Anda di halaman 1dari 25

REFLEKSI KASUS

Oktober 2020

CASE REPORT : TUMOR MAMAE SUSPEK CARCINOMA MAMMAE


T4N3MX

Disusun Oleh :

Muhammad Satria Abiyuda Putra Hutabarat

N 111 18 094

Pembibing Klinik :

dr. Raymond Ronald Anurantha Sp. B

DIBUAT DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan
sebagai berikut :

Nama : Muhammad Satria Abiyuda Putra Hutabarat

No. Stambuk : N 111 18 094

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Tadulako

Judul Refka : Case report : Tumor mamae suspek carcinoma mammae

T4N3Mx

Bagian : Ilmu Bedah

Telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah

Palu, Oktober 2020

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. Raymond Ronald Anurantha Sp. B Muhammad Satria Abiyuda


Putra Hutabarat
BAB I

PENDAHULUAN

Metastasis adalah lesi neoplastik yang berasal dari tumor primer lain yang
sudah tidak memiliki kontak langsung dengan lesi metastasis tersebut. Sel kanker
dapat bermetastasis melalui jalur limfatik, hematogen, diseminasi kutan, atau
iatrogenik dari tindakan bedah. Metastasis terjadi karena adanya mekanisme
pelepasan sel kanker dari sel tumor primer di sekitarnya, menjadi invasif secara lokal,
dan akhirnya implantasi di tempat jauh. Terpisahnya sel tumor primer di sekitarnya
dapat terjadi karena penurunan ekspresi molekul adhesi interselular.1,2
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah
sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000
atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita
pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus
ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis
dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.3
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan
genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat
penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas
tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat
(>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal,
obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.2,3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Payudara terletak di daerah dada, antara iga ke 2 sampai dengan iga ke 6


secara vertikal dan antara tepi sternum sampai dengan linea aksilaris media secara
horizontal. Ukuran diameter payudara berkisar sekitar 10-12 cm, dan ketebalan antara
5 sampai 7 cm, jaringan payudara juga dapat berkembang sampai ke aksila yang
disebut axillary tail of spence.4

Bentuk payudara biasanya kubah (dome) yang bervariasi antara bentuk


konikal pada nulipara hingga bentuk pendulous pada multipara. Payudara terdiri dari
3 unsur yaitu kulit, lemak subkutandan jaringan payudara yang terdiri dari jaringan
parenkim dan stromal. Parenkim payudara terdiri dari 15-20 hingga 25 segmen yang
kesemuanya menyatu di daerah nipple dengan bentuk radial. Duktus yang berasal dari
segmen berdiameter 2 mm dan subalveolar ductus/sinus laktiferus berukuran 5
sampai dengan 8 mm diameternya. Antara 5 sampai dengan 10 duktus laktiferus
bermuara di nipple. Setiap ductus mengaliri satu lobus yang terdiri dari 20 – 40
lobulus dan setiap lobules terdiri dari 10 sampai dengan 100 alveoli atau
tubulosaccular secretory unit.4

Payudara mendapat vaskuarisasi dari 2 arteri utama yaitu arteri mammaria


interna dan arteri torakalis lateralis. Kurang lebih 60% payudara mendapat
perdarahan dari arteri perforantes mammaria interna yaitu meliputi bagian medial dan
sentral dan bagian kranial. Sementara itu bagian atas dan lateral payudara diperdarahi
oleh arteri torakalis lateralis. Selain itu, yang ikut memperdarahi payudara sebagian
kecil adalah torakoakromialis cabang pektoralis, cabang arteria interkostales III, IV
serta a/v. subkapular dan torakodorsalis. Dalam sistem vaskularisasi payudara terdiri
dari 3 grup vena dalama yang keluar dari payudara yaitu ; Vena Interkostalis, Vena
Aksilaris, Vena Mammaria Interna.2,4

