Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

Oleh:

1. ABDIL CHOIRUL FAUDI.


2. AFIFAH AFRAHROHMA
3. CINTA YUDIA PUTRI
4. AGUS FIRMANSYAH
5. AHMAD SHAHIBUL WAFA
6. RAHMAD RIYADI

PRODI PGSD 1B STKIP PGRI SUEMENEP 2020

JUDUL: Hakikat manusia dan pengembangannya.

2. kata pengantar

Puji syukur kehadirat kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah –nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang judul (kefilsafatan pendidikan) ini tepat
waktu adapun tujuan dari penulis dari makalah ini untuk memenuhi tugas dari Dosen pada bidang
studi pengantar pendidik. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan .

3. Daftar isi

Judul...................................................................................................................................
Kata pengantar.....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Rumusan masalah .......................................................................................................
B. Tujuan pembahasan......................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat ..............................................................................................................
B. Penerapan filsafat pendidikan .............................................................................................
C. Hubungan filsafat dan pendidikan ........................................................................................
D. Ruang lingkup filsafat pendididkan ......................................................................................
E. Urgensi filsafat pendidikan ...................................................................................................
BAB 3 PENUTUB
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................
B. SARAN .................................................................................................................................
Daftar pustaka
Rumusan makalah
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana cara perkembangan filsafat ?
3. Apa yang dimaksud urgensi filsafat ?
Tujuan masalah
1. Mendeskripsi pengertian fisafat.
2. Mendeskripsi perkembangan filsafat.
3. Mendeskripsi urgansi filsafat.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat Pendidikan berasal dari dua kata yaitu filsafat dan pendidikan. Filsafat secara bahasa
yunani berasal dari kata "philos" yang artinya cinta, sedangkan "shophia" artinya bijaksana, maka
filosofi berarti kajian dalam tentang ilmu pengetahuan yang didasarkan atas kecintaan seseorang
terhadap ilmu tersebut.
pengertian Filsafat Pendidikan itu sendiri yaitu ilmu yang mempelajari kebenaran yang realistis
sehingga dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam
mendewasakan manusia melalui latihan dan latihan yang bersifat mendidik.

Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisis secara kritis struktur dan
manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan.
Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh
aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan
pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek
pendidikan yang lain.
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan
tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum.Filsafat pendidikan memandang kegiatan
pendidikan sebagai objek yang dikaji, baik secara Ontologis, Epistemologis, maupun Aksiologis.
Ada banyak definisi mengenai filsafat pendidikan tetapi akhirnya semua mengatakan dan
mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan
pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan
gerak semua aktivitas pendidikan.
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme dan akademik. Sisi
humanisme mengembangkan manusia dari segi keterampilan dan praktik hidup.Sementara aspek
akademik menekankan nilai kognitif dan ilmu murni. Keduanya merupakan aspek penting yang
sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisis dan
mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang.
Filsafat pendidikan akan terus melakukan peninjauan terhadap proses pendidikan demi
perkembangan pendidikan yang mencetak manusia handal.

Pada dasarnya filsafat pendidikan membicarakan tiga masalah pokok. Pertama, apakah
sebenarnya pendidikan itu. Kedua, apakah tujuan pendidikan yang sejati. Ketiga, dengan metode
atau cara apakah tujuan pendidikan dapat tercapai.
Adapun cabang-cabang filsafat pendidikan adalah Ontologi, Epistimologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu "Ontos" yang berarti berada
(being) dan "Logos" berati pikiran (logika). Jadi, ontologi merupakan cabang ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada yang memiliki eksistensi. Eksistensi tersebut harus memiliki identitas
dan harus berdasarkan fakta. Ontologi juga berarti ilmu yang berasal dari penelitian.
2. Epistimologi
Terdiri dari dua kata, yaitu "Episteme" yang berarti pengetahuan dan "Logos" yang berati pikiran.
Jadi, Epistimologi adalah ilmu yang membahas tentang suatu kebenaran pengetahuan.
Sedangkan secara istilah menurut filsuf sk drive james fredenck ferrier (1808 - 1864) Epistimologi
adalah cabang filsafat yang memberikan fokus perhatian pada sifat dan ruang lingkup ilmu
pengetahuan. Pada epistimologi itu membahas bahwa kebenaran itu ada tapi tidak bersifat
mutlak dan dalam memberikan fokus itu harus dilakukan adalah metode.
3. Aksiologi
Berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu "Axios" yang berarti nilai dan "Logos"
yang berarti teori atau ilmu. Jadi, Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang teori nilai (etika
dan estetika).
Jadi, dapat disangkal bahwasannya Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakikat
sesuatu yang ada sedangkan menurut istilah ilmu membahas tentang hakikat yang ada yang
memiliki eksistensi. Epistimologi adalah ilmu yang membahs asal muasal kebenaran
pengetahuan. Aksiologi adalah ilmu yang membahas tentang teori nilai yang berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh.
Realitas-realitas pendidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain:
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memengaruhi
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Tujuan pendidikan sebagai arah pengembangan model pendidikan.
4. Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek dan subjek.
5. Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan.
6. Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
7. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi serta situasi
sosial sekitar.
8. Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran.
9. Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat.
10. Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan.

