Anda di halaman 1dari 41

A.

Badan Pengawas Keuangan (BPK)


 Tugas BPK
Tugas BPK tidak lain adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa BPK mempunyai tugas dengan cakupan yang
sukup luas dan menyeluruh. Hal ini tidak lain agar sistem keuangan dan pengelolaan di setiap
sektor dapat terorganisir dengan baik.

 Wewenang BPK
Sebelum mengetahui beberapa fungsi BPK, perlu dipahami pula berbagai wewenang
yang dilakukan BPK dalam menjalankan tugasnya. Wewenang yang dimaksud di sini adalah
beberapa hal yang menjadi hak BPK untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya dalam
memeriksa pengelolaan keuangan negara. Berikut beberapa wewenang BPK yang perlu
diketahui :
a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan;
b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara;
d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK;
e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara;
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK;
h. Membina jabatan fungsional Pemeriksa;
i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah

 Fungsi BPK
Berikut beberapa fungsi BPK yang perlu Anda ketahui :
BPK mempunyai fungsi yang sekilas mirip seperti auditor yaitu melakukan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam hal ini,
berbagai lembaga keuangan negara tentu mempunyai kegiatan yang melibatkan berbagai
macam transaksi. Di sinilah peran BPK untuk memeriksa kegiatan tersebut.
BPK juga berfungsi melakukan proses pengawasan terhadap pengelolaan dan
tanggung jawab yang berkaitan dengan keuangan negara. Setiap pengelolaan dan penggunaan
uang negara wajib dipantau oleh BPK. Hal ini dilakukan agar sistem keuangan yang ada di
Indonesia dapat terorganisir dengan baik dan mencegah berbagai tindakan penyimpangan.

B. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden adalah nama jabatan yang digunakan untuk pimpinan suatu organisasi,
perusahaan, perguruan tinggi atau Negara. Akan tetapi, kini istilah presiden secara umum
diberikan pada seseorang yang mempunyai kekuasaan eksekutif atau lebih jelasnya, istilah
presiden digunakan untuk kepala negara republik. Di Indonesia, Presiden merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara, presiden adalah simbol resmi
negara Indonesia didunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden
dan menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk menjalankan tugas
pemerintah.

Presiden dan wakil presiden menjabat selama 5 tahun dan setelah itu bisa dipilih
kembali untuk jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Dalam menjalankan tugasnya,
Presiden memperhatikan pertimbangan atau persetujuan dari DPR juga memperhatikan
pertimbangan MA (Makamah Konstitusi).

Dasar Hukum Presiden

Dasar hukum lembaga negara Presiden, diantaranya:

 Pasal 4 ayat (1) UUD RI 1945,


 Pasal 5 ayat (1) dan (2 UUD RI 1945),
 Pasal 11 ayat (1) UUD RI 1945,
 Pasal 12 UUD RI 1945,
 Pasal 13 ayat (1) UUD RI 1945,
 Pasal 14 ayat (1) dan (2) UUD RI 1945,
 Pasal 15 UUD RI 1945,
 Pasal 16 UUD RI 1945,
 Pasal 17 ayat 2 UUD RI 1945,
 Pasal 20 ayat (2) UUD RI 1945,
 Pasal 24A ayat (3) UUD RI 1945, dan
 Pasal 24C ayat (3) UUD RI 1945.
Tugas dan Fungsi Presiden
Tugas dan Fungsi Presiden Sebagai Kepala Negara
Tugas dan fungsi presiden sebagai kepala negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945,
diantaranya:

 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara (Pasal 10)
 Presiden mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat 1)
 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 13 ayat 3)
 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal
29 Ayat 2)
 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional
(Pasal 31 Ayat 4)
 Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya (Pasal 32 Ayat 1)
 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional (Pasal 32 Ayat 2)
 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34 Ayat 1)
 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan (Pasal 34 Ayat 2)
 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak (Pasal 34 Ayat 3)
Tugas dan Fungsi Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
Tugas dan fungsi presiden sebagai kepala pemerintahan sebagaimana tercantum dalam UUD
1945, diantaranya:

 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-


Undang Dasar (Pasal 4 ayat 1).
 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat 2). Menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 ayat 2).
 Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-
undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah (Pasal 18B Ayat
1).
 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang (Pasal 18B Ayat 2)
Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang (Pasal 20 Ayat 4).
 Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (Pasal 23 Ayat 2).
 Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh
Presiden (Pasal 23F Ayat 1).
 Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat
untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden (Pasal 24A Ayat 3).
 Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 24B Ayat 3).
 Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden
(Pasal 24C Ayat 3).
 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah (Pasal 28I Ayat 4).
 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya (Pasal 31 Ayat 2).
 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang (Pasal 31 Ayat
3).
 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia (Pasal 31 Ayat 5).

