Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASITOLOGI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA :

1. Septina Indri (1913351010) 7. Reni Apriliani (1913351017)


2. Dela Astriyani (1913351011) 8. Erlayen Kris.P (1913351035)
3. Diva Amalia.A (1913351012) 9. Fidela Valeska (1913351045)
4. Helen Marta Boy.T (1913351014) 10.Sipti Wulandari (1913351046)
5. Wilda Nindia.P (1913351014) 11.Yaumilia Fashliani (1913351049)
6. Dwi Tyas Hartami (1913351016)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKNGAN

POLTEKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2019/2020

1
Lembar Pengesahan
Laporan praktikum Parasitologi ini ditujukan sebagai persyaratan dalam mengikuti
ujian akhir semester (UAS) pada mata kuliah praktik Parasitologi Lingkungan
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjung Karang
Tahun Ajaran 2019/2020.

Bandar Lampung,20 April 2020

Mata Kuliah Parasitologi Lingkungan Kepala Sub Unit Penunjang

Prayudi Yushantara, SKM.,MKM dr.Ferizal Masra,SKM.,M.Kes

NIP. 197010061994011001 NIP.196412071987031006

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktikum Parasitologi Lingkungan ini ditujukkan sebagai persyaratan


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS), Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.

Menyetujui,
Pembimbing Praktikum

Tati Baina Gultom, M.Si


NIP.198707082010012009

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir pratikum Parasitologi
Lingkungan. .

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir pratikum ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segiisi, penulisan maupun kata-kata yang kami
gunakan.

Dengan selesainya laporan akhir pratikum ini, kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah membimbing kami,serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses kami menyusun laporan ini. Akhirnya, tiada gading yang tak
retak,kami sangat menyadari bahwa isi laporan ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran kami perlukan untuk perbaikan laporan

Semoga laporan ini dapat memenuh isyarat kami untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) kami dalam matakuliah Parasitologi Lingkungan dan apa bila
terdapat kesalahan kami mohon maaf. Kami sangat menerima kritik dan saran dari
pembaca.

Bandar Lampung,

Penulis,

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR…………….. .......................................................... iv
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………v
Pratikum I pengenalan mikroskop…………………………………………..6
Pratikum II pengamatan preparat cacing…………………………………...14
Pratikum III pembuatan preparat malaria ................………………………20
Pratikum IV pengamatan preparat malaria................................................. 27
Pratikum V pemeriksaan telur cacing pada fases ....................................... 33
Praktikum VI pemeriksaan parasit pada air bersih………………………....39
Praktikum VII pemeriksaan parasit pada makanan………………………...54
Praktikum VIII pemeriksaan parasit pada tanah…………………………...64

5
PRAKTIKUM I
MIKROSKOP

Judul : Pengenalan Alat Mikroskop


Hari/tanggal : Kamis, 16 Januari 2020
Waktu : 15.30 – 16.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan : 1. Mengetahui bagian bagian dari mikroskop serta fungsinya
2. Memahami cara kerja mikroskop serta meminimalis ir kesalahan
dalam penggunaan alat.

A. Landasan Teori
Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan di laboratorium mikrobiologi.
Dengan bantuan mikroskop kita dapat mengamati bakteri yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroskop berfungsi untuk membesarkan benda yang
dilihat sehingga memudahkan kita untuk mengamati benda yang renik.
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita untuk mengamati
objek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil, (Widyatmoko, 2008).

Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek (1632-1723)


yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop yang masing-masing terdiri atas
lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan dan
perak. Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat dicapainya hanyalah 200-300
kali, mikroskop ini sedikit sekali persamaannya dengan mikroskop cahaya
majemuk yang ada sekarang (Purba, 1999).

6
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa
cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat
dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang
berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar,yang disebut
gagang putar (Volk, 1984).

Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan dilaboratorium mikrobiologi.


Dengan bantuan mikroskop kita dapat mengamati bakteri yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroskop berfungsi untuk membesarkan benda yang
dilihat sehingga memudahkan kita untuk mengamati benda yang renik.
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita untuk mengamati
objek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil (Widyatmoko, 2008).

Ketika Robert Hooke, orang inggris yang biasa melakukan eksperimen diabad
XVII, memeriksa gabus dibawah kaca pembesar ,kelihatannya ia terdiri dari
kompartemen-kompartemen yang persis sama seperti kompartemen sarang lebah
atau sel-sel sebuah penjara. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kalau ia menyebut
kompartemen tumbuhan ini dengan istilah sel. Penyelidik-penyelidik selanjutnya
terkesan oleh dinding yang kuatdan tebal dari sel tumbuh-tumbuhan. Mereka juga
terkesan oleh fakta bahwa, walaupun beberapa sel tampak terisi sesuatu, beberapa
sel lain kelihatan kosong. Oleh karena itu, mereka dapat berpendapat bahwa
dinding sel merupakan suatu yang penting. Mereka tidak menyadari bahwa jika
sel tertentu kelihatan kosong ketika dilihat melalui mikroskop, tak lain hanyalah
karena isinya telah keluar ketika sel itu sedang disiapkan untuk pemeriksaan
mikroskopik. Kemudian diketahui bahwa sel juga dapat ditemukan padahewan,
tetapi ahli-ahli biologi pada waktu itu tidak menduga tentang luasnya distribusi
dan pentingnya sel-sel itu (Clark, 2007).

7
Baru pada abad XIX para ilmuwan menyadari arti sebenarnya dari sel. Dari tahun
1838 sampai tahun 1939, 2 orang ahli fisologi jerman,Theodor Schwan dan
Matthias Jakob Schleiden, masing-masing bekerja secara sendiri-sendiri
mengajukan suatu teori sel yang baru dan revolusioner. Mereka menganggap
bahwa makhluk hidup dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
hampir sepenuhnya tesusun dari sel dan bahwa sel-sel ini memainkan peranan-
peranan penting dalam semua kegiatan hidup, kemudian diketahui bahwa tidak
hanya tubuh hewan dan tumbuh-tumbuhan saja yang lebih tinggi terdiri dari
banyak sel, akan tetapi setiap makhluk hidup berasal dari perkembangan satu sel
tunggal (Clark,2007).

Sel beraneka ragam bentuk maupun ukurannya. Pada umumnya sel berukuran
sangat kecil atau mikroskopik. Sel mulai dikenal sejak ditemukannya mikroskop.
Berdasarkan ada atau tidaknya membran inti, sel dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu prokariotik merupakan sel yang memiliki membran inti dan
eukariotik adalah sel yang memiliki membran inti (Clark, 2007).

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


Mikroskop

C. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
b. Nyalakan mikroskop dengan cara menyambungkan kabel mikroskop ke aliran
listrik,
c. Tekan tombol power (on-off) untuk menyalakan mikroskop,
d. Letakkan preparat diatas meja mikroskop,
e. Atur lensa objektif sesuai dengan objek yang akan diamati,

8
f. Pastikan cahaya sesuai dengan mata dan preparat,
g. Mengatur jarak mata dengan lensa okuler dan melakukan mulai pengamatan,
h. Putar pengatur fokus lantai untuk menemukan titik yang akan diamati,
i. Putar pengatur fokus halus untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas,
j. Lalu amati dan mendokumentasikan hasil pengamatan,
k. Setelah selesai menggunakan mikroskop matikan dengan menekan tombol off,
l. Melepaskan aliran kabel dari aliran listrik.

D. Hasil Pengamatan
Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan yang dapat dilihat pada
gambar berikut :

9
fungsi-fungsi dari bagian mikroskop, yaitu:

a. Lensa objektif
lensa yang letaknya dekat dengan objek yang diamati. Lensa ini dapat
memperbesar objek yang bervariasi antara 10x sampai10x.
b. Lensa okuler
Lensa okuler dapat memperbesar objek antara 5x sampai 10x, bergantung jenis
mikroskopnya. Karena mikroskop ini menggunakan dua buah lensa maka
bayangan benda yang diamati dengan mikroskop pada dasarnya mengalami dua
kali perbesaran.
c. Cermin
Pada mikroskop yang baik, biasanya terdapat dua macam cermin, yaitu cermin
datar dan cermin cekung. Cermin datar digunakan apabila sumber cahaya yang
tersedia cukup, sedangkan cermin cekung digunakan apabila sumber cahaya yang
tersedia kurang memadai.
d. Kondensor dan Difragma
Pada mikroskop terdapat kondensor dan diafragma yang berfungsi mengatur
kekuatan cahaya. Dengan mengatur kondensor dan diafragma, maka dapat
melihat objek yang diamati dengan baik.
e. Revolver
Merupakan bagian yang dapat diputar untuk memilih lensa objektif yang akan
digunakan. Pada revolver melekat beberapa lensa objektif.
f. Tubus
bagian yang menghubungkan lensa objektif dengan lensa okuler.
g. Meja Objek dan Penjepit Objek
Meja objek digunakan untuk menyimpan objek yang akan diamati, sedangkan
penjepit objek untuk menjepit tempat objek yang diamati.
h. Lengan
digunakan untuk memegang dan memindahkan mikroskop, selain itu merupakan
penyangga bagian optic.