B. Penerapan filsafat pendidikan

Filsafat itu sangat penting didalam dunia pendidikan. Kenapa? Karena di dalam pengertian
secara mendalam tentang filsafat itu sendiri mempunyai arti yang sangat positif, murni, asli, dan
tanpa rekayasa. Dimulai dengan pengertian filsafat yaitu sebagai kecintaan, semangat,
kebenaran, absolute, mutlak, dsb. Tidak dapat dipungkiri filsafat itu adalah sebuah kunci jawaban
atas segala sudut pandang yang muncul di dunia.Filsafat sepatutnya dijadikan landasan berfikir
oleh manusia-manusia modern sekarang ini yang segala pola pikirnya sudah terkontaminasi oleh
kepalsuan-kepalsuan dunia yang bersifat global dan merusak.
Filsafat di dalam dunia pendidikan teramat sangat dibutuhkan sekali. Karena dengan segala
unsur-unsur makna yang terkandung dalam filsafat itu sendiri dapat mengarahkan pendidikan ke
jalan yang sebenar-benarnya tanpa dibelok-belokkan kearah yang tidak jelas
kebenarannya.Filsafat harus di masukkan secara mendalam dan menyeluruh di dalam ruang
lingkup pendidikan. Karena output-output dari pendidikan itu bila tidak didasari oleh filsafat maka
paham-paham yang dimilikinya akan mudah berbelok dan di belokkan oleh segala informasi atau
ilmu-ilmu yang mereka pelajari nantinya.
Filsafat juga seharusnya diletakkan di segala mata pelajaran para peserta-peserta didik dari
mulai tk, sd, smp, sma, dan universitas misalnya seperti filsafat penjaskes, filsafat tik, filsafat ips,
filsafat ipa, dan sebagainya. Agar makna dari filsafat bisa tertanam pada jiwa dan pikiran-pikiran
mereka dari dasar hingga keatas, bahkan kalau perlu filsafat menjadi landasan Negara kita tanpa
mengesampingkan pancasila dan UUD 1945. Karena filsafat memaknai dirinya sebagai suatu
konsep kebenaran yang mutlak dan absolute.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang
jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Para pendidik harus memahami bahwa filsafat pendidikan juga memberikan sesuatu yang
berbeda dalam wawasan dan aktivitas pendidikan itu sendiri. Maka perlunya menggunakan ide-
ide filosofis dan pola-pola pemikiran agar dapat menjadikan aktivitas mereka pada taraf
kesadaran etis. Bukannya sekedar rutinitas. Hanya saja ini tidak berarti bahwa pendidik harus
menerima pemikiran filsafat apa adanya. Mereka harus tetap menguji pemikiran filsafat sesuai
dengan konteks sosial peserta didik. Ketika kondisi berubah maka perspektif dan wawasan harus
diuji kembali.

Filsafat pendidikan tidak bisa dilihat dalam ruang yang vakum, tapi harus dilihat dalam
dinamika kekuatan-kekuatan yang lain. Maka dari itu, mengkaji basis teori kritis yang menjadi
landasan bagi praksis pendidikan yang memiliki corak dalam mengajarkan idea terhadap
penghargaan atas harkat dan martabat kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan, penghargaan atas
perbedaan, dan pembebasan atas dominasi dan ketertindasan. Lantas memungkinkannya untuk
memujudkan cita-cita transfomasi sosial dan emansipasi.

C. Hubungan filsafat dan pendidikan

Manusia berhubungan dengan filsafat dalam proses pendidikan karena manusia harus mampu
berfilsafat dalam dunia pendidikan. Mampu menjalankan proses pendidikan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih.

