Anda di halaman 1dari 12

ETOS KERJA

DisusunOleh :

MUHAMMAD ABDILLAH FIDZIKRI

Nim. 2011450006

PROGRAM STUDI ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syuku rkehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmatdan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada matakuliah pengantar hadis dengan
judul ETOS KERJA.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing
agar bias dipresentasikan dan bermanfaat sebagai pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan
maupun kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan pada tugas selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
menambah wawasan keilmuan tentang ETOS KERJA.

Terimakasih.

Wassalamu’alikum. Wr. Wb.

Bengkulu,17 november 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
B. PEMBAHASAN
A. Hadis tentang pekerjaan yang paling baik
B. Hadis tentang larangan meminta-minta
C. Hadis tentang mukmin yang kua mendapat pujian
C. PENUTUP
a. kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berkerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu berbuat untuk
membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak.

Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat terhadap
kerja. Kalau padangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk
eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau etos kerja melihat kerja
sebagai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada
pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh
sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap menghargai kerja sebagai sesuatu yang
luhur, diperlukan dorongan atau motivasi.

Etos kerja di Negara kita masihlah sangat minim. Itu bisa kita lihat dalam penentuan
dan pelaksanaan jam kerja untuk instansi pemerintah

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan pekerjaan paling baik
2. Apa yang di maksud larangan minta-minta
3. Bagaimana mukmin yang kuat mendapat pujian
C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar kita mengetahui apa saja hadis-hadis
tentang etos kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pekerjaan yang Paling Baik

ِ ُّ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ُس ئِ َل ا‬ ِ ٍ


‫الر ُج ِل‬
َّ ‫ َع َم ُل‬: ‫ب ؟ قَ َال‬
ُ َ‫ى اْل َك َس ب اَطْي‬ َ َ ‫َع ْن ِرَف َع ة بْن َراف ٍع اَ َّن النَّىِب‬
) ‫ص َح َحهُ احلَ ِكْيم‬ ِِ
َ ‫بِيَده َوُك ُّل َبيِّ ٍع َمْبُرْوٌر ( َرَواهُ اْ َلبَزار َو‬
Artinya :“Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya : apa mata
pencaharian yang paling baik?. Nabi menjawab: seseorang bekerja dengan tangannya dan
tiap-tiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar dan ditashihkan Hakim).
Rifa’ah bin rafi ibn Malik ibn Ajalan, Abu Mu’adalah Al-Jarqa merupakan salah
seorang sahabat anshar yang mengikuti Perang Badar. Ia meriwayatkan hadis dari nabi, abu
bakar as-siddiq, ubadah ibn shamit, sedangkan orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya
antara lain: anak-anaknya, ubaid, putra saudaranya. Ia meninggal pada awal kekhalifahan
Mu’awiyah bin abu sofyan. Ia meninggal pada tahun 41 atau 42.
Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa
mengahrapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian
tidak dibenarkan pula terlalu mengandalakan kemampuan diri sehingga melupakan
pertolongan Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya.

Telah menjadi sunatullah di dunia bahwa kemakmuran akan dicapai oleh mereka yang
bekerja keras dan memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya. Tidak
heran jika banyak orang yang tidak beriman kepada Allah,tetapi mau bekerja untuk
mendapatkan kemakmuran di dunia walaupun di akhirat ia tetap celaka.Sebaliknya ada pula
yang beriman kepada Allah, tetapi tidak mau bekerja dan berusaha sehingga sulit untuk
mencapai kemakmuran.

Selain itu, islam pun menjamin dan melindungi mereka ysng mau bekerja keras dan
menyuruh para majikan untuk menghargai kerja keras orang yang bekerja padanya.
Diantara hikmah dari rezeki yang di hasilkan melalui tangan sendiri adalah terasa
lebih nikmat dari hasil kerja orang lain. Juga akan menumbuhkan hidup hemat karna
merasakan bagaimana payahnya mencari rezeki.

Menurut Imam Al-ghazali, manusia dalam hubungannya dengan kehidupan dunia dan
akhirat terbagi pada tiga golongan:

a. Orang-orang yang sukses atau menang


b. Orang-orang yang celaka
c. Orang yang berada diantara keduanya

Menurut Al-Faqih Abu Laits Samarqandi. Orang yang menginginkan usaha,harta yang
halal,ia harus memelihara 5 perkara, yaitu:

a. Tidak menunda kewajiban terhadap Allah swt. tidak menghambat apalagi mengalangi
kewajiban sebagai hamba Allah.
b. Tidak ada seorang pun yang merasa dirugikan atau atau di ganggu akibat usahanya.
c. Memelihara kehormatan diri dan keluarga
d. Tidak membinasakan diri dalam usaha, dan
e. Tidak beranggapan bahwa rezekinya diproleh dari usahanya, melainkan dating
langsung dari Allah, sedangkan usaha semata hanya factor penyebab datangnyab
rezeki.

Setiap orang islam hendaknya menggunakan waktunya untuk bekerja guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalma islam, mata pencagarian yang di anggap paling baik adalah
pekerjaan yang menggunakan tangan sendiri dan jual beli yang bersih dan halal.

