Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NO 93. Diberikan indikator KD tentang pembelajaran IPS, peserta dapat merumukan kegiatan yang
termasuk dalam bagian membuka pembelajaran.
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan
mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang
akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam
pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu.
Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran (Marno dan Idris, 2008). adalah
dengan :
(1) menarik perhatian siswa,
(2) memotivasi siswa,
(3) memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator
hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu,
(4) mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau
(5) menanggapi situasi kelas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan guru untuk
menciptakan suatu kondisi dimana siswa siap mental, memusatkan perhatian, mengembangkan motivasi
agar terpusat pada apa yang akan dipelajari. Membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada setiap awal
pelajaran, tetapi setiap kali beralih ke hal atau topik yang baru.
NO 94. Disajikan contoh kasus mengenai keterampilan abad ke-21, peserta dapat menentukan cara
memecahkan masalah dalam kasus tersebut.
Kehidupan abad 21 menuntut adanya keterampilan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan yang
ada. Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang merupakan singkatan dari Critical Thinking atau
berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan baik, Communication atau
kemampuan berkomunikasi, dan Creativity atau kreatifitas.
1. Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit,
mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akan muncul berbagai perspektif, dan
menemukan solusi dari suatu permasalahan. Critical thinking dimaknai juga sebagai kemampuan menalar,
memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun,
mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.
Keterampilan berpikir kritis merupakan hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di tengah derasnya
arus informasi di era digital, Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan, fakta dari opini, atau
fiksi dari non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta didik untuk mengambil keputusan dengan
lebih bijak sepanjang hidupnya. Selain itu, kemampuan berpikir kritis juga penting sebagai bekal peserta
didik untuk menjadi pembelajar yang baik.
2. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai
peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada
tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda. Dengan berkolaborasi, maka setiap pihak yang terlibat
dapat saling mengisi kekurangan yang lain dengan kelebihan masing-masing. Akan tersedia lebih banyak
pengetahuan dan keterampilan secara kolektif untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.
Teknologi yang tersedia saat ini membuat peluang peserta didik untuk berkolaborasi terbuka
lebar tanpa harus dibatasi oleh jarak. Karena itu, anak-anak kita perlu dibekali dengan kemampuan
berkolaborasi sebagai salah satu keterampilan abad 21 yang mencakup kemampuan bekerja sama secara
efektif dalam tim yang beragam, fleksibel dan mampu berkompromi untuk mencapai tujuan bersama,
memahami tanggung jawabnya dalam tim, dan menghargai kinerja anggota tim lainnya.
3. Communication (Komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan maupun
tulisan. Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia. Tujuan utama komunikasi adalah
mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan.
Komunikasi dapat berjalan efektif jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan
baik oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Hadirnya gadget di era globalisasi dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang efektif bagi
anak-anak. Akan tetapi pengawasan, terutama dari orangtua perlu semakin ditingkatkan terhadap
pemakaian gadget sebagai media informasi bagi anak-anak mereka, agar tidak disalahgunakan untuk hal-
hal yang negatif. Selain itu, lamanya penggunaan gadget bagi anak-anak juga perlu dibatasi agar
kompetensi sosialnya dengan teman-teman sebaya tetap terjaga.
4. Creativity (Kreativitas)
Creativity (kreatifitas) merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menciptakan penggabungan baru.
Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses akal budi
seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan
baru sering disebut sebagai inovasi. Era teknologi ditandai dengan semakin banyak pekerjaan yang diambil
alih oleh mesin di masa depan. Berpikir kreatif dalam menciptakan berbagai inovasi baru adalah salah satu
keterampilan abad 21 yang akan membuat seseorang mampu bertahan dan tidak tergantikan oleh robot
atau mesin di bidang pekerjaannya.
NO 96. Disajikan contoh kasus mengenai salah satu materi IPS, peserta dapat menentukan literasi
digital yang dapat dilakukan oleh guru.
Istilah literasi digital (Digital Literacy) diperkenalkan dan digunakan pertama sekali oleh Paul
Gilster* dalam bukunya Digital Literacy (1997). Ia mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan
menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai
konteks, seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari.
Literasi digital merupakan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat
komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan , menganalisis dan mengevaluasi informasi.
Contoh pengetahuan literasi digital yaitu Kemampuan menghubungkan perangkat jaringan internet yang
memadai, serta menginstal berbagai perangkat lunak untuk pembelajaran daring. Contohnya Google
Classroom, Kahoot, Quizzleet, zoom, google meet, google form, cloud x, whatsapp dan lain sebagainya.
Dikutip dari Materi Pendukung Literasi Digital Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, seorang
peneliti literasi digital bernama Douglas A.J. Belshaw menyatakan dalam tesisnya bahwa terdapat delapan
elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital, di antaranya adalah:
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara social
NO 97. Disajikan contoh kasus penggunaan media digital pada pembelajaran IPS, peserta mampu
merencanakan fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pembelajaran abad ke-21.
Pada abad 21 terjadi perubahan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru dari cara yang tradisional
kini mengarah pada pendekatan digital yang dirasa lebih relevan dalam memenuhi kebutuhan siswa. Akan
tetapi proses transisi dari lingkungan kelas yang menerapkan cara tradisional ke cara digital sangat
bervariasi tergantung pada cara guru dan sekolah yang bersangkutan dalam merespon dan menyikapinya.
Prensky mendeskripsikan guru sebagai variabel proses hasil adopsi dan adaptasi teknologi yang bergerak,
baik secara cepat atau lambat.
Ada empat fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pemebelajaran abad 21(Smaldino, S. E., dkk,2015:
12) diantaranya:
(1) berkecimpung (dabbling),
(2) melakukan hal-hal lama dengan cara lama (old things in old ways),
(3) melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru (old things in new ways) dan
(4) melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (doing new things in new ways)
Proses ini dimulai dari tahap 1 yaitu berkecimpung dengan teknologi yaitu dengan cara menambahkan
teknologi ke beberapa situasi belajar secara acak. Pada fase 2, teknologi digunakan untuk melakukan hal-
hal lama dengan cara lama seperti ketika guru menampilkan catatan belajar di PowerPoint dari pada
menggunakan OHP (tranparancy overhead). Fase 3 melakukan hal-hal lama dengan cara baru dimana
teknologi mulai digunakan, seperti ketika guru menggunakan model 3D Virtual untuk mendemonstrasikan
struktur sebuah senyawa. Contoh lain ketika siswa menggunakan aplikasi pengolah kata dan clip
art daripada menggunakan kertas notebook dan menggambar langsung untuk membuat cerita pendek.
Tahap Akhir (4), melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru yang sepenuhnya memanfaatkan
kekuatan teknologi dan media. Hal ini mengharuskan siswa berorientasi ke masa depan guna
mengembangkan keterampilan mereka dalam pemrograman, penyaringan pengetahuan, menggunakan
konektivitas dengan teknologi canggih, dan penyediaan miniature yang dapat dikustomisasi satu per satu.
NO 98. Disajikan narasi mengenai deskripsi standar teknologi pendidikan nasional, peserta dapat
menentukan standar mana yang membahas deskripsi tersebut.
Standar Nasional Pendidikan Teknologi untuk Guru (NETS-T) memberikan lima pedoman dasar untuk
menjadi apa yang kita sebut "guru digital" (ISTE, 2008).
Table 1.3 National Educational Technology Standards
for Teacher (NETS-T)
Standards Description
Menfasilitasi dan menginspirasi Guru menggunakan pengetahuan mereka tentang bahan
belajar dan kreativitas siswa ajar, kegiatan belajar dan mengajar, dan technologi untuk
menfasilitasi pengalaman belajar siswa, kreativitas dan
inovasi dengan bertatap muka secara langsung.
Merancang dan Para guru mendisain, mengembangkan dan mengevaluasi
mengembangkan Digital- penilaian dan pengalaman belajar nyata [yang] menemani
Age untuk pengalaman belajar sumber daya dan perangkat zaman ini untuk
dan penilaian memaksimalkan bahan belajar di (dalam) konteks dan untuk
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
sesuai NETS-S.
Model kerja dan belajar Digital- Guru memperlihatkan pengetahuan, keterampilan, dan
Age proses kerja yang representative dari pembaharuan
professional secara global dan masyarakat digital
Mempromosikan dan Para guru memahami tanggung-jawab dan isu
mempertanggung bermasyarakat global dan lokal di (dalam) suatu
jawabkan Model Digital pengembangan kultur digital dan memperlihatkan perilaku
Citizenship
etis dan sah/tentang undang-undang di (dalam) praktek
profesional mereka.
Melibatkan perkembangan Para guru secara terus-menerus meningkatkan praktek
professional dan kepemimpinan profesional mereka, model pembelajaran yang digunakan,
dan kepemimpinan di sekolah mereka dan masyarakat
profesional dengan mempromosikan dan
mendemonstrasikan penggunaan yang efektif dari sumber
daya dan perangkat digital.
Source: Reprinted with permission from National Educational Technology Standards for
Teacher: Preparing teachers to Use Technology, 2008. ISTE. All right reserved.
Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa (NETS-S) menyajikan enam keterampilan kritis
siswa untuk mencapai sukses di sekolah dan dalam karir masa depan (ISTE, 2007), yang dijelaskan dalam
Tabel 1.4, sejajar erat dengan pengetahuan dan keterampilan abad ke-21.
Table 1.4 National Educational Technology Standards
for Students (NETS-S)
Standard Description
Kreativitas dan inovasi Siswa menunjukkan pemikiran kreatif, membangun
pengetahuan, dan mengembangkan produk yang inovatif
dan proses menggunakan teknologi
Komunikasi dan kolaborasi Siswa menggunakan media digital dan lingkungan untuk
berkomunikasi dan bekerja sama, termasuk di kejauhan,
untuk mendukung pembelajaran individu dan memberikan
kontribusi pada sumber belajar
Penelitian dan kelancaran Siswa menerapkan alat-alat digital untuk mengumpulkan,
informasi mengevaluasi, dan menggunakan informasi
NO 99. Disajikan narasi mengenai salah satu bahan ajar sesuai materi IPS, peserta menentukan bahan
ajar berdasarkan cara kerjanya.
Bahan Ajar Menurut Cara kerjanya
Menurut cara kerjanya bahn ajar dapat dibedakan menjadi lima macam ,sebagimana dijelaskan sebagai
berikut :
a. Bahan ajar yang tidak diproyeksikan ,yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor
untuk memproyeksikan isi di dalamnya ,sehingga peserta didik bisa langsung mempergunakan
(membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya :foto, diagram, display, model,
dan lain sebagainya.
b. Bahan ajar yang diproyeksikan , yakni bahan yang memerlukan proyektor dalam penyampaian bahan
ajar terhadap peserta didik. Contohnya : Slide, Film Strips, Overbead Tranparancies (OHP) Dan Proyeksi
Komputer.
c. Bahan Ajar Audio, yakni bahan yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekaman
.Untuk mempergunakannya , kita mesti memerlukan alat pemain (player) media rekaman tersebut
,seperti Tempo Compo, CD Player, VCD Player, Multimedia Player, dan lain sebagainnya. Contohnya:
Kaset, Cd ,Flash Disk , Dan Lain –Lain.
d. Bahan Ajar Video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yangbiasa berbentuk video tape
player ,VCD player dan sebagainnya. Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka
bahan ajar ini juga memerlukan media rekaman ,Hnya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar.
Jadi dalam tampilan , dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan . Contohnya:
Video , Film, Dan Lain Sebagainnya.
e. Bahan Ajar (media)komputer, yakni bebagai jenis bahan ajar non cetak yang membutuhkan komputer.
Contohnya: Computer Mediated Instruction Dan Computer Based Multimedia Atau Hypermedia.
NO 100. Disajikan data mengenai ciri-ciri pembelajaran Kolaboratif, peserta dapat membandingkan
efektivitas pembelajaran kolaboratif dengan model pembelajaran lainnya.
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dengan latar belakang dan
kemampuan yang beragam bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama.:
Beberapa karakteristik pembelajaran kolaboratif, yakni:
1. Ketergantungan positif
Ketergantungan yang positif antarsiswa dalam suatu kelompok menjadi prasyarat terjadinya kerja
sama yang positif. Ketergantungan positif akan terjadi jika setiap anggota kelompok menyadari bahwa
seseorang tidak dapat berhasil tanpa melibatkan keberhasilan anggota lainnya.
2. Interaksi
Interaksi antaranggota kelompok menjadi demikian penting karena terdapat aktivitasaktivitas kognitif
penting dan kecakapan interpersonal yang dinamis hanya terjadi jika terdapat interaksi yang dinamis.
Aktivitas kognitif dan kecakapan interpersonal yang dinamis itu dapat dicapai melalui berbagai
aktivitas seperti mempresentasikan hasil diskusi, berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain,
dan mengecek pemahaman. Adanya interaksi antaranggota kelompok memungkinkan terwujudnya
sistem dukungan akademik, yakni setiap anggota mepunyai komitmen untuk membantu anggota
kelompok lain.
3. Pertanggungjawaban individu dan kelompok
Dalam pembelajaran kolaboratif, tidak hanya keberhasilan kelompok saja yang menjadi perhatian,
namun keberhasilan setiap anggota kelompok sangat dipentingkan. Pembelajaran kolaboratif juga
dimaksudkan untuk membuat siswa kuat secara individual. Kelompok harus bertanggung jawab dalam
hal pencapaian tujuan dan masing-masing anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap
kontribusinya dalam kelompok. Pertanggungjawaban individu hanya akan terjadi jika kinerja tiap
individu dinilai dan hasilnya diberikan kembali ke kelompok dan individu yang bersangkutan guna
memastikan anggota yang memerlukan bantuan, dukungan, atau penguatan belajar.
4. Pengembangan kecakapan interpersonal
Perlu disadari bahwa kecakapan sosial tidak secara spontan tampak ketika pembelajaran kolaboratif
dilaksanakan. Kecakapan sosial seperti kepemimpinan (leadership), kemampuan membuat keputusan,
membangun kepercayaan, berkomunikasi, dan managemen konflik diharapkan dapat terbetuk melalui
pembelajaran kolaboratif yang kontinu dan berkesinambungan.
5. Pembentukan kelompok heterogen
Pembentukan kelompok dilakukan dengan mempertimbangkan agar setiap anggota dapat berdiskusi
sehingga mencapai tujuan mereka dan membangun hubungan kerja yang efektif. Dalam pembentukan
kelompok perlu dideskripsikan tugas setiap anggota kelompok. Terdapat beberapa prinsip dalam
pembentukan kelompok kolaboratif, di antaranya perlunya mengakomodasi heterogenitas siswa,
seperti mengkombinasikan siswa yang pendiam dengan siswa yang relatif mudah berkomunikasi, siswa
yang rendah diri dan optimistis, siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah diri.
6. Berbagi pengetahuan antara guru dan siswa
Pada pembelajaran tradisional, diyakini pengetahuan mengalir hanya dari guru ke siswa. Tidak
demikian halnya pada pembelajaran kolaboratif. Dalam pembelajaran kolaboratif, guru menghargai
dan mengembangkan pembelajaran berdasarkan pengetahuan, pengalaman pribadi, strategi, dan
budaya yang dibawa siswa.
7. Berbagi otoritas antara guru dan siswa
Pada pembelajaran tradisional, menetapkan tujuan pembelajaran, mendesain tugastugas belajar, dan
menilai (mengevaluasi) apa yang telah dipelajari siswa menjadi otoritas guru secara dominan. Tidak
demikian halnya pada pembelajaran kolaboratif. Dalam kelas kolaboratif, guru berbagi oritas dengan
siswa dengan cara yang spesifik. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam penetapan tujuan belajar,
pendesaian tugas-tugas, dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar.
8. Guru sebagai mediator
Dalam pembelajaran kolaboratif, guru berperan sebagai mediator. Dalam hal ini guru membantu siswa
untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, membantu
siswa menggambarkan mengenai apa yang harus dikerjakan ketika mereka mengalami masalah, dan
membantu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
Evaluasi Pembelajaran Kolaboratif
Tidak mudah untuk mengevaluasi pembelajaran kolaboratif. Evaluasi dapat dilakukan terhadap banyak
aspek, tidak hanya pada hasil belajar kognitif. Sebagai contoh, evaluasi dapat dilakukan terhadap
kemampuan siswa berdikusi. Karena memiliki keterbatasan pengamatan, guru dapat memilih peer
evaluation (penilaian teman sebaya). Setiap siswa harus menilai teman sekelomponya terhadap beberapa
aspek.
Kelebihan dan Kekurangan Model Kolaboratif
Kelebihan :
1) melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi,
2) meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain,
3) melatih kecerdasan emosional,
4) mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi,
5) mengasah kecerdasan interpersonal,
6) melatih kemampuan bekerja sama, team work,
7) murid tidak malu bertanya kepada temannya sendiri,
8) meningkatkan motivasi dan suasana belajar.
Kelemahan
Kelemahan yang dalam collaborative learning:
1. Murid yang lebih pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses belajar ini, akan
merasa sangat dirugikan karena harus repot-repot membantu temannya.
2. Murid ini juga akan merasa keberatan karena nilai yang ia peroleh ditentukan oleh prestasi atau
pencapaian kelompoknya.
3. Bila kerja sama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah beberapa murid
yang pintar dan aktif saja.
NO 101. Diberikan data yang terkait dengan hasil belajar, peserta dapat menganalisis butir soal yang
ada.
Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.
Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk
mengadakan perbaikan. Analisis Butir Soal, dit entukan oleh; a. Tingkat Kesukaran Soal (p) : proporsi
peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut. b. Daya Beda Butir Soal (D): indeks yang
menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok
atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes c. Berfungsi
tidaknya pilihan/ pengecoh.
NO 102. Diberikan indikator pembelajaran pada materi "Masa Pergerakan Nasional", peserta dapat
menentukan alat evaluasi yang paling tepat dengan rumusan indikator tersebut.
Teknik Tes
a. Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat
dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Bentuk tes tulis terdiri dari subjektif dan objektif. Bentuk subjektif
seperti uraian dan bentuk objektif seperti bentuk benar salah, menjodohkan, isian singkat dan pilihan
ganda.
b. Lisan
c. Perbuatan
Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda
dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu:
pengamatan ( observation),wawancara ( interview), kuisioner/ angket ( questionanaire), daftar check
(checklist) dan analisis dokumenyang bersifat unobtrusiv.
NO. 103 Disajikan contoh butir soal tes, peserta dapat menganalisis kevalidan butir soal tersebut.
validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrument
NO.104 Disajikan narasi mengenai materi Dinamika Sosial, peserta dapat menyusun bentuk soal benar
salah yang tepat.
Bentuk Soal Benar-Salah
Hindari penggunaan kata : terpenting, selalu, sebagian kecil, tidak pernah, hanya, sebagian
besar dan kata-kata lain yang sejeni
Rumusan soal harus jelas dan pasti benar atau pasti salah
Hindari pernyataan negatif;
Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda;
Jumlah rumusan butir soal yang kunci jawabannya benar dan salah hendaknya dibuat berimbang;
Panjang rumusan butir soal hendaknya relatif sama;
Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah hendaknya disusun secara random dan tidak
sistematis mengikuti pola tertentu.
NO. 105 Disajikan kompetensi dasar, materi esensial dan indikator salah satu materi IPS, peserta
mampu menyusun indikator soaL.
Perumusan Indikator
Indikator harus dirumuskan dengan singkat dan jelas dengan memperlihatkan hal-hal berikut.
2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur (satu kata kerja operasional untuk soal
pilihan ganda, satu atau lebih dari satu kata kerja operasional untuk soal uraian)
4. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan Komponen-
komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur,
dan kondisi/konteks/stimulus
Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian
kompetensi berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Indikator berfungsi sebagai
berikut.
NO. 106 Diberikan indikator pembelajaran dengan materi "Perubahan dan Kesinambungan Masa
Reformasi", peserta dapat menentukan pilihan alat evaluasi yang tepat dengan rumusan indikator
tersebut. (ALAT EVALUASI SEPERTI SOAL NO 102)
N0. 107 Disajikan contoh kasus penilaian antar teman dalam proses pembelajaran, peserta dapat
menyimpulkan pernyataan yang benar terkait dengan contoh kasus yang diberikan.
Penilaian antarteman adalah penilaian dengan cara peserta didik saling menilai perilaku temannya.
Penilaian antar teman dapat mendorong: (a) obyektifitas peserta didik, (b) empati, (c) mengapresiasi
keragaman/ perbedaan, dan (d) refleksi diri. Di samping itu penilaian antar teman dapat memberi
informasi bagi guru mengenai peserta didik yang berdasarkan hasil penilaian temannya, suka menyendiri
dan kurang bergaul.
Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat digunakan sebagai data konfirmasi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman. Kriteria penyusunan instrumen penilaian
antarteman sebagai berikut:
1. Sesuai dengan indikator yang akan diukur.
2. Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik.
3. Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda.
4. Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik. Menggunakan format sederhana
dan mudah digunakan oleh peserta didik.
5. Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan
dapat diukur.
Penilaian antar teman dapat dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan di dalam dan/atau di
luar kelas. Misalnya pada kegiatan kelompok setiap peserta didik diminta mengamati/menilai dua orang
temannya, dan dia juga dinilai oleh dua orang teman lainnya dalam kelompoknya.
Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antarteman (peer assessment) menggunakan daftar
cek (check list) pada waktu kerja kelompok.
NO 108 Disajikan data dalam bentuk skala penilaian dalam proses pembelajaran, peserta mampu
mengkaitkan skala penilaian dengan kinerja siswa.
performance assessment (PENILAIAN KINERJA) adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan
atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu
kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
NO. 109 Disajikan indikator pembelajaran dengan materi kerajaan masa Islam, peserta dapat
menentukan penilaian diri yang tepat dengan rumusan indikator tersebut.
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu.
Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif,
misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta
didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Untuk menentukan pencapaian kompetensi tertentu, peniaian
diri perlu digabung dengan teknik lain.
NO.110 Disajikan narasi mengenai perilaku guru dalam melakukan penilaian di kelas, peserta mampu
menganalisis rubrik jurnal yang dibuat guru.
Jurnal pembelajaran (learning journal)- sering disebut pula jurnal reflektif – adalah sebuah dokumen yang
secara terus-menerus bertambah dan berkembang, biasanya ditulis oleh seorang pembelajar untuk
mencatat setiap kemajuan belajarnya.
Jurnal pembelajaran bukan berisi ringkasan materi pelajaran, tetapi lebih fokus pada reaksi terhadap apa
yang sedang dan telah dipelajari atau dibaca. Jurnal juga bukan katalog belajar yang berisi peristiwa
belajar yang dialami si pembelajar, tetapi merupakan catatan refleksi dan pemikiran atas apa apa yang
sedang dan telah dipelajari.
Isi dalam jurnal pembelajaran dapat berupa:
Mencatat hal-hal yang menarik dan ingin ditindaklanjuti secara lebih dalam dari suatu buku atau
artikel yang dibaca..
Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak seputar topik materi yang dibaca
atau dipelajari.
Mencatat tentang hal-hal utama yang baru saja diketahui dari bahan yang telah dipelajari. Dalam
hal ini, terlebih dahulu upayakan mencatat dengan tanpa melihat bahan bacaan, setelah itu baru
kemudian bandingkan dengan bahan bacaan yang dipelajari. Untuk memastikan apakah sudah
benar-benar mampu mengingat dan memahaminya secara tepat.
Mencatat bahan yang relevan dari sumber lain yang telah dibaca, seperti artikel dalam surat
kabar.
Mencatat tentang apapun yang telah temukan terkait dengan materi yang sedang dipelajari atau
dibaca, dalam bentuk satu atau dua kalimat dan menuliskan bagaimana menemukannya.
Mencatat tentang refleksi atas apa yang telah dipelajari, hingga sejauhmana telah dapat
memenuhi kebutuhan belajarnya.
Mencatat tetntang cara belajar yang dilakukan berkaitan dengan apa yang dipelajari dengan cara
yang berbeda.
Mencatat pemikiran yang belum sepenuhnya terpuaskan dan ingin diperbaikinya lebih lanjut, di
dalamnya dapat mencakup refleksi perasaan dari apa yang dipelajarinya, kemajuan belajar, dan
teori-teori yang berkembang dalam pikirannya.
NO, 111 Disajikan data hasil PTK, peserta dapat memberikan contoh tindak lanjut dari hasil PTK
tersebut.
Refleksi merupakan kegiatan telaah terhadap tujuan PTK, hasil analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pelaksanaan rencana tindakan, untuk menetapkan atau mengevaluasi ketercapaian tujuan
perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi dituangkan kedalam narasi ilmiah, yang akan menjadi bagian dari
sisi laporan PTK.
Tindak lanjut merupakan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan guru peserta setelah memperoleh
simpulan dari interpretasi data dan refleksi.
o Apabila hasil refleksi menunjukkan bahwa tujuan perbaikan pembelajaran belum berhasil seperti
yang diharapkan, kegiatan perbaikan tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk
menentukan tindak lanjut yang tepat, guru peserta perlu mencari faktor-faktor yang diduga kuat
sebagai penyebab kekurang-berhasilan perbaikan pembelajaran. Penyebab inilah yang harus
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
o Apabila hasil interpretasi dan refleksi diperoleh simpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru peserta dapat melanjutkan ke siklus berikutnya untuk
lebih mengoptimalkan hasil perbaikan, atau mengakhiri PTK dan menyusun laporan.
Rencana tindak lanjut untuk siklus berikutnya dituangkan dalam skenario pembelajaran dalam bentuk RPP
dengan berbagai perangkatnya
LANGKAH MELAKUKAN REFLEKSI DAN TINDAK LANJUT
Langkah-langkah melakukan refleksi:
1. Cermati tujuan dalam PTK dalam upaya memperbaiki pembelajaran yang diinginkan.
2. Cari penyebab keberhasilan atau kekurang-berhasilan dari analisis dan interpretasi.
3. Cermati uraian pada deskripsi temuan
4. Buat ringkasan naratif dari hasil refleksi tersebut tersebut.
Langkah-langkah menentukan tindak lanjut untuk siklus berikutnya:
Berdasarkan hasil refleksi rumuskan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau
meningkat kualitas pembelajaran. Langkah tindak lanjut meliputi:
1. memilih atau menetapkan topik pembelajaran berikutnya,
2. menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai,
3. menyusun skenario pembelajaran (RPP),
4. penyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan,
5. menyusun atau memperbaiki instrumen untuk pengambilan data,
6. menetapkan jadwal pelaksanaan tindakan,
7. jika diperlukan dapat dilakukan simulasi atau ujicoba skenario dan perangkat.
NO 112 Disajikan data hasil PTK, peserta dapat memberikan contoh perencanaan berikutnya
berdasarkan hasil refleksi PTK tersebut.
Refleksi merupakan kegiatan telaah terhadap tujuan PTK, hasil analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pelaksanaan rencana tindakan, untuk menetapkan atau mengevaluasi ketercapaian tujuan
perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi dituangkan kedalam narasi ilmiah, yang akan menjadi bagian dari
sisi laporan PTK.
Langkah-langkah melakukan refleksi:
1. Cermati tujuan dalam PTK dalam upaya memperbaiki pembelajaran yang diinginkan.
2. Cari penyebab keberhasilan atau kekurang-berhasilan dari analisis dan interpretasi.
3. Cermati uraian pada deskripsi temuan
4. Buat ringkasan naratif dari hasil refleksi tersebut tersebut.
NO. 113 Disajikan contoh kasus mengenai keberhasilan PTK, peserta mampu menganalisis manfaat
pembuatan PTK
manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Secara umum, yaitu :
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau
makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di
kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru.
3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau
beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran
sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi
pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan
kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar
siswa pun dapat meningkatkan.
6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman,
menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan
dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
NO. 114 Disajikan hasil PTK dalam pembelajaran IPS. Peserta dapat menentukan aspek-aspek yang
perlu dilaporkan berdasarkan hasil PTK
NO. 115 Disajikan data mengenai hasil PTK dalam pembelajaran IPS, peserta dapat menyimpulkan
pentingnya diseminasi hasil PTK dalam forum ilmiah sebagai bentuk pertanggungjawaban guru sebagai
peneliti.
Diseminasi laporan hasil PTK melalui forum ilmiah dilakukan dengan cara mempresentasikan laporan hasil
PTK dan menyeminarkannya di forum-forum ilmiah, seperti kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) atau seminar.
Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh seorang guru atau calon guru sangat perlu untuk
didiseminasikan. Tujuan utamanya adalah agar penelitian yang telah dilakukan itu dapat diketahui oleh
orang banyak. Sasaran diseminasi PTK umumnya terbatas untuk kalangan pendidik (guru), mahasiswa
calon guru, dan praktisi pendidikan lainnya. Dengan adanya pengetahuan bahwa telah dilakukan suatu
penelitian tindakan kelas untuk mengatasi suatu permasalahan tertentu dalam pembelajaran di kelas,
maka orang lain yang mungkin juga mempunyai masalah yang serupa dapat mencoba
mengimplementasikan hasil PTK itu lagi di kelasnya. Atau, mungkin juga dilakukan modifikasi, tindak
lanjut, adaptasi, dan sebagainya terkait hasil-hasil PTK yang telah didiseminasikan.
NO. 116 Disajikan narasi mengenai cara-cara penyebarluasan hasil PTK, peserta dapat menentukan
media yang tepat untuk mendiseminasikan hasil PTK
Media cetak yang dapat menjadi media untuk menyebarluaskan hasil-hasil PTK adalah jurnal,
majalah, atau buletin. Tentu saja jurnal, majalah, dan buletin yang dimaksud di sini adalah media cetak
yang memang mempunyai tema yang sesuai dengan praktik-praktik pendidikan. Telah banyak jurnal-
jurnal, majalah-majalah, atau buletin-buletin yang di dalamnya memuat berbagai artikel ilmiah sebagai
media untuk mendiseminasikan hasil penelitian tindakan kelas. Satu hal yang mesti diperhatikan agar
seorang peneliti dapat mendiseminasikan laporannya melalui media cetak adalah dipenuhinya tata
cara penulisan yang berlaku untuk media cetak yang bersangkutan. Biasanya laporan ptk, agar dapat
diterbitkan melalui media cetak harus terlebih dahulu ditulis ulang dalam bentuk artikel dengan jumlah
halaman yang terbatas.
NO. 117 Disajikan narasi permasalahan pembelajaran perubahan sosial budaya, peserta dapat
menentukan cara pemecahan yang tepat.
Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang dapat dipahami sebagai suatu upaya
untuk mendefinisikan masalah yang ada dan membuat permasalahan tersebut dapat diukur dan diuji.
Mudahnya, identifikasi masalah adalah proses untuk menentukan apa saja yang menjadi bagian inti dari
sebuah penelitian. Terdapat tiga tahapan yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi suatu masalah.
1. Menemukan dan masalah yang ada (Problem)
2. Mengidentifikasi sumber permasalahan (Root cause)
3. Menciptakan kalimat isu/kalimat permasalahan (Problem Statement) yang menjelaskan
permasalahan yang sudah diidentifikasi
NO 118 Disajikan permasalah pembelajaran IPS, peserta dapat menyimpulkan rumusan masalah yang
tepat
Cara Membuat Rumusan Masalah
Setelah diberikan tiga rumusan masalah yang mendasar, mungkin kamu masih memerlukan panduan cara
membuat rumusan masalah. Begini tipsnya:
Ketahui apa yang menjadi masalah dalam penelitianmu.
Pikirkan mengenai hal-hal yang menjadi pertanyaan pada sebuah penelitian secara kritis. Jabarkan
semua pertanyaan yang muncul di pikiran dengan menggunakan pertanyaan 5W+1H (when, why,
where, who, what, and how). Kemudian, kerucutkan pertanyaan yang paling kritis dan penting.
Pastikan bahwa rumusan masalah yang kamu pilih memiliki nilai penelitian (bermanfaat), jelas,
padat, dan tidak bertele-tele.
Rumusan masalah bisa dijadikan petunjuk sebagai pusat penelitian yang memungkinkan untuk
dijawab dengan data dan fakta yang ada di lapangan.
Hubungkan rumusan masalah yang didapt dengan teori-teori yang ada. Sebab bisa jadi
penelitianmu melahirkan berbagai dalil yang dapat membentuk teori baru.
Rumusan masalah harus bisa diterapkan ke judul penelitian.
NO. 119 Disajikan narasi permasalahan pembelajaran perubahan sosial budaya, peserta dapat
merumuskan rancangan pemecahan permasalahan pembelajaran umtuk PTK
NO. 120 Disajikan siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart, peserta dapat menganalisis tahapan
observasi dalam siklus tersebut.
Kemmis dan McTaggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang selanjutnya mungkin
diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
LANGKAH PERTAMA: REFLEKSI AWAL
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi
tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan
pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah
penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu
melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan,
selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
LANGKAH KEDUA: PENYUSUNAN PERENCANAAN
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan
mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan
sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan
ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
LANGKAH KETIGA: PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan
atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan
dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh
berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
LANGKAH KEEMPAT: OBSERVASI (PENGAMATAN)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian
formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik
observasi.
LANGKAH KELIMA: REFLEKSI
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua
informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu
dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi
merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang
terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart berupa siklus dengan setiap
siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi),
dan refleksi yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari
permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan
model PTK Kemmis dan McTaggart ini.