10
i. Makrometer dan Mikrometer;
Berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tubus secara kasar dan halus.

E. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini pengenalan alat lebih difokuskan pada alat yang
digunakan untuk melihat mahluk mahluk mikroskopik yaitu Mikroskop.
Mikroskop dapat membantu kita melihat benda-benda yang sangat kecil sehingga
dapat terlihat oleh kita.Mikroskop cahaya dan mikroskop elektron memiliki
manfaat yang sangat penting. Mikroskop cahaya merupakan suatu alat yang
mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non optik
yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan
transparan.Mikroskop cahaya mempunyai keuntungan yaitu hemat terhadap
penggunaan listrik.

Daya pisah adalah kemampuan mikroskop untuk secara jelas dan terpisah dalam
membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat sebagai
satu titik dan dikatakan sebagai jarak terkecil diantara dua titik yang terlihat
sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang membedakan mikroskop
canggih dari mikroskop cahaya.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil yaitu,
mikroskop terdiriatas bagian-bagian yang masing-masing bagian tersebut
mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan yang bersifat maya dan tegak. Lensa objektif berfungsi untuk mengatur
pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Kondensor berfungsi
untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk menaikkan dan
menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya yang masuk
atau dapat memperjelas cahaya yang akan datang. Tubuh mikroskop berfungsi
untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa objektif dengan lensa
okuler. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat
fokusnya secara kasar dan jelas.Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak

11
okuler sehingga tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai tempat
lensa objektif. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.

Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak


goyang.Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor
terhadap preparat. Pemegang(lengan) berfungsi untuk memegang mikroskop.
Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk dalam mikroskop.Kaki atau
dasar berfungsi untuk memper kokoh kedudukan mikroskop.Dalam cara
perawatan mikroskop pada prinsipnya kita harusberhati-hati agar mikroskop
dapat digunakan dengan baik.

F. Kesimpulan

Percobaan yang telah dilakukan menghasilakan kesimpulan sebagai berikut :


1. Bagian-bagian dari mikroskop memiliki berbafai macam fungsi. Fungsi dan
kegunaan mikroskop adalah untuk melakukan atau melihat mahluk
mikroskopik yang tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung,
2. Berdsarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
setiap proses pengamatan dengan mikroskop harus berhati-hati agar mendapat
hasil yang maksimal dan tidak merusak mikroskop yang digunakan.

12
.
DAFTAR PUSTAKA

Clark, L George. 2007. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 5.PT. Widyadara


:Yogyakarta.

Purba, M dan kawan-kawan. 1999. Kimia. Erlangga. Jakarta.

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Widyatmoko, Arif. 2008. Mengenal Laboratorium Biologi.Erlangga : Jakarta

13
PRAKTIKUM II

PREPARAT CACING

Judul : Pengamatan Preparat Cacing

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Januari 2020

Waktu : Pukul 15.30-16.30 WIB

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Tujuan : a. Mahasiswa dapat mengamati preparat cacing dengan baik dan


benar

b. Mahasiswa mengetahui perbesaran mikroskop cahaya untuk


mengamati preparat.

A. Tinjauan Pustaka

Preparat adalah sample spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada


permukaan gelas objek atau slides dengan atau tanpa pewarnaan yang
selanjutnya dapat diamati dibawah mikroskop. Terdapat berbagai macam
preparat yang diamati dengan menggunakan mikroskop. Preparat dapat
dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan daya tahan preparat dan berdasarkan
metode pembuatan (Li Partic. 2008).

Preparat ada 2 macam yaitu preparat awetan dan preparat basah. Preparat
awetan dikerjakan pada waktu melakukan praktikum mikroteknik tumbuhan dan
preparat yang dihasilkan dapat disimpan cukup lama. Preparat basah dilakukan
pada waktu praktikum struktur mikroorganisme dan preparat yang dihasilkan
tidak dapat tersimpan lama (Volk dan Margareth,1998)

14
Preparat dapat berupa preparat kering atau basah yang berupa sayatan atau
tanpa sayatan. Preparat segar atau preparat basah adalah preparat yang dibuat
secara langsung tanpa pengawetan. Preparat basah berupa objek hidup yang
akan diamati dan biasanya hanya untuk satu kali pengamatan. Preparat awetan
atau preparat kering adalah objek yang sudah diawetkan, preparat kering dapat
digunakan berkali kali. Preparat segar atau basah adalah objek hidup yang akan
diamati dan biasanya hanya untuk satu kali pengamatan. (kiki,2011)

Preparat cacing adalah preparat yang sample nya berupa telur cacing maupun
cacing dewasa yang didapat lewat muntahan atau feales. Ascaris lumbricoides
atau yang disebut cacing gelang merupakan salah satu infeksi cacing yang
paling umum pada manusia.

B. Alat dan Bahan


a. Alat
 Mikroskop
 Objek glass

b. Bahan
 Preparat cacing

C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Menyambungkan kabel mikroskop ke aliran listrik,
3. Menghidupkan mikroskop dengan menekan tombol on/off,
4. Meletakan preparat diatas meja Preparat,
5. Mengatur preparat dengan menggeser preparat agar terkena cahaya lampu,
6. Pilih ukuran lensa objektif dengan revolver,
7. Mengatur cahya agar mengenai preparat,

15
8. Mengatur jarak antara meja preparat dengan lensa objektif bertemu dengan
lapangan bayang,
9. Jika sudah bertemu dengan lapangan bayang, haluskan pemutar kasar lalu
fokuskan lagi agar lebih jelas dengan pemutar halus,
10. Bila sudah terlihat jelas, maka selanjutnya diamati,
11. Mendokumentasikan hasil pengamatan,
12. Bila sudah selasai menggaunakan mematikan mikroskop dengan tombol off,
13. Melepaskan aliran kabel mikroskop dari aliran listrik.

D. Hasil Pengamatan

16
E. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini, praktikan mengamati preparat kering. Dalam


pengamatannya menggunakan mikroskop. Pertama-tama pencahayaan dan
kondensor atau atur lensa objektif keposisi 10 kali untuk mencari lapang
pandang. Mencari lapang pandang sangat diperlukan untuk memudahkan dalam
pekerjaan mencari perbesaran yang lebih besar pada objek. Untuk lebih
memfokuskan bayangan objek, maka diputar micrometer dan micrometer scrup.
Kemudian setelah perbesaran 10 kali untuk mencari lapang pandang.
Micrometer scrub untuk lebih memperjelas fokus bayangan. Dalam pengamatan
praktikum kali ini praktikan mengamati preparat cacing.

F. Kesimpulan

Jadi dari hasil praktikum tentang pengamatan preparat cacing pada mikroskop
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Preparat cacing adalah objek yang diamati oleh mikroskop. Preparat dapat
berupa preparat kering atau basah yang berupa sayatan atau tanpa sayatan.
Preparat segara atau basah adalah preparat yang dibuat secara langsung
tanpa pengawetan. Preparat basah berupa objek yang akan diamati dan
biasanya hanya untuk satu kali pengamatan.
2. Preparat cacing adalah preparat yang sampelnya berupa telur cacing maupun
cacing dewasa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Partic, Li. 2008. Media Pertumbuhan Mikroorganisme.


http://dunia-mikro.com/id. 29 Oktober 2012.

Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler.1998.Mikrobiologi Dasar Jilid I. New


York: Wesky-Publishing Company.

Kiki. 2011. Pembuatanpreparatmicroskopis. University press.IKIP.surabaya

18
Lampiran

Proses pengecekan preparat cacing pada mikroskop

Hasil pengamatan oleh mikroskop

19
PRAKTIKUM III
PEMBUATAN PREPARAT MALARIA

Judul : Pembuatan Preparat Malaria

Hari,tanggal : Kamis,23 januari 2020

Waktu : 15.30 – 16.30

Tempat : Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Untuk mengetahui apakah seseorang terkena Malaria atau tidak

2.Mahasiswa dapat membuat preparat malaria

A. Tinjauan Pustaka

Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan


nyamuk anopheles betina. dikenal 5 macam spesies yaitu : Plasmodium
falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium Malariae dan
Plasmodium knowlesi, parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak
dilaporkan di Indonesia (ilham oetama,2018)

Penyebab malaria adalah adanya parasit malaria yang masuk kedalam darah.
ukuran parasit tersebut sangat kecil dan hanya dapat dilihat menggunakan alat
bantuan yaitu mikroskop untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah
penderita, perlu dibuat sediaan darah malaria (SD) selanjutnya diwarnai dengan
pewarnaan giemsa. SD tetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop
menggunakan lensa objektif 100X. jika ditemukan parasit pada pemeriksaan,
penderita dinyatakan positif malaria. (Vanesya Sitohong,2017)