B. larangan meminta-minta

ِ‫ميرَب‬ِ ‫ قَ َال وه و ع‬: ‫عن اِبن عم ر ر ِض ى اهلل عْنهم ا اَ َّن رس و ُل اهلل ص لى اهلل علَي ِه وس لَّم‬
ْ ‫لى اْل‬
َ َ َ َُ َ َ َ ْ َ ُ َّ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َُ ُْ ْ َ     

ُ‫الس ْفلَى فَاليَّ ُد اْلعُ ْليَ ا ِه َى اَلْ ُمنَ ِف َق ة‬


ُّ ‫ف َوالْ َم ْس َئلَةَ اْليَ د اْلعُْليَ ا َخْي ُر ِم َن اْليَ ِد‬ ّ ‫الص َدقَِة َو‬
َ ‫الت ْع ُف‬ َّ ‫َوذَ َك َر‬

) ‫الزَك ِاة‬
َّ ‫اب‬ ُ ََ َّ ‫لى ِه َى‬
ِ َ‫السائِلَةُ ( اَ ْخرجهُ اْلب َخا ِرى ِىف كِت‬
َ ‫الس ْف‬
ُّ ‫َو‬
Artinya : “ Ibnu Umar r.a berkata, “Ketika Nabi SAW berkhotbah diatas minbar dan
menyebut sedekah dan meminta-minta, beliau bersabda, “Tangan yang diatas lebih baik
daripada tangan yang dibawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah
meminta.”

Hakim Ibn Hijam di lahirkan di ka’bah, tetapi ada yang tidak menyetujui pendapat ini.
Ia termasuk salah seorang yang masuk islam pada waktu futuh Al-Makkah dan termasuk
salah seorang yang di segani baik pada masa jahilliyah maupun dikalangan umat islam. Ia
meriwayatkan hadis dari Rasululloh sebanyak 49 hadis.

Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan yang
sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang
lain. Misalnya dengan cara meminta- minta.

Seorang peminta-minta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan tangannya,


selain telah merendahkan dirinya, ia pun secara tidak langsung telah merendahkan ajaran
agamanya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan sebagai kufur nikmat
karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha dan mencari rezeki
sebagaimana di perintahkan syara’. Padahal Allah selalu memberikan rezeki pada makhluk
Nya yang berusaha.

Orang yang tidak meminta-minta dan menggantungkan hidup kepada orang lain
meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat dalam pandangan Allah. Dan Allah
akan memuliakannya dan mencukupinya. Orang islam harus berusaha memanfaatkan karunia
yang diberikan Allah. Yang berupa kekuatan dan kemampuan dirinya untuk mencukupi
hidupnya disertai doa kepada Allah swt.

Tangan yang diatas yakni pemberi sedekah lebih baik dari pada tangan yang dibawah,
yang meminta-minta atau menggantungkan hidupnya pada orang lain. Dalam memberikan
bantuan kepada orang lain, hendaknya mendahulukan keluarga, sedangkan sedekah yang
diberikan tersebut berasal dari kelebihan rezekinya. Orang yang menjaga kehormatan diri,
dengan berusaha untuk tidak meminta-minta atau menggantungkan hidup pada orang lain, ia
akan dicukupkan oleh Allah. Pekerjaan yang tampak hina dan hanya menghasikan sedikit
uang lebih baik dari pada meminta-minta.

C.
D. Mukmin yang kuat mendapat pujian

ُّ ‫ «الْ ُم ْؤِم ُن الْ َق ِو‬:‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬


‫ي َخْي ٌر‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ قَ َال‬،‫عن أَيِب هريرَة ر ِضي اهلل عْنه‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ َ ُ َ َ َ َْ ُ ْ َ

‫اس تَعِ ْن بِاللَّ ِه َواَل‬


ْ ‫ك َو‬ ْ ‫اح ِر‬
َ ُ‫ص َعلَى َم ا َيْن َفع‬ ِ ِ‫الض ع‬
ْ ‫يف َويِف ُك ٍّل َخْي ٌر‬ َّ ‫ب إِىَل اللَّ ِه ِم ْن الْ ُم ْؤِم ِن‬
ُّ ‫َح‬
َ ‫َوأ‬
‫ت َكا َن َك َذا َوَك َذا َولَ ِك ْن قُ ْل قَ َد ُر اللَّ ِه َوَم ا َش اءَ َف َع َل‬
ُ ‫ك َش ْيءٌ فَاَل َت ُق ْل لَ ْو أَيِّن َف َع ْل‬ َ ‫َت ْع َج ْز َوإِ ْن أ‬
َ َ‫َصاب‬

﴾‫َخَر َجهُ ُم ْسلِم‬ ِ


ْ ‫ ﴿أ‬.»‫فَِإ َّن لَ ْو َت ْفتَ ُح َع َم َل الشَّْيطَان‬

Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Orang mukmin
yang kuat lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dalam segala sesuatu,
ia dipandang lebih baik. Raihlah apa yang memberi manfaat bagimu. Minta tolonglah
kepada Allah. Jangan lemah! Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah berkata,’ kalau aku
berbuat begini, pasti begini dan begitu, tapi katakanlah, “ Allah SWT telah menentukan dan
Allah menghendaki aku untuk berbuat karena (kata) “ kalau” akan mendorong pada
perbuatan setan. (H.R Muslim).

