada dasarnya transistor merupakan dua dioda yang dipertemukan, sehingga
cara pengujian transistor hampir sama dengan pengujian dioda. Pengujian
transistor dibedakan menjadi dua, yaitu jenis NPN dan jenis NPN. Untuk
transistor jenis NPN, pengujian dengan jangkah pada x100, penyidik hitam
ditempel pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan.
Bila penyidik merah dipindah ke emitor, jarum harus ke kanan lagi kemudian
penyidik merah pada basis dan hitam pada kolektor, jarum harus tidak
menyimpang dan bila penyidik hitam dipindah ke emitor jarum juga harus tidak
menyimpang. Selanjutnya dengan jangkah pada 1k penyidik hitam ditempel pada
kolektor dan merah, pada emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan dan
bila dibalik jarum harus tidak menyimpang. Bila salah satu peristiwa tersebut
tidak terjadi, maka kemungkinan transistor rusak.
Untuk transitor jenis PNP, pengujian dilakukan dengan penyidik merah
pada basis dan hitam pada kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan. Demikian
pula bila penyidik merah dipindah ke emitor, jarum arus menyimpang ke kanan
lagi. Selanjutnya analog dengan pangujian NP. Kita dapat menggunakan cara
tersebut untuk mengetahui mana basis, mana kolektor dan mana emitor suatu
transistor dan juga apakah jenis transistor PNP atau NPN. Beberapa jenis

14
multimeter dilengkapi pula fasilitas pengukur hFE, ialah salah parameter penting
suatu transistor.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Avometer adalah alat ukur yang mempunyai kemampuan tiga fungsi yaitu
untuk mengukur arus (amperemeter), mengukur tegangan (voltmeter) dan
mengukur tahanan atau resistansi (ohmmeter).
2. Berdasarkan prinsip kerjanya, avometer dibedakkan menajdi dua, yaitu
avometer analog dan avometer digital. Avometer analog yaitu avometer
yang menggunakan jarum putar atau moving coil untuk menunjukkan skala,
sedangkan avometer digital merupakan avometer yang menggunakan
display yang langsung dapat menampilkan hasil pengukuran berupa angka-
angka.
3. Bagian-bagian dari avometer yaitu: meter korektor, saklar pemilih, Terminal
+ dan – com, pointer, cermin, skala, zero adjustment, angka-angka batas
ukur dan case.
4. Untuk menganalisa kerusakan jalur pada suatu rangkaian dapat dilakukan
dengan dua cara, pertama pengukuran secara paralel dan pengukuran secara
seri. Pada prinsipnya pengukuran tersebut sama saja, akan tetapi akan lebih
akurat bila dilakukan dengan dua cara tersebut

3.2 Saran
Avometer merupakan suatu alat pengukuran listrik yang memiliki fungsi
penting untuk dapat mempermudah membantu serta menyelesaikan pekerjaan
dengan mudah dan cepat. Oleh karena itu, kita harus merawat serta berhati-hati
dalam pemakaiannya karena avometer sangat mudah rusak apabila kita
menggunakannya secara sembarangan dan tidak sesuai dengan fungsinya

16
DAFTAR PUSTAKA

http://anggitsetiyadi87.blogspot.com/2011/01/makalah-alat-bantu-dan-ukur.html

http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Fisika/0308%20Fis-2-3d.htm

http://dasar-teknik.blogspot.com/2008/04/avo-meter.html

http://dasar-teknik.blogspot.com/2008/04/avo-meter.html

http://mk-mk.facebook.com/topic.php?uid=95944696225&topic=9347

http://www.scribd.com/doc/32932035/makalah-avometer

http://www.scribd.com/doc/34050638/AVO-Meter

http://www.scribd.com/doc/51607731/AVO-METER

17

Anda mungkin juga menyukai