Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

“STRUMA NODULAR TOKSIK”

OLEH:

NI KETUT NADIA WINI SARAH


NIM. 2102621060

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak
sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran,
bicara jadi gagap, diare, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini
dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Struma nodusa non toxic merupakan struma nodusa tanpa disertai tanda- tanda
hipertiroidisme. Pada penyakit struma nodusa non toxic tiroid membesar dengan
lambat. Struma nodusa toxic ialah keadaan dimana kelenjar tiroid yang
mengandung nodul tiroid yang mempunyai fungsi yang otonomik, yang
menghasilkan suatu keadaan hipertiroid. Dampak struma nodusa terhadap tubuh
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya.
2. Epidemilogi/ Insiden kasus
Menurut WHO, Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan endemis
kejadian struma (goiter). Penyakit ini dominan terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Umumnya 95% kasus struma bersifat jinak (benigna) dan
sisanya 5 % kasus kemungkinan bersifat ganas (maligna).
Berdasarkan hasil penelitian struma menurut penelitian yang dilakukan di seluruh
dunia, diperkirakan sekitar 200 juta orang menderita struma dari 800 juta orang
yang mengonsumsi yodium dalam jumlah yang sedikit.
Hasil survei tentang struma di Indonesia masih sangat kurang. Hasil penelitian
tentang struma di Indonesia, menunjukkan prevalensi pada hipertiroid
pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) pada riskesdas 2007
mendapatkan 12,8 % laki-laki dan 14,7% perempuan memiliki kadar TSH rendah
yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid. Namun menurut hasil
Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun
atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis hipertiroid.
Meskipun secara persentase kecil, namun secara kuantitas cukup besar. Jika pada
tahun 2013 jumlah penduduk usia ≥15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa, maka
terdapat lebih dari 700 orang terdiagnosis hipertiroid (Kemenkes, 2015).
3. Etiologi /Faktor predisposisi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
- Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat
di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
- Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
- Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
- Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium) (Kemenkes, 2015).
4. Patofisiologi
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam
struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh
TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic
gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel
tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005). Defesiensi dalam sintesis atau
uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi TSH.
Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar
tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan
terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error,
sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005). Struma
mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang
resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise,
dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin .
5. Klasifikasi
Struma nodusa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, di antaranya
yaitu:
a. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma
nodusa soliter (uninodusa) dan bila lebih dari satu disebut struma
multinodosa. )
b. Berdasarkan kemampuan menyerap yodium radioaktif, ada tiga bentuk nodul
tiroid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas. Nodul dingin apabila
penangkapan yodium tidak ada atau kurang dibandingkan dengan bagian
tiroid sekitarnya. Hal ini menunjukkan aktivitas yang rendah. Nodul hangat
apabila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul
sama dengan bagian tiroid lainnya. Dan nodul panas bila penangkapan
yodium lebih banyak dari sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas
yang berlebih.
c. Berdasarkan konsistensinya lunak, kistik, keras dan sangat keras. Struma
nodosa memiliki beberapa stadium, yaitu:
- Derajat 0 : tidak teraba pada pemeriksaan
- Derajat I : teraba pada pemeriksaan,terlihat jika kepala ditegakkan c.
- Derajat II : mudah terlihat pada posisi kepala normal
- Derajat III : terlihat pada jarak jauh.
d. Berdasakan fisiologisnya struma nodosa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- Eutiroidisme, adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal
sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang
meningkat. Struma nodosa atau struma semacam ini biasanya tidak
menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
- Hipotiroidisme, adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari
kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.
Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami
atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi
radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan,
sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan
lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan,
pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.
- Hipertiroidisme dikenal juga sebagai tirotoxicosis atau Graves yang dapat
didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul
spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang
kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan
tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa
berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan,
kelelahan, lebih suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat
gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata
melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.
e. Berdasarkan pemeriksaan klinis struma nodosa dapat dibedakan menjadi
- Struma nodosa toxic
Struma nodosa toxic dapat dibedakan atas dua yaitu struma nodosa diffusa
toxic dan struma nodosa toxic. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah
kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma nodosa diffusa toxic
akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik
teraba satu atau lebih benjolan (struma nodosa multinodular toxic).
Struma nodosa diffusa toxic (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme
karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan
dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic struma nodosa), bentuk tiroktosikosis yang
paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan
penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama
berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar
tiroid hiperaktif.
- Struma nodusa non toxic
Struma nodusa non toxic sama halnya dengan struma nodosa toxic yang
dibagi menjadi struma nodusa diffusa non toxic dan struma nodusa nodusa
non toxic. Struma nodusa non toxic disebabkan oleh kekurangan yodium
yang kronik. Struma nodosa ini disebut sebagai simpel struma nodusa,
struma nodusa endemik, atau struma nodosa koloid yang sering ditemukan
di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan
goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

