Anda di halaman 1dari 19

KONSELING – METODE BATHE

Insi Farisa Desy Arya

Pada modul ini akan di bahas mengenai batasan konseling, tujuan, tehnik

konseling dan langkah-langkah konseling dengan menggunakan metode BATHE.

1. Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu melakukan

konseling kepada klien dan keluarganya untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan.

1.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu:

a. Memahami tujuan konseling sebagai proses komunikasi dokter dan klien

b. Melakukan konseling dan pencegahan penyakit di tingkat individu dan

keluarga

c. Mengevaluasi hasil konseling yang telah dilakukan

2. Evaluasi

Modul Konseling 51


Memenuhi kriteria evaluasi berupa daftar tilik.

3. Konseling

Dalam menjalankan tugasnya, sebagai seorang dokter yang harus

membantu kliennya menjadi sehat dan tetap sehat serta membantu klien dalam

mengatasi penyakitnya terutama penyakit kronis, sangat dibutuhkan hubungan

dokter-klien (pasien) yang baik dan efektif. Membangun hubungan awal,

mendapatkan kepercayaan klien dan membiarkan klien menceritakan masalahnya

adalah keterampilan komunikasi yang harus dimiliki setiap dokter.

3.1 Definisi

Konseling adalah proses komunikasi antara konselor (seseorang yang

terlatih) dengan konseli (klien) dalam hubungan yang membantu sehingga konseli

dapat mengambil keputusan, merubah perilaku dan mengembangkan potensi diri

sesuai dengan keputusan yang diambil.

Konseling adalah suatu hubungan antara seorang dengan orang lain, dimana

seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan

dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya (Ramadhani,

1995-86).

3.2 Konseling dan Aspek – Aspek Kehidupan

Pelaksanaan konseling terjadi di seluruh bidang kehidupan, dimana terjadi

hubungan antar manusia dengan manusia, terjadi interaksi antara individu dengan

Modul Konseling 52


individu lain, dan terjadi hubungan yang saling membantu, didalam aspek

kehidupan seperti dalam dunia kedokteran/ kesehatan, bidang perusahaan/

industri, dan dibidang pendidikan.

1. Dunia Kedokteran/ Kesehatan

Konseling dalam dunia kedokteran/ kesehatan dapat dilihat dari terjadinya

hubungan antara tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, pasien, bidan, perawat

dan lain-lain) dengan pasien beserta keluarganya. Seringkali dokter kurang

terbuka terhadap pasiennya, pasien butuh informasi (penyakitnya, obat,

operasi, biaya dll), seharusnya relasi dokter –pasien adalah “helping

relationship” yaitu membantu pasien dengan hati nurani ikhlas, ibadah,

ramah, penuh perhatian, sehingga dapat memotivasi pasien cepat sembuh.

Masalah yang dihadapi tenaga kesehatan, bukanlah soal profesinya, tetapi

bagaimana teknik berkomunikasi yang mempercepat kesembuhan pasien,

yaitu cara komunikasi “dialog dua arah” bukan “dialog searah”. Dialog

yang membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan, kecemasan,

dan sebagainya.

2. Bidang Perusahaan dan Industri

Hubungan yang terjadi antara pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat

mengembangkan karyawan secara optimal. Pimpinan harus dapat memahami

kehidupan psikis karyawannya, sehingga tindakannya tidak sewenang-

wenang, melainkan: “empati, menghargai, perhatian, memotivasi”

3. Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu bimbingan. Dengan pendidikan, diharapkan

Modul Konseling 53


peserta didik menjadi kreatif, produktif, mandiri, yang meliputi intelektual,

moral, sosial, kognitif, maupun emosionalnya.

Bimbingan konseling adalah upaya untuk membantu perkembangan aspek-

aspek tersebut menjadi optimal, harmonis, dan wajar. Relasi pendidikan

antara pendidik dengan anak didik, merupakan “Hubungan yang membantu”,

yang selalu mengupayakan agar ada motivasi pendidik untuk

mengembangkan potensi anak didik, membantu anak didik memecahkan

masalah.

3.3 Kegunaan Konseling Secara Umum

Kegunaan Konseling secara Umum, yaitu;

1. Memberikan informasi

2. Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam kelangsungan

hidupnya.