Kelenjar getah bening mammaria interna terletak di dalam lemak di atas fasia
endotorasika, pada sela iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah. Pleksus
limfatik subepitel atau pleksus limfatikus papilaris bertemu dengan pleksus limfatisi
dari seluruh permukaan badan. Sistem limfatik ini berhubungan dengan sistem
limfatik dermis dan menjadi pleksus subareolar sappey. Subareolar pleksus menerima
aliran dari nipple dan areola dan erhubungan dengan jalan vertical lymphatic vessel
dengan subepitelial dan subdermal dari mana-mana. Cairan limfe mengalir ke satu
jurusan dari superfisial ke pleksus profunda dan dari pleksus subareolar melalui
pembuluh limfatik ductus laktiferus ke peritubular dan pleksus profunda. Periductal
lymphatic vessel benjolan di luar myoephitelial layer dari dinding ductus aliran dari
system lymphatic subkutaneus profunda dan intra mammary mengalir secara
sentrifugal menuju kelenjar getah bening aksila (97%) dan mammaria interna (3%).2,4
Perubahan histologi dari jaringan payudara sangat berhubungan dengan
variasi hormon pada siklus haid. Pengaruh FSH dan LH pada fase folikuler akan
menyebabkan sekresi estrogen meningkat yang akan berakibat terjadinya proliferasi
epitel jaringan payudara. Pada bagian kedua yang terjadi pada fase midluteal, dimana
terjadi sekresi dari progesterone yang cukup banyak juga menyebabkan perubahan
epitel jaringan payudara. Sekresi dan peningkatan kedua hormone ini dalam siklus
haid akan menyebabkan penambahan volume payudara hingga 15 sampai 30 cm3
menjelang haid dan akan menurun kembali setelah haid sampai volume terkecil pada
hari ke-5 sampai ke-7 setelah haid. Sebenarnya pada saat inilah paling tepat dalam
melakukan pemeriksaan fisik dan mamografi payudara.4

2.2 Definisi

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di
Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%.
(Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan
Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia
adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada
stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu
pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun
paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat
dilakukan secara optimal.3
2.3 Kelainan Payudara

A. Kelainan jinak payudara menurut Dupont dan page dapat dibedakan


atas beberapa lesi:4

1. Lesi nonproliferasi
Meliputi kelainan berupa kista, perubahan papiler kelenjar apokrin, dan
klaifikasi epitel, kista dapat bervariasi dalam ukuran mulai yang mikroskopis
sampai yang teraba waktu pemeriksaan (gross). Biasanya terjadi di ujung
duktus dari lobulus.
2. Lesi Proliferatif tanpa atipia
Yang termasuk kelainan ini adalah moderat atau florid duktal hiperplasia,
intra duktal papiloma dan sclerosing adenosis
3. Lesi proliferatif dengan atipikal hiperplasia
Golongan ini mempunyai resik untuk jadi kanker payudara lebih besar dari
golongan yang lain di atas. Dupont dan Page menemukan golongan ini hanya
4% dari seluruh spesimen biopsinya dari kelainan payudara dengan RR 4,4.