6. Gejala Klinis
Gejala utama :
- Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah
benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
- Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
- Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang
tenggorokan).
- Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
- Suara serak.
- Distensi vena leher.
- Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala.
- Kelainan fisik (asimetris leher).
Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :
- Tingkat peningkatan denyut nadi
- Detak jantung cepat
- Diare, mual, muntah
- Berkeringat tanpa latihan
7. Pemeriksaan fisik
- Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris
tidaknya, apakah terasa nyeri padasaat di palpasi.
- Inspeksi bentuk leher, simetris tidaknya.
- Auskultasi bruit pada arteri tyroidea.
- Nilai kualitas suara.
- Palpasi apakah terjadi deviasi trachea.
8. Pemeriksaan diagnostic/penunjuang
Pemeriksaan penunjang untuk struma nodusa antara lain (Tonacchera, dkk. 2009)
yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium.
- Pemeriksaan tes fungsi hormon : T4 atau T3, dan TSH.
Nilai normal :
a) T4 serum : 58-140 nmol/L
b) FT3 : 0,22-6,78 pmol/L
c) T3 serum : 0,92-2,78 nmol/L
d) TSH serum : 0.5 – 4,7 mU/L
e) FT4 : 10,3-35 pmol/L (Kurniawan & Arif, 2015).
- Pemeriksaan radiologi.
a) Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau
pembesaran struma yang pada umumnya secara klinis sudah bias
diduga, foto rontgen pada leher lateral diperlukan untuk evaluasi
kondisi jalan nafas.
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Manfaat USG dalam pemeriksaan
tiroid :
o Untuk menentukan jumlah nodul.
o Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik.
o Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.
o Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak
menangkap yodium, dan tidak terlihat dengan sidik tiroid.
- Pemeriksaan sidik tiroid. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah
tentang ukuran, bentuk, lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-
bagian tiroid.
- Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy). Biopsi ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan
(Kemenkes, 2015).
9. Terapi
Penatalaksanaan struma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Penatalaksanaan konservatif
- Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid. Tiroksin digunakan untuk
menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel
kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan
TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan
untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan
saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
- Terapi Yodium Radioaktif. Yodium radioaktif memberikan radiasi
dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan
ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium
radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif
tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik. Yodium
radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum
di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah
operasi, sebelum pemberian obat tiroksin (Kemenkes, 2015).
b. Penatalaksanaan operatif
- Tiroidektomi
Tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid
adalah tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. Tiroidektomi subtotal
akan menyisakan jaringan atau pengangkatan 5/6 kelenjar tiroid,
sedangkan tiroidektomi total, yaitu pengangkatan jaringan seluruh lobus
termasuk istmus. Tiroidektomi merupakan prosedur bedah yang relative
aman dengan morbiditas kurang dari 5 %. Terdapat 6 jenis tiroidektomi,
yaitu : 1) Lobektomi tiroid parsial, yaitu pengangkatan bagian atas atau
bawah satu lobus 2) Lobektomi tiroid, yaitu pengangkatan seluruh lobus
3) Lobektomi tiroid dengan isthmusectomy, yaitu pengangkatan satu
lobus dan istmus 4) Subtotal tiroidektomi, yaitu pengangkatan satu lobus,