20
Rapid diagnostic test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang
digunakan untuk mendiagnosa penyakit malaria tes ini berdasarkan deteksi
antigen parasit malaria di dalam darah dengan menggunakan prinsip
inmunchormatografit. paling sering digunakan untuk pengujian monoclonal
antibodies yang secara langsung menyerang antigen dari parasit tersebut
(soedarto,2011)

B. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Mikroskop 1. Larutan Giemsa
2. Auto Click dan Blood Lancet 2. Alcohol
3. Objek glass 3. Sampel (darah)
4. Botol semprot
5. Pipet tetes

C. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


2. Nyalakan Bunsen,
3. Mensterilkan objek glass menggunakan alkohol agar terbebas dari
lemak dan kotoran,
4. Memfiksasi objek glass dengan cara memanaskan objek glass di atas
nyala api Bunsen,
5. Membersihkan tangan pasien menggunakan alkohol agar tangan pasien
steril,
6. Mengambil sampel darah dengan menggunakan auto klik dengan
kedalaman jarum 3-5,
7. Meletakkan darah ke objek glass pada bagian tengah dan pinggirnya,

21
8. Meratakan darah yang tebal dan menarik salah satu sampel darah
lainnya dengan membentuk sudut 35 derajat sehingga terbentuk lapisan
darah tipis,
9. Tunggu hingga kering,
10. Setelah kering tetesi sampel darah dengan larutan giemsa sehingga
menutupi seluruh sampel,
11. Mendiamkan giemsa hingga 5 menit,
12. Membilas preparat dengan aquades hingga giemsa memudar,
13. Mengeringkan preparat dengan cara cara mengusap preparat dengan tisu
tanpa mengenai sampel,
14. Mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop.

D. Hasil Pengamatan

Hasil menunjukkan bahwa pasien tidak


terdeteksi menderitamalaria karena tidak
ditemukan parasit dalam darah.

22
E. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan preparat malaria menggunakan


metode rapid diagnostic test atau sediaan darah tebal dan tipis sediaan darah
tebal digunakan untuk mengetahui adanya atau tidak adanya parasit
sedangkan sediaan darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit
penyebab penyebab infeksi.

Pada saat sampel darah diletakkan di atas objek gas membentuk apusan darah
yang tidak terlalu tipis atau pun terlalu tebal karena jika terlalu tebal maka
saat pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat tidak jelas karena sel darah
tertumpuk penambahan larutan giemsa bertujuan untuk mewarnai darah
sehingga mudah dibedakan dan dapat terlihat jelas saat diamati waktu
penetesan larutan giemsa sebaiknya tidak terlalu lama dan tidak terlalu tebal
karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu pekat.

Pembilasan larutan giemsa dilakukan secara perlahan dengan aquades dan 3


langsung mengenai sampel darah karena dikawatirkan akan hilang akibat
pembilasan aquades secara langsung Adapun faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pembuatan preparat malaria yaitu pada saat pengambilan
sampel proses pergeseran darah pada objek glass dan pemberian warna larutan
giemsa yang berlebihan.

Pada preparat yang kami teliti tidak terdapat plasmodium malaria hal ini ini
Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tinggal di tempat bersih dan udara
yang tidak kotor pada saat pengamatan juga preparat yang diamati tidak
terlalu jelas dikarenakan pergeseran sampel darah tidak merata dan pemberian
larutan giemsa terlalu pekat sehingga menutupi sampel darah.

23
F. Kesimpulan
Jadi pada praktikum kali ini tentang preparat malaria dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam sampel darah yang diteliti orang tersebut tidak menderita malaria
karena tidak ditemukan parasit plasmodium
2. Pembuatan preparat malaria dilakukan melalui tahap pengambilan
sampel darah perlakuan pergeseran darah pada objek glass pewarnaan
larutan giemsa dan pengamatan dibawah mikroskop

24
DAFTAR PUSTAKA

Oetama Ilham,2018. BukuSaku Pelaksanaan Kasus malarian. Departemen Ilmu


Kedokteran Komunikasi FKUI. Jakarta

Sitohang Vanesya,2017. Pedoman Teknis Pemeriksaan Malaria. Universitas Jakarta.


Jakarta

Soedarto,2011. Malaria Refrensi Mutkhair Epidermilogi. Bandung

25
Lampiran

Proses pengambilan sampel darah Sampel darah yang akan diteliti

Proses pewarnaan sampel dengan gimsa hasil pewarnaan sampel

hasil yang dilihat dengan mikroskop

26
PRAKTIKUM IV

PENGAMATAN PREPARAT MALARIA

Judul : Pengamatan Preparat Malaria

Hari/tanggal : Kamis,30 Januari 2020

Waktu : 15.30 – 16.30 WIB

Tempat : LaboratoriumJurusanKesehatanLingkungan

Tujuan : 1. Agar dapat mengetahui preparat malaria dan dapat

mengidentifikasinya.

A. TinjauanPustaka

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Itali, yang arti nyamal :buruk
dan area : udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa. Rawa
yang mengeluarkan bau busuk.Berikut ini adalah merupakan definisi
penyakit malaria.Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah, infeksi malaria ini
memberikan gejala berupa demam, menggigil
anemia, dan splenomegaly.Dapat berlangsung akut ataupun
kronik.( PaulN. Harjanto, 2010 ).

27
ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu :
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertian/ vivaks.
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum.
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae
d. Plasmodium ovale, memberikan infeksi yang paling ringan, dapat sembuh
secara spontan tanpa pengobatan, dan merupakan penyebab malaria
ovale.Kompetensi tenaga mikroskopis dipengaruhi oleh proses seleksi atau
rekrutmen petugas yang tepat, pelaksanaan pelatihan yang baik atau memadai.
Adapun kualitas kinerjanya harus didukung oleh kompetensi mikroskopis
tersebut, system supernasi yang baik, alat dan reagen atau bahan yang
memenuhi standar kualitas, dan jaringan pendukung ( Support Net Work )
serta lingkungan kerja laboratorium yang baik ( Depkes RI, 2003 ).
Kemampuan dan kinerja mikroskopi santara lain dapat dinilai dengan
melakukan mekanisme ulang SD (cross check) yang dibutakan (blinded), atau
melalui supervise ditempat atau langsung oleh mikroskopis yang lebih ahli
dan dari tingkat yang lebih tinggi. Penilaian tersebut antara lain :ketersediaan
tenaga, alat, bahan, pelatihan ( frekuensi dan siapa yang melatih ). Pembuatan
sediaan darah atau SD ( dari persiapan alat dan bahan sampai dengan
pewarnaan ), hasil pemeriksaan, maupun lingkungan kerja ( DinkesKabupaten
Sumba Timur ).

B. AlatdanBahan
a. Alat
 Mikroskop,
 Objek Glass

28
b. Bahan
 Sampeldarahpositif malaria

C. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


2. Menyiapkan sampel darah yang teridentifikasi mengidap malaria,
3. Menambahkan imersi oil pada sampel preparat,
4. Mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop perbesaran 1000
Mengidentifikasi hasil pengamatan dan membandingkan hasil pengamatan
sesuai kategori plasmodium yang sesuai.

D. Hasil Praktikum

Hapusan Darah Tebal Hapusan Darah Tipis

E. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dalam mengamati preparat malaria, digunakan sediaan
darah tebal dan tipis.Sediaan darah tebal digunakan untuk mengetahui adaa

29
tau tidaknya parasit di dalam darah sedangkan sediaan darah tipis digunakan
untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.

Pada praktikum kali ini, preparat yang diamati teridentifikasi positif terdapat
penyebab malaria yang tergolong kedalam plasmodium vivax, hal ini
dibuktikan dengan adanya ciri-ciri plasmodium vivax, yaitu pigmen warna
menggumpal dan membesar serta berbentuk cincin dengan intiti
dakteratur.Plasmodium vivax ini paling sering ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina yang terinfeksi gigitan nyamuk kedalam darah
seseorang.Malaria jenis plasmodium vivax ini berpotensi mengancam jiwa
penderita.

Pada saat mengamati preparat menggunakan mikroskop, sebelumnya preparat


harus diberi imersi oil yang bertujuan untuk memperjelas objek dan
melindungi lensa mikroskop agar lensa tidak tergores. Proses pengamatan
hasil menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000 agar hasil yang
didapat terlihat lebih jelas dan teridentifikasi lebih akurat.

F. Kesimpulan
Jadi, pada praktikum kali ini tentang pengamatan preparat malaria dapat
disimpulkan bahwa preparat yang diamati positif teridentifikasi malaria jenis
plasmodium vivax dengan ciri-ciri yaitu pigmen warna menggumpal dan
memperbesar serta berbentuk cincin dengan inti tidak teratur.

30
DAFTAR PUSTAKA

Harijanto, P, N, Nugroho, Agung, Gunawan,A, Carta (ed). 2010. Malaria dari


Molekulerke Klinis. Jakarta :Penerbit Buku KEdokteran EGC.

Depkes RI, (2003). Diaknosis Malaria Namru.Yogyakarta.

Depkes Kabupaten Sumba Barat.Proyek Identifikasi Pemberantasan Malaria Empat


Provinsi Kawasan Timur Indonesia.Bantuan Global Fund ( Proyek IPM – 4 Global
Fond )

31
Lampiran

Sampel darah yang akan diteliti hasil yang dilihat dengan mikroskop

32
PRAKTIKUM V

Judul : Pemeriksaan telur cacing pada feses

Hari/Tanggal : Kamis,6 Februari 2020

Waktu : 15.30-16.30 WIB

Tempat :Labortorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan :Mengetahui pemeriksaan feses dengan metode apung (dengan


dan tanpa disetrifugasi ) serta metode modifikasi hara damori.

A. TinjauanPustaka

Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia.Penyakit


infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih tinggi
prevalensinya, terutama di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia.Hal ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditangani.Penyakit
infeksi yang disebabkan cacing itu dapat di karenakan di daerah tropis khususnya
Indonesia berada dalam posisi geografis dengan temperature serta kelembaban
yang cocok untuk berkembangnya cacing dengan baik (Kadarsan,2005).

Penyakit kecacingan adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya parasit


(berupa cacing) kedalam tubuh manusia.Jenis cacing yang sering ditemukan
menimbulkan infeksi adalah cacing gelang (Ascarislumbricoides), cacing cambuk
(Trichuristrichiura) dan cacing tambang (Necatoramericanus) yang ditularkan
melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis).

Penyakit kecacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


di Indonesia.Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur,
namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita danusia SD. Dari

33
penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60–70%. Penelitian di
beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan, kasus infeksi cacing gelang
(Ascarislumbricoides) sekitar 25–35% dan cacing cambuk (Trichuristrichiura)
65–75%. Risiko tertinggi terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan
defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan
bermain - main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki (Rusmanto,
2012).

B. Alat Dan Bahan


a) Alat
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Pipettetes
4. Cover glass
5. De gglass

b) Bahan
1. NaCl 33%
2. Feses
3. Label

C. Prosedur Kerja

1) Siapkan alat dan bahan


2) Masukan feses kedalam wadah seberat 10 gr
3) Kemudian,tambahkan larutan NACL
4) Aduk hingga feses dan larutan NACL tercampur dengan sempurna
5) Diamkan selama 4 jam hingga terjadi endapan

34
6) Ambil larutan feses dengan pipet tetes,lalu letakan diatas objek glass sedikit
saja ,lalu tutup dengan deg glass
7) Amati denganmikroskop

D. Hasil Pengamatan

E. Pembahasan

Pada pembahsan kali ini melakukan pemeriksaan telur cacing pada fases.Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui adanya telur dan larva cacing parasite dalam sampel
feses.selain itu,untuk mengetahui atau mendiagnosa adanya infeksi pada penderita
yang diperiksa fesesnya.pemeriksaan feses pada balita menggunakan metode apung.

Prinsip kerja metedo apung adalah sampel feses dicampur dengan NACL ,berat telur
dalam larutan tersebut menjadi lebih ringan.Sehingga telur mengapung kepermukaan
larutan dan dapat dikumpulkan

Berdasrkan praktikum yang telah kami lakukan,kami menemukan adanya telur cacing
pada balita tersebut

35
F. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan metode kali ini maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Hasil yang di dapat dari pemeriksaan metode apung adalah positif,yang


artinya ditemukan cacing dalam feses yang telah di periksa.Sehingga di
duga balita berumur 2 tahun tersebut terinfeksi cacing.
2. Prinsip kerja metode apung adalah dengan menggunakan berat jenis
telur,dimana larutan jenuh memiliki berat jenis yang lebih tinggi sehingga
menyebabkan telur cacing terapung.

36
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
FakultasKedokteran UI.

Kadarsan,S. 2005. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Maharani, Anggitha Putri, Liena Sofiana.2011. Validitas Metode Apung Pemeriksaan


Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar. Journal.

Onggowaluyo, Jangkung Samidjo. 2002. Parasitologi Medik I Helmintologi


Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku EGC.

Paniker, CK Jayaram, Sougata Ghosh. 2013. Paniker’s Textbookof Medical


Parasitology. Nepal: Jaypee Brother Medical Publishers.

Poernomo, J Gunawan, Magdalena, dkk. 2005. Atlas Helmintologi Kedokteran.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

37
Lampiran

Larutan NACL Proses penyampuran NACL dan feses

Hasil pengamatan oleh mikroskop

38
PRAKTIKUM VI

Judul : Uji Kualitas Air Bersih Dengan Metode MPN

Hari,tanggal : Rabu,31 Juli 2019

Waktu : 13.00 WIB – 15.40 WIIB

Tempat : Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mengetahui Cara Pengujian Air Bersih

2. Mengetahui Jenis Parasit yang terdapat Pada Air Bersih

A. Tinjauan Pustaka

Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan,bahkan air adalah sumber dari
kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap
mikroorganisme adalah untuk melangsungkan senyawa organic, menstabilkan
suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler.
Pemeriksaan air merupakan subtansi yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik
secara kuantitatif dan kualitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona,2007)

Air yang harus diminum adalah air yang sehat yang harus memenuhi persyaratan
Bakteriologi, kimia radioaktif dan fisik berdasarkan KepMenKes RI No :
907/MenKes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum, dimana untuk nilai Most probable Number (MPN) yaitu 0 / 100 ml
contoh air yang dianalisis (Depkes, 2002).

39
Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih,
air badan, air permadian umum, air kolam renang dan pemriksaan angka kuman
pada air PDAM. Ada 3 macam ragam yang digunakan dalam metode MPN yaitu :

1. Ragam I : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml. Untuk spesimen yang sudah diolah
atau angka kumannya diperkirakan rendah.
2. Ragam II : 5 x 10 ml, 5 x 1ml, 5 x 0,1 ml. Untuk spesimen yang belum diolah
atau yang angka kumannya diperkirakan tinggi. Kalau perlu penanaman dapat
dilanjutkan dengan 5 x 0,01 ml dan seterusnya.
3. Ragam III : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml x 0,1 ml .
Adalah ragam alternatif untuk ragam II, apabila jumlah tabung terbatas begitu
pula persedian media juga terbatas, cara pelaksanaannya seperti ragam II
(Soemarno, 2002).

Dalam metode MPN untuk air minum ada dua tahap pemeriksaan yaitu :

a) Tes Pendahuluan (Presumtive Test) Pemeriksaan pada tes pendahuluan


dengan menginokulasi pada media Lactose Broth dilihat ada tidaknya
pembentukan gas dalam tabung durham setelah di inkubasi selama 24 – 48
jam pada suhu 35ºC – 37ºC. Bila terdapat pembentukan gas tabung durham
maka tes air minum menurut KepMenKes RI No. :
907/MenKes/SK/VII/2002. bila setelah 48 jam Bioilmi Vol. 1 No. 1 Edisi
Agustus 2015 | 31 tidak terbentuk gas, hasil dinyatakan negatif dan tidak
perlu melakukan penegasan.
b) Tes Penegasan (Confirmatif Tes)
Pemeriksaan pada tes penegasan dengan penanaman pada media Brillian
Green Lactosa Bile Broth, dilihat ada tidaknya pembentukan gas dalam
tabung durham setelah diinkubasi selama 48 jam. Bila terbentuk gas dalam
tabung durham maka tes dinyatakan positif. Coliform merupakan suatu
kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran
dan kondisi yang tidak baik terhadap air, susu dan produk susu. Adanya

40
bakteri Coliform di dalam makanan dan minuman. Menunjukan adanya
mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan (Suriawiria, 1996).
c) Uji Pelengkap (Complete test)

Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni bakteri pada


medium agar dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
35˚C. agar yang digunakan adalah endo agar dan Eosin Metil Blue (EMB).
Pembenihan pada media agar ini mengakibatkan media agar menjadi bewarna
ungu tua dengan kemilau tembaga metalik dan membentuk koloni dengan
pusat gelap (Willey, 2008).

Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :

1. Coliform fekal, contoh : Escherichia coli, merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan dan manusia. Adanya Escherichia coli dalam air minum, hal ini
menunjukkan bahwa air minum yang dikomsumsi telah terkontaminasi oleh feses
manusia, oleh karena itu standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus
0/100 ml.

2. Coliform non fekal misalnya : Enterobakter aerogenes Bagi manusia air minum
ialah salah satu kebutuhan utama mengingat air sebagai faktor utama dalam
penularan penyakit khususnya dalam masyarakat, maka tujuan utama penyedian air
bersih atau air minum adalah untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh air
(Suriawira, 1996).

Dalam metode uji pelengkap dapat diidentifikasi jenis parasit yang terdapat dalam
air digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Coliform sebagai suatu
kelompok dicirikan sebagai bakteri bentuk batang, gram negatif, tidak membentuk
spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang mengfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35ºC (Widiyanti, 2004).

