Buat
Buat
Pendahuluan :
Pesta demokrasi yang sedianya dilangsungkan pada bulan September Tahun 2020 terpaksa harus
ditunda akibat faktor non teknis (bencana global Covid- 19) yang menyita perhatian dan energy
seluruh penduduk dunia. Kekhawatiran terhadap pandemi covid-19 di tengah persiapan partai
politik dan para calon kontestan politik menghadapi pesta demokrasi lima tahunan kemudian
memunculkan dilema yang masif, di satu sisi partai politik dan kontestan perlu seintensif mungkin
melakukan kampanye dan sosialisasi program kerja, visi dan misi namun disisi lain kemuncuan
pandemi Covid-19 mengharuskan partai politik, para kontestan dan masyarakat untuk mematuhi
protocol penanan covid-19. Tentunya ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah untuk partai politik
dan para kontestan politik, karena tanpa kampanye dan sosialiasi partai politik dan kontestan akan
suit meyakinkan dan memobilisasi pemilih untuk menentukan pilihan.
Keterbatasan ruang kampanye dan sosialisasi sesungguhnya kemudian berdampak pada ketidak
tahuan pemilih terhadap program kerja, visi dan misi calon pemimpin administratif, ketidak tahuan
ini lah yang kemudian merangsang sifat laten pemilih untuk memilih berdasarkan pertimbangan
indentitas sosiologis karena pemilih tidak bisah memilah dan memilih berdasarkan pertimbangan
rasional akibat keterbatasan ruang kominikasi anatara parpol, kontestan dan masyarakat.
Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah zona merah penyebaran pandemi
Covid-19 yang akan melaksanakan pilkada serentak desember 2020. Tidak dapat dipungkiri bahwa
ruang gerak social merupakan salah satu syarat utama dalam menentukan berhasil tidaknya seorang
kandidat maupun partai politik meraih dukungan dan simpati massa. Dengan adanya pembatasan
ruang gerak social maka kandidat maupun partai politik dapat memikirkan cara lain tanpa
mengabaikan protocol kesehatan dalam upaya mencegah penularan wabah covid- 19.