Hadis diatas mengandung 3 perintah dan 2 larangan yaitu:

1. Memperkuat iman

Keimanan seseorang akan membawa pada kemuliaan baginya, baik di dunia maupun
akhirat. Kalau keimanan nya kuat dan selalu diikuti dengan amal soleh, maka ia kan
mendapat manis nya iman

Setiap orang memiliki tingkat keimanan yang berbeda-beda. Ada yang kuat
keimanannya yang ditandai dengan selalu berusaha untuk melakukan berbagai amal yang
diperintahkan oleh Allah SWT. ada pula yang lemah keimanannya ia tidak mau mengrjakan
kewajiban sebagai ornag beriman. Hal ini karna orang yang kuat imannya akan selalu
berusaha menjadikan aktifitasnya dalam kebaikan. Kekuatan dalam hadis di atas dapat juga
dipahami dalam hal ekonomi atau kekayaan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
Rasululloh saw. memerintahkan orang yang beriman untuk menghiasi keimanannya dengn
amal shaleh serta memelihara badannya agar kuat dan rajin berusaha sehingga kuat
keekonomiannya.

2. Perintah untuk memanfaatkan waktu

Banyak sekali aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan seorang mukmin, seperti cari
ilmu, bekerja, dll. Oleh karena itu jangan menghambur-hamburkan waktu untuk kegiatan
yang tidak bermanfaat. Dalam kehidupan di masyarakat, orang yang sukses adalah yang
selalu menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Mereka mengganggap
bahwa waktu adalah uang.

3. Memohon pertolongan Allah

Manusia hanya diwajibkan untuk berikhtiar, sedangkan yang memutuskan


keberhasilannya adalah Allah. Seseoarang tidak akan mencapai kesuksesan, tanpa danya
kekuasaan dan kehendak Allah. Namun Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan
pekerjaan orang. Oleh karena itu, bekerja dan berusaha dengan sebaik-baiknya disertai
permohonan atas pertolongan Allah swt.

4. Larangan membiarkan kelemahan

Kelemahan seseorang berawal dari kemalasannya. Orang menjadi bodoh karena malas
mencari ilmu. Setiap orang harus berusaha untuk mengubah segala kelemahan yang ada pada
dirinya karena Allah SWT. tidak akan mengubahnya kalau orang tersebut tidak mau
mengubahnya.

5. Larangan untuk menyatakan “kalau”

Dalam berusaha, tidak dapat dipastikan bahwa selamanya berhasil. Suatu waktu
seseorang pasti akan mendapatkan kegagalan. Islam menganjurkan untuk menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah karena manusia hanya berusaha untuk berikhtiar. Pernyataan “kalau
begini dan begitu” merupakan godaan setan untuk mendahului kehendak Allah swt. bahwa
suatu usaha akan berhasil jika Allah tidak menghendaki keberhasilannya.

Seorang mukmin harus berusaha untuk memanfaatkan kesempatan terhadap segala


sesuatu yang bermanfaat yaitu dengan mengisi waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat.
Setelah berusaha dengan baik, seorang mukmin harus bertawakal dan berdoa kepada Allah.
Jika ditimpa kegagalan seorang muslim tidak boleh berkata “kalau aku berbuat begini, pasti
begini dan begitu.” Akan tetapi, hendaknya ia berkata ”Allah swt. telah menentukan dan
menghendaki hal itu.” Karena pernyataan kalau berarti mendahului kehendak Allahdan
termasuk salah satu perbuatan setan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa berusaha untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa
mengahrapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian
tidak dibenarkan pula terlalu mengandalakan kemampuan diri sehingga melupakan
pertolongan Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya.

Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan yang
sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang
lain. Misalnya dengan cara meminta- minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan
sifat umat islam yang mulia dan memiliki kekuatan.

Seorang mukmin harus berusaha untuk memanfaatkan kesempatan terhadap segala


sesuatu yang bermanfaat yaitu dengan mengisi waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat.
Setelah berusaha dengan baik, seorang mukmin harus bertawakal dan berdoa kepada Allah.
Jika ditimpa kegagalan seorang muslim tidak boleh berkata “kalau aku berbuat begini, pasti
begini dan begitu.” Akan tetapi, hendaknya ia berkata ”Allah swt. telah menentukan dan
menghendaki hal itu.” Karena pernyataan kalau berarti mendahului kehendak Allahdan
termasuk salah satu perbuatan setan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hikmah. 2008. Al-Quran Dan Terjemahannya. Bandung: CV Diponegoro.

Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku Al-Hadis, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum : pustaka
setia.

Syafe’i, Rachmat.2000. Al-Hadits. Bandung:  Setia Pustaka

Fachruddin dan Irfan Fachruddin. 1996. Pilihan Sabda Rasul (Hadis-Hadis Pilihan). Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai