Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 3


BLOK MATA & THT
“TELINGA ANAKKU SAKIT”

OLEH :

Made Ngurah Jiyesta Wibawa

019.06.0055

Kelompok 6/ Kelas A

Tutor : dr. Pande Tiara Maharani, S.Ked

PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 3 yang berjudul “TELINGA ANAKKU
SAKIT” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa


(LBM) 3 yang berjudul “TELINGA ANAKKU SAKIT” meliputi seven jumps
step yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan
berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Pande Tiara Maharani sebagai dosen fasilitator SGD 6 yang


senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 20 Oktober 2021

Penyusun

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Skenario ................................................................................................... 4

1.2 Data Kasus .............................................................................................. 5

1.3 Deskripsi Masalah .................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7


2.1 Pembahasan Keluhan Pasien ..................................................................... 7

2.2 Anatomi Telinga .......................................................................................... 8

2.2.1 Anatomi Telinga Luar .......................................................................... 8

2.2.2 Anatomi Telinga Tengah ...................................................................... 9

2.3 Histologi Telinga ........................................................................................ 10

2.3.1 Histologi Telinga Luar ....................................................................... 10

2.3.2 Histologi Telinga Tengah ................................................................... 10

2.4 Fisiologi Telinga (Tuba Eustachius) ........................................................ 11

2.5 Pembahasan Diagnosis Banding ......................................................... 12

2.5.1 Otitis Eksterna .................................................................................... 12

2.5.2 Otitis Media ................................................................................... 15

2.5.2.1 OMA (Otitis Media Akut) ............................................................... 16

2.5.2.2 OMSK (Otitis Media Supuratif Kronis) ..................................... 17

2.6 Penentuan Diagnosis Kerja ................................................................. 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

Sesi I

Telinga Anakku Sakit


An.D usia 12 tahun dibawa orang tua ke praktek dokter umum dengan
keluhan utama telinga kanan terasa nyeri. Keluhan sudah dialami sejak 5 hari
yang lalu, keluhan nyeri dirasakan semakin hari makin memberat. Keluhan
disertai batuk, pilek dan demam sejak 7 hari yang lalu, keluhan lain berupa telinga
berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan (-), dan pusing disangkal.
Tiga tahun yang lalu pasien pernah memiliki Riwayat keluar cairan yang hilang
timbul disertai dengan nyeri telinga kiri dan sembuh sendiri. Pasien juga memiliki
kebiasaan sering mengorek kuping.

Sesi II

Hasil pemeriksaan otoskopi AD : membran timpani tampak hiperemis dan


bulging seperti pada gambar, AS : membran timpani intak. Rinoskopi anterior
terdapat : dischargeseromukous, konkaedem dan hiperemis. Pemeriksaan faring :
mukosa hiperemis. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter memberikan
penanganan dan edukasi terhadap pasien.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 4


1.2 Data Kasus

Identitas Pasien

Nama : An. D

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Data Dasar

a. Data subyektif

Pada anamnesis didapatkan data yaitu pasien mengeluhkan telinga kanan


terasa nyeri dimana keluhan sudah dialami sejak 5 hari yang lalu dan demam
sejak 7 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat keluar cairan yang hilang timbul
disertai dengan nyeri telinga kiri dan sembuh sendiri tiga tahun yang lalu, selain
itu pasien juga memiliki kebiasaan sering mengorek kuping.

b. Data obyektif

Pada pemeriksaan didapatkan sebagai berikut :

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 5


Telinga : berdenging (-)
Gangguan pendengara : ( -)
Cairan : (-)
Pusing : disangkal

1.3 Deskripsi Masalah

Berdasarkan hasil diskusi maka kelompok kami merumuskan beberapa


permasalahan yang penting untuk dikaji dan di diskusikan bersama untuk
menduga suatu diagnosis yang diambil dari keluhan pasien diantaranya yaitu
penyebab dari keluhan yang dialami pasien dimana keluhan utama nya adalah
telinga kanan terasa nyeri yang sudah dialami selama 5 hari yang lalu yang
duhubungkan dengan keluhan penyerta pasien yaitu batuk, pilek dan demam sejak
7 hari yang lalu. Pasien tidak mengalami telinga berdenging, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada cairan keluar serta pusing disangkal. Perlu dianalisis juga
apakah terdapat hubungan antara keluhan saat ini yang dirasakan oleh pasien
dengan riwayat keluhan sebelumnya yaitu tiga tahun yang lalu pasien pernah
memiliki riwayat keluar cairan yang hilang timbul disertai nyeri telinga kiri
namun dapat sembuh sendiri dan pasien yang memiliki kebiasaan mengorek
kuping. Oleh karena keluhan pasien di scenario maka kelompok kami
menyimpulkan beberapa diagnosis differensial yang perlu dicurigai untuk pasien,
karena disini yang mengalami permasalahan diduga adalah telinga tengah
tepatnya pada tuba eustachius maka diagnosis differensialnya antara lain otitis
media meliputi otitis media akut (OMA) dan otitis media supuratif kronis
(OMSK) serta perlu juga dibahas mengenai otitis eksterna dan disfungsi tuba
eustachius.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 6


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Keluhan Pasien


Pasien datang dengan keluhan utama telinga kanan terasa nyeri, pasien
merasakan telinga kanan nyeri dapat didasari oleh beberapa faktor seperti ketika
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran. Tersumbatnya
saluran dan datangnya sel- sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel- sel darah
putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya akan terbentuk nanah dalam telinga tengah, pembengkakan jaringan
sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel- sel di telinga
tengah terkumpul pada membrane timpani.
Keluhan sudah dialami sejak 5 hari yang lalu, hal ini menunjukkan bahwa
keluhan yang dialami oleh pasien ini bersifat akut. Keluhan disertai batuk, pilek
dan demam sejak 7 hari yang lalu. Berdasarkan hal ini maka pasien ducurigai
sempat mengalami permasalahan pada saluran pernapasan karena riwayat batuk
dan pilek yang diduga berhubungan dengan nasofaring dimana proses peradangan
setelah infeksi saluran pernafasan atas virus yang melibatkan mukosa hidung,
nasofaring, dan tuba eusthacia. Ruang anatomi yang sempit membuat edema yang
disebabkan oleh proses inflamasi menghalangi bagian eustachia dan
mengakibatkan penurunan ventilasi. Hal ini menyebabkan kaskade kejadian
seperti peningkatan tekanan negatif di telinga tengah dan penumpukan sekresi
mukosa yang meningkatkan kolonisasi organisme bakteri dan virus di telinga
tengah.
Keluhan lain berupa telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-),
keluar cairan (-), dan pusing disangkal. Hal ini menepis kemungkinan sifat kronis
sebab gejala tersebut biasanya merupakan manifestasi klinis dari otitis media
supuratif kronis. Tiga tahun yang lalu pasien pernah memiliki Riwayat keluar
cairan yang hilang timbul disertai dengan nyeri telinga kiri dan sembuh sendiri.
Keluarnya cairan yang disertai nyeri telinga merupakan tanda dari membrane
timpani yang mengalami rupture.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 7


Pasien juga memiliki kebiasaan sering mengorek kuping, mengorek kuping
dapat menjadi faktor resiko dari otitis media sebab ketika seseorang mengorek
kuping akan mendorong kotoran lebih dalam sehingga membuat terkumpulnya
dalam liang telinga tengah, selain itu akibat mengorek kuping terlalu sering akan
mengambil serumen pada telinga sehingga menyebabkan bakteri flora normal
telinga tidak ada dan rentan tumbuh jamur.

Hasil pemeriksaan otoskopi AD : membran timpani tampak hiperemis dan


bulging seperti pada gambar, hal ini menunjukkan otitis media yang dialami oleh
pasien sudah masuk ke dalam stadium pre- supurasi sampai supurasi dimana
hiperemis yang terjadi ini disebabkan karena pembuluh darah melebar di
membrane timpani atau seuruh membrane timpani yang disertai dengan edem. AS
: membran timpani intak. Membrane timpani intak artinya edema hebat yang
terjadi pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel epitel superficial
diikuti dengan eksudat purulen di kavum timpani sehingga ditemukan adanya
bulging atau penonjolan kearah telinga luar sehingga pada pemeriksaan rinoskopi
anterior akan didapatkan dischargeseromukous, konkaedem dan hiperemis.
Pemeriksaan faring: mukosa hiperemis.