3. Membangun kemampuan individu untuk mengambil keputusan yang bijak

dan realitis.

4. Menuntun perilaku klien agar mampu menerima setiap konsekuansi.

3.4 Langkah-langkah Metode BATHE

Metode BATHE adalah salah satu metode konseling yang berfungsi sebagai alat

skrining terhadap keadaan cemas atau keadaan yang menimbulkan situasi stress.

Modul Konseling 54


Ini adalah metode yang biasa digunakan dalam psikoterapi.

Kunci dari tehnik ini adalah kemampuan untuk mendengarkan, memberikan

dukungan, menghargai pendapat, menunjukkan rasa hormat dan rasa empati

terhadap masalah klien.

Banyak metode konseling yang dapat digunakan oleh seorang dokter layanan

primer. Salah satunya adalah BATHE, the five minutes technique, yang

merupakan bentuk intervensi psikoterapi yang dapat dilakukan dalam waktu 5-15

menit. Dengan teknik ini, seorang dokter dapat menggali hal–hal penting yang

berhubungan dengan masalah klien yang tidak dapat diungkapkan dan juga dapat

mengetahui persepsi klien terhadap masalah yang dihadapi. Informasi yang

didapatkan akan membantu dalam penatalaksanaan klien. BATHE merupakan

kepanjangan dari komponen yang harus dilaksanakan dalam melakukan tehnik

ini, yaitu:

1. B=Background

Adalah langkah pertama untuk menilai tujuan kedatangan klien dan latar

belakang masalah klien

2. A=Affect

Adalah langkah dalam menggali perasaan emosional klien mengenai

masalahnya

3. T=Troubling

Adalah langkah untuk mengetahui keadaan yang paling membuat klien

cemas/khawatir terhadap masalah yang dihadapi

4. H=Handling

Modul Konseling 55


Adalah langkah untuk mengetahui sejauh mana penanganan/tindakan yang

telah diambil klien untuk mengatasi masalahnya, hambatan yang didapatkan,

dan masalah mana yang tidak dapat diatasi

5. E=Empathy

Menunjukkan perasaan empati terhadap masalah yang dihadapi klien.

Tujuan

Beberapa alasan dalam menggunakan metode ini, antara lain:

a. untuk mengetahui alasan klien mencari pelayanan kesehatan

b. untuk membangun hubungan dengan klien secara cepat

c. untuk mengetahui secara dini keadaan yang dapat menimbulan stress dan

kecemasan

d. untuk menggali faktor biopsikososial yang berhubungan dengan masalah

kesehatan klien

e. untuk menggali reaksi klien terhadap diagnosis penyakitnya.

3.5 Konsep Membangun Relasi

Kunci dari proses konseling adalah jalinan relasi yang harmonis antara

konselor dengan Klien. Konselor harus mampu menyapa Klien dengan baik

sehingga Klien merasa dirinya diterima. Semua atribut yang akan mengganggu

harus diminimalkan baik itu berhubungan dengan tempat, pakaian, status sosial

ekonomi, persepsi dan pemikiran konselor tentang konseli. Observasi terhadap

Modul Konseling 56


keberadaan Klien harus dilakukan dengan hati-hati sehingga Klien tidak merasa

dinilai. Hal yang harus diobservasi dari Klien adalah : penampilan fisik, motivasi,

indikator-indikator kecemasan atau penolakan. Melalui tahapan ini diharapkan

klien terlibat dalam proses konseling, sehingga klien mampu mengekpresikan dan

menyatakan apa yang terjadi dalam pikiran maupun perasaannya, dan

mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling. Konseli harus tahu apa hak,

kewajiban dan peran selama proses konseling. Tujuan konseling harus ditetapkan

bersama-sama dengan Konseli, sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk

menyelesaikan permasalahan, mengubah perilaku dan berkeinginan untuk

mengembangkan diri.

Membangun Hubungan Dalam Konseling

Membangun hubungan antara konselor dan konseli tidak terlepas dari bagaimana

konselor membuka percakapan terhadap konseli. ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk membangun suasana hubungan tersebut, antara lain sebagai

berikut.