B. Beberapa kelainan jinak yang sering dijumpai dalam klinik :4,5

1. Mastitis
Mastitis dan abses payudara bisa terjadi pada semua populasi, apakah sedang
menyusui atau tidak menyusui. Bila terjadi pada saat menyusui atau pada aktu
berhenti menyusui disebut mastitis laktasi atau mastitis puerperal. Tersering
pada 2-3 minggu post-partum, tetapi dapat terjadi pada setiap waktu, pada
masa laktasi. Penyebab tersering akibat masuknya baktri melalui luka pada
waktu menyusui. Sementara itu mastitis nonlaktasi disebabkan oleh infeksi
pada kulit sekitar areola dan putting misalnya kista sebasea dan hidradenitis
supuratif.
2. Nekrosis lemak
Benjolan jinak payudara yang terjadi akibat trauma (tumpul atau operasi) pada
jaringan lemak payudara, berupa benjolan dengan konsistensi keras, bulat,
kulit di sekitar benjolan dapat memerah atau memar dan dimple, benjolan
tersebut tidak akan berubah jadi keganasan dan dapat terjadi pada perempuan.
3. Nipple discharge
Keluar cairan dari putting merupakan sesuatu yang meresahkan bagi seorang
perempuan atau dokter. Cairan yang keluar bisa putih, serous atau kuning,
ataupun serosanguinous berwarna merah. Perlu diketahui bahwa cairan yang
dapat eluar tersebut ada yang berhubungan dengan proses keganasan.
Sebenarnya hal ini tidaklah sepenuhnya benar. Pada keadaan normal duktus
juga memproduksi cairan yang dapat dikeluarkan dengan aspirasi, massage,
breast pump, dan penekanan pada putting
4. Fibrocystic
Kelainan jinak yang tersering dijumpai pada perempuan pada usia 20 sampai
50 tahun. Tumor pada kelainan fibrokistik ini padat kenyal ini tidak berbatas
tegas dan permukaannya kasar atau noduler. Konsistensi padat kenyal atau
kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker
payudara.
5. Kista payudara
Secara klinis bentuknya bulat seperti telur, ditemukan pada kurang lebih 30%
pada perempuan usia 35 tahun sampai dengan 50 tahun. Dapat berupa kista
kecil, subklinis hanya kelihatan pada sonografi atau mikroskop, akan tetapi ±
25% dapat berupa kista besar, bulat seperti telur dengan konsistensi kistik dan
relatif dapat digerakkan.
6. Adenosis
Tergolong lesi proliferatif yang ditandai oleh bertambahnya jumlah dan
ukuran komponen kelenjar, jadi umumnya mengenai lobulus
7. Papiloma Intraduktal
Suatu tumor jinak yang berasal dari hiperplasia epitel duktus. Dapat terjadi di
semua tempat dalam duktus, tetapi mempunyai predileksi di ujung sistem
duktus yaitu di sinus laktiferus atau di duktus terminal. Papiloma Intraduktal
yang tumbuh di sentral umumnya sliter dan yang diperifer dapat multipel.
Papiloma ini ditandai oleh pertumbuhan hiperplasia epitel lumen duktus dan
juga sel-sel epitel serta disokong oleh lapisan struma fibrovaskuler.
8. Mammary Ductal Ectasia
Memiliki nama lain periduktal mastitis yang secara klinis kadang
berpenampilan seperti karsinoma. Biasanya terjadi pada usia pertengahan atau
lebih tua pada perempuan yang punya anak. Keluhan dapat berupa ; Nipple
discharge, Massa subareolar, Mastalgia, Kadang terdapat retraksi nipple.

C. Beberapa kelainan ganas yang dapat dijumpai yaitu :

1. Schirrhous carcinoma
60% dari keganasan yang disebabkan oleh kegansan payudara ditemukan
keadaan ini degna konsistensi padat, dengan pengeluaran berwarna putih atau
putih-kekuningan, tidak berkapsul, irreguler dengan konsistensi cartilaginous.
2. Medullary Carcinoma
Juga dikenal sebagai tipe ensefaloid karena konsistensinya yang seperti otak
yang mengandung sel-sel ganas dengan adanya penyebaran limfosit
3. Colloid carcinoma
Tipe keganasan yang dapat menghasilkan banyak mucin
4. Paget’s disease :
Memliki nodul yang padat di bagian bawah areola yang akan menjadi ulserasi
dan dapat menyebabkan kerusakan pada puting.
Klasifikasi Stadium

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American


Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Kanker Payudara
Kategori T (Tumor)
1. TX :Tumor primer tidak bisa diperiksa
2. T0 : Tumor primer tidak terbukti
3. Tis Karsinoma in situ
a. Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
b. Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ

c. Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor


4. T1 : Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
a. T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
b. T1a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
c. T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar
d. T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
5. T2 : Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
6. T3 : Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
7. T4 : Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
a. T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
b. T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
c. T4c Gabungan T4a dan T4b
d. T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


8. Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
9. N0 Tak ada metastasis KGB regional
10. N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat digerakkan
a. pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
b. pN1a 1-3 KGB aksila
c. pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
d. pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis
mikro melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
11. N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB
aksila secara klinis.
a. N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
i. pN2a 4-9 KGB aksila
b. N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara
klinis* dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
i. pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
12. N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara
klinis* dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis
pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mamaria interna
a. N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
i. pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
b. N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
i. pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB
aksila atau >3 KGB aksila dan mamaria interna dengan
metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak terlihat
secara klinis
c. N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
i. pN3c KGB supraklavikula

Metastasis Jauh (M)


 Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai

 M0 Tak ada metastasis jauh

 M1 Terdapat Metastasis jauh


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Laporan kasus

1. Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Alamat : BTN Zebra Indah Blok E2
Pekerjaan : IRT
Agama : Katolik
Suku :-
Tanggal pemeriksaan : 08 September 2020
Tanggal MRS : 07 September 2020 Pukul 12.21 WITA

2. Anamnesis
Heteroanamnesis
a. Keluhan utama
Benjolan pada dada kanan
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit Samaritan dengan keluhan benjolan pada dada
kanan sejak akhir bulan September 2019, pada awalnya benjolan hanya berbentuk
seperti telur ayam, tetapi berangsur-angsur membesar hingga kini benjolan
berdiameter sekitar 15 cm, benjolan berwarna hitam dan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit bejolan mengeluarkan darah dan nanah, terdapat juga benjolan
kecil berukuran ± 2 cm timbul di bagian leher, ketiak dan bokong pasien, pasien
juga mengeluhkan penurunan berat badan sejak 1 tahun terakhir, sakit kepala (+)
sering timbul saat bangun dari posisi berbaring, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK
lancar.

c. Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengaku memili riwayat asma
d. Riwayat penyakit keluarga :
Ayah dari pasien memiliki riwayat hipertensi, asam urat dan kolestrol
e. Riwayat pengobatan :
- Pasien pernah mengonsumsi obat herbal
Pasien sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri
f. Riwayat Operasi:
Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.

3. Pemeriksaan Fisik
Status generalisata : Sakit sedang, compos mentis, GCS : E4M6V5
Tanda vital :
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 70 kali/menit
- Pernafasan : 20 kali/menit
- Suhu aksilla : 36,0 oC (Suhu Axilla)
- Kepala : Bentuk ; Normochepal
- Konjungtiva : Anemis (+/+)
- Sclera : Ikterik (-/-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) pada leher bagian dextra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Tampak Simetris Bilateral (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinitra, nyeri tekan (+) pada dada
kanan
Perkusi : Sonor (+/-)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung pada ICS III linea parasternal dextra,
batas kiri pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung (+),
Auskultasi : Peristaltik (+), Bising usus kesan normal
Perkusi : Tymphani (+)
Palpasi : Nyeri pada kuadran epigastrium
Genitalia : Genitalia dalam batas normal

Inguinal :
Inspeksi : Hernia (-), Massa (-).
Palpasi : Teraba denyut arteri femoralis (+), Hernia (-), massa (-), nyeri
tekan (-).
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema (-/-) Edema (-/-)
Pembesaran KGB (+/+) Pembesaran KGB (+/-)
Sianosis (-/-) Sianosis (-/-)
Capillary Refill Time < 2 detik Capillary Refill Time < 2 detik

Status lokalis :
Regio : mamae sinistra
Inspeksi : tampak adanya benjolan pada mamae sinistra, berwarna merah
kehitaman, tampak krusta (+) yang kadang keluar darah dan pus dengan ukuran ± 15
cm, Retraksi putting (+), Dimpling (+), peau d’ orange (+), Discharge dari puting (+),
ulkus (+).
Palpasi : Nyeri pada seluruh permukaan payudara (+), konsistensi irregular,
immobile (+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Gambar 1. Pasien Carcinoma Mamae Grade IV

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin pada tanggal 07 september 2020

Pemeriksaan 07/09/2020 Satuan Rujukan


Hb 9,1 g/dL 11.7-15.5
RBC 3,74 106/ul 3.8-5.2
HCT 28,1 % 35-47
MCV 75 fL 80-100
MCH 24,3 Pg 26-36
MCHC 32,4 g/dL 32-36
WBC 22,3 Ribu/ul 1.6-11
PLT 483 Ribu/ul 150-440

5. Resume
Pasien masuk rumah sakit Samaritan dengan keluhan benjolan pada dada kanan
sejak akhir bulan September 2019, pada awalnya benjolan hanya berbentuk seperti
telur ayam, tetapi berangsur-angsur membesar hingga kini benjolan berdiameter
sekitar 15 cm, benjolan berwarna hitam dan sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit benjolan mengeluarkan darah dan pus, terdapat juga benjolan kecil berukuran
± 2 cm timbul di bagian leher, ketiak dan bokong pasien, pasien juga mengeluhkan
penurunan berat badan sejak 1 tahun terakhir, sakit kepala (+) sering timbul saat
bangun dari posisi berbaring, nyeri epigastrium (+), BAB dan BAK lancar.

Pemeriksaan Fisik :
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N : 70 x/menit, RR : 20 x/menit, S:
36,0oC (Suhu Axilla)
Anemis : (+/+)
Pembesaran KGB : pada leher kiri (+), pada pangkal tangan kanan dan kiri (+/+),
pada bokong kiri (+)

Status lokalis :
Regio : mamae sinistra
Inspeksi : tampak adanya benjolan pada mamae sinistra, berwarna merah
kehitaman, tampak krusta (+) yang kadang keluar darah dan pus dengan ukuran ± 15
cm, Retraksi putting (+), Dimpling (+), peau d’ orange (+), Discharge dari puting (+),
ulkus (+).
Palpasi : Nyeri pada seluruh permukaan payudara (+), konsistensi irregular,
immobile (+)
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan pada leukosit 22,3 x
103/ul dan peningkatan platelet 483 x 10 3/ul serta terjadi penurunan nilai
Haemoglobin 9,1 g/dL dan penurunan nilai hematocrit 28,1 % bermakna pada tanggal
07 september 2020.

6. Diagnosis kerja
Tumor Mamae suspek carcinoma mammae T4N3Mx

Usul pemeriksaan penunjang Ro Thorax, USG abdomen, Histopatologi

DD : Tumor Cystosarcoma Phyloides

7. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
- IVFD RL 1 liter/24 jam, kemudian pada saat tekanan darah mencapai
100/70 mmhg diubah menjadi RL 30 tpm/24 jam
- Inj. Ketorolac 3x1 mg
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
- Usul transfusi PRC hingga HB >= 10g/dl
- Usul Terapi paliatif

