Anda di halaman 1dari 61

RINGKASAN PERANCANGAN

PENGAWASAN MUTU
(Bahan Aktif dan Sediaan Farmasi )

SLAMET IBRAHIM S
FA KU LTA S FA R M A SI U N JA N I
2021
DASAR HUKUM
 Obat yang beredar di Indonesia harus memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan (UU No 36, 2009, Kesehatan, Pasal 105 )
 Sediaan Farmasi harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan sesuai dengan persyaratan farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 2 ayat 1 dan
2, PP 72/th 1998 Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan).
 Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin (
Pasal 12 ayat 1 PerMenkes No. 1332/MenKes/Per/X/2002).
Sumber: Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Dir Jend Kefarmasian dan AlKes, Kemenkes RI
Pasal 2, PP 72/1998
 Sediaan farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai
dengan persyaratan dalam buku Farmakope atau buku
standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
 Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sesuai dengan
persyaratan dalam buku Materia Medika Indonesia yang
ditetapkan Menteri ( Sekarang diganti menjadi Farmakope
Herbal Indonesia).
Pasal 12, PP No 72/1998
1.Pengujian keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan
farmasi dilaksanakan melalui:
 Pengujian laboratorium berkenaan dengan mutu
sediaan farmasi
 Penilaian atas keamanan dan kemanfaatan sediaan
farmasi ( melalui evaluasi hasil kajian praklinik dan
klinik: fase I, II dan III)
2. Tata cara pengujian sediaan farmasi dan alat kesehatan
ditetapkan oleh Menteri.
Pengertian Mutu Obat
1. Kesesuaian dengan spesifikasi atau persyaratan, sehingga dihasilkan
produk tanpa cacat (PHILIP CROSBY )
2. Produk yang bebas dari kontaminasi dan selalu memberikan manfaat
terapetik yang tepatulang sesuai dengan yang dijanjikan pada label
kepada konsumen (WOODCOCK)
3. Kesesuaian senyawa obat atau produk obat dengan kegunaan yang
telah ditetapkan, meliputi karakteristik kualitas yaitu identitas,
kemurnian, dan kadar (ICH).
4. Ketepatan obat terhadap tujuan penggunaannya yang ditentukan
oleh: (a). perbandingan khasiat dan keamanan obat terhadap
pengobatan yang sesuai dengan pernyataan dalam label atau
sebagaimana yang dipromosikan atau dipublikasikan, dan (b).
kesesuaian obat terhadap spesifikasi dalam hal identitas, kekuatan,
kemurnian dan karakteristik lainnya (WHO).
Jaminan Industri terhadap Mutu:
Melalui pelaksanaan CPOB adalah:
1. Menjamin bahwa sediaan farmasi yang diproduksi mengandung
sejumlah zat aktif yang sesuai dengan batas kadar yang dinyatakan
label/etiket.
2. Menjamin bahwa keragaman sediaan farmasi antar unit dalam bets
telah diminimalkan
3. Menjamin bahwa semua bahan yang digunakan dalam formulasi
sediaan farmasi memenuhi tingkat kemurnian yang dipersyaratkan
dan tidak ada kontaminan yang masuk selama proses produksi.
4. Menjamin bahwa sediaan farmasi yang diproduksi stabil di bawah
kondisi penyimpanan normal.
5. Menjamin bahwa sediaan farmasi mempunyai efek terapeutik yang
sesuai dengan yang dinyatakan label
FARMAKOPE
 Kata “farmakope” berasaal dari kata dalam bahasa Yunani kuno “pharmakon”
yang berarti obat dan kata “copoieon” yang berarti membuat.
 Farmakope didefinisikan sebagai suatu standar farmasi yang ditujukan untuk
menjamin keseragaman dalam jenis, kualitas, komposisi dan kekuatan suatu
obat yang telah diakui atau telah dizinkan oleh pemegang kewenangan dan
diwajikan bagi apoteker dan ahli farmasi (G. Urdang, 1951).
 Farmakope merupakan suatu buku yang berisi kumpulan standar (spesifikasi)
dalam bidang farmasi, terutama untuk bahan baku obat dan sediaan jadi,
sediaan produk biologi, yang dilengkapi dengan metode analisis, prosedur
dan instrumennya, baku pembanding dan penerapan standar yang berkaitan
dengan standarisasi di bidang farmasi.
TUJUAN DAN PERANAN FARMAKOPE
1. Memberikan standard mutu (spesifikasi) tentang identitas, kemurnian
dan potensi dari bahan aktif obat, eksipien dan sedian obat jadi.
2. Mendukung spesifikasi obat dan alat kesehatan dengan metode
pengujian dan analisis yang mudah dilakukan dengan
mempertimbangkan sarana dan fasilitas yang tersedia.
3. Memberikan metode-metode analisis yang umum yang dapat
diterapkan untuk bahan obat dan sediaan yang tertera ataupun yang
baru
4. Memberikan cara pengambilan keputusan yang fleksibel pada
metode dan persyaratan sehingga memepermudah penggunaan
farmakope secara umum.
URUTAN MONOGRAFI FARMAKOPE
BAHAN AKTIF FARMASI SEDIAAN OBAT JADI
• Nama generic dalam bahasa Indonesia. • Nama sediaan dalam bahasa Indonesia
• Struktur molekul, nama kimia, CAS • Pernyataan standar kekuatan/potensi
number dan berat molekul (BM) bahan aktif dalam sediaan yang dimaksud.
• Pernyataan standar kekuatan/potensi
bahan aktif • Standar Identitas
• Pemerian bahan • Standar Kemurnian (tergantung bahan
aktif dan jenis sediaannya)
• Standar Identitas
• Standar Kemurnian • Standar Kinerja sediaan