1. Menyambut konseli

Kita menyambut konseli sebagai tanda kita senang menerima kedatangannya,

misalnya "Mari, Pak/Ibu/Adik/Kakak/Nak, ... silakan duduk!", dan lainnya.

Memberikan minum atau roti jika ada. Bila konseli merasa kurang aman atau

terganggu maka hal itu dapat mempengaruhi hubungan selanjutnya. Karena

itu, perlu persiapan agar konseli merasa lega dan merasa bebas berbicara.

Begitu juga bila kita datang menemui orang bersangkutan, perlu tampak bahwa

Modul Konseling 57


hati kita bersukacita bertemu dengan klien dalam mengadakan percakapan

dengannya.

2. Membangun hubungan

Jika misalnya Anda mengetahui seseorang itu suka memancing, tanyakan

keadaan sewaktu dia memancing. Hal-hal lain tentu dapat disesuaikan konselor

dengan hobi atau kesibukan si konseli setiap hari atau juga kesehatannya dan

lain-lain. Jangan menanyai konseli dengan pertanyaan-pertanyaan yang

jawabannya hanya "ya" atau "tidak". Dengan demikian, percakapan kita bisa

berkembang terbuka. Oleh sebab itu, seharusnya konselor memakai pertanyaan

yang terbuka agar konseli terbuka dan bebas berbicara. Di dalam saat-saat yang

tepat, Anda dapat berkata, misalnya "Aku senang bila Anda membicarakan

sesuatu hal tentang keluarga Anda” atau yang lainnya.

3. Menguatkan

Konselor perlu untuk mendorong yang bersangkutan agar mereka bebas

berbicara. Berikan perhatian penuh kepadanya. Anda sebagai konselor tidak

bertugas mengendalikan konseli akan tetapi biarkanlah klien berbicara. Yang

penting ialah mendorong yang bersangkutan agar berbicara. Juga agar tidak

ada kesan bahwa kita memaksa klien menerima nasihat- nasihat kita.

4. Tanda-tanda konselor mendengarkan dengan baik

Berikanlah perhatian penuh kepada yang bersangkutan, antara lain dengan

memandang yang bersangkutan. Dan dengarkan dengan seksama apa yang di

bicarakan/ diungkapkan oleh konseli.

5. Bahasa Tubuh

Modul Konseling 58


Perhatikan bahasa tubuh Anda sendiri. Tubuh kita ikut berbicara kepada orang

lain. Kita dapat berkata, "Saya berniat mendengarkan masalah Anda," melalui

gerakan tubuh, misalnya cara duduk kita yang tidak dalam gaya santai dan

lainnya.

3.6 Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,

merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Pada

prinsipnya empati adalah merasakan apa yang sedang dirasakan klien, tetapi

petugas kesehatan tidak larut dalam perasaan klien. Empati dilakukan bersamaan

dengan “attending”, tanpa perilaku attending tidak akan nada empati.

Ada dua macam empati yaitu:

a. Empati Primer (Primary Empathy)

Adalah suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran,

keinginan, dan pengalaman klien.

Dan bertujuan, agar klien terlibat dalam pembicaraan dan terbuka.

b. Empati Tingkat Tinggi (Advance accurate empathy)

Adalah suatu bentuk empati, apabila pemahaman konselor terhadap

perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan

menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan itu. Pada tingkat

ini konselor harus dapat membuat klien tersentuh, terbuka tentang dirinya.

Modul Konseling 59


Kemampuan Konselor Dalam Melakukan Empati

Tehnik untuk meningkatkan kemampuan konselor dalam melakukan empati

adalah :

1. Menjadi pendengar yang baik

2. Mengosongkan perasaan dan pikiran egoistis

3. Memasuki dunia diri klien

4. Melakukan refleksi isi dan perasaan

5. Memberikan perhatian, rasa tenang, pujian, dukungan moril, memberikan

bantuan terhadap masalah yang dihadapi klien

6. Melakukan empati primer dengan mengatakan:

• “saya dapat merasakan bagaimana perasaan Saudara”

• “saya dapat memahami pikiran Anda”

• “saya mengerti keinginan Saudara”

7. Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan:

• “saya merasakan apa yang Saudara rasakan” dan

• “saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”

3.7 Komunikasi Nonverbal

Didalam relasi konselor dan klien terjadi perilaku verbal (bahasa lisan), yang

didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal seperti gerak isyarat, gerak tubuh,

raut muka, getaran suara, cara duduk dan sebagainya.

