PENGAWASAN MUTU
(Bahan Aktif dan Sediaan Farmasi )
SLAMET IBRAHIM S
FA KU LTA S FA R M A SI U N JA N I
2021
DASAR HUKUM
Obat yang beredar di Indonesia harus memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan (UU No 36, 2009, Kesehatan, Pasal 105 )
Sediaan Farmasi harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan sesuai dengan persyaratan farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 2 ayat 1 dan
2, PP 72/th 1998 Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan).
Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin (
Pasal 12 ayat 1 PerMenkes No. 1332/MenKes/Per/X/2002).
Sumber: Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Dir Jend Kefarmasian dan AlKes, Kemenkes RI
Pasal 2, PP 72/1998
Sediaan farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai
dengan persyaratan dalam buku Farmakope atau buku
standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sesuai dengan
persyaratan dalam buku Materia Medika Indonesia yang
ditetapkan Menteri ( Sekarang diganti menjadi Farmakope
Herbal Indonesia).
Pasal 12, PP No 72/1998
1.Pengujian keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan
farmasi dilaksanakan melalui:
Pengujian laboratorium berkenaan dengan mutu
sediaan farmasi
Penilaian atas keamanan dan kemanfaatan sediaan
farmasi ( melalui evaluasi hasil kajian praklinik dan
klinik: fase I, II dan III)
2. Tata cara pengujian sediaan farmasi dan alat kesehatan
ditetapkan oleh Menteri.
Pengertian Mutu Obat
1. Kesesuaian dengan spesifikasi atau persyaratan, sehingga dihasilkan
produk tanpa cacat (PHILIP CROSBY )
2. Produk yang bebas dari kontaminasi dan selalu memberikan manfaat
terapetik yang tepatulang sesuai dengan yang dijanjikan pada label
kepada konsumen (WOODCOCK)
3. Kesesuaian senyawa obat atau produk obat dengan kegunaan yang
telah ditetapkan, meliputi karakteristik kualitas yaitu identitas,
kemurnian, dan kadar (ICH).
4. Ketepatan obat terhadap tujuan penggunaannya yang ditentukan
oleh: (a). perbandingan khasiat dan keamanan obat terhadap
pengobatan yang sesuai dengan pernyataan dalam label atau
sebagaimana yang dipromosikan atau dipublikasikan, dan (b).
kesesuaian obat terhadap spesifikasi dalam hal identitas, kekuatan,
kemurnian dan karakteristik lainnya (WHO).
Jaminan Industri terhadap Mutu:
Melalui pelaksanaan CPOB adalah:
1. Menjamin bahwa sediaan farmasi yang diproduksi mengandung
sejumlah zat aktif yang sesuai dengan batas kadar yang dinyatakan
label/etiket.
2. Menjamin bahwa keragaman sediaan farmasi antar unit dalam bets
telah diminimalkan
3. Menjamin bahwa semua bahan yang digunakan dalam formulasi
sediaan farmasi memenuhi tingkat kemurnian yang dipersyaratkan
dan tidak ada kontaminan yang masuk selama proses produksi.
4. Menjamin bahwa sediaan farmasi yang diproduksi stabil di bawah
kondisi penyimpanan normal.
5. Menjamin bahwa sediaan farmasi mempunyai efek terapeutik yang
sesuai dengan yang dinyatakan label
FARMAKOPE
Kata “farmakope” berasaal dari kata dalam bahasa Yunani kuno “pharmakon”
yang berarti obat dan kata “copoieon” yang berarti membuat.
Farmakope didefinisikan sebagai suatu standar farmasi yang ditujukan untuk
menjamin keseragaman dalam jenis, kualitas, komposisi dan kekuatan suatu
obat yang telah diakui atau telah dizinkan oleh pemegang kewenangan dan
diwajikan bagi apoteker dan ahli farmasi (G. Urdang, 1951).
Farmakope merupakan suatu buku yang berisi kumpulan standar (spesifikasi)
dalam bidang farmasi, terutama untuk bahan baku obat dan sediaan jadi,
sediaan produk biologi, yang dilengkapi dengan metode analisis, prosedur
dan instrumennya, baku pembanding dan penerapan standar yang berkaitan
dengan standarisasi di bidang farmasi.
TUJUAN DAN PERANAN FARMAKOPE
1. Memberikan standard mutu (spesifikasi) tentang identitas, kemurnian
dan potensi dari bahan aktif obat, eksipien dan sedian obat jadi.
2. Mendukung spesifikasi obat dan alat kesehatan dengan metode
pengujian dan analisis yang mudah dilakukan dengan
mempertimbangkan sarana dan fasilitas yang tersedia.
3. Memberikan metode-metode analisis yang umum yang dapat
diterapkan untuk bahan obat dan sediaan yang tertera ataupun yang
baru
4. Memberikan cara pengambilan keputusan yang fleksibel pada
metode dan persyaratan sehingga memepermudah penggunaan
farmakope secara umum.
URUTAN MONOGRAFI FARMAKOPE
BAHAN AKTIF FARMASI SEDIAAN OBAT JADI
• Nama generic dalam bahasa Indonesia. • Nama sediaan dalam bahasa Indonesia
• Struktur molekul, nama kimia, CAS • Pernyataan standar kekuatan/potensi
number dan berat molekul (BM) bahan aktif dalam sediaan yang dimaksud.
• Pernyataan standar kekuatan/potensi
bahan aktif • Standar Identitas
• Pemerian bahan • Standar Kemurnian (tergantung bahan
aktif dan jenis sediaannya)
• Standar Identitas
• Standar Kemurnian • Standar Kinerja sediaan
Ada Ya
Ada
Ya
Metode sudah dikuasai. Matriks Rancang pengujian
tidak mengganggu mutu Sediaan Farmasi
Tidak
SAMPEL
- Pelarutan
- Penyaringan
Pengukuran
Hasil analisis
PERSYARATAN MUTU FARMAKOPE: SEDIAAN
No Jenis Pengujian Farmakope Farmakope Metode Lain
Indonesia VI Lainnya
1. Identifikasi KLT KLT KCKT
KCKT
Kadar dinyatakan dalam berat per g/mL sediaan atau % dari kadar atau yang tertera pada etiket.
d. Uji Kinerja Sediaan
1. Uji Disolusi : digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi
untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet harus dikunyah.
2. Uji Waktu Hancur: digunakan untuk menentukan kesesuaian batas
waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi ( Lihat
MK Teknologi Sediaan Padat: Table)
3. Uji sterilitas
4. Uji Endotoksin
5. Uji pH
6. Dll.
Metode Analisis Pada Uji Disolusi
Pada umumnya, metode analisis yang digunakan untuk uji
disolusi adalah Spektrofotometri UV-VIS atau Kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT).
Spektrofotometri UV-VIS: hasil analisis dapat diperoleh lebih
cepat, prosedur lebih sederhana, dan hanya sedikit sampel yang
digunakan dalam analisis, tetapi tidak spesifik.
KCKT dianjurkan bila terdapat pengaruh eksipien dan bahan
aktif lain dalam formula terhadap analisis. Hasilnya lebih lambat
namun lebih akurat dan selektif/spesifik.
Yang sangat penting adalah metode analisis yang digunakan
dalam uji disolusi sudah divalidasi atau diverifikasi.
Kriteria Keberterimaan Uji Disolusi
USP dan FI EP JP
6 + 6 + 12 6 6+6
• S1 : 6, masing-masing unit tidak kurang Semua dari 6 Semua dari 6 unit
dari Q + 5% unit tidak pertama atau 10 unit dari
• S2 : 6, Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) kurang dari 12 memenuhi
sama atau lebih besar Q, dan tidak satu Q persyaratan Q
unitpun yang kurang dari Q – 15%
• S3 : 12, Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3)
sama atau lebih besar dari Q, tidak lebih
dari 2 unit yang kurang dari Q -15% dan
tidak ada satupun yang kurang dari Q –
25%
e. Keseragaman Sediaan
Dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Keragaman bobot: diterapkan pada produk kapsul lunak isi cairan dan
pada sediaan padat termasuk saediaan padat steril, yang
mengandung zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau
lebih dari bobot satuan sediaan.
Keseragaman kandungan: diterapkan pada semua sediaan yang
mengandung zat aktif kurang dari 25 mg dari bobot satuan sediaan.
Uji Keseragaman Sediaan Farmasi
BENTUK JENIS SUB JENIS DOSIS ≥ 25 mg DOSIS ≤ 25 mg atau
SEDIAAN Atau ≥ 25% ≤ 25%
LARUTAN DALAM KB KB
KAPSUL
Sediaan cair
Timbang saksama sejumlah cairan yang dikeluarkan dari 10 wadah satu
per satu seperti penggunaan normal. Jika perlu lakukan perhitungan
kesetaraan volume setelah penetapan bobot jenis. Hitung jumlah zat
aktif dalam tiap wadah dari hasil Penetapan kadar. Hitung nilai
penerimaan.
Perhitungan Keragaman Bobot
Perkiraan masing-masing kandungan zat aktif dari satuan yang diuji
(Xi ):
Xi = (wi . A)/W
di mana wi = Bobot masing-masing unit
sediaan
A = Kadar zat aktif rata-rata dalam
sediaan
W = Bobot rata-rata sediaan
4.2.Keseragaman Kandungan
Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan penetapan kadar
seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud:
Sediaan padat : Lakukan penetapan kadar masing-masing 10 satuan
menggunakan metode analisis yang sesuai penetapan kadar. Hitung nilai
penerimaan (Acceptance Value AV)
Sediaan cair: Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan
yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam
kondisi penggunaan yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis
terbagi. Hitung nilai penerimaan (AV)
Jika prosedur analisis yang digunakan untuk penetapan kadar dan
uji Keseragaman sediaan berbeda, diperlukan faktor koreksi yang
akan digunakan untuk memperoleh hasil pengujian.
Perhitungan Nilai Penerimaan
Nilai Penerimaan (Acceptance Value, AV)
|M - x̄| + ks
di mana M = Nilai rujukan
x̄ = Nilai rata-rata dari hasi pengukuran
dihitung sebagai persen dari label.
k = Tetapan keberterimaan
jika n = 10, maka k = 2,4
dan jika n = 30, maka k = 2,0
s = Simpangan baku dari hasil
pengukuran
Nilai Rujukan (M)
Nilai M sangat tergantung pada nilai target T.
Jika T≤ 101,5 %, maka:
M = x̄ (AV = ks), jika 98,5%≤ x̄ ≤ 101,5%