• Prosedur Penetapan kadar/potensi • Prosedur Penetapan Kadar/potensi


• Wadah dan Cara penyimpanan • Wadah dan Penyimpanan
PERSYARATAN MUTU (SPESIFIKASI)
 Tertera dalam monografi Farmakope: bahan aktif farmasi, eksipien dan
sediaan farmasi.
 Setiap monografi farmakope memuat persyaratan:
 Persyaratan identitas (standard of identity)
 Tanda mutu yang dinyatakan sebagai tetapan fisika atau bilangan
kimia (quality attributs)- khusus untuk bahan aktif farmasi.
 Persyaratan kemurnian (standard of purity)
 Persyaratan kinerja sediaan (khusus untuk sediaan)
 Persyaratan kadar atau potensi ( standard of quantity or potency)
PENGAWASAN MUTU
1. Bahan aktif farmasi (Active Pharmaceutical Ingredient) meliputi
pemeriksaan
 Identifikasi
 Kemurnian
 Penetapan tetapan fisika
 Penetapan kadar atau potensi
2 Sediaan Farmasi meliputi pemeriksaan
 Identifikasi
 Kemurnian (bila perlu)
 Penetapan kinerja (uji disolusi, pelepasan obat dll)
 Penetapan kadar atau potensi
INFORMASI YANG DIPERLUKAN
1. BAHAN AKTIF FARMASI
 Struktur, rumus molekul dan nama kimia zat aktif (analit) dalam sediaan.
 Sifat fisika analit: titik lebur, tik didih, rotasi optik, indeks bias, kelarutan dalam
berbagai pelarut, dll.
 Sifat kimia analit: keasaman/kebasaan, reaktivitas, reduktor-oksidator, sifat kimia
khusus: garam, ester, amida, ketal, dll
 Stabilitas kimia yang berkaitan dengan struktur molekul.
 Data dan sistem spektroskopi analit: UV, VIS, IR (pelarut, spektrum dan
absorptivitas molar/jenis)
 Data dan sistem kromatografi analit: KLT, KCKT, KC (fase diam, fase gerak, deteksi,
UKS).
 Persyaratan farmakope analit (FI, USP, BP, EP, JP, dst)
 Metode pengujian analit: identifikasi, kemurnian dan penetapan kadar (Text book
atau Jurnal Ilmiah)
2. SEDIAAN FARMASI
 Komposisi/formula sediaan: Kadar bahan aktif dan
Eksipien yang digunakan,
 Jenis sediaan lain yang mengandung bahan aktif yang
sama.
 Persyaratan sesuai Monografi farmakope (FI, USP, EP, BP, JP,
dll)
 Preparasi sampel dalam penetapan kadar (Cara pembuatan
larutan uji).
 Metode analisis (identifikasi dan penetapan kadar) di luar
Farmakope (Jurnal Ilmiah atau Buku Teks).
PUSTAKA YANG WAJIB DIACU
1. Farmakope: Farmakope Indonesia ed.VI (2020), United States
Pharmacopeia, European Pharmacopeia, British Pharmacopeia
International Pharmacopeia, Japan Pharmacopoeia, etc.
2. Merck Index of Chemicals and Drugs
3. Remington’s Pharmaceutical Sciences
4. Analytical Profiles of Drug Substances
5. Official Methods of Analysis (AOAC)
6. Analysis of Drugs and Poisson
7. Hand Book atau Text Book tentang Analisis Kimia dan Analisis
Farmasi
8. Jurnal Ilmiah Kefarmasian dan Analisis Kimia.
PENGUJIAN MUTU
BAHAN AKTIF FARMASI
1. Tujuan : Menetapkan kesesuaian dengan persyaratan Monografi
Farmakope untuk Bahan Aktif Farmasi meliputi :Uji Identitas, Uji
Kemurnian, Atribut mutu dan Penetapan Kadar.
2. Cara : menggunakan prosedur, metode analisis, instrumen yang
dicantumkan dalam monografi Farmakope Indonesia ed VI 2020
(sesuai UU Kesehatan pasal 105)
