Anda di halaman 1dari 3

Kebohongan Kakak

Siang itu aku pulang dengan membawa lelah, tumit yang tersasa panas. Kusapa adikku
yang sedang ditemani oleh bibi. Kulepas sepatuku, ternyata sepatuku sudah bolong di bagian
tumit. “pantas saja panas,” gumamku sambil melepas kaus kakiku. Aku mengganti pakaianku
lalu segera aku mencari air untuk minum. Sambil mencari makanan aku mendengar suara adikku
menangis, dengan segera aku ke sana. Kulihat adikku menangis di pangkuan bibi.
“Dek Zurai, kok menangis?” tanyaku kepada bibi.
“mungkin dia lapar.” Katanya dengan suara lembut.

Keseharianku berjalan seperti biasa, tidak ada peristiwa menarik hari itu. Aku melihat
kakak Sabari berjalan menuju rumah. Baju kusam, celana kotor, wajah muram, hanya itu yang
kulihat dari kakakku. Saat sudah dekat, ia melihatku, wajahnya langsung berubah seratus delapan
puluh derajat. Ia menyapaku wajah yang gembira. Kak Sabari masuk ke rumah, dan langsung
menyapa adikku yang sudah mulai tenang, ia juga menyapa bibi. Ia langsung mengganti bajunya,
lalu mandi. Tak lama ia keluar dari kamar mandi.
“dek, sudah kakak siapkan air untukmu jika kamu ingin mandi.”,
“terima kasih kak” jawabku. Segera ku ambil baju gantiku, lalu aku mandi.

Setiap malam kakak tidak pernah lupa untuk menanyakanku tentang aktifitas hari itu.
“Bagaimana harimu, Badrun,” tanyanya padaku.
“Seperti biasanya kak, tidak ada yang istimewa hari ini,” jawabku sambil mengingat-
ingat.
“Benar nih, tidak ada ?” tanya kakak sambil sedikit tidak percaya.
“Oh iya kak, sepatuku bolong.” Kakak berpikir sejenak,
“tolong ambilkan sendal kakak yang ada di sana”
“Untuk apa kak?” sambil menyerahkan sendal kepada kakak.
“sekarang ambil sepatumu yang bolong.”
Kuberikan lagi kepadanya. Kakak hanya memasukkan sendalnya yang sudah rusak itu
kedalam sepatuku, supaya lobang itu tertutup. Aku terkejut akan kecerdikan kakak.
“Terima kasih kak!” seruku.

Keesokan harinya, kakak dan aku sudah siap berangkat ke sekolah. Kakak mengantarku
ke sekolah lalu ia pergi ke sekolahnnya. Hari ini ada ulangan matematika, tetapi kemarin aku
sudah mempersiapkan diri. Saat kulihat soal yang tertulis di kertas berwarna merah muda itu,
saya mulai mengerjakan, satu-persatu kujawab dengan teliti, dengan harapan mendapat nilai
bagus, dan bisa membanggakan kakak yang setiap malam mengajariku.
“Waktu tinggal sedikit, padahal masih ada 1 soal lagi” kataku dalam hati.
Untung saja soal itu tidak terlalu sulit.
Tidak lama lagi hari ulang tahunku, aku selalu meminta hal yang sama kepada kakak sepanjang
tahun.
“kak, untuk ulang tahunku kali ini, bolehkah aku mendapat kue kecil dan es krim ?”.
Kakak selalu mejawab dengan hal yang sama pula
“ya, tunggu saja.”.
Aku membayangkan kakakku yang selalu pulang dalam kondisi kelelahan. Selalu kupikirkan hal
yang sama “apa iya, sekolah kakak begitu melelahkan ?”.

Malam itu, kakak menanyakan tentang hariku.


“tadi ulanganya bagaimana, Badrun ? Sulit?”.
“Titak terlalu sulit kak, semua yang kakak ajarkan ada dalam soal ulangan tadi.”.
Kakak sepertinya mengingat sesuatu, lalu ia bergegas pergi menemui Zurai yang ternyata belum
tidur. Tak lama kakak kembali, lalu mengatakan bahwa ini sudah terlalu malam, dan seharusnya
kita sudah tidur.