Modul Konseling 60


Bahasa lisan (verbal) mungkin saja bertentangan dengan perilaku nonverbal, dan

mungkin pula perilaku nonverbal tersebut mendukung/ menekankan bahasa lisan.

Klasifikasi Perilaku Nonverbal

1. Body Motion / Kinesics Behavior

Termasuk didalamnya Gestures / gerak isyarat, gerakan tubuh, pernyataan

raut muka, gerakan mata.

2. Physical Characteristic

Termasuk didalamnya tanda-tanda fisik yang tak bergerak seperti bau

badan, bau mulut, berat, tinggi, dan sebagainya.

3. Touching Behavior

Yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti usapan,

salaman, ucapan selamat tinggi, memukul, dan memegang.

4. Paralanguage

Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan: Lisan/ Bahasa/ suara, termasuk

kualitas bahasa seperti: tekanan, suara, ritme/ irama, tempo, artikulasi,

resonansi, karakteristik vokal.

5. Proxemics

Penggunaan jarak atau kedekatan

6. Artifac

Penggunaan lipstik, parfum, kacamata, wig, dan sebagainya

7. Environmental

Penggunaan perabotan, dekorator interior, lampu-lampu, harum-haruman,

warna, temperature, musik, suara, dan sebagainya.

Modul Konseling 61


Tujuan Perilaku Nonverbal menurut Paul, 1969, yaitu:

1. Emblems/ lambang

Adalah melukiskan kata-kata/ ungkapan-ungkapan seperti gestures (isyarat-

isyarat), untuk menunjukan damai.

2. Illustrator

Berguna untuk mendampangi pidato, yang biasanya dengan tangan dan

gerakan tubuh yang menekankan apa yang menekankan apa yang

diucapkan.

3. Affect display

Pernyataan-pernyataan tentang perasaan, seperti ekspresi raut muka, hal ini

berhubungan dengan keadaan perasaan dalam verbal (marah, takut,

senang).

4. Regulations

Peraturan-peraturan, terhadap perbuatan seperti goyangan kepala, kerlingan

mata, yang memelihara atau mengatur pembicaraan dan mendengarkan.

5. Adapters

Yaitu penyesuaian gerak tubuh dan penyesuaian emosi seperti gerak kaki,

penyesuaian/ pengaturan emosi, sikap, dan penyesuaian sosial.

Isyarat Bahasa Nonverbal, yaitu:

1. Membelalakkan mata: marah, terkejut, menentang, heran.

2. Muka merah: malu,menahan marah.

3. Dahi dikerutkan, mata agak terpejam: menghadapi kesukaran.

Modul Konseling 62


4. Menggosok-gosokan mata: menghadapi kesukaran, berpikir.

5. Menggaruk-garukan kepala: menahan malu, kesal.

6. Memegang kepala dengan dua tangan sambil tertunduk: kecewa, konflik,

stress, keadaan pelik menekan.

7. Telinga merah: menahan malu, marah.

8. Menggoyang-goyang kaki saat duduk: menahan stress.

Beberapa perilaku nonverbal yang sangat terjalin dengan perilaku verbal, adalah :

1. Isyarat Muka

Dapat memperlihatkan komunikasi yang bersifat afektif yakni emosi dan

sikap seperti perasaan senang, sedih, marah, jijik, muak dll. Contoh dari

isyarat muka, misalnya anggukan, senyuman, tak ada ekspresi, kombinasi

anggukan dan senyuman.

2. Proxemic Behavior

Adalah terdapat ketidaksopanan antara perilaku verbal dan nonverbal dari

konselor terhadap klien yang berhubungan. Contohnya apabila konselor

menyampaikan ucapan empati kepada klien, akan tetapi tidak diikuti

dengan bahasa tubuh, maka bahasa lisan konselor tidak akan

mempengaruhi perilaku klien.

3. Perilaku Attending

Perilaku anttending banyak mengandung bahasa nonverbal. Contoh

perilaku attending sebagai bahasa nonverbal adalah sebagai berikut;

senyum, ekspresi wajah yang cerah, kontak mata yang bersinar, anggukan

Modul Konseling 63


kepala, badan agak membungkuk kedepan. Kesemua ini akan mendukung

bahasa lisan konselor.

Perilaku Verbal dan Nonverbal

• Body Language

Adalah gerakan refleksif dan non refleksif (Hess, 1970). Sebagian atau

seluruh badan digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan pesan

emosional ke dunia luar. Ada dua elemen dari bahasa tubuh, yakni: (a)

pengirim pesan dan, (b) penerima pesan.

• Memahami Bahasa Tubuh

1. Ekspresi wajah merupakan bagian tubuh yang paling sering dianalisa.

Biasanya wanita lebih banyak menggunakan ekspresi wajah, sedangkan

pria lebih banyak menggunakan gerakan tubuh maupun isyarat.

2. Cara berjalan semua orang punya cara berjalan sendiri yang membuat

dia mudah dikenali oleh orang lain. Beberapa karakteristik seperti ini

dikarenakan oleh struktur tubuhnya. Namun cara melangkah, panjang

langkah, dan sikap tubuh kelihatannya berubah-ubah sering dengan

kondisi emosional.

3. Jabat tangan merupakan sikap penyembutan selamat datang.

• Keterbukaan, Pertahanan Diri, dan Evaluasi

1. Keterbukaan diri, terdapat banyak sekali bahasa tubuh yang merupakan

bagian dari kelompok sikap terbuka, misalnya Membuka tangan

Modul Konseling 64


merupakan bahasa tubuh yang dilakukan kebanyakan dari kita untuk

menyatakan ketulusan hati dan keterbukaan.

2. Pertahanan diri adalah bahasa tubuh yang menjaga tubuh atau emosi

terhadap adanya serangan yang mengancam. Apabila keterbukaan

disalahgunakan, dengan mudah hal ini dapat berubah menjadi sikap

mempertahankan diri. Misalnya kedua tangan bersilangan di dada

merupakan sesuatu yang lazim dalam kehidupan sehari-hari untuk

mengungkapkan upaya pertahanan diri.

• Evaluasi

Pentingnya memahami tentang bahasa tubuh yang mengidentifikasikan

adanya tindakan yang benar-benar menunjukan bahwa orang tersebut

sedang melakukan evaluasi. Misalnya tangan diletakan di pipi,

memperlihatkan wawasan yang mendalam, merupakan bahasa tubuh yang

sedang mengevaluasi.

• Kesiapan, ada beberapa bahasa tubuh yang menunjukan kesiapan, yakni:

a. Berkacak pinggang, ini adalah bahasa tubuh yang mengisyaratkan

kesiapan untuk menyampaikan hasratnya dengan lebih siap dan

terampil.

b. Merapatkan diri, berbicara secara rahasia, bahasa tubuh ini

mengidentifikasikan suatu kesiapan agresif secara tersamar. Bahasa

tubuh ini dipakai untuk menutupi dominasi yang dilakukan terhadap

orang lain.

Modul Konseling 65


• Kebosanan, bentuk bahasa tubuh yang membuat orang yang

mendengarkan bosan, yakni:

a. Bertopang Dagu dan sorot mata yang menurun juga mengisyaratkan

kebosanan.

b. Mencorat-coret, melakukan aktivitas mencorat coret maka

ketertarikannya berkurang, hal ini akan menggangu proses komunikasi

yang terbuka, maka sebagai akibatnya kemampuan mendengar mereka

juga dapat terganggu.

c. Tatapan kosong, merupakan indikasi lain kebosanan. Tatapan kosong

adalah suatu tatapan yang mengisyaratkan memandang namun tidak

mendengarkan.

Modul Konseling 66


4. Daftar Pustaka

1. Lee Gan, Azwar.A, Wonodirekso. Family Medicine Practice. Singapore,

2004.

