KAJIAN PUSTAKA
kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang
secara primer menyerang saraf perifer dan sekunder menyerang kulit dan mukosa
saluran nafas bagian atas mata, otot, tulang dan testis (Amirudin dalam Harahap,
2000).
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai segi sosial, ekonomi, psikologis
2.1.2 Etiologi
menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian
atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri M.
leprae 12-21 hari dan masa tunasnya 40 hari – 40 tahun (Mansjoer dkk, 2000).
Menurut Entjang (2003), bentuk batang, Gram positif, tahan asam (acid-
8
2.1.3 Epidemiologi
daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah.
Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya. (Kokasih dalam Djuanda,
2008)
kusta ini mulai bertumbuh tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada yang
berpendapat penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir,
Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari
pasien kusta tipe MB (Multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat
Penyakit ini menyerang segala umur namun jarang sekali pada anak
dibawah usia 3 tahun. Hal ini diduga berkaitan dengan masa inkubasi yang cukup
lama. Namun meskipun sebagian besar penduduk di daerah endemik lepra pernah
terinfeksi M. Leprae tidak semua akan terserang penyakit ini karena kekebalan
didaerah endemis kekebalan tubuhnya tidak cukup untuk membunuh kuman yang
masuk dan kemungkinan suatu saat bisa terserang penyakit ini (Edington dalam
Lenna, 2004).
beberapa tahun. Seseorang bisa saja mendapatkan penularan pada masa kanak-
9
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak
perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain sumber
penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi dan iklim (Mansjoer
dkk, 2000).
2.1.4 Diagnosis
peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer) dan tergantung area yang
Bahan pemeriksaan diambil dari kerokan kulit (skin smear) pada cuping
telinga serta bagian aktif suatu lesi kulit. Bila pada kulit atau saraf
seseorang ditemukan kelainan yang tidak khas untuk penyakit kulit lain
10
Untuk menegakkan diagnosis kusta, diperlukan paling sedikit satu tanda
utama. Tanpa tanda utama, seseorang hanya boleh ditetapkan sebagai tersangka
(suspek) kusta.
diwajibkan dalam program nasional untuk penegakan diagnosis kusta. Tetapi saat
perlu diamati dan diperiksa ulang 3-6 bulan kemudian atau dirujuk ke dokter
spesialis kulit hingga diagnosa dapat ditegakan atau disingkirkan (Ditjen PPM dan
membentuk parut atrofi berwarna agak putih. Gambar wajah tampak lesi
11
varian dari granuloma anulare. Tahap awal ditandai oleh adanya gatal
(tidak terjadi pada kusta). Lesi menghilang sendiri cepat atau lambat dan
pengeluaran keringat dan saraf perifer normal. Lesi tersebut (serta keadaan
Menurut WHO 1988 dalam Mardika (2004) membagi lepra atas dua tipe
yaitu :
BT smear negatif
12
Menurut WHO (1995) dan Departemen Kesehatan Ditjen P2MPLP (1990)
membagi tipe Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB)
Tabel 2.1. Klasifikasi PB dan MB menurut P2MPLP
13
Tabel 2.2. Bagan Diagnosis Klinis Menurut WHO (1995)
Tipe PB Tipe MB
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian besar
ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama
dan erat). Kuman mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar
keringat, dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempat implantasi tidak selalu
tidak langsung, melalui kulit yang ada lukanya atau lecet, dengan kontak yang
14
Menurut Mansjoer dkk (2000), Kusta dapat menyerang semua umur, anak-
anak lebih rentan dari pada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada kelompok
dewasa ialah umur 25-35 tahun, sedangkan pada kelompok anak umur 10-12
tahun.
A. Pengobatan
1. Lepra tipe PB
2. Lepra tipe MB
a. 1 tablet Lampren 50 mg
15
1 blister untuk 1 bulan
16
Pedoman praktis untuk pemberian MDT bagi penderita kusta tipe MB
50 mg 50 mg 50 Minum di
2 kali setiap 2 mg/hari rumah
seminggu hari
Sumber : Modul Pelatihan Program P2 Kusta bagi UPK (2011)
Dosis bagi anak berusia dibawah 5 tahun disesuaikan dengan berat badan
c. Clofazimin : 1 mg/ kg BB
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil
penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar
faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan
17
kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara
menghindari kontak dengan penderita. Bila kontak ini tak dapat dihindari maka
dan makanan yang sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya. Usaha pencegahan
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup
24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan
cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman
kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah
dicapai penderita.
18
c. Setiap penderita pindah alamat harus diikuti dengan teliti agar ia
tidak lepas dari pengobatan dan perawatan. Hal ini perlu dilakukan
mengecilkannya.
masyarakat sekitarnya.
19
2.1.8 Evaluasi Pengobatan
laboratorium.
pemeriksaan laboratorium.
d. Masa pengamatan.
laboratorium
f. Relaps (kambuh)
20
2.2 Lingkungan Fisik Rumah
Rumah adalah tempat tinggal dimana seluruh anggota rumah tangga tinggal
dan menjalankan kegiatan sehari-hari dari makan hingga tidur, sehingga kondisi
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO
golongan, yaitu:
gedek, dan tidak berlantai (lantai tanah), atap rumahnya dari seng
Rumah yang sehat tidaklah harus mahal yang terpenting adalah memenuhi
syarat rumah sehat serta penghuni dalam rumah dapat hidup dengan baik. Bahan
21
bangunannya tidak harus mahal. Lantai rumah yang terpenting tidak bersentuhan
dengan tanah.
c. Ventilasi
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Fungsi kedua dari
disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus (Susanta, 2007).
nyamuk dan serangga lainnya kedalam rumah. Untuk itu harus ada
tersebut.
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di
harus dijaga agar udara tidak mendeg atau membalik lagi, harus
22
mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuknya
lubang ventilasi dalam ruangan dibagi luas lantai ruangan tersebut. Bila ruangan
digunakan setiap hari, maka ventilasi ruangan tersebut dimasukkan kategori ada,
C. Suhu
Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan
memenuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25 ºC, dan suhu rumah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 20 ºC atau > 25 ºC (Susanta, 2007).
Menurut Desikan dalam Kartini (2004), Daerah yang panas dengan kelembaban
karena M.leprae hidup optimal pada suhu 30-33° C dan kelembaban tinggi.
dapat hidup dengan baik di suhu 27-30°C . Oleh karena itu suhu dalam ruangan
D. Kelembaban
23
menggunakan hygrometer. Menurut indikator pengawasan Kualitas Kesehatan
kesehatan dalam rumah adalah 40-70% (Depkes RI 1994 dalam Fatimah, 2008).
akan membawa pengaruh bagi penghuninya, rumah yang lembab akan menjadi
E. Kepadatan Hunian
Apabila luas rumah tidak seimbang dengan jumlah penguni atau melebihi akan
Dilihat dari segi kesehatan kondisi rumah dengan padat penghuni atau
terutama penyakit yang dapat menular lewat udara seperti penyakit kusta.
standar (9 m² per orang) dan kepadatan tinggi yaitu lebih 9 m² per orang dengan
ketentuan anak <1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung
setengah.
dan luas rumah yang ditempati. Ketidakseimbangan antara luas rumah dengan
jumlah penghuni akan menyebabkan suhu di dalam rumah menjadi tinggi dan hal
24
2.3 Kerangka Berpikir
a. Kerangka Teori
Perorangan Lingkungan
Hygiene
Kepadatan
Penduduk
Lingkungan Fisik :
1. Kondisi fisik
Sosial Kusta bangunan
2. Ventilasi
Ekonomi PB & MB
3. Suhu
4. Kelembaban
5. Kepadatan
Pendidikan Pekerjaan hunian
Status Gizi
Pencahayaan
Imunitas Malnutrisi
25
b. Kerangka Konsep
3. Suhu : suhu rumah yang terjaga serta memenuhi syarat sehingga tidak
26