Wewenang Presiden
Wewenang Presiden sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, diantaranya:

 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan


Rakyat (Pasal 5 Ayat 1).
 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11 Ayat 1).
 Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 11 Ayat 2).
 Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12).
 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung (Pasal 14 Ayat 1).
 Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat (Pasal 14 Ayat 2).
 Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang (Pasal 15). Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang (Pasal 16).
 Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang (Pasal 22 Ayat 1).
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara (Pasal 33 Ayat 2).
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Pasal 33 Ayat 3).
Hak dan Kewajiban Presiden
Hak dan kewajiban Presiden sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, diantaranya:

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 ayat 1).


 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri (Pasal 17 ayat 2).
 Menetapkan peraturan pemerintahan (Pasal 5 ayat 2).
 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat 2).
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU (Pasal 10).
 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA (Pasal 14
ayat 1).
 Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12).
 Mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat 1).
 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat
2).
 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 13 ayat 3).
 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa (Pasal 9 ayat 1).
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14
ayat 2).
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 ayat 1).
 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU
(Pasal 15).
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presiden (Pasal 16).
 Berhak mengajukan RUU kepada DPR (Pasal 5 ayat 1).
Tugas dan Fungsi Wakil Presiden
Tugas dan fungsi wakil presiden, diantaranya yaitu:

 Mendampingi presiden bila presiden menjalankan tugas kenegaraan di negara.


 Membantu dan mewakili tugas presiden di bidang kenegaraan dan pemerintahan.
 Membantu presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi
program kerja kabinet. Termasuk dalam fungsi ini, wakil presiden bisa juga sebagai
kepala suatu badan administrasi pemerintahan atau suatu komisi Negara.
 Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari.
 Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan
pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan kepada presiden.
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
 Bertanggungjawab penuh membantu presiden dalam urusan kenegaraan.
 Mengkoordinasi dan mengomunikasi antara lembaga dipemerintahan.

C. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)


 Pengertian DPR
DPR merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan legislatif. Dalam UUD
NRI Tahun 1945 Pasal 19 ayat 1,2, dan 3 mengungkapkan bahwa anggota DPR dipilih
melalui pemulihan umum. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam sebuah undang-
undang dan bersidang sedikitnya satu kali satu tahun. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
adalah lembaga negara yang mempunyai susunan kedudukan, tugas, fungsi, dan kewajiban.
 Susunan Keanggotaan DPR
DPR terdiri dari anggota partai politik yang berdasarkan hasil pemilihan. Dalam pasal
21 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPRD bahwa jumlah kursi anggota
DPR sebanyak 560 orang. Dalam pasal 22 menyatakan bahwa daerah pemilihan anggota
DPR yaitu provinsi, kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/kota. Jumlah kursi setiap
daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit yaitu 3 kursi dan paling banyak yaitu 10 kursi.
Masa jabatan anggota DPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang
baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua MK dalam sidang Paripurna DPR.
 Tugas dan Wewenang DPR
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
 Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
 Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).
 Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA
dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah).
 Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD.
 Menetapkan UU bersama dengan Presiden.
 Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan
Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU.

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden).
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama.
 Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK.
 Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap
perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara.

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:


 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD
(terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama).

Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:


 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.
 Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupun
membuat perdamaian dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial.
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan
abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar lain.
 Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang
akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden.
 Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden.

 Fungsi DPR
DPR adalah lembaga negara perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Menurut dari dalam Pasal 20A Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, yang memuat
mengenai fungsi-fungsi DPR. Fungsi-fungsi DPR yaitu sebagai berikut :
Fungsi Legislasi : yaitu DPR memegang kekuasaan dalam membentuk undang-undang.
Fungsi Anggaran : yaitu DPR membahas dan memberikan sebuah persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap sebuah rancangan undang-undang tentang APBN yang
diajukan oleh presiden.
Fungsi Pengawasan : yaitu DPR melaksanakan sebuah pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang dan ABN.
 Hak DPR
Selain fungsi dan wewenang, DPR memiliki hak yang berhubungan dengan fungsi
dan wewenang DPR dalam pelaksanannya.
 Hak-hak DPR
 Hak Interpelasi yaitu hak DPR untuk meminta sebuah keterangan kepada pemerintah
yang mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada sebuah kehidupan masyarakat, bangsa, dan bernegara.
 Hak Angket yaitu hak DPR untuk melakukan sebuah penyelidikan terhadap
pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada sebuah kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan sebuah
peraturan perundang-undangan.
 Hak Menyatakan Pendapat yaitu hak DPR yang dilakukan untuk menyatakan sebuah
pendapat atas kebijakan pemerintah dan kejadian dari luar biasa yang terjadi di tanah
air dan dunia internasional.
 Hak Budget yaitu hak untuk mengesahkan sebuah RAPBN menjadi APBN.
 Hak Bertanya yaitu hak DPR untuk bertanya kepada pemerintah atau presiden yang
dilakukan secara tertulis.
 Hak Imunitas yaitu hak yang tidak bisa digangu gugat di pengadilan dari hasil
keputusan yang dibuatnya.
 Hak Petisi yaitu hak untuk mengajukan usul atau anjuran serta pertanyaan yang
mengenai suatu masalah.
 Hak Inisiatif yakni hak untuk mengajukan sebuah usulan atas rancangan undang-
undang.
 Hak Amandemen yakni hak untuk melakukan suatu perubahan alat suatu rancangan
udang-undang.