41
B. Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian
kualitas air bersih:

1. Alat

a. Tabung Reaksi i. Autoclave


b. Tabung Durham j. Lampu Bunsen
c. Gelas Beaker k. Inkubator
d. Spatula/Sendok Reagen l. Neraca Analitik
e. Batang Pengaduk m. Gelas Ukur
f. Bulb n. Ose
g. Pipet Ukur o. Cawan Arloji
h. Oven p.Mikroskop
q. Object Glass
2. Bahan
a. Sampel air i. Larutan A(cat Kristal violet
b. Medium brilliant green lactose bileborth (BGLB)
c. Medium lactose borth (LB) j. Larutan B (Morgan Iodo Iodin)
d. Aquadest k. Larytan C (Aseton Alkohol)
e. Label l. Larutan D (Satranin)
f. Korek m. ImersiOil
g. Spritus
h. Kapas

42
C. Prosedur kerja
1. Uji pendugaan
a. siapkan 9 tabung reaksi,3 untuk double strength (DS),3 untuk single
strength (SS,9ml),dan 3 SS untuk 9,9 ml.
b. masukkan tabung durham ke dalam masing-masing tabung reaksi dengan
posisi terbalik. Letakan di rak tabung reaksi
c. sterilkan alat-alat untuk pengambilan sampel seperti,pipet ukur,botol
sampel menggunakan oven dengan suhu 110-120ºC selama 15 menit
d. buat larutan LB untuk media DS sebanyak 3 tabung reaksi
perhitungan:
3 x 5ml =15ml 25 ml aquadest
13
Kebutuhan LB = × 25 × 2 (𝑑𝑜𝑢𝑏𝑙𝑒) = 0,65𝑚𝑙
1000

e. buat larutan LB untuk SS sebanyak 6 tabung reaksi dengan perhitugan:


3 tabung untuk 9 ml : 3 x 9=27 ml
3 tabung untuk 9,9 ml : 3 x 9,9=29,9 ml
Maka jumlah =56,7 ml 70 ml
13
Kebutuhan LB = 1000 × 70 𝑚𝑙 = 𝑜, 91 𝑔𝑟

f. panaskan media LB dengan aquadest sampai mendidih,tunggu agak


dingin, tuangkan kedalam masing-masing tabung yang sudah diberi label
(9,9=0,1, 9=1,5=5)
g. posisikan tabung durham terendam larutan dan tidak ada gelembung gas
yang terperangkap di dalamnya dengan cara membalik tabung reaksi
dengan keadan mulut tabung tertutup oleh jari tangan
h. tutup mulut tabung reaksi dengan kapas,masukan ke dalam autoclave
untuk sterilisasi dengan suhu 121ºC pada tekanan 15 psi selama 30menit
i. untuk menunggu sterilisasi media, ambil terlebih dahulu sampel air yang
akan diuji menggunakkan botol yang sudah disterilisai

43
j. buka kertas yang membungkus botol,lalu nyalakan bunse. pastikan
tangan sudah dibaluri alkohol dan mulut ditutup dengan masker
k. setelah itu alirkan air keran selama 2-3 menit dan flambir menggunakan
Bunsen. Flambir bibir botol lalu alirkan air melalui dinding botol. Setelah
terisi 3/4botol, lalu flambir kembali bibir botol dan tutup
l. angkat media LB yng telah disterilisasi tunggu agak dingin. Pastikan
meja kerja sudah disterilisasi menggunakan alkohol dan lampu Bunsen
dinyalakan
m. masukan sampel air sesuai dengan nomor label yang tertera pada tabung
reaksi menggunakan pipet ukur dan bulb
n. masukan 5 ml sampel kedalam tabung DS 5 ml
masukan 1 ml sampel kedalam tabung SS 9 ml masukan
0,1 ml sampel ke dalam tabung SS 9,9ml
o. lalu inkubasi di inkubator dengan suhu 35-37 derajat celcius selama 2 x
24 jam
p. amati tabung reaksi yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung
gas dan tabung durham terangkat menandakan hasil reaksi positif
sehingga diperlakukan untuk uji selanjutnya.

2. Uji Penegas
a. Siapkan18 tabung reaksi dan tabung durham sebanyak 2× hasil tabung
positif pada tes pendugaan. ( 1 set untuk E. Coli dan 1 set untuk
Coliform ).
b. Masukkan tabung durham ke dalam tabung reaksi dengan posisi
terbalik.
c. Buatlah larutan BGLB sesuai ketentuan pemakaian.BGLB dilarutkan
13,5 gram dalam 1 liter aquadest.
d. Panaskan larutan hingga mendidih, tunggu hingga terasa dingin
masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml dalam masing-
masing tabung, kemudian tutup menggunakan kapas.

44
e. Sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 30 menit
pada tekanan 15 atm.
f. Pindahkan hasil biakan pada media LB ke dalam tabung BGLB dengan
menggunakan batang ose sebanyak 3 kali / lebih pemindahan.
Lakukan sterilisasi batang ose menggunakan lampu Bunsen setiap kali
melakukan pemindahan.Serta pelambir tabung reaksi dan ditutup
kembali menggunakan kapas.
g. Inkubasi pada suhu 35-27oC selama 2x24 jam untuk pengujian
Coliform dan inkubasi pada suhu 44-45oC selama 1x24 jam untuk
pengujian E.Coli.
h. Amati tabung. Apakah positif / negatif.

Skema Kerja
Tes Pendugaan (media LB)
Sterilisasi alat, dan Flambir mulut
Siapkan alat
tangan, hidupkan kran, alirkan air
i.
dan bahan
lampu bunsen selama 2 menit

Flambir bibir botol, Isi ¾ botol


matikan bunsen, beri sampel dialirkan
label keterangan pada melalui dinding
botol botol

Perhitungan media LB

45
9,9 ml (0,1) 9 ml (1) 5 ml (5)

Single Strength Double Strength

Tes Penegasan

Siapkan j.tabung
reaksi dan Buat larutan BGLB,
k. durham Masukkan tabung
sebanyak 2x hasil reaksi ke tabung pindahkan ke 18
l.
tabung positif (1 set durham(posisi tabung
e-coli dan 1 set terbalik)
coliform)

Amati tabung durham


jika terdapat gelembung Inkubasi pada suhu Pindahkan hasil biakan pada
air,air berwarna 37⁰C selama 2x24 jam Lb ke tabung BGLB dengan
keruh,tabung durham untuk coliform, 40⁰C jarum ose(harus steril setiap
terangkat: tabung reaks selama 1x24 jam memindahkan media, flambir
positif untuk E-coli. tabung reaksi.

3. Uji Pelengkap
a. Siapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan,
b. Siapkan media yang telah diinkubasi selama 1x24 jam,
c. Ambil objevt galss lalu dilap menggunakan tissue dan alcohol agar bebas
lemak,kemudian difiksasi dengan Bunsen agar steril,

46
d. Ambil batang ose,lalu steril dengan Bunsen sampai berwarna merah,
e. Kemudian ambil sampel pada tabung reaksi yang positif dengan ose,lalu
goreskan tipis ke object glass,
f. Lalu fiksasi sampel agar melekat menggunakan Bunsen,
g. Beri cat gram A diteteskan ke sampel sampai menutupi permukaan
sampel,diamkan selama 2 menit,
h. Bilas dengan aquades,beri gram B dan diamkan selama 1 menit,
i. Bilas dengan aquades,beri gram C dan diamkan selama 30 detik ,
j. Bilas dengan aquades,beri gram D dan diamkan selama 30 detik,lalu bilas
dengan aquadest ,
k. Tiriskan agar air kering dan mikroskop tidak rusak,
l. Nyalakan Mikroskop dan amati sampel yang telah dibuattadi dengan
perbesaraan 1000 dan diberi imersioil,
m. Perhatiakan,dan amati kemudian identifikasi parasit samakan dengan
literatur.

D. Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan uji penduga
9 tabung reaksi positif

2. Hasil pengamatan uji penegas


Nama Hasil positif
0,1 1 5
Coliform +1 +1 +2
E.coli +2 +3 +3

3. Hasil pengamatan uji pelengkap

47
Coliform

Gambar disamping adalah hasil


pengamatan dari bentuk parasit
coliform yang berbentuk cocus
(bulat).

Gambar disamping
adalah bentuk parasit
E.coli yang berbentuk
bacillus (batang )

E. Pembahasan

Dalam pengujian mengenai kualitas air, dilakukan tiga tahap pengujian. Tahap
pertama yaitu uji pendugaan dengan menggunakan Laktose. Uji pendugaan ini
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gelembung pada media dalam
waktu 1x24 jam. Terbentuknya gelembung gas dalam tabung durham disebabkan

48
karena adanya mikroba pembentuk gas. Didukung sumber lain bahwa timbulnya
gas disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel
air dalam memfermentasikan Laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam.