3. Prosedur yang tidak tercantum dalam Farmakope dapat digunakan
asalkan dapat dibuktikan memberikan ketelitian dan ketepatan
yang paling sedikit sama dengan metode Farmakope (Ketentuan
Umum FI VI)
4. Kalau tidak tercantum dalam FI, maka dapat digunakan farmakope
negara lain (Farmakope internasional, USP, BP, JP, dll)- sesuai UU
Kesehatan pasal 105 dan Penjelasannya-
I. PENGUJIAN IDENTITAS (IDENTIFIKASI)
1. Identifikasi adalah suatu cara untuk mengungkap atau
membuktikan bahwa bahan yang diperiksa mempunyai
identitas yang sesuai dengan identitas bahan yang dinyatakan
pada label.
2. Pengujian harus spesifik: Pengujian dan spesifikasi lain yang
tertera dapat membantu pembuktian identitas bahan yang diuji
3. Metode identifikasi
 Metode kimia (reaksi warna, pengendapan, dll)
 Metode fisika (titik leleh, titik didih, dll)
 Metode fisiko-kimia atau Instrumen (Spektrofotometri dan
Kromatografi: KLT, KG dan KCKT)
II. PENGUJIAN ATRIBUT MUTU
1. Tujuan : Untuk menetapkan tetapan fisika yang dapat digunakan
sebagai atribut mutu.
2. Tetapan fisika yang sering digunakan dalam uji adalah:
 Titik/jarak lebur,
 Titik/jarak didih,
 Rotasi optik/rotasi jenis,
 Indeks bias
Fungsi pengujian atribut mutu:
a. Dapat digunakan sebagai cara identifikasi (kalau murni)
b. Dapat digunakan sebagai cara pengujian kemurnian (kalau tidak
murni)
III. PENGUJIAN KEMURNIAN
1. Tujuan : Untuk membuktikan bahwa bahan bebas dari
senyawa asing dan cemaran atau mengandung senyawa asing
dan cemaran pada batas tertentu.
2. Sifat uji: Toleransi dan Spesifik
3. Jenis pengujian:
 Uji batas (logam berat dan anion)
 Uji Kemurnian Kromatografi
 Senyawa sejenis
 Susut pengeringan
III. PENGUJIAN KEMURNIAN (lanjutan)
1. Jenis pengujian:
 Kadar air (titrasi Karl Fischer)
 Sisa pemijaran
 Uji kelarutan
 Zat mudah menguap
 Sisa pelarut (residu pelarut)
 Zat mudah terarangkan
 Penetapan Bilangan Kimia (Angka Iod, Angka penyabunan, Angka
ester. Dll)
IV. PENETAPAN KADAR/POTENSI
1. Tujuan : Untuk menetapkan kadar/potensi senyawa bahan aktif farmasi
dalam Sampel.
2. Spesifikasi instrumen bukan rekomendasi. Yang penting tingkat ketelitiannya
paling sedikit sama dengan instrumen yang dimaksudkan.
3. Untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai Farmakope, maka dalam
melaksanakan penetapannya jumlah satuan takaran yang digunakan tidak
boleh lebih kecil dari yang telah ditetapkan prosedur Farmakope.
4. Harus diperhatikan cara perhitungan:
 Terhadap bahan yang telah dikeringkan atau anhidrat.
 Terhadap bahan yang telah dipijar
 Penggunaan baku pembanding
 Penetapan blangko (kontrol negatif)
5. METODE PENETAPAN KADAR/POTENSI:
1. Gravimetri
2. Volumetri ( Titrasi langsung maupun Titrasi tidak langsung)
meliputi: titrasi asam basa, titrasi bebas air, titrasi
pengendapan, titrasi redoks dan titrasi kompleksometri).
3. Titrasi Potensiometri.
4. Spektrofotometri (UV/VIS, Fluorisensi dan IR).
5. Spektrometri Serapan Atom
6. Kromatografi (KG & KCKT).
7. Mikrobiologi (Potensi antibiotika)
BAHAN AKTIF
FARMASI