 Kewajiban DPR
Dalam peranan DPR yang sangat strategis, DPR mempunyai kewajiban-kewajiban yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap anggota DPR. Kewajiban-kewajiban anggota
DPR yaitu sebagai berikut :
 Memegang teguh dan mengamalkan nilai Pancasila.
 Melaksanakan UUD NRI Tahun 1945 dan menaati sebuah peraturan perundang-
undangan.
 Mempertahankan dan memelihara sebuah kerukunan nasional dan keutuhan NKRI.
 Mendahulukan suatu kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan.
 Memperjuangkan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.
 Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan negara.
 Menaati suatu tata tertib dan kode etik.
 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain.
 Menyerap dan menghimpun sebuah aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala.
 Menampung dan menindak lanjuti sebuah aspirasi dan pengaduan masyarakat.
 Memberikan suatu pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di
daerah pemilihannya.

 Dasar Hukum DPR


Dasar hukum lembaga negara Dewan Perwakilan Rakyat antara lain :
- Pasal 20 ayat (1) dan (2) UUD RI 1945,
- Pasal 22 ayat (2) UUD RI 1945,
- Pasal 23 ayat (2) UUD RI 1945,
- Pasal 22D ayat (3) UUD RI 1945,
- Pasal 22E ayat (2) UUD RI 1945,
- Pasal 24B ayat (3) UUD RI 1945,
- Pasal 24A ayat (3) UUD RI 1945,
- Pasal 14 ayat (2) UUD RI 1945, dan
- Pasal 11 ayat (2) UUD RI 1945.

D. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana kedaulatan rakyat
oleh karena anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah para wakil rakyat yang
berasal dari pemilihan umum. MPR bukan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 ,perubahan ketiga bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar. Ketentuan
mengenai keanggotaan MPR tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945 sebagai berikut:

Tugas dan Wewenang MPR

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang. MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :

Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang
paripurna MPR;
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan atau wakil
presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari;
Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden dan wakil presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.

Fungsi MPR sebelum dan sesudah adanya amendemen UUD 1945 tetap sama seperti berikut:

1) MPR sebagai lembaga perwakilan rakyat mengawasi jalannya pemerintahan yang


dilakukan oleh pemegang kekuasaan eksekutif agar kekuasaan pemerintah tidak
menindas rakyat. Dengan demikian, kekuasaan MPR tidak dijalankan secara
sewenangwenang.

2) Sebagai pemegang kekuasaan legislatif untuk menjalankan keinginan rakyat yang


diinterpretasikan dalam undang-undang dan sebagai pembuat UUD.

E.Dewan Perwakilan Daerah


Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (disingkat DPD RI atau DPD),
sebelum 2004 disebut Utusan Daerah, adalah  lembaga  tinggi negara  dalam sistem
ketatanegaraan  Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang
dipilih melalui pemilihan umum. Adapun, anggota DPD RI biasa disebut senator.
Berdasarkan Pasal 248 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, fungsi
DPD adalah:

 Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,


hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
 Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah
 Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang
anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
 Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

 Kekebalan hukum
Anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD,
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik masing-masing
lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan
materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai
pengumuman rahasia negara.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal


DPDyang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil. Sekretariat Jenderal DPD dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat
dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPD.

F. MAHKAMAH AGUNG
1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan
kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-
undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
c. Semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
d. Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985)
e. Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh
kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan
Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
f. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan
wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).

b. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :


 Terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran
dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal
32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
 Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).

3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum
cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai
pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-
undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-
undang.

4. FUNGSI NASEHAT
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain
(Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-
undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan
Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan
kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun
demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi
sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-
undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10
Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah
Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan
Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang
No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat
diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang.

G. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga Yudikatif yang ada di
Indonesia. Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
yang memegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Hakim
yang berada di Mahkamah Konstitusi (Hakim Konstitusi) berjumlah maksimal sebanyak 9
orang,dengan sistem 3 orang diajukan oleh DPR,3 orang diajukan oleh Presiden,dan 3 orang
diajukan oleh MA dengan penetapan presiden.

Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan


Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar. Pelanggaran dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam
ketentuan Pasal 7A UUD 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan
terhadap negar, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Visi dari MK adalah, “Mengawal Tegaknya Konstitusi Melalui Peradilan Modern dan
Terpercaya.” Sedangkan Misi yang dimilikinya adalah Membangun Sistem Peradilan
Konstitusi yang Mampu Mendukung Penegakan Konstitusi dan Meningkatkan Pemahaman
Masyarakat Mengenai Hak Konstitusional Warga Negara.”

H. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan
Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan
Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas
kewenangan sebagai berikut :

1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;


2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak
sebagai peserta Pemilihan Umum;
3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat
sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk
setiap daerah pemilihan;
5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah
pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;
6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil
Pemilihan Umum;
7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:

1. tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang


Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga


ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10,
selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU
mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.

Fungsi KPU
Fungsi KPU diantaranya adalah untuk Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan
Pemilihan Umum, menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak
sebagai peserta Pemilihan Umum.

I. Bank Sentral
Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini
dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya suatu
nilai uang. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai
yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero
inflation), dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang
yang beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas
yang dimilikinya.Di Indonesia sendiri, Bank Sentral dikenal dengan nama Bank Indonesia
(BI). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank
Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain.
Secara historis, bank sentral tertua di dunia adalah Sveriges Riskbank di Swedia dan
Bank of England di Inggris yang berdiri sejak abad ketujuh belas. Perjalanan sejarah bank
sentral kemudian mengalami perubahan yang signifikan pada abad ke-18, 19, hingga abad ke-
20.
Di Indonesia sendiri, bank sentral yang pertama didirikan dikenal dengan nama De
Javasche Bank. Bank tersebut bertindak sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda sejak
tanggal 24 Januari 1828. Tugas-tugas dari De Javasche Bank adalah menerbitkan uang kertas
(banknotes), memberi kredit bagi perusahaan, memperdagangkan logam mulia, dan bertindak
sebagai kasir negara.
Setelah kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia, De Javasche Bank
dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia dan berada di bawah pemerintah. Saat itu, tugas Bank
Indonesia adalah menjaga stabilitas rupiah, menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia,
memajukan perkembangan urusan kredit, serta melakukan pengawasan urusan kredit

Fungsi utama berdasarkan pengertian Bank Sentral adalah menetapkan dan mengatur
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran pembayaran, serta mengatur dan
melakukan pengawasan terhadap bank umum. Berikut adalah tugas bank sentral :

1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter


Ditetapkannya kewajiban moneter harus dilakukan guna mengendalikan peredaran
jumlah mata uang yang ada di masyarakat, sehingga seluruh harga produk barang dan jasa
bisa dikendalikan.
Kebijakan moneter tersebut harus dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu, pihak BI harus bisa bekerjasama dengan pihak pemerintah sehingga
seluruh kebijakan yang ditetapkan bisa sesuai dengan kebijakan fiskal dan beberapa
kebijakan ekonomi lain.

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran


Maksud dari sistem pembayaran ini adalah sistem pembayaran tunai dan non tunai.
Bank Indonesia berperan penuh dalam melahirkan aturan, standar, kesepakatan dan juga
prosedur untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.

3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan


Dalam hal ini, BI harus melakukan pengawasan makroprudensial guna menjaga
kestabilan sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makroprudensial
merupakan suatu kebijakan yang disusun untuk memberikan batasan pada risiko dan biaya
krisis yang sistemik agar tetap bisa menjaga keseimbangan sistem keuangan di Indonesia.

J. KEMENTERIAN NEGARA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian
Negara. Kementerian Negara adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan. Menteri Negara adalah pembantu Presiden yang memimpin
Kementerian.

Pembentukan Kementerian adalah pembentukan Kementerian dengan nomenklatur


tertentu setelah Presiden mengucapkan sumpah/janji. Pengubahan Kementerian adalah
pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara menggabungkan, memisahkan, dan/atau
mengganti nomenklatur Kementerian yang sudah terbentuk. Kementerian berada di bawah
presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan yang terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar
negeri, dalam negeri, dan pertahanan;
b. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan,
keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum,
transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, kelautan, dan perikanan; dan
c. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah, meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan
kawasan atau daerah tertinggal.

Setiap urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud tidak harus dibentuk dalam satu
Kementerian tersendiri. 

TUGAS : 
Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

FUNGSI :
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan nomenklatur
Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di
daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.

SUSUNAN ORGANISASI
(1) Susunan organisasi Kementerian yang melaksanakan urusan nomenklatur terdiri atas
unsur:
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
f. pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau perwakilan luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Susunan organisasi Kementerian yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas unsur:
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
c. pelaksana, yaitu direktorat jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal; dan
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat.
(3) Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan juga
memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah.
(4) Susunan organisasi Kementerian dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi
program pemerintah terdiri atas unsur:
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat Kementerian;
c. pelaksana, yaitu deputi; dan
d. pengawas, yaitu inspektorat.
Jumlah keseluruhan Kementerian paling banyak 34 dan untuk pembentukan
Kementerian paling lama 14 hari kerja sejak Presiden mengucapkan sumpah/janji.

HUBUNGAN FUNGSIONAL KEMENTERIAN DAN LEMBAGA PEMERINTAH


NONKEMENTERIAN.

(1) Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian


dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Lembaga pemerintah nonkementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri yang mengoordinasikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan fungsional antara Menteri dan lembaga
pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Presiden.