Tahap kedua adalah uji penegasan. Dalam uji ini digunakan medium BGLB
(Brilliant Green Lactose Bile Broth). Hijau berlian yang terdapat pada uji
kepastian berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan
menggiatkan pertumbuhan bakteri golongan kolon dengan melihat ada atau
tidaknya gas sebelum 48 jam.

Kuantitas mikroba menunjukkan jumlah koloni yang mampu dibentuk oleh


mikroba tertentu. Pemeriksaan kualitas air dilakukan untuk mengetahui apakah
air tersebut layak untuk digunakan atau tidak dalam kehidupan sehari-hari.
Pemeriksaan ini menggunakan metode MPN. Metode perhitungan MPN
menggunakan media cair dalam reaksinya.

Tahap ketiga adalah uji pelengkap,yaitu uji yang bertujuan untuk mengetahui
identitas parasit yang terdapat dalam air yang akan diteliti. Dalam uji ini
dilakukan tahap pewarnaan dengan menggunakan gram A (Cat Kistal
Violet),gram B (Morgan Iodol Iodine),gram C (Aseton Alkohol),dan gram D
(Satranin).Kemudian, diamati dengan mikroskop pada perbesaran seribu dan
ditambah dengan imersioil,lalu identifikasi bentuk dari parasit yang diamati.

Sebelum dilakukan pengujian, pastikan semua alat yang digunakan telah


disterilisasikan terlebih dahulu. Sterilisasi ini bertujuan untuk membebaskan alat-
alat dari semua bentuk kehidupan mikroba. Seorang praktikan juga harus
menggunakan pelindung tubuh yang sesuai standar operasional agar tidak
terjangkit oleh bakteri yang di teliti.

F. Kesimpulan Dan Saran

49
Kesimpulan

1. Dengan metode MPN yang terdapat 3 uji yaitu uji penduga,uji penegas,dan
uji pelengkap sebagai pengidentifikasi jenis atau bnruk parasit yang terdpat
dalam air bersih tersebut.
2. Pada uji penduga didapat hasil positif sebanyak 9 tabung ,
- Pada uji penegas didapkan hasil positif Coliform sebanyak 4 tabung dan
E.coli sebanyak 8 tabung
3. Dan pada uji pelengkap didapat hsilpengamatan bentuk bakteri E.coli berupa
basil (batang) dan Coliform berupa cocus (bulat)

Saran

1. Seorang praktikan harus menggunakan pelindung tubuh seperti jas lab,


masker dan sarung tangan.
2. Alat yang digunakan harus steril seperti dioven terlebih dahulu.
3. Dalam pengamatan mikrobiologi air bersih / keran ini harus teliti agar dapat
membedakan hasil positif maupun negatif.

DAFTAR PUSTAKA

KepMenkes. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta.

50
Ramona,Y.,R.Kawuri,I.B.G.Darmayasa.2007.Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Umum.Laboratorium Jurusan Fakultas MIPA Universitas Udayana.JImbaran.

Soemarno. 2002. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik Akademi Analis Kesehatan
Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI.

Suriawira. U. 1996. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
Alumni Bandung.

Suriawira. U. 1995. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara


Mokrobiologi. Penerbit Alumni Bandung

Widyanti ni luh Putu Manik, dkk. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. (oneline).
(http:www//group.google .co.id/group/komunitas-Unsri/browse_tread. Diakses 14
Ferbruari 2007).

Willey, joanne M, Linda M. Sherwood, Christopher J (2008). Prescott, Harley, and


Klein’s Microbiology. New York : Mc Graw Hill, pp 272-274.

Lampiran

51
Pengambilan Pembuatan media
sampel air BGLB

Gram A,B,C,dan Proses pewarnaan media air positif coliform

D dan e.coli dengan gram A,B,C,dan D

52
Preparat yang telah Pemberian imersioil Proses pengamatan
diberi gram A,B,C,dan sebab akan dilihat dengan mikroskop
D yang siap diamati dengan perbesaran

dengan Mikroskop 1000

Dan pada bakteri E.coli


Terlihat pada gambar bakteri
berbentuk basil (batang).
Coliform berbentuk cocus ( bulat)

53
PRAKTIKUM VII

PEMERIKSAAN SALMONELA PADA MAKANAN

Judul : Permeriksaan salmonela Pada Makanan


Hari/tanggal : Kamis,27 februari 2020
Waktu : 15.00-17.00
Tempat : Laboratorium jurusan kesehatan lingkungan
Tujuan : 1.Untuk mengetahui cara memeriksa makanan
2.Mengetahui jenis parasit pada makanan

A. Tinjauan Pustaka
Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati,baik yang diolah maupun
yang tidak diolah,yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia,termasuk bahan tambahan pangan,bahan baku pangan dan
bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan atau pembuatan makanan
atau minuman. Dalam bahan pangan,tentu saja belum sepenuhnya steril dan
masih dimungkinkan terdapat suatu koloni bakteri.Oleh sebab itu,perlu dilakukan
pengujian bahan makanan. (Jutono,1980)

Salah satu bakteri patogen yang biasanya mengontaminasi makanan adalah


Salmonella. Pada tahun 2002 di Amerika Serikat dilaporkan 42 dari 563 (7,5%)
sampel daging sapi giling mengandung Salmonella, sedangkan di Kanada pada
tahun 1988 pernah dilaporkan sebanyak 15 dari 666 sampel karkas sapi positif
mengandung Salmonella (Jay et al., 2005).

Salmonella merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan penyakit


keracunan makanan di negara berkembang. Penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella disebut salmonellosis. Salmonellosis dibagi menjadi dua grup besar

54
yaitu non-typhoid salmonellosis atau gastroenteritis dan typhoid salmonellosis
atau demam enterik. Pada gastroenteritis infeksi bakteri terbatas pada epitelium
usus sedangkan pada demam enterik infeksi bakteri terjadi pada keseluruhan
sistem (Del Portillo, 2000).

Salmonella merupakan bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia dan hewan
lainnya. Habitat utama Salmonella adalah saluran usus hewan (burung, reptil,
hama tanaman) dan manusia. Salmonella juga terdapat di bagian tubuh yang lain
serta di udara terutama udara yang tercemar. Dalam studi di rumah pemotongan
babi, Kampelmacher menemukan Salmonella di limpa, hati, empedu, sendi, dan
feses (Jay et al., 2005).

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Tabung Reaksi 11. Neraca Analitik
2. Beaker Glass 12. Cawan Arloji
3. Sendok Reagen 13. Batang Ose
4. Batang pengaduk 14. Autoclave
5. Bulb 15. Kompor Listrik
6. Bunsen 16. Gelas Ukur
7. Pipet ukur 17. Inkubator
8. Mortar dan Alu 18. Mikroskop

b. Bahan

1. Media CSA 5. .media CSA


2. Daging Mentah 6. Aquadest
3. Spritus 7. Alkohol
4. Kapas 8. Tissue

55
C. Prosedur Kerja

a. Sterilisasi Alat
1. Siapkan alat yang akan disterilkan
2. Bungkus cawan petri,pipet ukur,gelas ukur,batang pengaduk,sendok
reagent,stamper menggunakan kertas buram
3. Setelah itu masukkan ke dalam oven selama 1-2 jam pada suhu 170⁰C -
180⁰C
4. Kemudian keluarkan dan dinginkan

b. Sterilisasi Aquadest
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan 5 tabung reaksi
3. Masukkan aquadest ke masing-masing tabung reaksi sebanyak 9 ml pada
5 tabung reaksi
4. Tutup tabung reaksi dengan kapas
5. Kemudian sterilkan ke dalam autocalve dengan suhu121⁰C tekanan 1 atm
selama 15 menit
6. Setelah itu keluarkan dan dinginkan

c. Preparasi sample daging sapi mentah


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memipet 9 ml aquadest dan memasukkannya ke dalam masing tabung
reaksi
3. Menimbang 5 gram daging
4. Setelah itu masukkan daging kedalam mortar
5. Haluskan daging

56
6. Masukkan daging yang telah halus kedalam glass beaker yang telah berisi
45 ml aquadest steril
7. Preparasi sampel daging telah selesai

d. Pembuatan larutan TSIA dan penanaman sampel


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Hitung dan timbang TSIA yang dibutuhkan,sesuai perhitungannya
65
gr TSIA =1000 x30ml=1,95 ml

3. Menimbang TSIA sebanyak 1,95 gr


4. Masukkan TSIA ke dalam glass beaker kemudian tambahkan aquadest 30
ml dan homogenkan
5. Memindahkan media TSIA ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 buah
masing-masing 5 ml TSIA
6. Memiringkan tabung reaksi yang berisi media TSIA dan tunggu hingga
menjadi agar
7. Menanam sampel makanan di atas permukaan media TSIA yang sudah
menjadi agar dengan cara mengoleskan sampel menggunakan jarum ose
lalu tusuk zig zag diatas permukaan
8. Menutup tabung reaksi dengan kapas
9. Inkubasi media di dalam inkubator dengan suhu 37 ⁰C selama 1x24 jam

e. Pembuatan larutan CSA dan penanaman sampel


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Hitung dan timbang CSA yang dibutuhkan,sesuai perhitungannya
63
gr TSIA =1000 x80ml=5,04 ml

