Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Landasan Yuridis
3. Tujuan

BAB II.
Kajian Teoretik
A. Konsep Pengembangan Kurikulum
1. Prinsip Pendidikan Seni budaya
2. Fungsi Pendidikan Seni Budaya
3. Manfaat Seni Budaya Dalam Pendidikan
4. Tujuan Pendidikan Seni Budaya
B. Muatan Kurikulum seni budaya

BAB III
Pembahasan
A. Konsep Pendidikan Seni dan Realitas Kurikulum
B. Kajian lapangan

BAB IV

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

1. Latar belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat strategis


karena merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum
terdapat panduan interaksi antara guru dan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum
berfungsi sebagai “nafas atau inti” dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan
potensi peserta didik.
Dalam TAP MPR RI Nomor IV/MPR/1999 dinyatakan bahwa arah kebijakan
pembangunan pendidikan nasional antara lain untuk: (1) melakukan pembaharuan sistem
pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk
melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku secara nasional
dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat serta jenis pendidikan secara profesional; dan
(2) melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen.
Perubahan UU No. 2 Tahun 1989 menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas diikuti dengan pemberlakuan kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu. Di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada
Pasal 8 dijelaskan bahwa :
(1) Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
(3) Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK dirancang untuk
memberi kesempatan berkembangnya kompetensi kerja yang relevan dengan perkembangan
permintaan pasar kerja, serta. memberi ruang gerak pada diri peserta didik untuk
mengembangkan dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat memberi kontribusi terhadap
kecakapan hidup di lingkungan masyarakatnya.
Substansi/materi pendidikan yang dipelajari di SMK pada dasarnya berupa
kompetensi-kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta didik dalam menjalani
kehidupan, sesuai dengan jamannya. Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi
yang dibutuhkan untuk menjadi manusia yang bermoral, berakhlak, berbudi pekerti,
berpengetahuan, berketrampilan, berseni, dan berprilaku sehat.
Kompetensi sebagai substansi/materi pendidikan dan pelatihan (Diklat)
diorganisasi dan dikelompokkan menjadi berbagai mata Diklat/substansi/ materi Diklat. Jenis
mata Diklat yang telah dirumuskan, dalam pelaksanaannya dipilah menjadi program
normatif, adaptif dan produktif.
a. Program normatif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai pribadi
yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial (anggota masyarakat), sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia.
Program normatif memuat kompetensi-kompetensi tentang norma, sikap, dan perilaku yang
harus diajarkan dan dilatihkan pada peserta didik.
b. Program adaptif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu
agar memiliki dasar yang kuat untuk berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan.
Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga
pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus dilakukan.
c. Program produktif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki
kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan/keahlian tertentu yang
relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja.
Berkaitan dengan fungsi program normatif yang memuat kompetensi-kompetensi
tentang norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan dan dilatihkan pada peserta didik
dalam membentuk peserta didik sebagai pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-
norma sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat), maka mata
diklat Seni budaya mulai di masuk dalam sistem kurikulum SMK, mata diklat seni budaya
sendiri masih baru dikenalkan di SMK. Mata diklat seni budaya sendiri dalam kompetensinya
masuk pada kelompok program Normatif
Prinsip mata diklat seni budaya di SMK dapat dimulai dengan menarik garis
substansi seni dan seni budaya. Substansi seni sebagai berikut: Substansi ekspresi, bidang
latihnya: melukis, mematung menysusun benda-benda limbah, menyanyi, dan bermain musik
yang bebas sesuai dengan kaidah seni; Substansi kreasi, diartikan penciptaan adalah membuat
rancangan reklame atau slogan bergambar, menerjemahkan wacana, mendaya-gunakan
limbah menjadi benda pakai (kursi, meja dst.) yang banyak menuntut ide dan kelayakan
tampilnya, sama halnya dengan bidang penciptaan dan aransemen lagu; Ketrampilan, yang
menitik beratkan kemampuan teknis dan kerajinannya sehingga bersifat reproduktif atau
kemampuan melipat gandakan karya dengan tepat dan cepat serta orang lain dapat dan
mampu mencontoh hasil karyanya, dalam bidang musik adalah teknik menyanyi atau teknik
bermain musik sehingga mampu menampilkan karya-karya musik secara berkualitas dan
indah.
Dalam Peraturan Pemerintah NOMOR 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam Pasal 6 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, mata pelajaran
Seni Budaya tercakup dalam kelompok mata pelajaran Estetika. Pada prinsipnya semua
kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Penulis selaku guru seni budaya di SMKN 2 Lamongan, terus terang masih merasa bingung
dalam melaksanaan proses pembelajaran seni budaya serta banyak ditemukan kendala.
Kendala-kendala tersebut mencakup; (a) ketidak sesuaian antara alokasi waktu dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasarnya ; (b) penyusunan program silabus, RPP; (c)
pelaksanaan KBM.
Bertolak dari kendala yang terjadi di SMK, maka dianggap perlu segera
dilakukan upaya untuk membahas dan mengkaji kurikulum secara keseluruhan khususnya
mata diklat seni budaya secara keseluruhan untuk menyempurnakan berbagai kelemahan
yang ada.

2. Landasan Yuridis
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36
1) menyebutkan bahwa: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 2) Kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik; 3) Kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: (a). peningkatan iman dan takwa, (b), peningkatan akhlak mulia; (c),
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minatpeserta didik; (d). keragaman potensi daerah dan
lingkungan; (e), tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f), tuntutan dunia kerja; (g),
perkembangan ilmu pe-ngetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama (i) dinamika perkembangan
global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; 4) Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dalam pasal 37 disebutkan bahwa 1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika,
(e). ilmu pengetahuan alam, (f). ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h) pendidikan
jasmani olah raga dan kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah NOMOR 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam Pasal 6 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, mata pelajaran
Seni Budaya tercakup dalam kelompok mata pelajaran Estetika. Pada prinsipnya semua
kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik.

3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan ini ialah memberikan masukan kepada BNSP tentang standar isi mata
pelajaran Seni Budaya untuk dijadikan acuan dalam pembentukan kebijakan arah
pendidikan di masa depan.
2. Tujuan khusus
• Memberi masukan terhadap SK dan KD yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan
kondisi sekolah.
• Memberi masukan terhadap pemecahan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
keterampilan di sekolah
• Memberikan pedoman dalam pelaksanaan seni budaya yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan potensi daerah masing-masing
• Memberi masukan terhadap pengembangan pendidikan keterampilan di sekolah
BAB II.
Kajian Teoretik

Dalam konteks pendidikan seni penjabarannya akan menjadi pencapaian


kompetensi kemampuan merasakan estetika tari, estetika rupa (termasuk disain dan kria),
estetika musik, estetika teater, estetika sinema/multi-media. Fondasi produksi seni akan
berkaitan dengan proses kreasi (tari, rupa, musik, teater, dan sinema). Fondasi sejarah seni
merupakan kompetensi pengetahuan umun seni yang harus dikuasai peserta didik di sekolah
umum. Fondasi kritik seni akan merupakan kompetensi kemampuan mengapresiasi dan
kemampuan menilai karya seni yang harus dikuasai oleh peserta didik di tingkat pendidikan
dasar dan menengah.

A. Konsep Pengembangan Kurikulum


1. Prinsip Pendidikan Seni budaya

Untuk menerangkan prinsip seni budaya dapat dimulai dengan menarik garis
substansi seni dan seni budaya. Substansi seni sebagai berikut:
• Substansi ekspresi, bidang latihnya: melukis, mematung menysusun benda-benda limbah,
menyanyi, dan bermain musik yang bebas sesuai dengan kaidah seni.
• Substansi kreasi, diartikan penciptaan adalah membuat rancangan reklame atau slogan
bergambar, menerjemahkan wacana, mendaya-gunakan limbah menjadi benda pakai
(kursi, meja dst.) yang banyak menuntut ide dan kelayakan tampilnya, sama halnya
dengan bidang penciptaan dan aransemen lagu.
• Ketrampilan, yang menitik beratkan kemampuan teknis dan kerajinannya sehinaga bersifat
reproduktif atau kemampuan melipat gandakan karya dengan tepat dan cepat serta orang
lain dapat dan mampu mencontoh hasil karyanya, misalnya: kerajinan tangan,
menganyam, mengukir. Dalam bidang musik adalah teknik menyanyi atau teknik bermain
musik sehingga mampu menampilkan karya-karya musik secara berkualitas dan indah.
Skema : Commonground Pendidikan Kesenian
Pendidika
Kesenian
n
Cipta Kreativitas
Rasa sensitivitas,
apresiasi
dan estetika
karya Keterampilan

2. Fungsi Pendidikan Seni Budaya


Biasanya hasil mata pelajaran lain seperti: matapelajaran Bahasa Indonesia,
matematika, sejarah, atau jenis ilmu pasti setelah berakhirnya pelajaran dapat dinilai tingkat
pencapaian kompetensinya. Hasilnya tampak nyata dengan segera dan dapat dibuktikan.
Misalnya: dengan pokok bahasan perkalian apabila anak dites kembali segera dapat
mengerjakan. Tidak seperti mata pelajaran pendidikan seni budaya hampir dapat dikatakan
sifatnya sangat individual karena pemahaman, penikmatan dan penghayatannya juga bersifat
individual pula. Maka karya seni, seperti lukisan, desain, kria, musik, tari dan teater
memerlukan penginderaan, penikmatan, penghayatan yang berlangsung secara individual
juga. Namun jika dilihat secara seksama hasil tersebut bersifat kumulatif, artinya baru dapat
dirasakan setelah kesemuanya berakhir.
Mata pelajaran seni budaya lebih bersifat membantu secara tidak langsung
terhadap kebutuhan hidup manusia. Secara tidak sadar telah ditemukan tingkat apresiasi
terhadap segala hasil tingkah laku manusia. Dalam Art and Everyday Life diungkapkan
bahwa pelajaran seni budaya mempunyai korelasi dengan mata pelajaran lain. Tetapi dari
kepustakaan yang lain dapat diungkap bahwa pelajaran seni budaya berfungsi sebagai
transfer of learning dan trannsfer of value dari disiplin ilmu yang lain.

3. Manfaat Seni Budaya Dalam Pendidikan


Manfaat seni dalam pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut: (a) seni
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, (b) seni membina perkembangan estetik,
(c). seni membantu menyempumakan kehidupan (AY. Soeharjo, 1977).
Musik sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan merupakan salah
satu media yang dapat dijadikan alternatif peningkatan kecerdasan dan pembentukkan moral.
Bahkan Alkindy (2003) mengungkapkan bahwa dari jaman dahulu sampai kini banyak orang
tertarik pada musik salah satunya disebabkan mereka tengah mencari kehidupan spiritual
serta ketenangan dan kedamaian yang tersembunyi dalam substansi musik yang bersifat
spiritual.
Fungsi musik yang lain adalah untuk pembentukan moral dan memperdalam rasa
kebangsaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewantara(1977:303-304) yang mengemukakan
bahwa musik tidak hanya sekedar untuk melatih kehalusan pendengaran, namun juga akan
membawa halusnya rasa dan budi, serta memperkuat dan memperdalam rasa kebangsaan.
Menurut Dr.Rudolf Steiner (Dewantara, 1977: 312-313) dalam teorinya yang disebut
antroposofisch onderwijs menyebutkan bahwa musik dalam hal ini adalah irama dapat
memudahkan pekerjaan jasmani, mendukung gerak pikiran, mencerdaskan budi pekerti, dan
menghidupkan kekuatan jiwa manusia. Khan (2002:121) mengemukakan bahwa suara
mempunyai nilai psikologis tertentu, setiap suara yang berbeda mengekspresikan suatu nilai,
seseorang yang peka dapat merasakan kepribadian seseorang hanya mendengar dari efek
suara saja.
Hanna (Imaji- Vol1.no.2, 2003: 147) berpendapat bahwa pada musik vokal
terdapat syair yang berperan dalam mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, bahkan
boleh dikatakan unsur ini sangat berpengaruh terhadap moral seseorang. Dengan demikian
musik mempunyai pengaruh yang besar terhadap moral seseorang. Mahmud (2003:4)
mengemukakan bahwa musik dapat berperan untuk: a) mendorong gerak pikiran dan
perasaan (aspek inteligensi, sosial, emosi, psikomotorik), b) Membangkitkan kekuatan dalam
jiwa manusia, c) membentuk akhlak. Dari sekian manfaat ini dapat pula ditarik kesimpulan
bahwa kehadiran seni budaya di sekolah karena pada hakekatnya untuk membantu
mewujudkan harkat manusia.
a. Seni membantu pertumbuhan dan perkembangan anak maksudnya; pertumbuhan adalah
suatu proses dari muda ke tua atau dari kecil menuju besar, dari belum ada menjadi terlihat
potensi anak. Sedanakan perkembangan cenderung bersifat vertikal, yaitu memperluas
wawasan atau cakrawala pengetahuan, mental bahkan fisiknya pula. Dalam hal ini beisi:
1) Meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan estetik,
2) Memurnikan sumbangan ke arah sadar diri,
3) Membina imajinatif kreatif
4) Memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah,
5) Memurnikan cara berpikir, berbuat dan menilai
6).Memurnikan sumbangan perkembangan kepribadian
7).Mempunyai fungsi terapi
b. Seni Membina Perkembangan Estetik; Kegiatan berseni sebenamya bukan latihan seni,
melainkan pengalaman seni; yang pada hakekatnya adalah pengalaman estetika.dan
pengalaman ini bukan monopoli seniman, tetapi untuk semua orang. Kegiatan ini sadar
atau tidak selalu dilakukan manusia dalam seluruh faset kehidupannya. (Kenneth M.
Lansing, 1976, p.216).
Inti dari pendapat Lansing ini lebih menekankan pada aspek kesudahan belajar
seni. Manfat setelah belajar seni dapat membantu pada kehidupan di masa akan datang. Baik
bersifat praktis, jika ternyata dapat mendukung ketrampilan teknisnya (pandai menganyam,
membatik, keramik) sesuai dengan muatan lokalnya dapat mengahsilkan benda seni yang
laku jual. Sedangkan yang bersifat kejiwaan merupakan tambahan kemampuan psikologis
dalam menghadapi dunia pendidikan lanjutan dikemudian hari.

4. Tujuan Pendidikan Seni Budaya


Dari kasus tersebut dapat diangkat kesimpulan sementara, bahwa masyarakat dan
guru awam belum memahami secarapasti tujuan konsep serta fungsi seni budaya atau
kesenian itu sendiri. Maka dalam tulisan ini nanti akan dibahas juga mengenai sekelumit
perihal seperti di atas. Disamping itu akan diberikan pula gambaran tentang situasi seni
budaya di Indonesia dewasa ini. Seni budaya di Indonesia saat ini diklasifikasikan menjadi
dua bagian penting
a) Pendidikan Vokasional, yang sering disebut sebagai sekolah kejuruan seni dan ketrampilan
menitik beratkan lulusannya sebagai: Seniman, juru, tenaga ahli tingkat dasar atau
pengelola.
b) Pendidikan Avokasional, yaitu seni budaya yang menitik beratkan seni sebagai media
pendidikan, seni sebagai bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Antara lain sebagai
pembinaan pikir, rasa, serta ketrampilan. Jenis ini yang dilaksanakan di sekolah umum
(non kejuruan).
Dengan orientasi yang berbeda ini berarti mempunyai konsekwensi tujuan serta
konsep yang berbeda pula. Agaknya yang sesuai dengan jabatan guru kesenian pada sekolah
umum adalah butir yang ke dua. Dengan demikian selanjutnya mengacu sekonsep dengan
pendidikan Vokasional. Seni sebagai media pendidikan memuat anti bahwa melalui seni
pendidikan/ pengajaran harkat kemanusiaan dibina. Di dalamnya dipelajari makna pembinaan
individu agar lebih dewasa, mempunyai kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Yang dimaksud dengan individu pada kalimat tersebut di atas, mengandung makna
ini berarti satu dan devide berarti terpecah/bagian menjadi individu berarti satu namun terdiri
dari bagian-bagian. Bagian tersebut adalah: pikir atau sebagai substansi dari cipta, rasa dan
kehendak atau karsa. Dengan demikian seni budaya yang dimaksud di atas bertujuan untuk
membina ketiga komponen individu tersebut. ( istilah cipta, rasa dan karsa ini diambil dari Ki
Hajar Dewantara). Seperti halnya mata pelajaran yang lain; matematika, serumit apapun dan
sesukar apapun temyata bertujuan untuk meningkatkan harkat kemanusiaan di atas.
Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih pikiran. Sedangkan seni budaya tugas utamanya
adalah melatih perasaan estetis. Di bawah ini dikutip pendapart beberapa ahli, tentang tujuan
seni budaya:
Adjat Sakri mengemukakan,
• melatih mata untuk dapat melihat bentuk rupa dengan cermat
• melatih tangan agar terampil menggambar
• menumbuhkan perasaan keindahan;
• melatih membentuk tanggapan (gambaran) yang jelas dalam otak ( Sanggar Melati Suci,
1994: 59).
Soedarso bahwa tujuan seni budaya rupa adalah:
• Mengembangkan sensitifitas dan kreatifitas
• Memberikan fasilitas kepada anak untuk dapat berekspresi lewat seni rupa.
• Memperlengkapi anak dalam membentuk pribadinya yangsempurna agar dapat dengan
penuh berpartisipasi dalam kehidupan masya-rakat (membentuk anak yang harmonis).
(1974:19)

B. Muatan Kurikulum seni budaya


Kurikulum pendidikan seni budaya dirancang sebagai apresiasi, dan kreasi yang
di dalamnya terintegrasi dengan aspek konsepsi sebagai suatu kesatuan yang menyatu dalam
pembelajaran. Pada bagian pendahuluan Seni budaya sebagai mata pelajaran di sekolah
diberikan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Pendidikan kesenian memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Multilingual adalah mengembangkan kemam-puan mengekspresikan did dengan berbagai
cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional adalah mengembangkan kompetensi meliputi persepsi, pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi
otak sebelah kanan dan kid, dengan cara memadukan secara harmonis unsur-unsur logika,
kihestetik etika, dan estetika. Sifat multikultural mengandung makna seni budaya
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya
Nusantara dan mancanegara sebagai wujud pembentukan sikap menghargai, bertoleransi,
demokratis, beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang
majemuk.
2. Seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam
logika, rasa estetis dan artistiknya, serta etikanya dengan memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan adversitas (AQ) dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan
moral (SO) dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik
berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks
sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling memahami,
menghargai, dan menghormati.
3. Seni budaya memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan
inderawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar
melalui seni, dan belajar tentang seni.
4. Bidang-bidang seni seperti musik, tari, teater, rupa, dan media memiliki kekhasan
tersendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pembelajaran mata
pelajaran seni budaya, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang
tertuang dalam gagasangagasan keterampilanlkeahlian proses kreasi seni serta
mengapresiasikan seni dengan cara mengilustrasikan pengalaman pribadi, mengeksplorasi
(menggali). rasa, melakukan pengamatan dan penelitian (mempelajad) atas elemen,
prinsip, proses dan teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta
keindahan dalam masyarakat yang beragam.
BAB III
Pembahasan

A. Konsep Pendidikan Seni dan Realitas Kurikulum


Seyogianya mata pelajaran Seni Budaya (dan Ketrampilan) bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ipteks (ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni), sebagai tritunggal pembentuk perkembangan sejarah
peradaban dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.
Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk me-
ngembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi,
apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologis-edukatif pengembangan
kepribadian peserta didik secara positif. Yang jelas pendidikan seni di sekolah umum sama
sekali tidak di-maksudkan untuk mendidik seniman.
Secara konseptual pendidikan seni bersifat (1) multilingual, yakni pengembangan
kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan
media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa
peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya. Kemampuan mengekspresikan diri
memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik
artisitik, dan nilai kreativitas. Pendidikan seni bersifat (2) multidimensional, yakni
pengembangan beragam kompetensi peserta didik tentang konsep seni, termasuk
pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan
secara har-monis unsur estetika, logika, dan etika. Pendidikan seni bersifat (3) multikultural,
yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan pe-serta didik mengapresiasi
beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap
demokratis yang memungkinkan peserta didik hidup secara beradab dan toleran terhadap
perbedaan nilai dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik. Sikap ini di-perlukan untuk
membentuk kesadaran peserta didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di tengah
masyarakat. Pendidikan seni berperan mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran seni
membentuk pribadi yang harnonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik,
termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visualspasial, verbal-linguistik, musikal,
matematik-logik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.
Dari deskripsi konsep pendidikan seni di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan seni memiliki “multitujuan”, sifat multilingual misalnya, terfokus pada konsep
pendidikan seni sebagai aktivitas kreasi dan eksperimentasi. Sifat multidimensional terfokus
pada kepentingan filosofis harmonisasi aktivitas seni dengan aspek budaya lainnya. Sifat
multikultural terfokus pada tujuan psikologis pembentukan sikap demokratis.3 Akhirnya Sifat
multikecerdasan terfokus pada tujuan edukatif fungsionalis psikologis untuk
mengembangkan potensi individual peserta didik secara optimal.
Jika demikian halnya, maka konsep pendidikan seni dalam kurikulum memang
tidak mencakup konsep pendidikan seni dalam arti yang utuh. Karena dalam kurikulum
dengan jelas disebutkan: Mengapresiasi dan mengekspresikan keartistikan karya seni rupa,
seni musik, seni tari, dan seni teater. Jadi pendidikan Seni Budaya direduksi menjadi sangat
sederhana, menjadi pragmatis dan kontekstual. Dengan kata lain kurikulum tidak signifikan
mengemban tujuan pembelajaran seni, serta tidak mencerminkan kompetensi profesional
pendidik seni, yakni: (1) menguasai keilmuan bidang studi seni; (2) memahami langkah-
langkah kajian kritis pendalaman isi bidang studi seni; (3) paham ruang lingkup materi,
struktur, dan konsep estetika sebagai payung pembelajaran seni; (4) memahami metode
pengembangan seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater secara kritis, kreatif, dan
inovatif. Untuk itu akan sangat bijaksana jika suatu waktu pembenahan konsep pendidikan
seni dikaji ulang oleh pakar pendidik seni Indonesia, sehingga segala kelemahan yang ada
dapat disempurnakan melalui revisi kurikulum di waktu mendatang. Untuk saat ini cukuplah
para pendidik seni mendapatkan suplemen dan buku ajar yang relevan sebagai pelengkap
pemahaman dan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku.

