Oktober 2020
Disusun Oleh :
N 111 18 094
Pembibing Klinik :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan
sebagai berikut :
Fakultas : Kedokteran
T4N3Mx
Mengetahui,
PENDAHULUAN
Metastasis adalah lesi neoplastik yang berasal dari tumor primer lain yang
sudah tidak memiliki kontak langsung dengan lesi metastasis tersebut. Sel kanker
dapat bermetastasis melalui jalur limfatik, hematogen, diseminasi kutan, atau
iatrogenik dari tindakan bedah. Metastasis terjadi karena adanya mekanisme
pelepasan sel kanker dari sel tumor primer di sekitarnya, menjadi invasif secara lokal,
dan akhirnya implantasi di tempat jauh. Terpisahnya sel tumor primer di sekitarnya
dapat terjadi karena penurunan ekspresi molekul adhesi interselular.1,2
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah
sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000
atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita
pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus
ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis
dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.3
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan
genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat
penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas
tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat
(>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal,
obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar getah bening mammaria interna terletak di dalam lemak di atas fasia
endotorasika, pada sela iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah. Pleksus
limfatik subepitel atau pleksus limfatikus papilaris bertemu dengan pleksus limfatisi
dari seluruh permukaan badan. Sistem limfatik ini berhubungan dengan sistem
limfatik dermis dan menjadi pleksus subareolar sappey. Subareolar pleksus menerima
aliran dari nipple dan areola dan erhubungan dengan jalan vertical lymphatic vessel
dengan subepitelial dan subdermal dari mana-mana. Cairan limfe mengalir ke satu
jurusan dari superfisial ke pleksus profunda dan dari pleksus subareolar melalui
pembuluh limfatik ductus laktiferus ke peritubular dan pleksus profunda. Periductal
lymphatic vessel benjolan di luar myoephitelial layer dari dinding ductus aliran dari
system lymphatic subkutaneus profunda dan intra mammary mengalir secara
sentrifugal menuju kelenjar getah bening aksila (97%) dan mammaria interna (3%).2,4
Perubahan histologi dari jaringan payudara sangat berhubungan dengan
variasi hormon pada siklus haid. Pengaruh FSH dan LH pada fase folikuler akan
menyebabkan sekresi estrogen meningkat yang akan berakibat terjadinya proliferasi
epitel jaringan payudara. Pada bagian kedua yang terjadi pada fase midluteal, dimana
terjadi sekresi dari progesterone yang cukup banyak juga menyebabkan perubahan
epitel jaringan payudara. Sekresi dan peningkatan kedua hormone ini dalam siklus
haid akan menyebabkan penambahan volume payudara hingga 15 sampai 30 cm3
menjelang haid dan akan menurun kembali setelah haid sampai volume terkecil pada
hari ke-5 sampai ke-7 setelah haid. Sebenarnya pada saat inilah paling tepat dalam
melakukan pemeriksaan fisik dan mamografi payudara.4
2.2 Definisi
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di
Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%.
(Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan
Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia
adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada
stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun
paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat
dilakukan secara optimal.3
2.3 Kelainan Payudara
1. Lesi nonproliferasi
Meliputi kelainan berupa kista, perubahan papiler kelenjar apokrin, dan
klaifikasi epitel, kista dapat bervariasi dalam ukuran mulai yang mikroskopis
sampai yang teraba waktu pemeriksaan (gross). Biasanya terjadi di ujung
duktus dari lobulus.
2. Lesi Proliferatif tanpa atipia
Yang termasuk kelainan ini adalah moderat atau florid duktal hiperplasia,
intra duktal papiloma dan sclerosing adenosis
3. Lesi proliferatif dengan atipikal hiperplasia
Golongan ini mempunyai resik untuk jadi kanker payudara lebih besar dari
golongan yang lain di atas. Dupont dan Page menemukan golongan ini hanya
4% dari seluruh spesimen biopsinya dari kelainan payudara dengan RR 4,4.
1. Mastitis
Mastitis dan abses payudara bisa terjadi pada semua populasi, apakah sedang
menyusui atau tidak menyusui. Bila terjadi pada saat menyusui atau pada aktu
berhenti menyusui disebut mastitis laktasi atau mastitis puerperal. Tersering
pada 2-3 minggu post-partum, tetapi dapat terjadi pada setiap waktu, pada
masa laktasi. Penyebab tersering akibat masuknya baktri melalui luka pada
waktu menyusui. Sementara itu mastitis nonlaktasi disebabkan oleh infeksi
pada kulit sekitar areola dan putting misalnya kista sebasea dan hidradenitis
supuratif.