3. Menimbang CSA sebanyak 5,04 gr


4. Masukkan CSA ke dalam glass beaker kemudian tambahkan aquadest 80
ml dan homogenkan
5. Memasak media CSA diatas komor listrik hingga mendidih

57
6. Setelah matang angkat media CSA dan pindahkan ke dalam cawan petri
sebanyak 5 buah(satu blanko) masing-masing 15 ml dan tunggu hingga
menjadi agar
7. Memiringkan tabung reaksi yang berisi media CSA dan tunggu hingga
menjadi agar
8. Menanam sampel makanan di atas permukaan media CSA yang sudah
menjadi agar dengan cara mengoleskan sampel menggunakan jarum ose
lalu tusuk zig zag diatas permukaan
9. Inkubasi media di dalam inkubator dengan suhu 37 ⁰C selama 1x24 jam

f. Pewarnaan gram
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil sampel yang positif dengan ose steril dan meletakkan di atas
permukaan preparat yang sudah disterilkan
3. Melakukan fiksasi yaitu dengan melewatkan olesan sampel di atas api
bunsen
4. Kemudian membubuhi larutan cat gram A (larutan cat kristal violet) 2-3
tetes pada permukaan preparat,diamkan 2 menit setelah itu cuci dengan air
mengalir dan keringkan
5. Membubuhi larutan cat gram B (larutan mordan logol iodin) 2-3 tetes
permukaan preparat,diamkan 1 menit setelah itu cuci dengan air mengalir
dan keringkan
6. Membubuhi larutan cat gram C 2-3 tetes permukaan preparat,diamkan 30
detik setelah itu cuci dengan air mengalir dan keringkan
7. Membubuhi larutan cat gram D (larutan safranin) 2-3 tetes permukaan
preparat,diamkan 30 detik setelah itu cuci dengan air mengalir dan
keringkan
8. Mengamati sampel pada mikroskop perbesaran 1000
9. Mencatat hasil pengamatan

58
D. Hasil pengamatan

Sampel yang megandung salmonella:


1. Sawi
Pada media TSIA,media berwarna hitam keruh yang menandakan sawi positif
salmonella
Pada media CSA,terdapat goresan sampel yang berwarna positif yang
menandakan positif salmonella
2. Cumi
Media TSIA,media berwarna merah dengan dasar berwarna kuning yang
menandakan positif salmonella
3. Daging dan telur
Tidak adanya tanda pada media yang menandakan positif salmonella

59
Hasil pada mikroskop salmonella sp

E. Pembahasan

Pengamatan pada sampel makanan kali ini yaitu cumi,sawi,telur,daging


mentah.praktikum ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat salmonella
atau tidak.salmonella sangan berbahaya bagi kesehatan .orang yang mengalami
infeksi bakteri salmonella mengalami gejala diare,muntah,demam,sakit
kepala,serta adanya darah dalam tinja.
Pada sampel makanan daging dan telur teridentifikasi negatif salmonella,tetapi
hal tersebut bisa saja terjadi karena beberapa hal yaitu:
1. Kondisi suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu hidupnya
2. Pada proses penanaman,sampel tidak tergores sempurna sehinggasampel dan
media agar pun sulit untuk di amati
Berdasarkan praktikum yang dilakukan,sampel cumi dan sawi yang teridentifikasi
positif salmonella tidak dapat dikonsumsi mentah sehingga jika ingin dikonsumsi
harus dicuci sampai bersih dan dimasak terlebih dahulu.

F. Kesimpulan

Jadi pada praktikum tentang pemeriksaan parasit salmonella pada sampel


makanan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sampel makanan yaitu daging dan telur negatif mengandung salmonella

60
2. Sampel makanan cumi dan sawi positif mengandung salmonella pada media
TSIA dan CSA
Makanan yang teridentifikasi mengandung salmonella tidak boleh dikonsumsi
secara mentah karena dapat mengganggu kesehatan

61
DAFTAR PUSTAKA

Del-Portillo, F. G. 2000. Moleculer and Celluler Biology of Salmonella Pathogenesis.


Di dalam Cary, J. W., J. E. Linz, dan D. Bhatnagar. Microbial Foodborne Disease:
Mechanisms of Pathogenesis and Toxin Synthesis. Techonomic Publishing
Company, Inc. Cancaster, Pennsylvania, USA.

Jay, J. M., M. J. Loessner, dan D. A. Golden. 2005. Modern Food Microbiology


Seventh Edition. Springer Science and Bussiness Media Inc., USA

Jutono,dkk.1980. pedoman praktikum mikrobiologi umum Yogyakarta:UGM press

62
Lampiran

Proses pendinginan sampel makanan Proses pendinginan sampel


makanan pada media TSIA

Bahan makanan yang Terdapat salmonella Terdapat salmonella


dicampur dengan TSIA pada petridish ini yang pada sampel ini
ditandai dengan adanya ditandai dengan
goresan putih adanya warna hitam
dibawah media TSIA

63
PRAKTIKUM VIII

PEMERIKSAAN PARASIT PADA TANAH

Judul : Parasitologi tanah

Hari,tanggal : Kamis, 27 Februari 2020

Waktu : 13.00-16.00 wib

Tempat : Laboratorium Sanitasi Lingkungan

Tujuan : Untuk mengetahui cara pengambilan sampel dan parasit


pada tanah

A. Tinjauan Pustaka

Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang komplek ,yang mengandung


berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai
proses vital bagi kehidupan terestial. Mikroba bersama – sama fauna tanah
melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum disebut aktivitas
biologi tanah. Peranannya yang penting dalam perombakan bahan organik dan
siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor sentral dalam
memelihara kesuburan dan produktivitas tanah ( Rasti Saraswati, 2007).

Tanah dihuni oleh bermacam macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup


organism sangat bervariasi,ada yang terdiri dari beberapa individu,akan tetapi
ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendiri yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organic dn

64
pendauran unsure hara. Dengan demikian,mereka mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik dan kimia tanah. (Anas,1989)

Cacing Trichuris dan Trichiura Vulpis dapat menyebabkan gangguan


kesehatan pada manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila
jumlahnya sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya
cacing ini. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini dinamakan trichuriasis
atau trichoephaliasis. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan
tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan
lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam
tanah(Slamet,2002).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Sand auger j. Autoclave
b. Cawan Petridis k. Tabung Reaksi
c. Kompor listrik l. Gelas Ukur
d. Beaker glass m. Inkubator
e. Batamg pengaduk n,Bulb
f. Pipet ukur o. Neraca Analitik
g. Bunsen p. Cawan Arloji
h. Sendok reagen q. Botol Semprot
i. Oven

2. Bahan
a. Media NA h. Alumunium
b. Media PDA i. Sampel Tanah
c. Aquades j. Kertas Buram
d. Alkohol 70% k.Larutan CH3COOH

65
e. Label m. Larutan NaOH
f. Kapas n.Kertas PH
g. Plastik sampling

C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
a. Menyiapkan alat dan bahan,
b. sampel tanah menggunakan auger dengan cara diputar agar
membentuk lubang,
c. Menggali hingga kedalaman 0-30 cm,
d. Mengambil secukupnya tanah yang akan diteliti lalu memasukannya
ke dalam plastik sampel yang steril.
2. Sterilisasi Alat dan Bahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu 8 cawan petri,
8 pipet ukur bervolume 1ml dan 5ml, gelas ukur 5ml, dan 1 cawan
arloji,
b. Membungkus alat-alat tersebut menggunakan kertas buram,
c. Memasukan alat-alat tersebut ke dalam oven dengan suhu 170o-180oc
selama 2 jam,
d. Mengeluarkan alat-alat dari oven dan mendinginkannya,
e. Mengambil aquades sebanyak 60ml lalu pipet aquades sebanyak 9ml
dan memasukannya kedalam tabung reaksi,
f. Menutup masing-masing tabung reaksi yang berisi aquades dengan
kapas,
g. Mensterilisasi tabung reaksi berisi aquades ke dalam autoclave
dengan suhu 121oc tekanan 1 atm selama 15 menit,
h. Mensterilisasi aquades sebanyak 99ml di dalam beaker glass dengan
perlakuan yang sama seperti di atas,
i. Mengeluarkan aquades steril dari autoclave dan mendinginkannya.