Pagi itu Zurai menangis, sulit untuk menjadi diam. Dia menginginkan mainan ayam-
ayaman, aku sudah berusaha membujuk Zurai supaya diam, tapi tidak berhasil. Bibi
menggendong sambil berjalan mondar-mandir, juga tidak membuat Zurai tenang. Setelah kak
Sabari selesai mandi pagi itu, kak Sabari mengambil selembar kertas brosur bekas, dan
melipatnya menjadi burung flamingo. Kak Sabari menggerak-gerakkan burung flamingo kertas
itu di hadapan Zurai sambil berkata menirukan suara anak kecil,
“Hai Zurai, adik yang cantik, aku mau jadi temanmu, bolehkan ? jangan menangis lagi
ya.”
Akhirnya Zurai tersenyum kecil mengambil burung flamingo kertas dari tangan kak Sabari, dan
Zurai berhenti menangis.

Melihat kejadian itu aku semakin saying dan bersyukur punya kakak seperti kak sabari
yang selalu punya solusi untukku dan adikku Zurai, karena insiden kecil itu, aku haris terburu-
buru berangkat ke sekolah supaya tidak terlambat. Sesampainya aku di sekolah, Ibu wali kelas
membagikan hasil ulangan matematika kemarin. Ekspresi temanku bermacam-macam, ada yang
senang, ada yang sedih, ada yang cemberut, ada yang cuek, dan aku terbelalak, tersenyum lebar,
dan bersyukur, mengucapkan lirih “terima kasih, kak”. Tak sabar rasanya aku ingin segera
pulang untuk berbagi kebahagiaanku bersama kak Sabari dan Zurai. Lonceng tanda pulang
berbunyi. aku segera berlari ke halaman terus melaju menuju rumahku.

Kulihat Zurai bermain dengan flamingo kertasnya di depan pintu. Aku memeluknya dan
mencium kepalanya, sambil bertanya apakah dia sudah makan. Setelah aku selesai mengerjakan
semua tugas sekolah untuk besok, aku menunggu kakak. Jam 5 sore kakak datang, kulihat dari
jauh, aku lari menghampirinya, kupeluk tangan kakak, dan kuserahkan lembar jawab matematika
sambil berkata “terima kasih, kak.” Kak Sabari tersenyum bahagia dan mengusap rambut
kepalaku, melihat aku mendapat nilai 100. “terus semangat ya dik, kakak bangga padamu.”
Dengan terburu-buru kakak pergi sekolah hari itu, sehingga map kakak tertinggal di meja.
Aku berlari menyusul kakak, mengikutinya dari jauh karena aku ingin ke sekolah kakak. Tapi,
aku terkejut ketika kakak tidak menuju ke sekolah, tetapi berbelok ke pasar barang bekas. Kakak
langsung menuju ke WC umum,, dan keluar sudah berganti pakaian, kakak memasukan
seragamnya ke dalam tas, dan aku terus mengikutinya. Kakak berjalan ke salah satu kios buku
bekas yang berderet di sepanjang sisi itu. Kakak menyapa pak tua pemilik kios. Aku tidak bisa
menahan diri lagi, aku hampiri kakakku sambil menangis. Kak Sabari menceritakan semuanya,
kalau selama ini sebenarnya dia bekerja di kios itu, dan berhenti dari sekolah dan mencari
nafkah. “Kak Sabari ingin membiayai sekolah Badrun dan Zurai, adik-adik kakak. Kakak juga
ingin memberikan kue dan es krim sebagai hadiah ulang tahun Badrun minggu depan.”

“Terima kasih, kak, Badrun sayang kakak”


“Maafin kak Sabari ya, sudah membohongimu.”

Jordan Jonathan S.
9A/12

Anda mungkin juga menyukai