FAKULTAS KOMUNIKASI
PERTEMUAN 7
FRAMING DALAM PEMBERITAAN
Capaian : Mahasiswa dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari tehnik
Pembelajaran framing yang dilakukan oleh media, sehingga mahasiswa dapat
mempraktekkan tehnik framing dalam menulis berita.
Sub Pokok :
7.1. Definisi Framing
Bahasan
7.2. Konsep Framing
7.2. Manfaat dan Efek Framing
7.3. Objek Framing
7.4. Faktor Pendukung Konstruksi Realitas
Berita yang ada di media massa merupakan suatu cara untuk menciptakan
realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau (kelompok) orang yang dilaporkan.
Oleh karena telah melewati proses seleksi dan reproduksi, berita surat kabar
sebenarnya merupakan laporan peristiwa yang artifisial, tetapi dapat diklaim sebagai
objektif oleh surat kabar itu untuk mencapai tujuan-tujuan ideologi (dan bisnis) surat
kabar tersebut. Dengan kata lain berita yang ada di media massa, bukan sekedar
menyampaikan tetapi juga menciptakan makna (Eriyanto, 2002: xii). Makna yang
dibingkai oleh media inilah yang menjadi konsep dasar framing.
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995
(Sudibyo, 1999a:23). Mulanya, “frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana,
serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas".
Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang
mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strip of behavior) yang
membimbing individu dalam membaca realitas. Dalam ranah studi komunikasi, analisis
framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif
multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Konsep tentang
framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam
dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka
peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk
menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan
dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya
(Sudibyo, 1999b:176).
Sesungguhnya framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda
setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk melahirkan wacana yang
akan ditangkap oleh khalayak. Secara praktis, framing bisa dilihat dari cara wartawan
memilih dan memilah bagian dari realitas dan menjadikannya bagian yang penting dari
sebuah teks berita (Scheufele, 1999:107). Penonjolan tersebut disertai dengan motif
dan kepentingan tertentu dari wartawan atau pemimpin redaksi sesuai dengan politik
redaksi serta visi dan misi serta kerangka acuan yang sudah ditetapkan.
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-
cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi
seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
perspektifnya. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa
yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke
mana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21). Karenanya, berita
menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu
yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan (Imawan, 2000:66).
Ada bebrapa definisi framing dalam Eriyanto. Definisi tersebut dapat diringkas
dan yang disampaikan oleh beberapa ahli. Meskipun berbeda dalam penekanannya dan
pengertian. Masih ada titik singgung utama dari definisi tersebut, yaitu antara lain:
1. Menurut Robert Entman. Proses seleksi di berbagai aspek realitas sehingga
aspek tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia
juga menyatakan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya.
2. Menurut Todd Gitlin. Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak. Peristiwa-
peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan,
penekanan dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
3. Menurut David Snow dan Robert Benford Pemberian makna untuk ditafsirkan
peristiwa dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan system
kepercayaan dan mewujudka dalam kata kunci tertentu, seperti anak kalimat,
citra tertentu, sumber informasi dalam kalimat tertentu.
4. Menurut Zhongdang dan Pan Konsicki. Sebagai konstruksi dan memproses
berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,
menafsirkan peristiwa dihubungkan denga rutinitas dan konvensi pembentukan
berita.
Ada dua esensi framing utama, yakni bagaimana peristiwa dimaknai dan
bagaimana fakta ditulis :
1. Memiliki fakta atau realitas Proses pemilihan fakta adalah berdasarkan asumsi
dari wartawan akan memilih bagian mana dari realitas yang akan diberitakan dan
bagian mana yang akan dibuang. Setelah itu wartawan akan memilih angle dan
fakta tertentu untuk menentuka aspek tertentu akan menghasilkan berita yang
berbeda dengan media yang menekankan aspek yang lain.
2. Menuliskan fakta Proses ini berhubungan dengan penyajian fakta yang akan
dipilih kepada khalayak. Cara penyajian itu meliputi pemilihan kata, kalimat,
preposisi, gambar dan foto pendukung yang akan ditampilkan. Tahap menuliskan
fakta itu berhubungan dengan penonjolan realitas. Aspek tertentu yang ingin
ditonjolkan akan mendapatkan alokasi dan perhatian yang lebih besar untuk
diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
RANGKUMAN
Berita di media massa merupakan suatu cara untuk
menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau
(kelompok) orang yang dilaporkan. Dengan kata lain berita yang
ada di media massa, bukan sekedar menyampaikan tetapi juga
menciptakan makna (Eriyanto, 2002: xii). Makna yang dibingkai
oleh media inilah yang menjadi konsep dasar framing. Karena
media melihat peristiwa dari kacamata tertentu maka realitas
setelah dilihat oleh khalayak adalah realitas yang sudah dibentuk
oleh bingkai media yang menimbulkan efek sebagai berikut :
Menonjolkan Aspek Tertentu-Mengaburkan Aspek Lain,
Menampilkan Sisi Tertentu-Melupakan Sisi Lain, Menampilkan Aktor
Tertentu-Menyembunyikan Aktor. Menurut Abrar ada tiga bagian
berita yang bisa menjadi objek framing seorang wartawan, yakni:
judul berita, fokus berita, dan penutup berita. (Sobur, 2002: 173-
174).
Ada beberapa model pendekatan analisis framing yang
dapat digunakan untuk menganalisa teks media, salah satunya
model analisis Robert N. Entman. Ada 4 perangkat yang digunakan
Entman dalam melakukan framing yaitu : identifikasi masalah,
identifikasi penyebab masalah, evaluasi moral, penanggulangan
masalah. Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara
konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power
of a communication text.
Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang
mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah faktor
Ekonomi, Politik, Idiologi. Disamping faktor-faktor yang disebut,
masih banyak faktor lain yang berpotensi yang mempengaruhi
konstruksi realitas media yaitu, kepentingan-kepentingan yang
bersifat tumpang tindih pada tingkat perorangan atau kelompok
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda terhadap materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1. Sebut dan jelaskan apa manfaat dan efek dari framing! Berikan contohnya!
2. Jelaskan apa saja perangkat framing yang digunakan oleh Robert Entman!
3. Sebut dan jelaskan apa saja yang dibiasa dijadikan objek framing seorang
wartawan!