66
3. Membuat Media NA dan Media PDA
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
b. Membuat media NA dan PDA dengan perhitungan, 9,36gr PDA dan
4,8gr NA,
c. Menimbang media PDA dan NA sebanyak 9,36gr (PDA) dan 4,8gr
(NA),
d. Melarutkan media NA dan PDA masing-masing dengan penambahan
240ml aquades hingga larut sempurna,
e. Memanaskan media di atas kompor listrik hingga mendidih,
f. Mengangkat media setelah mendidih dan menutup media dengan
alumunium foil,
g. Mensterilkan media di dalam autoclave dengan suhu 121oc tekanan 1
atm selama 15 menit.

4. Preparasi Sampel
a. Menyiapkan alat dan bahan,
b. Menimbang sampel tanah sebanyak 1gr dengan menggunakan neraca
analitik,
c. Melarutkan sampel tanah ke dalam beaker glass dengan penambahan
aquades steril 99ml,
d. Menunggu hingga tanah mengendap,
e. Mengecek pH dengan indikator universal (kertas pH) dengan cara
mencelupkan kertas pH ke dalam larutan sampel tanah dan
mencocokan warnanya, apabila pH<7 maka sampel ditambahkan
larutan basa (NaOH), apabila pH >7 maka sampel ditambahkan
larutan asam (CH3COOH) hingga pH netral,
f. Jika pH larutan sampel netral, maka larutan sampel siap digunakan.

67
5. Pengenceran dan Penanaman Sampel
a. Menyiapkan alat dan bahan,
b. Menyiapkan 8 cawan petri yang sudah di sterilkan,
c. Memipet 1ml larutan sampel dan memasukannya ke dalam tabung
reaksi berlabel 10-2 lalu homogenkan,
d. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 -2 lalu memasukan ke dalam
tabung reaksi 10-3, homogenkan,
e. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 -3 lalu memasukan ke dalam
tabung reaksi 10-4, homogenkan,
f. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 -4 lalu memasukan ke dalam
tabung reaksi 10-5, homogenkan,
g. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 -5 lalu memasukan ke dalam
tabung reaksi 10-6, homogenkan,
h. Memipet 1ml dari tabung reaksi 10 -6 lalu memasukan ke dalam
tabung reaksi 10-7, homogenkan,
i. Melakukan semua tahap di atas di dekat api Bunsen,
j. Memipet 1ml dari 3 seri tabung pengenceran terakhir yaitu 10 -5, 10-6,
10-7 dan memasukannya ke masing masing 8 cawan petri,
k. Menuangkan media NA ke masing-masing 4 cawan petri berbeda
sebanyak 15ml,
l. Menuangkan media PDA ke masing-masing 4 cawan petri berbeda
sebanyak 15ml,
m. Melakukan flambir dan menghomogenkan membentuk angka 8 ,
n. Menunggu hingga media NA dan PDA dingin mengagar lalu
membungkus masing-masing cawan petri dengan kertas buram
o. Menginkubasi cawan lalu masukkan ke dalam inkubator dengan suhu
37oc selama 1x24 jam.

68
6. Pewarnaan Gram
a. Menyiapkan alat dan bahan,
b. Mengambil sampel tabung positif dengan ose steril dan meletakkan di
atas permukaan kaca arloji yang sudah disterilkan,
c. Melakukan fiksasi yaitu dengan cara melewatkan olesan sampel di
atas nyala api Bunsen,
d. Membunuh larutan cat gram A (larutan cat kristal violet) 2-3 tetes
pada permukaan preparat, diamkan 2 menit, cuci dengan air mengalir
dan keringkan,
e. Membubuhi larutan cat gram B (larutan mordan logol iodine) 2-3
tetes pada permukaan preparat, diamkan 1 menit lalu bilas dengan air
mengalir dan keringkan,
f. Membubuhi larutan gram C (peluntur aseton alkohol) 2-3 tetes pada
permukaan preparat, diamkan 30 detik lalu bilas dengan air mengalir
dan keringkan
g. Membubuhi larutan gram D (cat safronin) 2-3 tetes pada permukaan
preparat, diamkan 30 detik lalu bilas dengan air mengalir dan
keringkan,
h. Mengamati sampel preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran
1000 dan dilapisi dengan emersi oil,
i. Mencatat hasil pengamatan.

D. Hasil Praktikum
1. Media PDA
a. Cawan 10-4 :
41 koloni
b. Cawan 10-5 :
23 koloni

69
c. Cawan 10-6 :
15 koloni
d. Cawan blanko : 18 koloni

 Pengamatan koloni pada media PDA


- Tepi Koloni : Bergelembung
- Warna Koloni : Putih ke kuningan
- Bentuk Koloni : Bulat dan tidak beraturan
- Permukaan Koloni : Datar
- Jenis Koloni : Jamur

2. Media NA
a. Cawan 10-4 :
82 koloni
b. Cawan 10-5 :
41 koloni
c. Cawan 10-6 :
15 koloni
d. Cawan blanko : 14 koloni

 Pengamatan koloni pada media NA


- Tepi Koloni : Rata
- Warna Koloni : Putih
- Bentuk Koloni : Bulat dan tidak beraturan
- Permukaan Koloni : Datar
- Jenis Koloni : Jamur

 Perhitungan

Media PDA

Jumlah koloni : 41 × 10-4

= 41 × 104
= 4,1 × 105 koloni / gr

70
Jadi, jumlah koloni pada media PDA adalah 4,1 × 105 koloni / gr

Media NA

Pengenceran tertinggi
Jumlah koloni =
pengenceran terendah

41×10−5
=
82×10−4

4.100.000
= =5≤ 2
820.000

Jika hasil banding ≤ 2 maka hasil ang dilaporkan adalah pengenceran terendah

Maka, Jumlah koloni = 82 × 10-4

= 82 × 104

= 8,2 × 105 koloni / gr

Jadi, jumlah koloni pada media NA adalah = 8,2 × 105 koloni / gr

E. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, pengambilan sampel tahan dilakukan pada kedalaman
15cm. Karena tanah dalam keadaan tertentu kemungkinan besar lebih sedikit
terkontaminasi dibandingkan permukaan tanah. Dalam praktikum ini digunakan
media NA dan PDA pada proses penanaman media NA digunakan karena
merupakan media yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis bakteri sehingga
kemungkinan hasil koloni pada media NA akan lebih banyak dibandingkan media
PDA. Pada prosesnya,dilakukan teknik pengenceran secara berulang dari 10 -1
sampai 10-6 yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kerapatan mikroba pada
sampel agar hasil koloni dapat dihitung dengan tepat. Pada media PDA dihasilkan

71
koloni dengan tepi koloni bergelombang, bentuk bulat dan tidak beraturan..
Permukaan datar dan warna koloni putih. Pada media NA dihasilkan koloni
dengan tepi bergelembung.

Hasil pengamatan mikroskop, parasit jenis telur Taenia sp berwujud telur yang
dibungkus embriofor,yang bergaris-garis radial berukuran 30-40 × 20-30
mikro,berisi suatu embrio heksakan yang disebut ohkosfor. Telur yang baru
keluar dari uterus masih diseliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar teluar.

Parasit tanah lainnya yaitu parasit jenis telur enterobius vermicularic. Telur ini
berbentuk asimetris,tidak berwarna,mempunyai dinding yang tembus sinar dan
salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari 2
lapisan,yaitu lapisan luar berupa lapisan albuminous, tranlace, bersifat mekacal
protection di dalam telur terdapat di luarnya. Ukuran telur ini yaitu 50-60 milion x
70-90 milion ( rata-rata 55 x 36 milion )

F. Kesimpulan

Pada praktikum parasit pada tanah, dapat diambil kesimpulan bahwa media PDA
terdapat di Cawan 10-4 = 82 koloni,Cawan 10-5 = 41 koloni,Cawan 10-6=15
koloni,Cawan blanko = 14 koloni. Sehingga Media PDA

Jumlah koloni := 41 × 10-4

= 4,1 × 105 koloni / gr


Sedangkan, di Cawan 10 -4 = 82 koloni, Cawan 10-5 = 41 koloni, Cawan 10-6 =15
koloni, Cawan blanko = 14 koloni. Sehingga Media NA menjadi:
Jumlah koloni = 82 × 10-4
= 82 × 104
= 8,2 × 105 koloni / gr
Jadi, jumlah koloni pada media NA adalah = 8,2 × 105 koloni / gr

72
DAFAR PUSTAKA

Anas,I.1989. Biologi Tanah Dalam Praktik Direktorat Jendral Pendidikan


Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi,IPB : Bogor

Suriawiria, 2005, Laporan praktikum Tanah, di akses pada hari Kamis, 9 April
2020 pukul 18:05 WIB

Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan. Jogjakarta. Gadjah Mada University

73
Lampiran

Sampel tanah yang Sampel tanah Pengukuran pH tanah


akan diamati dilarutkan dengan dengan kertas pH
aquadest

Memasak media untuk Memasukan Proses pendinginan


meletakan sampel media kedalam media yang telah
tanah petridis dicampur sampel
tanah

74
Media setelah
diinkubasi dan telah
dihitung jumlah
bakteri didalm tanah

75

Anda mungkin juga menyukai