2. __________, The Person – Centered Approach. Downloaded from

www.allpsychonline.com on October 30, 2007

3. Dionisio, A. Counseling Skills for Caring Physicians: Individual

Intervention. Department of Family and Community Medicine, University

of the Philippines Manila. 2005

4. Nurul Ramadhani Makarao. Komunikasi Konseling, Bandung Juni 2010.

5. Lieberman,JA, Stuart, M. The BATHE Method: Incorporating counseling

and psychotherapy into the everyday management of patients. Primary

Care Companion J Clin Psychiatry 1:2, April. 1999.

6. Yusi Riska Yustiana. Modul Pedoman dan Materi Konseling Keluarga.

Jawa Barat 2000.

7. Agus Priyanto. Komunikasi dan konseling Aplikasi dalam Sarana

Pelayanan Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Gresik Mei 2009.

8. http://www.mail-archive.com/i-kan-konsel@xc.org/msg00098.html

Modul Konseling 67


Lembar Kerja

MODIFIED BATHE TEHNIQUE – SESI KONSELING

Nama mahasiswa :
Puskesmas/ Klinik :
Nama klien : Umur:

Petunjuk: Berikan tanda √ pada setiap tahapan konseling yang dilakukan.


Tahapan konseling Ya Tidak
Memulai sesi konseling
Membangun hubungan awal
1. Menyapa klien dan menanyakan nama klien
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan konseling
dan meminta persetujuan klien
3. Menunjukkan rasa hormat dan mambuat klien merasa
nyaman
Mengumpulkan informasi
Mengidentifikasi alasan kedatangan klien dan latar
belakang masalah klien (Background)
4. Mengidentifikasi masalah klien dan mendorong klien
membicarakan menceritakan perjalanan
penyakit/masalahnya
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa
memotong pembicaraan klien
6. Menyusun prioritas dalam konseling
7. Menggali perasaan emosional klien mengenai
masalah yang ada dan mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaanya (Affect)
Contoh:
• Bagaimana perasaan anda mengenai kehidupan
sehari – hari?
• Apa yang anda rasakan menghadapi
masalah/penyakit ini?
8. Mengklarifikasi perasaan klien mengenai
masalah/penyakitnya
9. Mengetahui keadaan yang paling membuat klien
cemas/khawatir terhadap masalah/penyakit yang
dihadapi (Troubling)
Contoh:
• Apa yang membuat anda sangat khawatir tentang
masalah/penyakit yang sedang anda hadapi?

Modul Konseling 68


• Apa artinya masalah/ penyakit ini untuk
mehidupan anda?
• Seberapa cemas anda meminkirkan masalah/
penyakit ini?
10. Mengetahui sejauh mana penanganan/tindakan yang
telah diambil klien untuk mengatasi masalahnya,
hambatan yang didapatkan, dan masalah mana yang
tidak dapat diatasi (Handling)
Contoh:
• Bagaimana anda mengatasi masalah/penyakit ini?
• Apa yang sudah anda lakukan untuk
menyelesaikan permasalah ini?
• Bagaimana dukungan yang diberikan keluarga
untuk memecahkan masalah ini?
• Siapa yang memberikan dukungan terbesar pada
anda untuk memecahkan masalah ini?
Penjelasan dan edukasi
11. Memberikan informasi yang tepat mengenai masalah
dan kesehatanklien dalam potongan-potongan yang
dapat dimengerti
12. Nilai pemahaman klien
13. Tidak memberikan saran dan harapan-harapan
14. Mendorong klien berpartisipasi
Perencanaan keputusan bersama
15. Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan
16. Tentukan pilihan klien
Menutup sesi konseling
17. Jelaskan hal – hal tak terduga yang mungkin terjadi
18. Cek apakah klien setuju dengan rencana pemecahan
masalah
19. Menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal
yang sesuai
• Kontak mata, ekspresi wajah
• Sikap tubuh, posisi tubuh
• Suara
• Jika menulis tidak mengganggu sesi konseling
20. Membina hubungan
• Menerima pendapat dan perasaan klien
• Menggunakan empati untuk menyampaikan
pengertian dan menghargai perasaan klien
(Empathy)

Modul Konseling 69

Anda mungkin juga menyukai