2.2 Anatomi Telinga

2.2.1 Anatomi Telinga Luar

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 8


Telinga luar terdiri atas daun telinga, meatus auditorius eksternus/external
auditory canal (saluran telinga) dan membran timpani (tympanic membrane).
Daun telinga (pinna) adalah lipatan tulang rawan elastis berbentuk seperti ujung
terompet dan dilapisi oleh kulit. Bagian tepi pinggiran daun telinga adalah heliks;
bagian inferior adalah lobulus. Ligamen dan otot menempelkan daun telinga ke
kepala. Meatus auditorius eksternus merupakan tabung melengkung dengan
panjang sekitar 2,5cm (1inch) terletak di tulang temporal dan mengarah ke
membran timpani (Tortora J & Nielsen T, 2012).

Membran timpani terletak di ujung medial meatus auditorius eksternus dan


membentuk sebagian besar dinding lateral rongga timpani. Membran ini
berbentuk oval dan membentuk sudut sekitar 55° dengan lantai meatus auditorius
eksternus. Meatus auditorius eksternus memanjang dari aurikula ke membran
timpani dan panjangnya sekitar 2,4cm. Tulang penyusun dinding meatus
auditorius eksternus merupakan tulang rawan di 1/3 bagian lateral dan tulang
keras di 2/3 bagian medial (Tortora, Gerard J. Bryan Derrickson).

2.2.2 Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah adalah rongga kecil berisi udara di bagian petrosa dari tulang
temporal yang dilapisi oleh epitel. Telinga tengah dipisahkan dari telinga luar oleh
membran timpani dan dari telinga dalam oleh partisi bertulang tipis yang berisi
dua lubang kecil yang ditutupi membran yaitu jendela oval dan jendela bundar.
Struktur selanjutnya adalah tiga tulang pendegaran yang terletak di dalam telinga
tengah disebut osikulus, yang dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang
pendengaran tersebut dinamai sesuai bentuknya, yaitu malleus, incus, dan stapes
yang biasa disebut martil, landasan, dan sanggurdi (Tortora J & Nielsen T, 2012).

Membran timpani akan bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,


rangkaian osikulus tersebut akan ikut bergerak dengan frekuensi yang sama,
memindahkan frekuensi getaran ini dari membran timpani ke jendela oval.
Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 9


menimbulkan gerakan mirip-gelombang di cairan telinga dalam dengan frekuensi
yang sama seperti gelombang suara asal (Sherwood L, 2014).

2.3 Histologi Telinga

2.3.1 Histologi Telinga Luar


Telinga Luar Auricula, atau pinna (L. pinna, sayap) terdiri atas suatu
lempeng kartilago elastis iregular berbentuk corong, yang ditutupi secara erat oleh
kulit dan menghantarkan gelombang suara ke dalam telinga. Gelombang tersebut
memasuki meatus acusticus externus (L. meatus, saluran), kanal dilapisi dengan
epitel skuamosa berlapis yang memanjang dari daun telinga ke telinga tengah.
Dekat folikel rambut pembukaan, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat apokrin
termodifikasi yang disebut kelenjar seruminosa ditemukan pada submukosa.
Serumen adalah materi kekuningan berlemak yang dihasilkan dari sekresi kelenjar
sebasea dan seruminosa, serumen mengandung berbagai protein, asam lemak
jenuh, dan keratinosit yang terlepas dan memiliki sifat antimikroba protektif.
Dinding meatus acusticus externus ditunjang oleh kartilago elastis di sepertiga
luarnya, sedangkan tulang temporal menutup bagian dalam Pada ujung bagian
dalam meatus acusticus externus terdapat suatu lembar epitelial yang disebut
membran timpani atau gendang telinga. Membran ini terdiri dari jaringan ikat
fibroelastis ditutupi dengan epidermis eksternal dan internal oleh epitel kuboid
selapis dari mukosa yang melapisi rongga telinga tengah (Junqueira, Luis Carlos
dan Jose Carneiro)