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, dapat diuraikan sebagai
berikut:

Pengertian filsafat dalam arti analisa adalah salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh
para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metoda-metoda ilmiah lainnya.
Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah berkembang oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.

Artinya mengarahkan agar teori-teori dengan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktik kependidikan sesuai dengan kenyataan
dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.

Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat
hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saefullah dalam
bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai berikut:

Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat


hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta ini moral pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran,
termasuk pola-pola akulturasi dan peran pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan
negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem
atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu suplemen
terhadap yang lain dan keduanya diperlakukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan
hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.

D. Ruang lingkup filsafat pendididkan

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan
manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat mengatasi semua
permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan
memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup
secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan
pemikiran manusia yang komprehensif. Sagala sesuatu yang mungkin dan benar-benar ada
(nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas
(Muhammad Noor Syam, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).

Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan
manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan.
Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:

1.Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).


2.Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature
ofman).
3.Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
4.Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5.Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6.Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).

Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang
lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk
mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana
melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti
yang dicita-citakan.

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari
sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya
pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya tentang hakikat sesuatu yang
menjadi objek dan materi bahasannya.

Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun
membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;25),
ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika.

1.Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti
(research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan
analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia
melalui upaya logika agar bisa dipahami.
2.Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan
merupakan filsafat mengenai kesenian.
3.Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang nilainya tinggi (sophisticated).
4.Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang
dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan
kantor.
5.Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate
reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa
filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda
dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), filsafat sebagai ilmu yang
mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain:

1.Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul
bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut
memang nyata.
2.Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah
pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-
jenis pengetahuan.
3.Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.
Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), dalam
pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang
diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan
perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat
pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan
epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi
yang besar.

Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang
tampak jelas dan tidak jelas.

1.Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses


pendewasaan atau kematangan.
2.Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan
sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
3.Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan
dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai
seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya
yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu
secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan
kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin
ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya
dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan
fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.

Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena
masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam
konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menyangkut seluruh
aspek hidup dan kehidupan manusia.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang
masalah-masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik
bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang lebih
dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih
mendasar.

Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama.
Berfilsafat ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan
menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari
arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya diberikan
kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilai-nilai yang kritis
dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan
berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian, filsafat pendidikan
adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan
pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat
pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama
proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar
yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.

E. Urgensi filsafat pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi ide-ide filosofis ke dalam masalah-masalah pendidikan.


Begitupun sebaliknya, praktik-praktik pendidikan juga bisa menyumbang gagasan terhadap
perbaikan ide-ide filosofis tersebut. Sebab pendidikan itu berkaitan dengan dunia ide juga
aktivitas praktis. Ide-ide yang baik memiliki implikasi yang baik pula terhadap praktik-praktik
pendidikan.

Di samping praktik-praktik pendidikan yang baik juga berimplikasi terhadap ide-ide


pendidikan. Filsafat pendidikan lebih banyak disandarkan pada pemikiran-pemikiran para filsuf
pendidikan sembari berupaya untuk mengaplikasikan pemikiran-pemikiran tersebut dalam praktik
pendidikan. Hal ini tentu dengan suatu keyakinan bahwa praktik pendidikan itu tidak lepas dari
landasan filsafat yang mendasarinya.

Filsafat pendidikan tidak hanya merupakan cara untuk mendapatkan dan mencari ide-ide,
tetapi juga merupakan media pembelajaran tentang bagaimana menggunakan ide-ide tersebut
secara lebih tepat. Filsafat pendidikan hanya bisa menjadi signifikan ketika pendidik mengenali
perlunya berpikir secara jernih tentang apa yang sedang mereka lakukan. Kemudian melihat relasi
antara apa yang sedang mereka kerjakan dengan konteks individu dan perkembangan sosial yang
lebih luas. Dalam konteks inilah, praktik memperluas teori dan mengarahkannya untuk
mendapatkan kemungkinan-kemungkinan yang baru.

Para pendidik harus memahami bahwa filsafat pendidikan juga memberikan sesuatu yang
berbeda dalam wawasan dan aktivitas pendidikan itu sendiri. Maka perlunya menggunakan ide-
ide filosofis dan pola-pola pemikiran agar dapat menjadikan aktivitas mereka pada taraf
kesadaran etis. Bukannya sekedar rutinitas. Hanya saja ini tidak berarti bahwa pendidik harus
menerima pemikiran filsafat apa adanya. Mereka harus tetap menguji pemikiran filsafat sesuai
dengan konteks sosial peserta didik. Ketika kondisi berubah maka perspektif dan wawasan harus
diuji kembali.