Tercantum pada FI VI Lihat Farmakope lain


dan Suplemennya
Tidak ada
Ada
Ada
Prosedur/metode/
pereaksi terdapat di
laboratorium

Ada Ya

Metode sudah dikuasai Rancang pengujian


bahan baku
Ya
Tidak

Prosedur lain yang


setara dengan FI VI
Ringkasan Pengujian Mutu Bahan Aktif
Farmasi yang diusulkan:
1. Identifikasi : Metode Kimia/reaksi warna, Metode
Kromatografi (KLT, KCKT, KG), Metode Spektrofotometri
(UV, VIS, IR)
2. Pengujian Kemurnian: Metode Kimia, Spektrotometri,
Kromatografi (KLT, KCKT, KG).
3. Penetapan Tetapan Fisika: Titik leleh, Rotasi Optik/Jenis,
Indeks Bias, dll.
4. Penetapan Kadar: Metode Kimia, Spektrofotometri,
Kromatografi, dan Mikrobiologi.
PERSYARATAN MUTU FARMAKOPE
(Nama Bahan Aktif)
No Jenis Pengujian Farmakope Indonesia Farmakope Metode Lain
VI 2020 lainnya
1. Identifikasi - Reaksi Warna - Spektr IR Sebutkan
- Spektro : UV/Vis - KLT
atau IR
- KLT
- KCKT.
2. Tetapan Fisika - Titik Lebur
- Rotasi Jenis
3. Kemurnian - KLT KCKT
- Ujibatas Logam
Berat
4. Penetapan Kadar KCKT Titrasi
PENGUJIAN MUTU SEDIAAN FARMASI
1. Tujuan : Menetapkan kesesuaian dengan persyaratan sediaan jadi yang tertera
dalam FI ed VI 2020 meliputi :
 Uji Identitas bahan aktif
 Uji Kemurnian (untuk beberapa sediaan)
 Pengujian Standar Kinerja sediaan (Uji Disolusi, dll)
 Penetapan Kadar Bahan Aktif dalam sediaan
2. Cara : menggunakan prosedur/metode dan instrumen yang tercantum. Prosedur
lain dapat digunakan asalkan dapat dibuktikan bahwa prosedur itu memberikan
ketelitian dan ketepatan yang paling sedikit sama dengan metode farmakope
3. Perhatian : Eksipien tidak boleh mengganggu.
4. Preparasi Sampel: Jika metode yang digunakan tidak selektif , maka perlu
preparasi sampel sebelum pengukuran baik identifikasi maupun penetapan kadar.
Standar Kinerja Sediaan
 Merupakan ungkapan yang menggambarkan tampilan fisik dan perilaku
sediaan yang berkaitan dengan proses yang akan dialami dalam tubuh,
serta berkaitan dengan khasiat yang diberikan bahan aktif.
 Standar kinerja sediaan sangat tergantung pada bentuk sediaan, tujuan
penggunaan dan cara pemberiaan.
 Tablet: Uji keseragaman sediaan (Keseragaman Kandungan dan/atau
Keragaman Bobot), waktu hancur, Uji disolusi, Uji disolusi terbanding,
dll.
 Injeksi: pH, sterilitas, endotoksin, kejernihan larutan, volume dalam
wadah, bahan partikulat, dll
SEDIAAN
FARMASI

Tercantum pada FI VI dan


Tidak ada
Lihat Farmakope Lain
Suplemennya (USP, BP, dll)
Ada Ada

Prosedur/metode/ pereaksi terdapat


dilaboratorium

Ada
Ya
Metode sudah dikuasai. Matriks Rancang pengujian
tidak mengganggu mutu Sediaan Farmasi
Tidak

Prosedur lain lengkap


Ya
dengan penyiapan sampel
TAHAPAN ANALISIS (IDENTIFIKASI, UJI KEMURNIAN DAN KADAR)

SAMPEL
- Pelarutan
- Penyaringan

Penyiapan sampel - Pemisahan Analitik

yang diuji - Derivatisasi


- “Clean up”
- dan lain-lain

Pengukuran

Perhitungan dan statistika

Hasil analisis
PERSYARATAN MUTU FARMAKOPE: SEDIAAN
No Jenis Pengujian Farmakope Farmakope Metode Lain
Indonesia VI Lainnya
1. Identifikasi KLT KLT KCKT
KCKT

2. Kemurnian KCKT KCKT

3. Uji Disolusi Tipe Dayung Waktu Hancur


Spektro UV
Spektro UV
4. Penetapan Kadar KCKT
Penyiapan Sampel untuk penetapan kadar