2.3.2 Histologi Telinga Tengah


Telinga tengah mengandung rongga timpani yang terisiudara, suatu ruang
iregular yang berada di dalam tulang temporal di antara membran timpani dan
permukaan tulang telinga. Di sebelah anterior, ruang ini berhubungan dengan
faring melalui tuba auditorius (juga disebut tuba eustachii atau tuba
pharyngotympanica) dan di sebelah posterior, berhubungan dengan rongga
mastoid yang berisikan udara pada tulang temporal. Rongga timpani terutama

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 10


dilapisi oleh selapis epitel kuboid yang berada di lamina propria yang sangat
melekat pada periosteum. Di dekat tuba auditorius, epitel selapis ini secara
berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindiris bersilia yang melapisi tuba
tersebut. Meskipun dinding tuba umumnya kolaps, tuba akan terbuka selama
proses menelan, yang menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dengan
tekanan atmosfer. Pada dinding medial bertulang telinga tengah terdapat dua area
berlapis membran dan tidak bertulang: yaitu, tingkap lonjong (fenestra ovalis) dan
tingkap bundar (fenestra rotunda). Maleus menempel pada jaringan ikat membran
timpani dan stapes melekat pada jaringan ikat membran di tingkap lonjong.
Tulang-tulang ini berartikulasi di sendi sinovial yang bersama-sama periosteum
sepenuhnya dilapisi epitel selapis gepeng (Junqueira, Luis Carlos dan Jose
Carneiro).

2.4 Fisiologi Telinga (Tuba Eustachius)


Fisiologi Tuba Eustachius Telah diketahui ada 3 fungsi dari tuba Eustachius
dalam memelihara fungsi telinga tengah yaitu fungsi ventilasi, fungsi drainase dan
fungsi proteksi (Tortora, Gerard J. Bryan Derrickson)

Fungsi Ventilasi

Fungsi ini adalah dimana tuba eustachius mempertahankan tekanan udara (1


atm) didalam cavum timpani sama dengan tekanan udara luar atau sama dengan
tekanan atmosfir. Dalam keadaan normal, telinga tengah merupakan suatu ruang
tertutup dan penuh berisi udara. Mukosa telinga tengah secara perlahan-lahan
akan mengabsorbsi udara dan nitrogen dari telinga tengah sehingga akhirnya
tekanan udara dalam telinga tengah akan menurun. Pembukaan lumen tuba
Eustachius dapat terjadi baik secara aktif dan pasif. Pembukaan secara aktif terjadi
oleh kontraksi muskulus tensor veli palatine pada saat menelan, menguap atau
mengunyah. Pada orang dewasa gerakan menelan dapat terjadi beberapa kali
dalam 1 menit dan dalam keadaan tidur terjadi sekali dalam 5 menit. Pembukaan
tuba Eustachius pada bayi dan anak- anak frekwensinya terjadi lebih sering

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 11


dibanding dewasa, sehingga bayi dan anak-anak mendapatkan kesulitan dalam
mempertahankan tekanan udara ditelinga tengah. Pembukaan secara pasif terjadi
jika tekanan didalam kavum timpani lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir.

Fungsi Drainase

Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang yang
menghasilakn sekret. Tuba Eustachius mengalirkan secret ini dari kavum timpani
kearah nasofaring dengan suatu transpor mukosiliar. Fungsi drainase secret oleh
tuba Eustachius dipengaruhi oleh aktifitas sel-sel bersilia, grafitasi, gradasi
tekanan udara sepanjang tuba Eustachius dan viskositas secret itu sendiri.

Fungsi Proteksi

Pada keadaan normal tuba eustachius selalu dalam keadaan tertutup sewaktu
istirahat. Dengan demikian dapat menghalangi sekret dan kuman dari nasofaring
masuk kedalam kavum timpani. Bluestone1 menganalogikan fungsi proteksi dari
tuba Eustachius, kavum timpani dan sel-sel mastoid sebagai labu Erlenmeyer
dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut labu diumpamakan sebagai
orifisium nasofaring, leher labu sebagai ismus tuba Eustachius, dan bulbus labu
sebagai kavum timpani dan mastoid.

2.5 Pembahasan Diagnosis Banding

2.5.1 Otitis Eksterna


Definisi

Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah


kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup bentuk- bentuk akut atau kronis.
Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang
non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa di antaranya merupakan kondisi

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 12


primer yang langsung menyerang liang telinga. Shapiro telah menegaskan bahwa
perbedaan antara otitis ekstema yang berasal dari dermatosis dengan otitis
eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas (Medina Blasini, Yiraima., Sharman
Tariq. 2020).

Etiologi

Faktor predisposisi :

1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa


2. Perubahan lingkungan terutanla gabungan pcningkatan suhu dan
kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena bereuang atau membenihkan
telinga secara berlebihan (Medina Blasini, Yiraima., Sharman Tariq.
2020).

Klasifikasi

1. FurunkuIosis (Otitis Eksterna Sirkumskripta)

Kondisi umum ini terbatas pada bagian kartilaginosa meatus akustikus


eksternus. Jika pemeriksa memasukkan spekulum ke dalam kanalis tanpa terlebih
dahulu menarik aurikula untuk memeriksa telinga, maka infeksi ini dapat
terluputkan. Furunkulosis dimulai dari suatu folikel pilosebaseus dan biasanya
disebabkan oleb Staphyllococcus aureus atau S. albus. Pada kasus yang lebih
berat, selulitis pada jaringan sekitar dapat meluas melampaui daerah ini. Nyeri
dapat cukup hebat karena terbatasnya ruangan untuk perluasan edema pada daerah
anatomi ini. Akhirnya terbentuk abses dengan suatu "mata".

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 13


2. Otitis Eksterna Difusa

Infeksi ini dikenal juga dengan nama "swimmer's ear". Biasanya terjadi
pada cuaca yang panas dan lembab, terutama disebabkan oleh kelompok
Pseudomonas dan kadang- kadang juga Staphylococcus albus, Escherichia coli
dan Enteroboctcr aerogenes.

3. Otitis Eksterna Nekrotikans

Pada pengobatan otitis eksterna pasien lanjut usia, perlu diingat akan
kemungkinan otitis eksterna nekrotikans, yaitu suatu infeksi berat pada tulang
temporal dan jaringan lunak telinga. Kondisi ini disebabkan Pseudomonas
aeroginosa dan biasanya ditemukan pada penderita diabetes lanjut usia serta
dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas. Pasien- pasien dengan otitis
eksterna rekalsitrans yang berlangsung lebih dari dua minggu, perlu dievaluasi
dengan teliti terhadap gejala- gejala otitis eksterna nekrotikans. Pada bebenpa
kasus, pasien datang dengan disfungsi saraf kranial ketujuh dan pemeriksaan
telinga yang normal (Medina Blasini, Yiraima., Sharman Tariq. 2020).

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 14


Manifestasi Klinis

- Ringan : pruritus, ketidaknyamanan ringan, dan edema saluran


telinga

- Sedang : saluran telinga tersumbat sebagian

- Parah : Saluran telinga luar benar-benar tersumbat karena


edema. Biasanya ada nyeri hebat, limfadenopati, dan demam (Medina
Blasini, Yiraima., Sharman Tariq. 2020).

Diagnosis

Otitis eksterna adalah diagnosis klinis. Pengujian laboratorium rutin


dan/atau kultur saluran telinga tidak diperlukan atau diindikasikan untuk kasus
yang tidak rumit. Namun, kultur direkomendasikan untuk kasus otitis eksterna
yang rekuren atau resisten, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun
(Medina Blasini, Yiraima., Sharman Tariq. 2020).