istmus dan sebagian besar lobus lainnya. 5) Total tiroidektomi, yaitu
pengangkatan seluruh kelenjar. 6) Tiroidektomi total radikal, yaitu
pengangkatan seluruh kelenjar dan kelenjar limfatik servikal (Sidemen,
2015).
10. Komplikasi
Komplikasi secara umum yang dapat terjadi pada penderita struma nodusa
diantaranya yaitu :
a. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga
terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak
atau parau.
b. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat simetris atau tidak.
c. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika
struma mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak
pada gangguan pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.
d. Sulit bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika
struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan
berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.
e. Penyakit jantung
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada
jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat
dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada
pasien yang berumur di atas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat
komplikasi payah jantung.
f. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia,
aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu
kualitas hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
g. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia
bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan
glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.
Pathway
Terlampir
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
a) Identitas
Data yang perlu dikaji terkait dengan identitas yakni data terkait pasien yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan
sumber informasi tentang pasien. Selain itu juga dikaji terjait diagnose pasien
dan identitas dari penanggung jawab yang meliputi nama dan hubungan
dengan pasien.Riwayat Keluarga Pengkajian terkait dengan riwayat dari
keluarga meliputi genogram serta keterangan dari genogram yang dibuat.
b) Status Kesehatan
- Status Kesehatan Saat ini
Status kesehatan saat ini yang perlu dikaji yakni keluhan utama dari pasien
saat masuk rumah sakit atau saat ini, alasan masuk rumah sakit dan
perjalanan penyakit saat ini serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya
- Status Kesehatan Masa Lalu
Status kesehatan masa lalu yang perlu dikaji yakni penyakit yang pernah
dialami sebelumnya, data tentang pernah dirawat atau tidak, adanya
riwayat alergi, adanya riwayat transfusi, kebiasaan pasien seperti
merokok, minum kopi, penggunaan alkohol atau lain sebagainya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian terkait riwayat penyakit dari keluarga pasien sebelumnya.
d) Diagnosa medis dan therapy
Pengkajian terkait data dengan diagnose medis pada pasien dan terapi yang
sedang diberikan atau akan dilakukan pada pasien terkait penyakitnya.
e) Pola Fungsi Kesehatan
Data yang perlu dikaji terkait pola fungsi kesehatan seperti pemeliharaan dan
persepsi terhadap kesehatan, nutrisi atau metabolik, pola eliminasi yang
menyangkut BAB dan BAK, pola aktivitas dan latihan (pengkajian
kemandirian pasien dalam melakukan ADL dan latihan), pola tidur dan
istirahat, pola kognitif-perseptual, pola persepsi diri/konsep diri, pola seksual
dan reproduksi, pola peran-hubungan, pola manajemen koping stress dan pola
keyakinan dan nilai pasien.
f) Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
- Data yang perlu dikaji terkait riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
meliputi keadaan umum dari pasien, apakah baik sedang, atau lemah,
kemudian pemeriksaan kesadaran, dan TTV yang meliputi tekanan
darah, nadi, suhu dan RR.
- Pemeriksaan kulit, rambut dan kuku yang meliputi deskripsi atau
distribusi rambut, apakah terdapat lesi, warna kulit, akral (hangat,
panas, dingin kering, dingin), turgor kulit, apakah terdapat edema, dan