 Tablet : Timbang tidak kurang dari 20 tablet, dan hitung berat


rata-rata setiap tablet. Serbukkan semua (20) tablet tersebut,
timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
kurang ……. mg senyawa aktifnya, dst …….
 Kapsul : Timbang tidak kurang dari 20 kapsul. Keluarkan semua
isi kapsul, bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama.
Hitung berat rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
kapsul setara dengan lebih kurang ……. mg senyawa aktifnya,
dst……
Penyiapan Sampel untuk penetapan kadar (2)
Salep Mata: Timbang saksama sejumlah salep mata Kloramfenikol
setara dengan lebih kurang 25 mg kloramfenikol, dst……….
Krim: Timbang saksama sejumlah krim Prednisolon setara dengan
lebih kurang 20 mg prednisolon, dst……….
Sirup: Tetapkan bobot jenis sirup. Timbang saksama sejumlah sirup
setara lebih kurang 200 mg piperazin sitrat, dst…….
Larutan oral: Ukur saksama sejumlah volume setara dengan lebih
kurang 500 mg parasetamol, dst………
Suspensi Oral: Pipet sejumlah suspensi setara dengan lebih kurang
200 mg pirantel pamoat, dst……….
Penyiapan larutan uji dari sediaan
sebelum dianalisis.
 Menyiapkan bentuk sampel yang sesuai dengan
pengukuran/metode yang digunakan (identifikasi maupun
penetapan kadar bahan aktif) yang bebas dari gangguan matriks
atau bahan lain dalam sampel sediaan.
 Meliputi: pelarutan, ekstraksi, pembentukan derivatif, destruksi,
dll.
 Yang paling banyak adalah: pelarutan dan ekstraksi dengan
pelarut.
 Prosedur: Lihat di monografi masing-masing
a. Identifikasi (perlu preparasi sampel)
 Reaksi warna (pereaksi, amatan, pembanding)
 Spektrofotometri ultra violet-visible (pelarut, spektrum
pembanding, panjang gelombang serapan maksimum)
 Spektrofotometri Infra merah (Spektrum pembanding)
 Kromatografi lapis tipis (fase diam, larutan pengembang,
metode penampakan bercak)
 Kromatografi cair kinerja tinggi (fase diam/kolom, fase gerak,
detektor)
 Kromatografi gas (system kromatografi: fase diam/kolom, gas
pembawa dan detektor)
b. Pemeriksaan Kemurnian
Tergantung pada bahan aktifnya ( mudah terurai, tidak stabil, dll):
1. Uji batas (dengan suatu pereaksi tertentu)
2. Spektrofotometri UV-Vis (pelarut, spektrum, panjang
gelombang serapan maksimum)
3. Kromatografi Lapis Tipis (fase diam, cairan pengembang,
metode penampakan bercak)
4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Fase diam, fase gerak,
detektor)
5. Kromatografi gas (residu pelarut)
c. Penetapan Kadar Bahan Aktif dalam Sediaan
 Gravimetri (pereaksi, konversi kadar)
 Volumetri (Asam-basa, Titrasi Bebas Air, dll): Peniter, indikator, kesetaraan)
 Spektrofotometri UV-VIS dan IR (pelarut, spektrum, panjang gelombang
serapan maksimum, pereaksi derivatisasi)
 Kromatografi ( KG dan KCKT): Fase gerak, fase diam, Detektor, Peraksi
drivatisasi)
 Mikrobiologi (Potensi Antibiotika): Medium pertumbuhan, bakteri uji,
metode uji)

Kadar dinyatakan dalam berat per g/mL sediaan atau % dari kadar atau yang tertera pada etiket.
d. Uji Kinerja Sediaan
1. Uji Disolusi : digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi
untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet harus dikunyah.
2. Uji Waktu Hancur: digunakan untuk menentukan kesesuaian batas
waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi ( Lihat
MK Teknologi Sediaan Padat: Table)
3. Uji sterilitas
4. Uji Endotoksin
5. Uji pH
6. Dll.
Metode Analisis Pada Uji Disolusi
 Pada umumnya, metode analisis yang digunakan untuk uji
disolusi adalah Spektrofotometri UV-VIS atau Kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT).
 Spektrofotometri UV-VIS: hasil analisis dapat diperoleh lebih
cepat, prosedur lebih sederhana, dan hanya sedikit sampel yang
digunakan dalam analisis, tetapi tidak spesifik.
 KCKT dianjurkan bila terdapat pengaruh eksipien dan bahan
aktif lain dalam formula terhadap analisis. Hasilnya lebih lambat
namun lebih akurat dan selektif/spesifik.
 Yang sangat penting adalah metode analisis yang digunakan
dalam uji disolusi sudah divalidasi atau diverifikasi.
Kriteria Keberterimaan Uji Disolusi
USP dan FI EP JP
6 + 6 + 12 6 6+6
• S1 : 6, masing-masing unit tidak kurang Semua dari 6 Semua dari 6 unit
dari Q + 5% unit tidak pertama atau 10 unit dari
• S2 : 6, Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) kurang dari 12 memenuhi
sama atau lebih besar Q, dan tidak satu Q persyaratan Q
unitpun yang kurang dari Q – 15%
• S3 : 12, Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3)
sama atau lebih besar dari Q, tidak lebih
dari 2 unit yang kurang dari Q -15% dan
tidak ada satupun yang kurang dari Q –
25%
e. Keseragaman Sediaan
 Dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keragaman bobot atau keseragaman kandungan.
 Keragaman bobot: diterapkan pada produk kapsul lunak isi cairan dan
pada sediaan padat termasuk saediaan padat steril, yang
mengandung zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau
lebih dari bobot satuan sediaan.
 Keseragaman kandungan: diterapkan pada semua sediaan yang
mengandung zat aktif kurang dari 25 mg dari bobot satuan sediaan.
Uji Keseragaman Sediaan Farmasi
BENTUK JENIS SUB JENIS DOSIS ≥ 25 mg DOSIS ≤ 25 mg atau
SEDIAAN Atau ≥ 25% ≤ 25%

TABLET -Tidak disalut KB KSK


-Disalut -Film KB KSK
- Lainnya KSK KSK

KAPSUL -Keras -Suspensi, emulsi, atau KB KSK


-Lunak gel
- Larutan KSK KSK
KB KB
PADAT DALAM -Komponen - KB KB
WADAH TUNGGAL tunggal
- Multi -Larutan beku kering
komponen - Lainnya KB KB
KSK KSK

LARUTAN DALAM KB KB
KAPSUL

LAINNYA KSK KSK


Prinsip Pengujian
 Uji Keseragaman kandungan (KSK =CU) berdasarkan pada
penetapan kadar masing-masing kandungan zat aktif dalam
satuan sediaan untuk menentukan apakah kandungan
masing-masing terletak dalam batasan yang ditentukan.
 Uji Keragaman bobot (KB = WV) berdasarkan pada kadar zat
aktif yang dihitung berdasarkan bobot unit sediaan dengan
asumsi pencampuran dan proses pengisian atau pencetakan
tablet berlangsung secara homogen.
4.1. Keragaman bobot
Untuk tablet tidak bersalut, kapsul keras, kapsul lunak, dan
sediaan padat dalam dosis tunggal termasuk sediaan padat
steril.
Prosedur: Timbang saksama 10 tablet satu persatu dan
hitung rata-rata. Dari hasil penetapan kadarnya hitung
jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan
anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Untuk kapsul: Hitung berat isi kapsul masing-masing dari 10
kapsul ( lihat penimbangan kapsul).
 Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan seperti berikut untuk
bentuk sediaan yang dimaksud.
 Tablet tidak bersalut atau bersalut film
Timbang saksama 10 tablet satu per satu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap
tablet yang dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari
hasil Penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai penerimaan.
 Kapsul keras
Timbang saksama 10 kapsul satu per satu, beri identitas masing-masing
kapsul. Keluarkan isi masing-masing kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang
saksama tiap cangkang kapsul kosong, dan hitung bobot bersih dari isi tiap
kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-
masing bobot bruto. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari
hasilPenetapan kadar masing-masing isi kapsul. Hitung nilai penerimaan.
Sediaan padat selain tablet dan kapsul
Lakukan seperti yang tertera pada Kapsul keras,. Hitung nilai
penerimaan.

Sediaan cair
Timbang saksama sejumlah cairan yang dikeluarkan dari 10 wadah satu
per satu seperti penggunaan normal. Jika perlu lakukan perhitungan
kesetaraan volume setelah penetapan bobot jenis. Hitung jumlah zat
aktif dalam tiap wadah dari hasil Penetapan kadar. Hitung nilai
penerimaan.
Perhitungan Keragaman Bobot
Perkiraan masing-masing kandungan zat aktif dari satuan yang diuji
(Xi ):
Xi = (wi . A)/W
di mana wi = Bobot masing-masing unit
sediaan
A = Kadar zat aktif rata-rata dalam
sediaan
W = Bobot rata-rata sediaan
4.2.Keseragaman Kandungan
Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan penetapan kadar
seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud:
Sediaan padat : Lakukan penetapan kadar masing-masing 10 satuan
menggunakan metode analisis yang sesuai penetapan kadar. Hitung nilai
penerimaan (Acceptance Value AV)
Sediaan cair: Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan
yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam
kondisi penggunaan yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis
terbagi. Hitung nilai penerimaan (AV)
Jika prosedur analisis yang digunakan untuk penetapan kadar dan
uji Keseragaman sediaan berbeda, diperlukan faktor koreksi yang
akan digunakan untuk memperoleh hasil pengujian.
Perhitungan Nilai Penerimaan
Nilai Penerimaan (Acceptance Value, AV)
|M - x̄| + ks
di mana M = Nilai rujukan
x̄ = Nilai rata-rata dari hasi pengukuran
dihitung sebagai persen dari label.
k = Tetapan keberterimaan
jika n = 10, maka k = 2,4
dan jika n = 30, maka k = 2,0
s = Simpangan baku dari hasil
pengukuran
Nilai Rujukan (M)
Nilai M sangat tergantung pada nilai target T.
Jika T≤ 101,5 %, maka:
M = x̄ (AV = ks), jika 98,5%≤ x̄ ≤ 101,5%

M = 98,5%, jika x̄ < 98,5%


maka AV = 98,5 –x̄ + ks
 M = 101,5%, jika x̄ > 101,5%
maka AV = x̄ -101,5 + ks
Jika T > 101,5%
 M = x̄ dan AV = ks, jika 98,5% ≤ x̄ ≤ T
M = 98,5%, jika x̄ <98,5%
maka AV = 98,5 – x̄ + ks
M = T%, jika x̄ > T
maka AV = x̄ - T + ks

Nilai Target dinyatakan sebagai persen seperti pada label yang


dinyatakan farmakope, maka T = 100%.
Simpangan Baku (s)
Simpangan baku dihitung dengan:
s = [∑ (xi - x̄)2/(n – 1)]1/2
dimana xi = nilai hasil pengukuran individual
dihitung sebagai persen dari
label
x̄ = nilai rata-rata hasil pengukuran
n = jumlah sampel yang diukur
Simpangan baku relatif (SBR) dihitung dengan:
SBR = 100 s/x̄
Kriteria Penerimaan
Gunakan kriteria berikut kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi untuk Sediaan padat dan cair
1. Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan (AV)
untuk 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1% atau
15%
2. Jika nilai penerimaan (AV) lebih besar dari L1% atau 15%, lakukan
pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung kembali nilai
penerimaan (AV)
3. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan (AV) akhir dari 30 unit sediaan
lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unitpun kurang
dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dari [1 +
(0,01)(L2)]M
Perhitungan nilai penerimaan (AV) dalam Keseragaman kandungan atau
Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain maka L1 = 15,0 dan L2 =
25,0.
Usulan Pengujian Mutu Sediaan Farmasi

1. Identifikasi : Metode Kimia/reaksi warna, Metode


Kromatografi (KLT, KCKT, KG), Metode Spektrofotometri (UV,
VIS)
2. Pengujian Kemurnian (tergantung sediaan) : Metode
Kimia, pH, Spektrotometri, Kromatografi (KLT, KCKT, KG).
3. Pengujian Kinerja Sediaan (tergantung jenis sediaan)
4. Penetapan Kadar: Metode Kimia, Spektrofotometri,
Kromatografi, dan Mikrobiologi.
== Terima kasih ==

Anda mungkin juga menyukai