Terapi Operatif/Definitif : -

8. Prognosis
Dubia et malam
BAB III
PEMBAHASAN

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan


payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker
payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Pada kasus ini, pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan
benjolan pada dada kanan sejak akhir bulan September 2019, pada awalnya
benjolan hanya berbentuk seperti telur ayam, tetapi berangsur-angsur
membesar hingga kini benjolan berdiameter sekitar 15 cm, benjolan berwarna
hitam dan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit benjolan mengeluarkan
darah dan pus, terdapat juga benjolan kecil berukuran ± 2 cm timbul di bagian
leher, ketiak dan bokong pasien, pasien juga mengeluhkan penurunan berat
badan sejak 1 tahun terakhir, sakit kepala (+) sering timbul saat bangun dari
posisi berbaring, nyeri epigastrium (+), BAB dan BAK lancar.
Pada anamnesis didapatkan keluhan pembesaran benjolan yang
berangsur-angsur menjadi besar disertai adanya penurunan berat badan hal ini
sesuai dengan teori dan gejala dari kanker payudara.3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, dan
kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60
mmhg, Nadi 70x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,0oC. pada
pemeriksaan mata didapatkan konjuntiva anemis, pada pemeriksaan kelenjar
getah bening didapatkan pembesaran pada bagian leher kiri, ketiak bilateral
dan bokong kiri.
Pada status lokalis dari regio mamae sinistra didapatkan hasil inspeksi
tampak adanua benjolan pada mamae sinistra berwarna merah kehitaman,
tampak krusta (+) yang kadang keluar darah dan pus dengan ukuran diameter
± 15 cm cm, Retraksi putting (+), Dimpling (+), peau d’ orange (+), Discharge
dari puting (+), ulkus (+). Pada pemeriksaan palpasi didapatkan hasil nyeri
pada seluruh permukaan payudara (+), konsistensi irregular, immobile (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di payudara kanan,
dengan kecepatan tumbuh yang tidak disadari, diikuti dengan tampak
Discharge dari puting yang membentuk krusta, adanya retraksi puting susu,
kelainan kulit payudara lainnya yang tampak adanya dimpling, peau’ d
orange, serta adanya pembesar kelenjar getah bening di beberapa bagian
tubuh terutama pada bagian ketiak. Keluhan ini merupakan keluhan utama
saat melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien kanker
payudara.3
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan pada
leukosit 22,3 x 103/ul dan peningkatan platelet 483 x 103/ul serta terjadi
penurunan nilai Haemoglobin 9,1 g/dL dan penurunan nilai hematocrit 28,1 %
bermakna pada tanggal 07 september 2020.
Pada pasien ini terdiagnosis Tumor Mamae suspek carcinoma
mammae T4N3Mx, dikarenakan dinilai T4 jika tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung dinding dada / kulit, T4 dibagi menjadi 4 kategori :

1. T4a jika ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis


2. T4b jika edema (termasuk peau’ d orange) atau ulserasi kulit
payudara atau satellite skin nodules pada payudara yang sama
3. T4c gabungan dari T4a dan T4b
4. T4d telah menjadi inflammatory carcinoma

Kemudian. dapat dinilai N3 jika metastasis pada KGB infraklavikula


ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB
mamaria interna yang terdeteksi secara klinis (terdeteksi pada pemeriksaan
imaging atau pada pemeriksaan fisik ataupun terlihat jelas pada pemeriksaan
patologis) dan jika terdapat metastasis pada KGB aksila secara klinis atau
metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksilla atau mamaria interna.
Pada pasien ini masih Mx karena belum dapat di lakukan
pemeriksaan objektif seperti dengan menggunakan foto thoraks, USG, biopsi,
atau histopatologis, karna pasien tidak bersedia, namun dari gejala klinis
seperti anemia dan penurunan berat badan dapat disimpulkan kearah
keganasan

Pada penatalaksanaannya pasien menolak dilakukan tindakan oleh


sebab itu, pasien hanya diberikan tindakan paliatif untuk mengurangi gejala
dan menstabilkan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Satriyo. A, Muthmainnah. E, Dewayani. M, Dewi.D.S,.2018.Metastasis


Kulit Tipe Karsinoma Erisipeloides Pada Pasien Dengan Riwayat Kanker
Payudara.SMF Kulit dan Kelamin RSUP persahabatan – Jakarta : Laporan
kasus.Vol. 45. No. 1. Tahun 2018; 29-32
2. Ameer AA, Imran M, Kaliyadan F, Chopra R. Carcinoma erysipeloides as
a presenting feature of breast carcinoma: a case report and brief review of
literature. Indian Dermatol Online J. 2015; 6(6):396-8
3. Kemenkes RI.2016.Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.Komite
Penanggulangan Kanker Nasional. Jakarta. Indonesia
4. Prawirohardjo.S,.2011.Ilmu Kandungan.Ed.3, Cet. 1.Jakarta : PT Bina
Pusaka Sarwono Prawirohardjo, 2011
5. Bhat.S.2009.SRB’s Manual of Surgery.Associate Professor in Surgery
Kasturba Medical College Mangalore arnataka, India.Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) LTD.

Anda mungkin juga menyukai