warna dari kuku, serta pemeriksaan lain yang dapat ditambahkan
terkait dengan pemeriksaan kulit, kuku dan rambut.
- Pemeriksaan kepala dan leher yang meliputi bentk kepala, adanya
deviasi trakea, adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.
- Pemeriksaan mata dan telingan yang meliputi apakah terdapat
gangguan penglihatan, apakah menggunakana alat bantu melihat
seperti kacamata, betuk pupil, apakah terdapat penggunaan alat bantu
dengar dan hasil tes dari tes weber, rinne, dan swabach.
- Pemeriksaan sistem pernafasan yang meliputi apakah terdapat batuk,
sesak dan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dada.
- Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi apakah terdapat
nyeri dada, apakah terdapat palpitasi, CRT ( > 3 detik/ < 3 detik), serta
melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
- Pemeriksaan payudara yang meliputi apakah terdapat lesi pada
payudara, apakah terdapat benjolan dan bentuk dari payudara.
- Pemeriksaan gastrointestinal yang meliputi pemeriksan mulut,
mukosa bibir, adanya pembesaran hepar, pemeriksaan abdomen, dan
pemeriksaan peristaltic usus Pemeriksaan urinarius yang meliputi
adanya penggunaan alat bantu/kateter, adanya nyeri tekan, dan adanya
gangguan seperti anuria, oliguria, retensi, inkontinensia, nokturia, dan
lainnya.
- Pemeriksaan resproduksi yang meliputi adanya gangguan pada sistem
reproduksi
- Pemeriksaan sistem saraf yang meliputi GCS, rasangan meningeal,
reflex fisiologis, reflex patologis, dan adanya gerakan involunter
- Pemeriksaan sistem muskuloskeletal yang meliputi kemampuan
pergerakan sendiri, deformitas, fraktur, adanya kekakuan, nyeri
otot/sendiri, dan pemeriksaan kekuatan otot.
- Pemeriksaan sistem imun yang meliputi adanya perdarahan gusi,
perdarahan lama atau tidak, adanya pembengkakan KGB, adanya
keletihan atau kelemahan dan pemeriksaan lainnya yang meliputi
pemeriksaan sistem imun.
- Pemeriksaan sistem endokrin yang meliputi adanya hiperglikemia,
hipoglikemia, dan luka gangrene
a. Pemeriksaan Penunjang Pengkajian pemeriksaan penunjang meliputi data
laboratorium yang berhubungan dengan penyakit pasien, hasil pemeriksaan
radiologi, hasil konsultasi dan pemeriksaan penunjang lainnya yang berkaitan
dengan penyakit pasien.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan agen pencidera biologi struma ditandai dengan
menyampaikan nyeri secara verbal, dan ekepresi nyeri (meringis)
b) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan muskuloskeletas
(trakea ditekan oleh massa struma) ditandai dengan klien sesak nafas
c) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan faktor
biologi esophagus ditekan oleh masa struma dan ketidamampuan menelan
ditandai asupan nutrisi kurang dari rekomendasi dan kesulitan menelan
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri ditandai
dengan menyembunyikan bagian tubuh
e) Ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada kondisi saat ini ditandai
dengan adanya perasaan sedih, ketakutan dan khawatir.
C. Konsep Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnose Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi NIC: Manajemen Nyeri NIC: Manajemen Nyeri
agen pencidera biologi keperawatan selama 3 x 24 - Kaji secara komprehensif - Untuk mengetahui secara pasti
struma ditandai dengan jam diharapkan nyeri yang terkait nyeri seperti mengenai nyeri yang dialami
menyampaikan nyeri secara dirasakan berkurang dengan lokasi, karakteristik, pasien sehingga dapat menentukan
verbal, dan ekepresi nyeri kriteria hasil: durasi, frekuensi, intervensi pengurangan nyeri yang
(meringis) NOC: Tingkat nyeri kualitas, keparahan nyeri, tepat.
- Pasien melaporkan nyeri yang yang mencetuskan - Untuk mengetahui hal atau faktor
yang dirasakannya nyeri yang memperparah nyeri yang
berkurang - Kaji hal-hal yang dapat dirasakan sehingga dapat
- Episode nyeri yang memperparah nyeri menghindari faktor tersebut.
dirsakan berkurang pasien - Manajemen nyeri nonfarmakologi
- Tidak terdapat ekspresi - Ajarkan teknik merupakan ranah disiplin perawat
nyeri di wajah pasien nonfarmakolgi untuk yang dapat membantu pasien
- Pasien dapat beristirahat mengurangi nyeri pasien mengurangi nyeri sehingga pasien
atau tidur seperti terapi otot diharapkan mampu mengurangi
NOC: Kontrol nyeri progresif atau kompres nyeri dengan diimbangi adanya
- Pasien mengetahui cara hangat pada sendi pemberian farmakologi dan
mengontrol nyeri dengan - Kolaborasikan pemberian beberapa penelitian menunjukkan
terapi farmakologi terapi non farmakologi seperti
terapi farmakologi dan pemberian analgesic relaksasi nafas dalam atau teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri relaksasi otot progresif efektif
- Pasien mampu pasien dalam mengurangi nyeri serta efek
menggunakan terapi non- - Berikan informasi pada samping yang ditimbulkan sangat
farmakologi untuk keluarga tentang nyeri kecil dan tidak maha (Aisyah,
mengurangi nyeri yang dirasakan dan 2017)
- Pasien mampu manajemen nyeri yang - Untuk mengurangi nyeri yang
menggunakan terapi tepat dirasakan pasien dalam skala yang
farmakologi untuk besar, tidak tertahankan hingga
mengurangi nyeri menganggu aktivitas pasien,
sehingga terapi farmakologi
penting untuk diberikan, seperti
dengan pemberian analgesic
- Agar menambah pengetahuan
keluarga terkait nyeri yang
dirasakan pada pasien seperti
penyebab nyeri dan keluarga
mengetahui manajemen nyeri yang
tepat
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC label: Respiratory NIC label: Respiratory Monitoring
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 6 jam Monitoring - Monitor laju ritme dari nafas
gangguan muskuloskeletas diharapakan pola nafas - Monitor laju ritme - Monitor suara nafas tambahan
(trakea ditekan oleh massa membaik dengan kriteria dari nafas - Monitor peningatan
struma) ditandai dengan klien hasil : - Monitor suara nafas kegelisahan, dan kekurangan
sesak nafas NOC Label: Respiratory tambahan oksigen
Status - Monitor peningkatan NIC Label : Oxygen Therapy
- Respiratory rate kelelahan - Berikan oksigen sesuai
normal 12-18 - Monitor peningatan instruksi
kali/menit kegelisahan, dan - Monitor aliran oksigen
- tidak ada gangguan kekurangan oksigen - Monitor keefektifan pemberian
dari irama pernapasan NIC Label : Oxygen oksigen
- klien tidak tampak Therapy - Anjurkan untuk tidak merokok
sesak 4 tidak tampak - Berikan oksigen disekitar ruangan
penggunaan otot sesuai instruksi
bantu pernapasan - Monitor aliran
oksigen
- Monitor keefektifan
pemberian oksigen
- Anjurkan untuk tidak
merokok disekitar
ruangan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC: Manajemen Nutrisi NIC: Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari selama 3 x 24 jam diharapkan : - Untuk mengetahui adanya alergi
kebutuhan tubuh kebutuhan konstipasi dapat - Identifikasi adanya alergi makanan pada pasien dalam
berhubungan faktor biologi tertangani dengan kriteria atau intoleransi makanan menentukan makanan yang akan
esophagus ditekan oleh masa hasil: yang dimiliki pasien diberikan
struma dan ketidamampuan NOC: Status Nutrisi - Informasikan pada pasien - Agar pasien mengetahui kebutuhan
menelan ditandai asupan - Asupan makanan dan gizi mengenai kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi kurang dari pasien terpenuhi nutrisi - Sebagai tindakan kolaborasi dalam
rekomendasi dan kesulitan - Adanya peningkatan berat - Kolaborasikan dengan menentukan jumlah kalori dan jenis
menelan badan pasien ahli gizi dalam nutrisi yang tepat pada pasien
- Berat badan ideal sesuai menentukan jumlah sesuai dengan kondisi pasien
dengan tinggi badan kalori dan jenisnutrisi - Agar pasien merasa nyaman dalam
- Tidak terdapat tanda tanda yang dibutuhka memenuhi kebutuhan nutrisinya
malnutrisi - Ciptakan lingkungan dengan memperhatikan kebersihan
yang optimal pada saat dan menghindari lingkungan pasien
mengonsumsi makanan dari bau yang menyengat
dengan memperhatikan - Makanan tinggi serat membantu
kebersihan, ventilasi, dan dalam mencegah konstipasi pada
bebas dari bau yang pasien
menyengat
- Pastikan diet - Untuk mengetahui kebutuhan
mencangkup makanan nutrisi pasien terpenuhi dengan
tinggi serat untuk memperhatikan berat badan pasien
mencegah konstipasi
- Monitor terjadinya
penurunan dan
peningkatan berat badan
4 Anseitas berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Pengurangan Pengurangan Kecemasan
dengan ancaman pada status keperawatan selama 2 x 24 Kecemasan - Pemberian informasi dapat
terkini ditandai dengan jam diharapkan cemas pasien - Berikan informasi meningkatkan pemahaman
perasaan khawatir dan dapat teratasi dengan kriteria terkait kondisi pasien pasien terkait kondisinya.
ungkapan kecemasan hasil: dan yang bisa - Mendengarkan pasien dapat
NOC Label : Tingkat dilakukan setelah mebuat pasien merasa diharga
Kecemasan pulang dari RS dan dilibatkan dalam proses
Ungkapan secara lisan bahwa - Dengarkan pasien keperawatan.
perasaan cemas yang - Instruksikan untuk - Terapi relaksasi dapat
dirasakan pasien berkurang. menggunakan teknik memberikan rangsangan pada
relaksasi saraf simpatis dan parasimpatis
yang memberikan respon
relaks dan tenang.
5 Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan NIC: Peningkatan Citra NIC: Peningkatan Citra Tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 Tubuh : - Untuk mengetahui harapan pasien
perubahan persepsi diri jam diharapkan gangguan - Tentukan harapan citra mengenai citra diri yang ingin
ditandai dengan citra tubuh pasien dapat diri pasien didasarkan dicapainya
menyembunyikan bagian berkurang dengan kriteria pada tahap perkembangan - Suatu penyakit dapat menyebabkan
tubuh hasil NOC : - Bantu pasien perubahan pada bagian tubuh yang
Citra Tubuh : mendiskusikan memberikan efek penurunan citra
- Gambaran internal diri perubahan bagian tubuh diri pada pasien
positif yang disebabkan adanya - Fungsi kelompok pendukung
- Puas dengan penampilan penyakit, dengan cara adalah untuk memberikan
tubuh yang tepat informasi, ketenangan, dan
- Dapat menyesuaikan - Bantu pasien untuk keterikatan dengan orang lain yang
terhadap perubahan menentukan pengaruh mengalami kondisi yang sama.
tampilan fisik dari peer group terhadap Dengan adanya kelompok
Harga Diri : persepsi pasien mengenai pendukung pasien akan lebih
- Verbalisasi penerimaan citra tubuh saat ini menerima dirinya karena
diri positif - Bantu pasien untuk merasakan tidak hanya dia yang
- Gambaran diri positif mengidentifikasi bagian mengalami peristiwa tersebut
- Tingkat kepercayaan diri dari tubuhnya yang (Galinsky & Schopler, 2013).
positif memiliki persepsi positif - Dengan mengidentifikasi persepsi
terkait dengan tubuhnya positif pasien pada bagian tubuhnya
- Bantu pasien untuk yang lain akan membuat pasien
mengidentifikasi merasa bahwa dalam tubuhnya
tindakan yang akan masih ada bagian-bagian tubuh
meningkatkan yang pasien sukai
penampilan - Untuk menutupi kekurangan pada
Peningkatan Harga Diri : tubuh perlu dilakukan hal-hal yang
- Monitor pernyataan dapat merubah penampilan menjadi
pasien mengenai harga lebih baik sesuai dengan keinginan
diri pasien
- Dukung pasien untuk bisa Peningkatan Harga Diri :
mengidentifikasi - Persepsi pasien mengenai harga
kekuatan dirinya sangat penting untuk
- Eksplorasi pencapaian dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan sebelumnya intervensi yang akan diberikan
- Buat pernyataan positif selanjutnya
mengenai pasien - Kekuatan dalam diri pasien akan
- Fasilitasi lingkungan dan membawa efek positif pada
aktivitas yang akan persepsi pasien terhadap harga
meningkatkan harga diri dirinya
- Monitor tingkat harga diri
dari waktu ke waktu
- Pencapaian keberhasilan yang lalu
akan mengingatkan pasien
mengenai prestasi/hal yang bisa
dibanggakan pada diri pasien

- Pernyataan positif akan membantu


meningkatkan harga diri pasien

- Lingkungan akan mendukung


pasien dalam meningkatkan harga
dirinya, cemooh dari lingkungan
sekitar akan menurunkan persepsi
pasien mengenai harga dirinya.

- Mengetahui tingkat harga diri dari


waktu ke waktu sangat penting
untuk mengetahui keberhasilan dari
intervensi yang diberikan
Daftar Pustaka

Bulechek, G. M. (Assagaf, Lumintang, & Lampus, 2015), Butcher, H. K., Dochterman, J.


M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing intervention classification (NIC) (6th ed.).
Elsevier Mosby.

Brunner & Sudarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Herdman, T.H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020 (ed.11). Jakarta: EGC

Assagaf, S. M., Lumintang, N., & Lampus, H. (2015). Gambaran eutiroid pada pasien struma
multinodusa non-toksik di bagian bedah RSUP Prof. Dr RD Kandou Manado periode
Juli 2012-Juli 2014. e-Clinic , 1-4.
Jihad, & Hasbullah, B. B. (2020). Tirodektomi pada Wanita Dengan Struma Nodusanon
Toksik. Medical Research for Better Health, 1-10.
Tallane, S., Monoarfa, A., & Wowiling, P. (2016). Profil Struma non-toksik pada pasien di
RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Juli 2014-Juli 2016. e-Clinic, -.

Kemenkes. (2015). Infodatin (Situasi dan analisis penyakit Tiroid). Jakarta: Infodatin.
Kurniawan, l. B., & Arif, M. (2015). Diagnosis Tiroid. indonesian Journal Of
ClinicalPathology And Medical Laboratory, 304-308.
Riskesdas. (2018, 5 17). Hasil Riskesdas 2018. Retrieved from kemkes.kemkes.go.id:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
Sidemen, P. A. (2015). Nodul Tiroid Soliter. OJS Unud, 1-7.
Defisiensi Yodium, Hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik

Hipertrofi kelenjar tiroid

Hipertrofi kelenjar tiroid

Struma tumbuh ke dalam Struma tumbuh ke luar

Pembesaran pada leher


Menekan pita suara Menekan trakea Menekan esofagus

Leher asimetris
Suara serak Kesulitan bernafas Disfagia
Menekan trakea

k Gangguan citra
Gangguan Sesak nafas Pemenuhan nutrisi tubuh
komunikasi verbal tidak adekuat

Ketidakefektifan ansietas
Keseimbangan
pola nafas
Nutris : Kurang
dari Kebutuhan Nyeri Kronis

Menekan jaringan sekitar Keluhan Nyeri

Menekan serabut saraf Menstimuli nyeri Nyeri dipersepsikan

Anda mungkin juga menyukai