Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa
yang danggap penting bagi seseorang dalam kehdiupannya (Fraenkel dalam Thoha,
1996). Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak menuntut adanya pembuktian
empirik, namun lebih terkait dengan penghayatan dan apa yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi oleh seseorang. Allport, sebagaimana dikutip
oleh Kadarusmadi (1996:55) menyatakan bahwa nilai adalah: “a belief upon which a man
acts by preference. It is this a cognitive, a motor, and above all, a deeply propriate
disposition”. Artinya nilai itu merupakan kepercayaan yang dijadikan preferensi manusia
dalam tindakannya. Manusia menyeleksi atau memilih aktivitas berdasarkan nilai yang
dipercayainya. Ndraha (1997:27-28) menyatakan bahwa nilai bersifat abstrak, karena itu
nilai pasti termuat dalam sesuatu. Sesuatu yang memuat nilai (vehicles) ada empat
macam, yaitu: raga, perilaku, sikap dan pendirian dasar,
Norma : Norma diturunkan dari nilai. Norma terdiri atas aturan dan apa yang diharapkan
untuk dilakukan satu individu tatkala menghadapi situasi tertentu. Norma dibutuhkan
untuk menjamin keteraturan sosial. Norma sekaligus menginstruksikan ataupun melarang
suatu perilaku. Norma memberitahu kita apa yang harus dilakukan (menunggu giliran,
hadir tepat waktu, menghormati yang tua, menyayangi yang muda, dan sejenisnya).
Norma juga memberi tahu kita apa yang kita seharusnya tidak lakukan (berteriak di
dalam ruangan, berpakaian tidak sopan, menindik hidung dan bibir, berhenti tatkala
lampu lalu-lintas berwarna hijau, dan sejenisnya). Norma ditekankan melalui proses
internalisasi melalui agen-agen sosial seperti keluarga, sekolah, ataupun pemerintah.
Setelah diinternalisasi, norma kemudian menjadi bagian dari diri si individu dan sebagai
sebuah budaya. Namun, norma juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di tahun
1980 atau 1990-an dapat kita temui guru laki-laki kerap merokok tatkala mengajar di
depan kelas. Kini, norma tersebut berubah tatkala tindakan tersebut dinilai tidak etis.
Bahkan, larangan merokok di lingkungan sekolah diterapkan lewat peraturan pemerintah.
Pandangan
Undang undang
Kelakuan : system budaya ini setelah adanya UU. Masyarakat punya sikap dan kelakuan
sendiri sendiri, di adakannya UU masyarakat bias merubah kelakuan yang kurang baik
menjadi lebih baik lagi.
Reaksi yang negative akan selalu mencari kesempatan dan menunggu dimana saat Agent
Of Social Control berada didalam keadaan lengah. Bila setiap kali paksaan diterapkan,
hasilnyabukan pengendalian social yang akan melembaga, tetapi cara paksaanlah yang
akan mendarah daging serta berakar kuat.
Biasanya barang yang di hargai itu berupa uang, benda-benda yang bersifat ekonomi,
tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan penghargaan yang lebih tinggi di masyarakat
tersebut seperti keturunan dari keluarga yang terhormat atau pangkat. Jika ada
sekelompok kecil dari masyarakat yang memiliki barang-barang berharga itu dalam
jumlah yang besar, maka masyarakat umumnya menganggap mereka sebagai kelompok
atau golongan yang berada pada lapisan atas. Sebaliknya dengan mereka yang memiliki
sedikit sekali atau hampir tidak memiliki barang sesuatu yang berharga itu, punya
kedudukan yang rendah dimata masyarakat.
Sistem berlapis-lapis ini dalam sosiologi dikenal sebagai “Social Stratification”, yang
berasal dari kata Stratum yang kalau jamaknya strata dan biasanya lebih dikenal dengan
istilah lapisan atau yang biasa disebut dengan kelas sosial. Istilah lapisan yang terdapat
dalam suatu masyarakat telah ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama
didalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada
perbedaan seks, perbedaan pemimpin dan yang dipimpin, golongan non budak dan
golongan budak, pembagian kerja dan pembedaan masyarakat berdasarkan kekayaan.
Namun istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada
hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat.
Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class system. Artinya, semua orang
dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh
masyarakat umum. Kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-
orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial.
Adanya ikatan budaya : Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan,
baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan
bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan
manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi
patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal
ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu
budaya itu dapat dikelola oleh organisasi.
Masyarakat ini terdiri dari beberapa kelompok yang anggotanya terbatas hanya
beberapa puluh sampai beberapa ratus orang saja, bertempat tinggal terpencil jauh dari
hubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat primitif ini sangat jarang berhubungan
dengan masyarakat lain, karena umumnya terisolasi dengan keadaan alam, sehingga sulit
untuk dijangkau. Mereka secara turun temurun hampir tidak mengalami perubahan
semenjak zaman nenek moyannya hingga sekarang ini. Sulitnya menjangkau kehidupan
masyarakat primitif menyebabkan mereka terasing dengan dunia luar, sehingga tidak ada
pengenalan terhadap pembelajran membaca dan menulis sehingga pemahaman mereka
hanya sebatas pemahaman lisan yang di dapat secara tradisi atau turun-temurun.
Kehidupanmereka juga homogen sehingga dan belum banyak terjadi diferensiasi social
yang tegas, begitu pula halnya solidaritas masyarakat bersifat solidaritas mekanik dimana
setiap anggota masyarakat merupakan bagian-bagian tersendiri yang terlepas dari
pekerjaan masing-masing yang hampir tidak berhubungan dengan pekerjaan dengan
anggota masyarakat lain.
Masyarakat tradisional : Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya
masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang
sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau
perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam
melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama
yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya.
Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam
dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat
tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat
kuat menguasai kehidupan mereka.
Masyarakat postmodern : Post modern adalah masa dimana, suatu hal dapat mudah sekali
terganti dengan suatu hal yang baru jika hal tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan hal yang yang lain. Semua penilaian hanya terdapat pada rasa. Dalam
artian pada Post modern ini apa pun bisa menjadi seni. Perbedaan antara media dan
realitas telah runtuh, masyarakat post modern sekarang hidup dalam sebuah ‘realitas’
yang didefinisikan oleh gambar dan representasi . Keadaan ini yang disebut sebagai
keadaan hiper-realitas. Semua ide-ide tentang ‘kebenaran’ hanya berfungsi sebagai klaim.
implikasi hanyalah bentuk dari realitas media, karena pengertian kita tentang realitas
sekarang dikatakan benar-benar didominasi oleh gambar dari berbagai jenis media yang
populer, bentuk-bentuk budaya tidak bisa lagi dijadikan sebagai ‘cermin realitas’, karena
realitas itu sendiri digambarkan oleh iklan, film, video game , dan gambar televisi. Selain
itu kapasitas pencitraan digital membuat kebenaran menjadi sebuah pengklaiman.
Contohnya ketika kita berpikir tentang penggunaan Photoshop di majalah dan gambar
iklan. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa iklan juga tidak lagi mencoba serius untuk
meyakinkan kita tentang kualitas yang nyata pada produknya ‘tapi, hanya menunjukkan
kepada kita kepalsuan tentang sebuah produk.
Media Postmodern disebut juga sebagai Hibriditas estetika -. Dikatakan bahwa semua
perbedaan antara budaya telah hilang, atau menjadi kabur dalam kata lain, pada era post
modern, budaya yang ada sudah mulai memudar dan tidak menutup kemungkinan bahwa
lama-kelamaan budaya tersebut akan hilang dan digantikan oleh budaya-budara baru.
Serangan post modern tersedia melalui video dan teknologi komputer, hal ini dapat
dilihat dari beberapa film-film dan acara di televisi, internet dan lain-lain yang selalu
memberikan contoh yang sangat baik dari proses post modern ini.
pada masa ini, aspek suatu gaya memberikan makna yang cukup berbeda jika
dibandingkan dengan fitur gaya dari yang lain. artinya, pada masa ini terdapat banyak
sekali model-model gaya yang dapat dibedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang
lainya. contohnya kombinasi dari Doc Martens mengenai gaun musim panas yang
dikenakan oleh gadis-gadis.
Di masa ini, sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang fiksi, terutama dalam
film dan reality yang ditayangkan di TV atau majalah selebriti. Seperti yang ada dalam
film The Matrix,Blade Runner atau film fiksi lainya . “Apakah itu manusia sungguhan
atau buatan ‘?
Budaya yang telah ada sejak lama, pada masa ini mudah sekali terkikis dengan budaya-
budaya yang baru.
Warisan social : warisan sosial mengandung arti bahwa budaya adalah pemberian suatu
hasil akumulasi berbagai macam interaksi tatanan sosial dimasa lalu kepada generasi
setelahnya untuk kemudian berulang seperti sebuah siklus. Siklus itu hanya akan terputus
jika budaya (warisan) itu tidak lagi diulang oleh generasi selanjutnya. Jadi artinya budaya
akan terus menjadi sebuah warisan, jika masyarakat (faktor sosial) terus
menggunakannya sebagai bagian dari keterinteraksian antar mereka.
Budaya adalah sebuah warisan sosial juga adalah segala sesuatu yang tercipta atau
dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lalu dan kemudian
melalui waktu hingga sampai di masa selanjutnya. Pemberian itu kemudian diulang
sebagai sebuah tradisi yang sebagian berasal dari warisan masa lalu oleh generasi
sekarang.
contoh adalah bagaimana dulu tarian adat daerah provinsi Lampung itu hanya
bisa dilihat diacara tertentu seperti acara adat, acara pernikahan, atau acara besar
penyambutan tamu agung dan biasanya dimainkan oleh masyarakat pribumi. Namun
seiring dengan upaya pelestarian warisan budaya, kini banyak berdiri sanggar-sanggar
maupun komunitas tari Lampung. Tarian Lampung kini bisa dilihat diacara-acara yang
lebih umum seperti pameran kebudayaan atau acara anak-anak muda Lampung (Salah
satunya di tempat saya tinggal, yaitu Asrama Mahasiswa Lampung –Bandung) atau
dijadikan program kebudayaan oleh Pemerintah Daerah Lampung.
Namun yang menarik adalah bahwa kini tarian Lampung tidak hanya dimainkan oleh
orang pribumi saja, tapi orang-orang pendatang (bukan pribumi) bahkan terdapat
modifikasi gerak tari dan musik yang memasukkan unsur modern kedalamnya sehingga
tidak lagi sama seperti warisan leluhurnya. Kemudian, kita bisa temukan tarian itu tidak
hanya di daerah asalnya, yaitu Lampung tapi bisa dari tempat lain.
Hal ini membuktikan bahwa tarian yang merupakan warisan masa lalu (leluhur)
itu turun temurun diulang oleh generasi selanjutnya. Kendati mengalami modifikasi dan
akulturasi, warisan itu tetap ada hingga sekarang, karena selalu ada interaksi oleh
masyarakat yang mempertahankannya sebagai sebuah tradisi dan seni.
Deviasi situasional :
Deviasi jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional/sosial
diluar individu atau oleh pengaruh situasi,dimana pribadi yang bersangkutan menjadi
bagian integral dari dirinya.
Situasi dan kondisi sosial atau sosiokultural yang selalu berulang-ulang dan terus-
menerus akan mengkondisionisasi dan memperkuat deviasi-deviasi sehingga kumulatif
sifatnya. Deviasi sosial yang kumulatif itu merupakan produk dari konflik cultural yaitu
produk dari periode-periode dengan banyak konflik cultural. Konflik budaya atau cultural
ini dapat diartikan sebagai:
a. Konflik antara individu dengan masyarakat.
b. Konflik antara nilai-nilai dan praktik-praktik dari atau lebih kelompok-kelompok
sosial.
c. Konflik-konflik introjeksi yang berlangsung dalam diri seorang yang hidup dalam
lingkungan sosial penuh dengan nilai dan norma-norma yang bertentangan.
Apabila tingkah laku menyimpang ini berlangsung secara meluas dalam masyarakat,
maka dapat menyebabkan deviasi situasional kumulatif. Berikut beberapa contoh deviasi
situasional :
a. Kebudayaan korupsi.
b. Pemberontakan anak remaja.
c. Adolescent revolt.
d. Deviasi-deviasi seksual disebabkan oleh penundaan saat perkawinan jauh sesudah
kematangan biologis serta pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan banyak disimulasi
oleh rangsangan-rangsangan dari film “biru”, buku-buku porno dan tingkah laku yang
asusila.
e. Peristiwa homoseksual yang banyak terjadi dikalangan narapidana di penjara-
penjara.
Deviasi sistemik :
Deviasi sistematik pada hakikatnya adalah satu subkultur atau satu sistem tingkah laku
yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, rasa
kebanggaan, norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum.
Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang dari norma umum, kemudian
dirasionalisasi atau dibenarkan oleh semua anggota kelompok dengan pola yang
menyimpang itu. Sehingga penyimpangan tingkah laku deviasi-deviasi itu berubah
menjadi deviasi yang terorganisasi atau deviasi sitematik. Pada umumnya, kelompok-
kelompok deviasi itu mempunyai peraturan-peraturan yang sangat ketat, sangsi, dan
hukum-hukum yang sangat berat yang diperlukan untuk bisa menegakkan konformitas
dan kepatuhan anggota-anggotanya.
Kelompok-kelompok deviasi itu pada umumnya memiliki pola organisasi yang unik,
kode-kode etik, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang aneh untuk menegakkan
gengsi dan status sosialnya. Biasanya organisasi-organisasi demikian merupakan pecahan
organisasi induknya, yang kemudian menyimpang dari pola aslinya, karena alasan-alasan
menolak kebekuan dalam organisasi induknya.
Proses perpecahan atau pembelahan semacam ini tidak hanya berlangsung pada
organisasi-organisasi saja, akan tetapi juga berlangsung disegenap lapisan masyarakat.
Penyebab deviasi sistematik, yaitu :
a. Kesulitan untuk berkomunikasi.
b. Tidak adanya urgensi serta kurangnya motivasi untuk mengorganisasi diri.
Selain macam deviasi diatas, terdapat macam deviasi yang lain berdasarkan sifatnya,
yaitu :
a. Deviasi Postif, adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap
sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya
wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena
sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat
yang memunculkan wanita karier.
b. Deviasi Negatif, adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial
yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
· Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah
penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak
berulang-ulang.
· Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah
perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah
serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan
selalu pulang dalam keadaan mabuk
ANTROPOLOGI
kelompok 4
nama kelompok:
Cerial aprilita
Viky ardiansyah
Halimatus sa’diyah
Jepry agung s
Jerry raka siwi