 HUBUNGAN KEMENTERIAN DENGAN PEMERINTAH


DAERAH

Hubungan antara Kementerian dan pemerintah daerah dilaksanakan dalam kerangka


sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan prinsip-
prinsip penyelenggaraan otonomi daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

K. TUPOKSI DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN


Kedudukan
1. Dewan Pertimbangan Presiden berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
2. Dewan Pertimbangan Presiden berkedudukan di tempat kedudukan Presiden.

Tugas dan Fungsi

1. Dewan Pertimbangan Presiden bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan


kepada Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara.
2. Pemberian nasihat dan pertimbangan wajib dilakukan oleh Dewan Pertimbangan
Presiden baik diminta maupun tidak diminta oleh Presiden.
3. Nasihat dan pertimbangan disampaikan baik secara perorangan maupun sebagai satu
kesatuan nasihat dan pertimbangan seluruh anggota dewan.
4. Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Pertimbangan Presiden melaksanakan fungsi
nasihat dan pertimbangan yang terkait dengan pelaksanaan kekuasaan pemerintahan
negara.
5. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, anggota Dewan Pertimbangan Presiden
tidak dibenarkan memberikan keterangan, pernyataan, dan/atau menyebarluaskan isi
nasihat dan pertimbangan kepada pihak mana pun.
6. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, anggota Dewan Pertimbangan
Presiden atas permintaan Presiden dapat:
a. Mengikuti sidang kabinet;
b. Mengikuti kunjungan kerja dan kunjungan kenegaraan.

Susunan dan Keanggotaan

1. Dewan Pertimbangan Presiden terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota dan 8
(delapan) orang anggota.
2. Ketua dapat dijabat secara bergantian di antara anggota yang ditetapkan oleh
Presiden.

Keanggotaan
1. Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, seseorang
harus memenuhi persyaratan:
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga negara Indonesia;
c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;
d. Mempunyai sifat kenegarawanan;
e. Sehat jasmani dan rohani;
f. Jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
g. Tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan
h. Mempunyai keahlian tertentu di bidang pemerintahan negara.

Pengangkatan dan Pemberhentian

1. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Dewan Pertimbangan Presiden ditetapkan


dengan Keputusan Presiden.
3. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden diangkat oleh Presiden paling lambat 3 (tiga)
bulan terhitung sejak tanggal Presiden terpilih dilantik.
4. Masa jabatan keanggotaan Dewan Pertimbangan Presiden berakhir bersamaan dengan
masa berakhirnya jabatan Presiden atau berakhir karena diberhentikan oleh Presiden.
5. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden diberhentikan dari jabatannya karena:
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
c. Tidak dapat melaksanakan tugas selama 6 (enam) bulan secara berturut-turut;
d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
e. Alasan lain yang ditentukan oleh Presiden.
6. Presiden memberhentikan sementara anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
7. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tidak boleh merangkap jabatan sebagai:
a. Pejabat negara sesuai dengan peraturan perundangundangan;
b. Pejabat struktural pada instansi pemerintah;
c. Pejabat lain;
d. Pimpinan partai politik, pimpinan organisasi kemasyarakatan, pimpinan
lembaga swadaya masyarakat, pimpinan yayasan, pimpinan badan usaha milik
negara atau badan usaha milik swasta, pimpinan organisasi profesi, dan
pejabat struktural pada perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
8. Dalam hal pejabat atau pimpinan diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan
Presiden, dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
pengangkatan wajib mengundurkan diri dari jabatan atau pimpinan tersebut.
9. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya, Dewan Pertimbangan Presiden
dibantu oleh sebuah sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris.

Pembiayaan dan Hak Keuangan

1. Pembiayaan Dewan Pertimbangan Presiden dibebankan pada Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara.
2. Anggaran Dewan Pertimbangan Presiden ditempatkan pada anggaran Sekretariat
Negara.
3. Hak keuangan anggota Dewan Pertimbangan Presiden ditetapkan dengan Peraturan
Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

L.Tugas Pokok dan Fungsi TNI/Polri


 Tentara Nasional Indonesia

PERAN :
TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

FUNGSI :

1. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai;


 penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar
dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
 penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a; dan
 pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
keamanan.
2. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan
komponen utama sistem pertahanan Negara.

TUGAS :
1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.
2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a) operasi militer untuk perang;
b) operasi militer selain perang, yaitu untuk:

1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;


2. Mengatasi pemberontakan bersenjata;
3. Mengatasi aksi terorisme;
4. Mengamankan wilayah perbatasan;
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;
7. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai
dengan sistem pertahanan semesta;
9. Membantu tugas pemerintahan di daerah;
10. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan
dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang;
11. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;
12. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan;
13. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta
14. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara.