B. Kajian lapangan
Hasil masukan lapangan adalah sebagai berikut:

No Aspek Permasalahan Pemecahan masalah


.
1 Alokasi Waktu Mata diklat seni budaya di Sebaiknya jam pelajaran seni
pembelajaran SMK hanya mendapatkan budaya ditambah sehingga pada saat
alokasi waktu 1JP guru menjelaskan KD yang
berkenaan dengan praktek dapat
berjalan dengan optimal

2. Penyusunan Sulit menjabarkan KD ke Sebaiknya ada rambu-rambu


Program beberapa indikator yang membolehkan kalau
• Silabus seorang guru membuat silabus
• RPP dari hal yang mendasar
sebelumnya dan materi
pelajaran menjadi kurang
sesuai dengan Standar isi

Acuan pembuatan RPP Guru perlu membuat peta


tidak materi yang diberikan sebagai
jelas apakah berdasarkan rancangan dalam pembuatan
jumlah pertemuan atau silabus
pokok bahasan
3. Pelaksanaan Ketersedian fasilitas dan Perlu panduaan dan bahan ajar
KBM guru yang sesuai yang lengkap sehingga
dengan bidang sulit didapat dijadikan contoh yang dapat
digunakan

Disediakannya fasilitas penunjang


dan bahan ajar yang
sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah
BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan umum
bahwa Standar kompetensi Lulusan Pembelajaran Seni Budaya dalam kurikulum adalah
menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal, menghargai
karya seni dan budaya nasional, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya,
mengapresiasi karya seni dan budaya, menghasilkan karya kreatif baik individual maupun
kelompok. Sesungguhnya tujuan ideal ini tidak terealisasikan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sebab dalam kurikulum tujuan tersebut telah direduksi menjadi sangat
sederhana menjadi dua domain bidang seni, yakni apresiasi seni dan kreasi seni. Hal ini jelas
tertulis dalam kalimat mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui keartistikan karya
seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Jadi pendidikan Seni Budaya telah direduksi
menjadi sangat pragmatis dan kontekstual, dan hanya berisi pendidikan seni (juga tidak utuh).
Dengan demikian maka nama mata pelajaran Seni Budaya dipandang kurang tepat. Nama
mata pelajaran Seni Budaya jika tetap ingin dipakai seterusnya, memerlukan materi
pembelajaran yang signifikan tentang budaya (tidak dibatasi dengan kegiatan apresiasi dan
kreasi seni saja).
Dari berbagai faktor yang telah disimpulkan di atas, maka kurikulum perlu
dilengkapi dengan suplemen dan penulisan buku ajar yang relevan tentang (penyesuaian
alokasi waktu, budaya, seni rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan seni sastra dalam
konteks lokal, Nusantara, mancanegara, baik dalam lingkup modern maupun kontemporer),
sebagai acuan bagi pendidik seni dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya di
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dobbs, Stephen Mark, 1992, The DBAE Handbook: An Overview of Dicipline- Based Art
Education, Santamonika, CA: The Getty Center for Education in the Arts.

Redaksi Asa Mandiri, Standar Nasional Pendidikan, Cetakan Pertama, Jakarta: Asa Mandiri,
2006.

Permendiknas, RI No. 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Depdiknas, 2006.

Permendiknas, RI No. 23 Tahun 2006, Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas, 2006.

Peratuan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas, 2005.

Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus, dalam Undang-Undang RI Tentang Guru dan
Dosen serta Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2006, Jakarta:
Tamita Utama, 2006.

Anda mungkin juga menyukai