2. Nekrosis lemak
Benjolan jinak payudara yang terjadi akibat trauma (tumpul atau operasi) pada
jaringan lemak payudara, berupa benjolan dengan konsistensi keras, bulat,
kulit di sekitar benjolan dapat memerah atau memar dan dimple, benjolan
tersebut tidak akan berubah jadi keganasan dan dapat terjadi pada perempuan.
3. Nipple discharge
Keluar cairan dari putting merupakan sesuatu yang meresahkan bagi seorang
perempuan atau dokter. Cairan yang keluar bisa putih, serous atau kuning,
ataupun serosanguinous berwarna merah. Perlu diketahui bahwa cairan yang
dapat eluar tersebut ada yang berhubungan dengan proses keganasan.
Sebenarnya hal ini tidaklah sepenuhnya benar. Pada keadaan normal duktus
juga memproduksi cairan yang dapat dikeluarkan dengan aspirasi, massage,
breast pump, dan penekanan pada putting
4. Fibrocystic
Kelainan jinak yang tersering dijumpai pada perempuan pada usia 20 sampai
50 tahun. Tumor pada kelainan fibrokistik ini padat kenyal ini tidak berbatas
tegas dan permukaannya kasar atau noduler. Konsistensi padat kenyal atau
kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker
payudara.
5. Kista payudara
Secara klinis bentuknya bulat seperti telur, ditemukan pada kurang lebih 30%
pada perempuan usia 35 tahun sampai dengan 50 tahun. Dapat berupa kista
kecil, subklinis hanya kelihatan pada sonografi atau mikroskop, akan tetapi ±
25% dapat berupa kista besar, bulat seperti telur dengan konsistensi kistik dan
relatif dapat digerakkan.
6. Adenosis
Tergolong lesi proliferatif yang ditandai oleh bertambahnya jumlah dan
ukuran komponen kelenjar, jadi umumnya mengenai lobulus
7. Papiloma Intraduktal
Suatu tumor jinak yang berasal dari hiperplasia epitel duktus. Dapat terjadi di
semua tempat dalam duktus, tetapi mempunyai predileksi di ujung sistem
duktus yaitu di sinus laktiferus atau di duktus terminal. Papiloma Intraduktal
yang tumbuh di sentral umumnya sliter dan yang diperifer dapat multipel.
Papiloma ini ditandai oleh pertumbuhan hiperplasia epitel lumen duktus dan
juga sel-sel epitel serta disokong oleh lapisan struma fibrovaskuler.
8. Mammary Ductal Ectasia
Memiliki nama lain periduktal mastitis yang secara klinis kadang
berpenampilan seperti karsinoma. Biasanya terjadi pada usia pertengahan atau
lebih tua pada perempuan yang punya anak. Keluhan dapat berupa ; Nipple
discharge, Massa subareolar, Mastalgia, Kadang terdapat retraksi nipple.
1. Schirrhous carcinoma
60% dari keganasan yang disebabkan oleh kegansan payudara ditemukan
keadaan ini degna konsistensi padat, dengan pengeluaran berwarna putih atau
putih-kekuningan, tidak berkapsul, irreguler dengan konsistensi cartilaginous.
2. Medullary Carcinoma
Juga dikenal sebagai tipe ensefaloid karena konsistensinya yang seperti otak
yang mengandung sel-sel ganas dengan adanya penyebaran limfosit
3. Colloid carcinoma
Tipe keganasan yang dapat menghasilkan banyak mucin
4. Paget’s disease :
Memliki nodul yang padat di bagian bawah areola yang akan menjadi ulserasi
dan dapat menyebabkan kerusakan pada puting.
Klasifikasi Stadium
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Alamat : BTN Zebra Indah Blok E2
Pekerjaan : IRT
Agama : Katolik
Suku :-
Tanggal pemeriksaan : 08 September 2020
Tanggal MRS : 07 September 2020 Pukul 12.21 WITA
2. Anamnesis
Heteroanamnesis
a. Keluhan utama
Benjolan pada dada kanan
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit Samaritan dengan keluhan benjolan pada dada
kanan sejak akhir bulan September 2019, pada awalnya benjolan hanya berbentuk
seperti telur ayam, tetapi berangsur-angsur membesar hingga kini benjolan
berdiameter sekitar 15 cm, benjolan berwarna hitam dan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit bejolan mengeluarkan darah dan nanah, terdapat juga benjolan
kecil berukuran ± 2 cm timbul di bagian leher, ketiak dan bokong pasien, pasien
juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak 1 tahun terakhir, sakit kepala (+)
sering timbul saat bangun dari posisi berbaring, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK
lancar.
3. Pemeriksaan Fisik
Status generalisata : Sakit sedang, compos mentis, GCS : E4M6V5
Tanda vital :
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 70 kali/menit
- Pernafasan : 20 kali/menit
- Suhu aksilla : 36,0 oC (Suhu Axilla)
- Kepala : Bentuk ; Normochepal
- Konjungtiva : Anemis (+/+)
- Sclera : Ikterik (-/-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) pada leher bagian dextra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Tampak Simetris Bilateral (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinitra, nyeri tekan (+) pada dada
kanan
Perkusi : Sonor (+/-)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung pada ICS III linea parasternal dextra,
batas kiri pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung (+),
Auskultasi : Peristaltik (+), Bising usus kesan normal
Perkusi : Tymphani (+)
Palpasi : Nyeri pada kuadran epigastrium
Genitalia : Genitalia dalam batas normal
Inguinal :
Inspeksi : Hernia (-), Massa (-).
Palpasi : Teraba denyut arteri femoralis (+), Hernia (-), massa (-), nyeri
tekan (-).
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema (-/-) Edema (-/-)
Pembesaran KGB (+/+) Pembesaran KGB (+/-)
Sianosis (-/-) Sianosis (-/-)
Capillary Refill Time < 2 detik Capillary Refill Time < 2 detik
Status lokalis :
Regio : mamae sinistra
Inspeksi : tampak adanya benjolan pada mamae sinistra, berwarna merah
kehitaman, tampak krusta (+) yang kadang keluar darah dan pus dengan ukuran ± 15
cm, Retraksi putting (+), Dimpling (+), peau d’ orange (+), Discharge dari puting (+),
ulkus (+).
Palpasi : Nyeri pada seluruh permukaan payudara (+), konsistensi irregular,
immobile (+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Gambar 1. Pasien Carcinoma Mamae Grade IV
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin pada tanggal 07 september 2020
5. Resume
Pasien masuk rumah sakit Samaritan dengan keluhan benjolan pada dada kanan
sejak akhir bulan September 2019, pada awalnya benjolan hanya berbentuk seperti
telur ayam, tetapi berangsur-angsur membesar hingga kini benjolan berdiameter
sekitar 15 cm, benjolan berwarna hitam dan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit benjolan mengeluarkan darah dan pus, terdapat juga benjolan kecil berukuran
± 2 cm timbul di bagian leher, ketiak dan bokong pasien, pasien juga mengeluhkan
penurunan berat badan sejak 1 tahun terakhir, sakit kepala (+) sering timbul saat
bangun dari posisi berbaring, nyeri epigastrium (+), BAB dan BAK lancar.
Pemeriksaan Fisik :
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N : 70 x/menit, RR : 20 x/menit, S:
36,0oC (Suhu Axilla)
Anemis : (+/+)
Pembesaran KGB : pada leher kiri (+), pada pangkal tangan kanan dan kiri (+/+),
pada bokong kiri (+)
Status lokalis :
Regio : mamae sinistra
Inspeksi : tampak adanya benjolan pada mamae sinistra, berwarna merah
kehitaman, tampak krusta (+) yang kadang keluar darah dan pus dengan ukuran ± 15
cm, Retraksi putting (+), Dimpling (+), peau d’ orange (+), Discharge dari puting (+),
ulkus (+).
Palpasi : Nyeri pada seluruh permukaan payudara (+), konsistensi irregular,
immobile (+)
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan pada leukosit 22,3 x
103/ul dan peningkatan platelet 483 x 10 3/ul serta terjadi penurunan nilai
Haemoglobin 9,1 g/dL dan penurunan nilai hematocrit 28,1 % bermakna pada tanggal
07 september 2020.
6. Diagnosis kerja
Tumor Mamae suspek carcinoma mammae T4N3Mx
7. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
- IVFD RL 1 liter/24 jam, kemudian pada saat tekanan darah mencapai
100/70 mmhg diubah menjadi RL 30 tpm/24 jam
- Inj. Ketorolac 3x1 mg
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Usul transfusi PRC hingga HB >= 10g/dl
- Usul Terapi paliatif
Terapi Operatif/Definitif : -
8. Prognosis
Dubia et malam
BAB III
PEMBAHASAN