Filsafat pendidikan tidak bisa dilihat dalam ruang yang vakum, tapi harus dilihat dalam
dinamika kekuatan-kekuatan yang lain. Maka dari itu, mengkaji basis teori kritis yang menjadi
landasan bagi praksis pendidikan yang memiliki corak dalam mengajarkan idea terhadap
penghargaan atas harkat dan martabat kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan, penghargaan atas
perbedaan, dan pembebasan atas dominasi dan ketertindasan. Lantas memungkinkannya untuk
memujudkan cita-cita transfomasi sosial dan emansipasi.

Platon percaya bahwa pendidikan adalah pembudayaan, proses di mana manusia anak-anak
dijadikan manusia seutuhnya sesuai dengan karakter dan watak masyarakatnya (polisnya).
Pendidikan bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan. Kata "transfer" mungkin membuat kita
mengingat uang atau rekening bank. Apakah menjadikan anak-anak kita menjadi berbudaya dan
beradab semudah kita memindahkan rekening bank? Tentu tidak.

Apa yang mau kita didikan, cara kita mendidik, dan daya serap setiap anak didik begitu
kompleks sehingga imaji transfer seperti itu tidak menolong kita untuk mendidik anak-anak.
Gambaran lain yang mirip berbahayanya adalah mengumpankan pendidikan sebagai unduhan
program ke kepala anak-anak. Pembudayaan tidak sama dengan mengunduh aplikasi dari situs
tertentu untuk dimasukkan ke mesin koomputer atau hand phone kita. Pembudayaan tidaklah
segampang tindakan copy paste.

Institusi pemikiran Platon tentang pendidikan berpusat pada jati diri manusia, yaitu pada
jiwanya. Mendidik artinya merawat jiwa dengan baik. Hanya jiwa yang terawat yang nantinya bisa
melahirkan pemimpin dan masyarakat rasional yang menjadi idaman setiap orang. Dalam bahasa
Platon, aktivitas berfilsafat, di mana salah satunya adalah melakukan pendidikan, merupakan
aktivitas "merawat jiwa". Para pemikir Yunani bergulat dengan takdir dan berusaha lolos dari
kungkungannya dengan mengidamkan kehidupan ilahi yang immortal.

Ada keyakinan mendalam bahwa manusia, lewat jiwanya, memiliki hubungan dengan
keilahian. Usaha melawan takdir (gerek menurun menuju moralitas, bahwa segala yang pernah
lahir pasti akan mati) inilah yang disebut perawatan jiwa yang merupakan usaha bergerak menaik
untuk menyerupai para dewa (menuju immortalitas).

Aktivitas berfilsafat sebagai perawatan jiwa tampak salah satunya dalam pendidikan. Mendidik
bagi Platon artinya merawat jiwa -- sebuah ruang kebebasan -- sehingga di situasi faktual
keterberiannya ia bisa memberikan orientasi tertentu pada dirinya sendiri. Salah satu situasi
terberi manusia adalah bahwa dirinya sudah terbentuk oleh lingkungannya untuk menghasrati
hal-hal tertentu. Dalam keterberian dirinya, hidup dengan pengalaman inderawinya
(memandang, mendengar, mengecap hal-hal inderawi) manusia selalu telah membentuk dirinya
dengan hasrat-hasrat tertentu.

Dengan demikian, kebebasan pada peserta didik harusnya dibuka oleh soal-soal yang lebih
otentik. Sebab pengalaman pada dirinya sendiri telah lebih dahulu membentuk intelektualitas
dengan pengalaman masing-masing yang berbeda-beda. Maka, proses imitasi tersebut secara
perlahan akan membentuk dirinya sendiri, dan dengan itu manusia sudah mendidik jiwanya
sendiri secara tertentu.

BAB 3
PENUTUB

A. KESIMPULAN
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai
jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat
pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang
integral atau satu kesatuan. Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum) apa yang
menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah
kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori
pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong
adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa
dan pedoman asasi pendidikan.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan. Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan karena kami sebagai manusia sadar akan
banyaknya kesalahan dari materi dan makalah yang kami angkat sebagai bahan makalah kami.
Sekian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai