TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan wader cakul menurut Roberts (1989) dan Kottelat et al. (1993)
Kingdom : Animalia
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Puntius
Nama umum : ‘Spotted barb’ memiliki ciri khusus yaitu berupa bintik hitam di
Nama local : bilak, klemar, wader cakul (Jawa Tengah); sepadak, dan tanah
(Kalimantan Timur).
Gambar 1. ikan Wader Cakul (Doc.Pribadi)
4
5
permulaan sirip punggung berada di depan permulaan sirip perut dan sirip anus jauh
ke belakang di muka dubur, rahang tidak bergerigi. Sirip punggung ikan wader
dan 7-9 jari-jari lemah; sirip duburnya memiliki beberapa jari-jari lemah mengeras
dan 5 jari-jari lemah bercabang; jari-jari lemah mengeras paling belakang tidak
bergerigi. Ukuran kepala 3,3 – 4,5 kali dari lebar mata, tinggi batang ekor sama
dengan Panjang ejor dan 0,3 – 0,5 kepala. Ikan memiliki beberapa bercak hitam dan
empat sungut, gurat sisi sempurna, jari-jari terakhir sirip dorsal mengeras dan
bergerigi, 4 ½ sisik antara gurat sisi dan awal sirip dorsal, bintik hitam pada bagian
depan sirip dorsal dan bagian tengah batang ekor, ikan muda dan dewasa memiliki
2 hingga 4 titik atau lonjong di tengah badan. (Kottelat et al., 1993 dalam Dwinda
dkk., 2012).
benthopelagic, hidup di perairan tawar daerah tropis dengan kisaran pH 6,0-6,5 dan
suhu perairan 24-26ºC. Biasanya ikan wader ini dapat ditemukan di selokan-
selokan, sungai, dan tambak. Daerah penyebaran ikan wader cakul ini di beberapa
Indonesia. Indonesia sendiri penyebaran ikan wader cakul meliputi beberapa daerah
yaitu Selat Sunda, Bali, Lombok, Sumatra, Nias, Jawa, Kalimantan,
pemakan plankton dan larva ikan lain, udang kecil, serangga dan binatang kecil
yang melekat pada pasir dan kerikil di air yang dangkal atau mengapung di dalam
air atau binatang kecil jatuh dari kayu dan tumbuhan rerumputan di tepi tebing
sungai. Di sawah ikan ini juga memakan cacing kecil. Itulah sebabnya para pengail
ikan pantau sering memberi mata pancingnya dengan cacing atau serangga yang
bisa dikaitkan. Tetapi dengan menggunakan dedak yang dicampur dengan kepala
ikan dan direbus sehingga dapat dilekatkan ke mata pancing atau bahkan juga nasi
digunakan untuk memancing ikan pantau. Dengan demikian bahwa ikan wader pari
dapat juga menjadi omnivor dengan memakan pakan buatan yang berupa campuran
Ikan wader cakul atau dalam bahasa sunda ikan bentuer termasuk ke dalam
ikan air tawar. Ikan benteur mengonsumsi pakan alami berupa beberapa
kelas Cyanophyceae sebanyak 0,53%. Ikan uceng, benteur, dan wader dibanding
dengan ikan indigenous lainnya mereka lebih leluasa, karena dapat memanfaatkan
sumber daya berbeda sebagai makanan utama mereka (Elinah dkk, 2016).
6
7
Kebutuhan nutrisi tiap-tiap jenis ikan tidaklah sama, beberapa factor yang
harus di perhatikan dalam memilih pakan yang sesuai umtuk ikan yang di
budidayakan ialah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pada ikan dari
optimum dalam pakan untuk ikan ini ialah protein berkisar 25-35%, kandungan
kadar protein pakan optimal untuk pertumbuhan benih ikan tawes yang merupakan
salah satu dari genus Puntius adalah 41,78%. Pada kadar protein pakan optimal
tercapai kadar protein tubuh maksimal (13,75%) dan pertambahan bobot rata-rata
benih 4,56%/hari. Bobot benih terus meningkat dengan peningkatan kadar protein
pakan sampai kadar protein pakan sampai 45%. Pertambahan bobot benih pada
kadar protein pakan lebih dari 41,78% disebabkan oleh peningkaan kadar air tubuh
(kadar protein tubuh dan kadar abu tubuh tidak berubah nyata, kadar lemak tubuh
menurun).