2.5.2 Otitis Media

Otitis media adalah salah satu infeksi tersering pada anak- anak pada
beberapa penelitian infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Lebih sering
pada anak- anak Indian Amerika dan Eskimo dibandingkan dengan anak kulit
putih, dan paling jarang pada anak kulit hitam. Infeksi umumnya terjadi pada dua
tahun pertama kehidupan, sedangkan insidens puncak kedua terjadi pada tahun
pertama masa sekolah. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan anak wanita (Danishyar, Amina., Ashurst, John V. 2021).

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 15


2.5.2.1 OMA (Otitis Media Akut)
Definisi

Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari
otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman
ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme
pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
Eustachius, enzim dan antibody (Danishyar, Amina., Ashurst, John V. 2021).

Etiologi

Infeksi saluran pernapasan atas, Pada anak, makin sering anak terserang
infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi
terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius nya pendek, lebar dan
letaknya agak horizontal (Danishyar, Amina., Ashurst, John V. 2021).

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 16


Manifestasi Klinis

Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat
batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa,
selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga
atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu
tubuh tinggi dapat sampai 39,50C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar
tidur, tiba- tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang- kejang dan kadang-
kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membrane timpani,
maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang
(Danishyar, Amina., Ashurst, John V. 2021).

2.5.2.2 OMSK (Otitis Media Supuratif Kronis)

Definisi

Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari- hari congek. Yang disebut otitis media
supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi menibran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Rosario,
Digna C., Mendez, Magda D. 2021)

Etiologi

Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan
tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk (Rosario, Digna C., Mendez,
Magda D. 2021)

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 17


Manifestasi Klinis

Otitis media supuratif kronis paling sering muncul dengan otorrhea,


meskipun telinga kering juga dapat ditemukan. Gejala yang dapat ditemukan
tetapi tidak wajib untuk diagnosis adalah gangguan pendengaran, tinitus, dan rasa
penuh pada telinga (Rosario, Digna C., Mendez, Magda D. 2021)

Diagnosis

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT


terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeiksaan
sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui
jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri
nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA
(brainstem evoked response audiometry) bagi pasien atau anak yang tidak
kooperatif dengan pemeriksaan audiometric. Pemeriksaan penunjang lain berupa
foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
(Rosario, Digna C., Mendez, Magda D. 2021)

2.6 Penentuan Diagnosis Kerja


Berdasarkan hasil pembahasan dari kelompok kami dari semua differensial
diagnosis, kemungkinan diagnosis kerja akan dijelaskan dalam tabel berikut :

Keluhan Pasien Otitis


Otitis Otitis Media
Eksterna
Otitis Akut Otitis
Kronis
Anak usia 12 tahun + + +
Nyeri telinga kanan, keluhan 5 hari + + -
yang lalu

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 18


Batuk, pilek - + +/-
Demam - + +/-
Telinga berdenging +/- - +/-
Gangguan pendengaran + - +/-
Keluar cairan +/- - +/-
Pusing + - +/-
Riwayat nyeri telinga kiri dan +/- +/- +/-
sembuh sendiri
Kebiasaan mengorek kuping + + +

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi fuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran


timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi
udara. Kadang- kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran


timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri ditelinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 19


trombeflebitis pada vena- vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau


virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya
gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur
nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani


perlahan- lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.

Penentuan stadium Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium


oklusi pre- supuratif perforasi resolusi
supuratif
Membrane timpani - + + +/- -
hiperemis
Bulging - - + - -
Membrane timpani - +/- + + -
intak
Discharge sero - + + +/- -
mucous
Konkaedem, - + + + -

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 20


hiperemis

Pada skenario pasien mengalami OMA stadium supurasi yang sudah


dijelaskan menurut tabel diatas, dari keseluruhan keterangan pada scenario
mengarahkan pada diagnosis tersebut.

Patofisiologi

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti


Streptokokus hemolitikus, Strafi lokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu
kadang- kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escherichia colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aerugenosa.
Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.

Penatalaksanaan

Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka


kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk
ini diberikan obat tetes hidung. HCI efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <
12 tahun) atau HCI efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di
atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus
atau alergi.

Terapi pada stadium pre-supurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 21


Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari,
dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari. Pada stadium supurasi selain diberikan
antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani
masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan
ruptur dapat dihindari. Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar
dan kadang terlihat secret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang
diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3- 5 hari serta antibiotika
yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
dalam waktu 7- 10 hari. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani
berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani
menutup.

Komplikasi dan Prognosis

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses


subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang
setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu -biasanya didapatkan sebagai
komplikasi dari OMSK.

KIE

Pasien disarankan untuk vaksin pneumokokus dan influenza mencegah


infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada anak- anak. Selain itu, menghindari
asap rokok dapat menurunkan risiko ISPA. Asap tembakau adalah stimulan
pernapasan yang meningkatkan risiko pneumonia pada anak-anak. Bayi dengan
otitis media harus diberikan ASI bila memungkinkan, karena ASI mengandung
imunoglobulin yang melindungi bayi dari patogen asing pada fase- fase kunci
kehidupan ekstra-uterin awal.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 22


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Otitis Media Akut Stadium Supurasi”. Hal ini
dirumuskan dengan keterangan di scenario yang mengatakan pasien memiliki
keluhan utama nyeri telinga disertai dengan batuk pilek dan demam. Kelompok
kami pada awalnya mendapatkan tiga diagnosis banding berdasarkan klasifikasi
dari kelainan anatomi pada telinga luar dan telinga tengah yaitu otitis eksterna,
otitis media akut dan otitis media supuratif kronis. Alasan kelompok kami
mencurigai pasien mengalami otitis media akut adalah berdasarkan keluhan utama
dan onset waktu 5 hari yang menunjukkan keluhan bersifat akut. Riwayat batuk
pilek menunjukkan bahwa sebelumnya pasien mengalami infeksi saluran
pernapasan dimana pada pasien OMA biasanya diawali dengan ISPA terlebih
dahulu sebagai etiologi.

. Dari keseluruhan diagnosis banding tersebut sudah kami singkirkan


dengan tabel diatas sehingga kelompok kami lebih mencurigai pasien dengan
Otitis Media Akut Stadium Supurasi karena pada stadium supurasi didapatkan
temuan yang signifikan adanya bulging dan hiperemis sesuai dengan gambar pada
scenario. Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan adalah dengan pemberian
antibiotic seperti amoxicillin. Selanjutnya untuk komplikasi paling sering dari
Otitis Media Akut (OMA) adalah meningitis sehingga diperlukan penatalaksanaan
preventif, kuratif dan rehabilitative untuk memberikan prognosis yang baik untuk
pasien.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 23


DAFTAR PUSTAKA
Boies., Adams., Higler. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamental of Otolaryngology). Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Danishyar, Amina., Ashurst, John V. 2021. Acute Otitis Media. StatPearls.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/ (Diunduh pada tanggal
20 Oktober 2021)

Junqueira, Luis Carlos dan Jose Carneiro. Histologi dasar, teks dan atlas. 10th ed.
Jakarta: EGC; 2007.

Kowalak, dkk. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Medina Blasini, Yiraima., Sharman Tariq. 2020. Otitis Externa. StatPearls.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556055/ (Diunduh pada tanggal
20 Oktober 2021)

Price, Sylvia., Wilson Lorraine. 2005. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Penerbit EGC. Edisi. 6

Rosario, Digna C., Mendez, Magda D. 2021. Chronic Suppurative Otitis.


StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554592/ (Diunduh
pada tanggal 20 Oktober 2021)

Sherwood, Laurelee. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 9

Soepardi, Efiaty Arsyad., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan ; Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Edisi 6.

Tortora, Gerard J. Bryan Derrickson. Dasar Anatomi dan Fisiologi :


Pemeliharaan dan Kontinuitas Tubuh Manusia. Edisi 13 Volume 2.

LBM 3 “Telinga Anakku Sakit” 24

Anda mungkin juga menyukai