 POLRI
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :


a) melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b) menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c) membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan;
d) turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e) memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f) melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g) melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h) menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i) melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan
dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j) melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k) memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkup tugas kepolisian; sertal. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:


a) menerima laporan dan/atau pengaduan;
b) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa; e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam
lingkup kewenangan administratif kepolisian;
e) melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
f) melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
g) mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
h) mencari keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi
Kriminal Nasional;
i) mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
j) memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. menerima dan
menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

M.Badan-Badan Lain yang Fungsinya Berkaitan dengan


Kekuasaan Kehakiman
Tupoksi badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman

Pernyataan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri merupakan salah satu hasil
Perubahan UUD 1945 khususnya Pasal 24 ayat 2 berbunyi
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.”

Mahkamah Agung (MA)

1. FUNGSI PERADILAN
a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan
kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui
putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-
undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. b.     Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
- semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku
(Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
c. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan
di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal
4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970).
b. Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
- terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan
Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang
diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
- Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
3. FUNGSI MENGATUR
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b.  Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap
perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. FUNGSI NASEHAT

a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan


dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-
undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan
nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau
penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi.
Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi
sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk
kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-
undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial
sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun
menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan
organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketlientuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985,
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang.

Lingkungan peradilan umum


Sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan ialah
menerima, memeriksa dan memutuskan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
termasuk didalamnya menyelesaikan perkara voluntair.

Lingkungan peradilan agama


Sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
ialah menerima, memeriksa dan memutuskan setiap perkara  yang diajukan
kepadanya, termasuk didalamnya menyelesaikan perkara voluntair.

Peradilan agama juga adalah salah satu diantara 3 Peradilan Khusus di


Indonesia. Dikatakan Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili perkara-
perkara perdata tertentu  dan mengenai golongan rakyat tertentu.  Dalam struktur
0rganisasi Peradilan Agama, ada Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama
yang secara langsung bersentuhan dengan penyelesaian perkara di tingkat pertama
dan banding sebagai manifestasi dari fungsi kekuasaan kehakiman. Kekuasaan
kehakiman di lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.

Lingkungan peradilan militer

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Angkatan Bersenjata,


termasuk anggota suatu golongan atau badan yang dipersamakan dengan militer.
2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
atas permintaan dari pihak yang dirugikan akibat dari tindakan pidana yang
dilakukan.

Lingkungan Tata Usaha Negara


Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN)
memiliki fungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan yang termasuk
dalam ranah sengketa Tata Usaha Negara yang mana adalah
administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.

Mahkamah Kontitusi

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) merupakan salah satu lembaga negara
yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.
MKRI mempunyai 4 kewenangan dan 1 kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945. MKRI berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015, MKRI memiliki kewenangan tambahan Memutus
perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota selama belum terbentuk
peradilan khusus.

Berdirinya MKRI diawali dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam


amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada
tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal
7B Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9
Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan pemikiran
hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.

Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu
pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi MK
untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil
Perubahan Keempat.DPR. Kemudian Pemerintah membuat Rancangan Undang-Undang
(RUU) mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada
hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).
Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada
tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu
cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945.
Visi dari MK adalah, “Mengawal Tegaknya Konstitusi Melalui Peradilan Modern dan
Terpercaya.” Sedangkan Misi yang dimilikinya adalah Membangun Sistem Peradilan
Konstitusi yang Mampu Mendukung Penegakan Konstitusi dan Meningkatkan Pemahaman
Masyarakat Mengenai Hak Konstitusional Warga Negara.”

Mahkamah konstitusi memiliki peran khusus dalam membuat keputusan terhadap suatu
perkara. Bisa dikatakan bahwa ia memiliki tugas sebagai penafsir konstitusi. Penjelasan lebih
lanjut mengenai seluruh tugas dari MK lainnya bisa kamu ketahui berikut.

1. Menguji Undang-Undang
Salah satu dari tugas Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian terhadap suatu
undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar. Apabila terdapat perbedaan interpretasi
antar undang-undang, maka MK harus bisa menjelaskannya. Seluruh undang-undang yang
dibuat sudah pasti berdasarkan pada peraturan yang lebih tinggi derajatnya yakni UUD.

 Memutuskan Pembubaran Suatu Partai Politik


Suatu Mahkamah Konstitusi memiliki peranan penting dalam mengawasi partai politik.
Lembaga tinggi negara tersebut juga memiliki tugas untuk membubarkan suatu partai politik
yang memang perlu untuk dibubarkan. Pastinya segala proses pembubaran tersebut harus
dilandasi dengan perundang-undangan yang masih berlaku.

 Memutuskan Sengketa Kewenangan Suatu Lembaga Negara


Mahkamah Konstitusi juga memiliki tugas dalam memberikan keputusan sengketa kewenang
terhadap suatu lembaga negara. Kewenangan tersebut berasal dari Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia. Keputusan tersebut perlu diambil oleh lembaga tinggi negara ini ketika
terjadi konflik perselisihan mengenai wewenang yang ada di dalam lembaga negara.