2.2 Probiotik
tidak toksik, tahan terhadap asam lambung dan dapat berkoloni pada usus besar.
Jenis bakteri probiotik yang paling dikenal adalah golongan bakteri asam laktat dan
diminati. Bakteri ini dapat memecah karbohidrat yang tidak tercerna pada saluran
akuakultur dapat diberikan melalui pakan komersil, air maupun melalui perantara
pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan
perliternya. Kandungan bakteri probiotik didalam probio 7 cukup lengkap dan dapat
pakan mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan ikan nila sebesar 11%
Pada ikan koi, Bacillus sp. dapat meningkatkan pertumbuhan, respons imun,
dan aktivitas enzim pencernaan (He et al., 2011 dalam Dewi, 2017). Simanjuntak
kualitas dan sintasan ikan lele dumbo. Bacillus subtilis, mampu meningkatkan
sebesar 67.20±3.33 pada perlakuan 108 sel/ml. Pada ikan patin, penambahan
(Ahmadi dkk., 2012). Menurut Lestari dkk (2018), bakteri salah satu bakteri asam
hewan inang melalui peningkatan nafsu makan, meningkatkan mikroba dalam usus,
10.000 antibiotik yang telah ditemukan, dua pertiganya dihasilkan oleh bakteri ini.
industri obat, pakan ternak atau unggas, pengawetan makanan, pertanian, dan
(Kasmiran dan Tarmizi, 2012). Aspergillus oryzae merupakan jenis kapang yang
juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan terutama
kandungan protein. Selain tidak bersifat patogen, A. oryzae juga dikenal sebagai
resisten terhadap antibiotik, dan mampu bertahan pada kondisi asam dan basa.
pada sel-sel intestinal, sehingga usus menjadi lebih sehat. Hasil dari penambahan
nyata terhadap laju pertumbuhan, konsumsi pakan dan juga efisiensi pakan pada
Nitrobacter per 100 gram pakan dengan laju pertambahan bobot 34,26 %, laju
5,35 g. hal ini juga serupa dengan hasil penelitian Chilmawati (2018), Hasil uji t
(1.321±0.030) yang lebih baik dari perlakuan tanpa penggunaan probiotik dalam
pakan bandeng.
mengubah nitrit menjadi nitrat, Bakteri Nitrobacter pada dasarnya berperan dalam
tahap nitratasi setelah tahap nitritasi oleh bakteri Nitrosomonas (Ramadhani, 2015).
pada padat tebar ikan lele dumbo yang berbeda dalam system aquaponic
mendapatkan hasil sangat berbeda nyata (p<0.01) terhadap kualitas air. Hasil uji
berbeda nyata (p<0.01) dengan P1, P2, P3 dan P4 yang telah diberikan perlakuan
bakteri Nitrobacter.
2.4 Sintasan
ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dalam suatu wadah.Sintasan
yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan atau
peluang hidup dalam suatu waktu tertentu, sintasan dapat dipengaruhi oleh factor
biotik maupun abiotik. Beberapa faktor biotik yang mempengaruhi sintasan ikan
abiotik adalah sifat kimia dan fisika air serta lingkungan perairan.
kandungan gizi pakan tidak mencukupi sebagai sumber energi. Salah satu upaya
untuk mengatasi rendahnya sintasan yaitu dengan pemberian pakan yang tepat baik
dalam ukuran, jumlah dan kandungan gizi dari pakan yang diberikan (Wijayanti,
2010).
2.5 Pertumbuhan
dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga di artikan sebagai pertambahan
jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada
14
kelebihan pasokan energi dan protein. Persiapan air media merupakan hal yang
sangat penting dalam pemeliharaan ikan. Hal ini dikarenakan air merupakan tempat
hidup ikan , sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas airnya
diketahui dengan cara menghitung selisih dari bobot awal penebaran ikan pada
suatu wadah budidaya hingga mencapai waktu budidaya yang telah ditentukan.
Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain keturunan,
diberikan, kandungan pakan yang berkualitas baik dengan protein yang tinggi serta
kualitas air yang mendukung untuk pertumbuhan ikan yang dibudidayakan (Dewi
dkk, 2015).
Faktor yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan ikan dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar merupakan faktor yang
berasal dari luar tubuh ikan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti oksigen
terlarut, suhu air, amonia, salinitas, kualitas pakan dan lain-lain, sedangkan faktor
dalam merupakan faktor yang sulit di kontrol sebab berasal dari dalam ikan sendiri
seperti jenis kelamin, umur, genetika dan lain-lain. faktor-faktor tersebut saling
berinteraksi dan beriringan dengan faktor lainnya ada yang dapat dikontrol adapula
2.6.1 Suhu
Suhu merupakan indikator utama dalam proses fisika dan kimia yang terjadi
di dalam suatu perairan. Ikan tergolong hewan yang dimana suhu tubuhnya hampir
sama dengan suhu air lingkungannya, namun secara fisiologis ikan akan merespon
apabila terjadi perubahan suhu air yang ekstrim. Kisaran suhu yang baik untuk
ikan yaitu 25-30oC. Nilai suhu terendah yaitu 24oC terjadi pada pagi hari,
sedangkan nilai tertinggi pada siang dan sore hari yaitu 33 oC. Adanya peningkatan
suhu pada air media pemeliharaan diduga disebabkan oleh penempatan wadah
pemeliharaan yang berada di luar ruangan. Taufik dkk (2009), berpendapat bahwa
proses enzimatis, sintesa protein dan difusi molekul-molekul kecil. Pada kondisi
suhu yang turun mendadak akan terjadi degradasi sel darah merah sehingga proses
respirasi terganggu. Fluktuasi suhu juga akan berpengaruh terhadap daya racun
amonia (NH3) dalam air di mana daya racun NH3 akan meningkat pada penurunan
2.6.2 pH
Menurut kiswara (2015), pH air menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada
suhu tertentu. Nilai pH pada suatu perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi
16
asam atau basa, nilai pH berkisar antara 0-14. Air disebut asam apabila pH <7,
Tatangindatu (2016), berpendapat jika pH yang ideal bagi kehidupan biota air
tawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan
logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air,
sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang
2.6.3 DO
organisme perairan. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen
yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik
pada jenis, stadium dan aktifitasnya (Salmin, 2015). Menurut Sugianti dan Astuti
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis
oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kebutuhan DO minimum untuk ikan air tawar
tropis ± 5 mg/l (80% saturasi), sedangkan untuk ikan laut tropis ± 5 mg/l (75%
saturasi). Utami dkk (2018), juga berpendapat bahwa pertumbuhan ikan tawes
2.6.4 Amonia
Ammonia adalah senyawa kimia berupa gas, ammonia sebagai hasil utama
dan karbon dioksida sebagai hasil samping. Ammonia juga dapat berdampak
negatif bagi organisme perairan dan manusia apabila terakumulasi dalam jumlah
Terdapat 2 bntuk amoniak dalam air yaitu yang terinsonansi (amonium, NH 4+) dan
yang tidak terinsonansi (amoniak, NH3). Konsentrasi amoniak yang tinggi di dalam
air akan mempengaruhi jumlah konsumsi oksigen, merusak insang dan mengurangi
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Kadar amoniak bebas pada perairan
sebaiknya tidak lebih dari 1mg/l (Kiswara, 2015). Tetapi menurut shabrina (2018),
amoniak terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan Puntius javanicus
berkisar <0,5ml/L. Sedangkan Utami (2018), Perairan yang baik untuk budidaya