 Memutuskan Kasus Perselisihan Hasil Pemilu


Setiap kali pemilihan umum diberlakukan, selalu ada saja masalah yang berhubungan dengan
hasil pemilu. Berbagai macam sengketa, dugaan kecurangan antar partai politik, konflik
selalu muncul di masa-masa pemilu. Biasanya ada saja pihak yang tidak setuju dengan hasil
keputusan tersebut. Apabila tidak terima bisa melaporkan ke Mahkamah Konstitusi untuk
diberikan suatu keputusan.

 Pemberi Keputusan Dugaan Pelanggaran dari Presiden


Suatu Mahkamah Konstitusi wajib memberikan suatu keputusan berdasarkan pada pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai adanya pelanggaran oleh Presiden maupun
Wakil Presiden. Dugaan kecurigaan terhadap pelanggaran perlu berlandaskan pada UUD RI.
Kemudian DPR berhak untuk mengajukan berbagai dugaan terjadinya pelanggaran presiden
dan bisa dipakai untuk memutuskan oleh Mahkamah Konstitusi.

N. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial merupakan suatu lembaga yang memiliki sifat mandiri dan dalam
pelaksanaannya bebas dari campur tangan kekuasaan lain dan memiliki wewenang dalam
mengusulkan pengangkatan hakim agung.

 Dasar hukum pembentukan Komisi Yudisial


Komisi Yudisial dibentuk dengan melandaskan pada berbagai dasar hukum. Terdapat tujuh
undang-undang yang menjadi dasar hukum pembentukannya, yaitu:

1. Pasal 24B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Komisi
Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Hakim

4. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

5. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

6. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor


22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial

 Wewenang Komisi Yudisial


Komisi Yudisial diberikan wewenang khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2011 pasal 13. Berikut ini wewenang yang dimiliki KY:

– Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc Mahkamah Agung pada DPR
agar diperoleh persetujuan

– Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim

– Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama Mahkamah
Agung

– Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)

 Tugas Komisi Yudisial


Terdapat beberapa tujuan dibentuknya Komisi Yudisial. Berikut tujuan dibentuknya Komisi
Yudisial:

a. Mendapatkan calon Hakim Agung, Hakim Ad Hoc di MA dan hakim di seluruh


badan peradilan sesuai kebutuhan dan standar kelayakan

b. Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim

c. Peningkatan kepatuhan hakim terhadap Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

d. Terwujudnya kepercayaan publik terhadap hakim

e. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Komisi Yudisial yang bersih dan bebas


KKN

Tugas Komisi Yudisial diatur dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011. Dalam
pasal ini, Komisi Yudisial memiliki serangkaian tugas seperti berikut:

1. Terkait dengan menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, tugas Komisi Yudisial yaitu:

– Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim

– Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim
– Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi pada laporan dugaan pelanggaran Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup

– Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim

– Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok
orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim

2. Komisi Yudisial mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim.

3. Komisi Yudisial dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik
dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.

4. Aparat penegak hukum harus menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial sebagaimana


dimaksud pada poin 3.

5. Tugas KY diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 pasal 14. Tugas ini
terkait mengatur usulan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
pada DPR untuk memperoleh persetujuan. Tugas tersebut adalah:

– Melakukan pendaftaran calon hakim agung

– Melakukan seleksi pada calon hakim agung

– Menetapkan calon hakim agung

– Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

O. PERWAKILAN BPK (BADAN PEMERIKSA


KEUANGAN) PROVINSI

PERWAKILAN BPK (BADAN PEMERIKSA KEUANGAN) PROVINSI adalah


lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di setiap Provinsi yang ada di Indonesia.
Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Perwakilan BPKP
berkedudukan di ibukota provinsi; dan dipimpin oleh Kepala Perwakilan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPKP.
 TUGAS:
1. melaksanakanpengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan/atau
daerah atas kegiatan yang bersifat slintas sektoral;
2. melaksanakan kegiatan pengawasan kebendaharaan umum negara;
3. Melaksanakan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan atau atas
permintaan Kepala Daerah;
4. melaksanakan pembinaan  penyelenggaran Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) pada wilayah kerjanya;
5. melaksanakan penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi lain   di bidang
pengawasa keuangan dan pembanguna sesuai  dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 FUNGSI:
1. penyiapan rencana dan program;
2. pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan SPIP
3. pelaksanaan pembinaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
4. pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan
pengurusan barang milik/kekayaan daerah atas permintaan pemerintah daerah;
5. pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis
dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah;
6. pengawasan terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara di wilayah kerjanya;
7. pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
8. pemberian asistensi penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah daerah;
9. pemberian asistensi terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah, BUMN,
BUMD dan kinerja instansi Pemerintah Pusat/Daerah/ BUMN/BUMD;
10. pengawasan terhadap BUMN, badan-badan lain yang di dalamnya, terdapat
kepentingan pemerintah, dan BUMD atas permintaan pemangku kepentingan,
serta kontraktor bagi hasil dan kontrak kerja sama, dan pinjaman/bantuan luar
negeri yang diterima pemerintah pusat, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
11. evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate governance dan laporan
akuntabilitas kinerja pada BUMN, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah, dan BUMD atas permintaan pemangku kepentingan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan;
12. audit investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara,
BUMN, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
pengawasan terhadap hambatan kelancaran pembangunan, dan pemberian bantuan
audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, serta pemberian
keterangan ahli pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan;
13. pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta pengendalian
mutu pengawasan;
14. pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP.
 WEWENANG :
Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPKP mempunyai kewenangan:
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan untuk
mendukung pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan;
5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan;
6. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
a) Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat
penimbunan dan sebagainya.
b) Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan,
surat-surat bukti, notulen rapat direksi/komisaris/panitia dan sejenisnya,
hasil survey laporan-laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang di
perlukan dalam pengawasan;
c) Melakukan pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan, dan
lain-lainnya;
d) Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan baik hasil
pengawasan BPKP sendiri, maupun hasil pengawasan lembaga
pengawasan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

P. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMERINTAH


DAERAH
 PEMERINTAHAN DAERAH

1. Pengertian Pemerintah Daerah


Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan susunan
pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal 18 ayat (1)
berbunyi:12
“Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur Undang-Undang”.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:
“pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan
dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan
pusat”.
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 23 Tahun 2014
tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:13
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Penyelenggara Pemerintahan Daerah


Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan
DPRD (Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan
Daerah). Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas
desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekosentrasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan
Daerah). Sementara itu, dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah
menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 19 ayat (3)
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah).
Dengan demikian penyelenggara pemerintah daerah terdiri dari pemerintahan daerah dan
DPRD.Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.Pemerintah daerah harus mampu mengelola daerahnya sendiri dengan
baik dengan penuh tanggung jawab dan jauh dari praktik-praktik korupsi.
B. Hak dan KewajibanPemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan,mengatur
dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 adalah:
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan
daya saing daerah.
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan
pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah dimana hubungan tersebut meliputi
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya.
Sementara itu Hak-pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan
Daerah:
a. Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahannya
b. Memilih pemimpin daerah
c. Mengelola aparatur daerah
d. Mengelola kekayan daerah
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah
g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah dan
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Disamping hak-hak tersebut di atas, daerah juga diberi beberapa kewajiban,yaitu :15
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah
k. Mengelola administrasi kependudukan
l. Melestarikan nilai sosial budaya
m. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya Kewajiban lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.
Hak dan kewajiban daerah tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan
daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah, yang
dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.Sesuai dengan asas-asas yang telah
dikemukakan di atas, pengelolaan keuangan dilakukan secara efisien, efisien, transparan,
bertanggungjawab, tertib, adil, patuh, dan taat pada peraturan perundang-undangan.16
Dengan demikian pemerintah daerah harus memenuhi kewajiban- kewajiban yang telah
diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah
agar penyelenggaraan otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan baik.
C. Asas Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah, sangat
bertalian erat dengan beberapa asas dalam pemerintahan suatu Negara, yakni sebagai berikut
a. Asas desentralisasi
Asas desantrlisasi adalah wewenang pemerintahan yang diserahkan kepada daerah otonom
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan asas desentralisasi pada
dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya.
b. Asas dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah urusan pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah
daerah melalui pejabat-pejabatnya dan tatap mejadi tanggung jawab pemerintah pusat,
mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiayaan.Unsur pelaksanaannya adalah
instansi-instansi vertikal yang secara operasional dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam
kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat.
c. Asas tugas pembantuan
Asas tugas pembantuan adalah menyangkut kekuasaan pemerintah pusat mengenai penentuan
kebijakan, perencanaan, dan pembiayaan yang tetap ditangan pemerintah pusat, namun
pelaksanaannya adalah perangkat
D. Urusan-urusan Pemerintahan Daerah
Melalui sistem pemerintahan daerah, pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengatur
dan mengurus urusan-urusan yang diserahkan kepadanya. Dalam Pasal 13 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi yang merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi:18
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
d. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
e. Penyediaan sarana dan prasarana umum
f. Penanganan bidang kesehatan
g. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
h. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
i. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
j. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk
kabupaten/kota
k. Pengendalian lingkungan hidup
l. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota lintas
m. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
n. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
o. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota
p. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota dan
q. Pengurusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan


pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan. Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah
diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan
Daerah, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan
g. Penanggulangan masalah sosial
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan
l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan.
Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan dapat memenuhi semua urusan yang
menjadi urusan pemerintah daerah (provinsi atau kabupaten) agar dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.

Q. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD


Provinsi)
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
1. membentuk Peraturan Daerah bersama Gubernur;
2. membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah mengenai
APBD yang diajukan oleh Gubernur;
3. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD;
4. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Gubernur dan/atau Wakil
Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
5. memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Gubernur;
6. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah;
7. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan
oleh pemerintah daerah;
8. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
9. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
10. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
11. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

FUNGSI DPRD
DPRD memiliki tiga fungsi, yaitu :
 Legislasi, berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
 Anggaran, Kewenangan dalam hal anggaran daerah(APBD)
 Pengawasan, Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta
kebijakan pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai