ABSTRACT
i
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Bioindikator .............................................................................................. 2
2.2 Fitoremediasi............................................................................................. 2
2.3 Serai Wangi ............................................................................................... 2
2.4 Metode Penentuan Antioksidan ................................................................ 2
BAB 3. METODE .................................................................................................. 3
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 3
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 3
3.2.1 Alat................................................................................................... 3
3.2.2 Bahan................................................................................................ 3
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................... 3
3.3.1 Pengambilan Sampel Kerang ............................................................ 3
3.3.2 Identifikasi Gugus Fungsi Serai Wangi ............................................ 3
3.3.3 Preparasi Serai wangi........................................................................ 3
3.3.4 Uji Kapasitas Adsorpsi Serai Wangi Terhadap Logam Berat .......... 3
3.3.5 Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd Pada Kerang ................... 3
3.3.6 Analisis Kandungan Logam Berat Cu, Zn Pada Kerang................... 4
3.3.7 Penentuan Kandungan Antioksidan Total dengan Metode MPM .... 4
3.3.7.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Askorbat .................................... 4
3.3.7.2 Penentuan Kandungan Antioksidan Pada Kerang............................. 4
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS .......................... 4
4.1 Pengujian Gugus Fungsi Pada Ekstrak Serai Wangi ................................ 4
ii
iii
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas manusia menyebabkan berbagai polutan mencemari lingkungan, salah
satunya logam berat, sifatnya yang tidak dapat terdegradasi akan cenderung
terakumulasi di lingkungan sehingga menimbulkan resiko bagi kesehatan manusia
(Sudsandee et al., 2017). Dari sejumlah metode yang dapat mengatasinya,
fitoremediasi diketahui sebagai metode menguntungkan yang dapat diterapkan
pada skala kecil, hemat biaya, dan ramah lingkungan (Gunarathne et al., 2018).
Tanaman aromatik disarankan sebagai biosorben pada proses fitoremediasi
yaitu serai wangi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa serai wangi dapat
mendegradasi polutan di lingkungan dengan mengubah komposisinya karena
pengaruh dari minyak atsiri. Batang serai wangi berpotensi sebagai biosorben yang
baik dan efektif untuk adsorpsi polutan pada sampel (Pandey, Rai and Korstad,
2018). Penelitian medis menunjukkan bahwa serai wangi memiliki aktivitas
antioksidan (Merchaoui, Hanana and Ksouri, 2018).
Kerang dapat dijadikan sebagai biomonitoring karena kemampuannya
mengakumulasi polutan ke dalam tubuhnya. Kerang juga sebagai bioindikator
untuk memantau konsentrasi polutan di perairan (Soegianto et al., 2020). Penelitian
tentang pencemaran lingkungan perairan menunjukkan kerang memiliki
kecenderung mengakumulasikan polutan dengan konsentrasi lebih tinggi
dibandingkan dengan biota laut lainnya. Untuk mengevaluasi kontaminasi logam
berat di perairan, kerang dianalisis menggunakan instrument AAS (Dabwan and
Taufiq, 2016).
Metode penentuan antioksidan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
metode fenantrolin modifikasi. Metode ini adalah metode yang ramah lingkungan
dibandingkan metode lainnya karena menggunakan akuades sebagai pelarut. Selain
itu metode ini juga lebih teliti, akurat dan valid (Yefrida et al., 2020). Penelitian
mengenai analisis logam berat pada kerang telah banyak dilakukan, tetapi penelitian
tentang fitoremediasi pada kerang menggunakan serai wangi belum pernah
dilakukan. Selain itu, metode fenantrolin modifikasi cukup baru, sehingga
penentuan antioksidan pada kerang yang telah dilakukan fitoremediasi belum
pernah dilakukan.
Oleh sebab itu kami tertarik akan mempelajari pemanfaatan serai wangi untuk
mengurangi kadar logam berat yang terkontaminasi pada kerang-kerangan dan
sebagai sumber antioksidan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh setelah
mengonsumsi kerang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumuskan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah serai wangi dapat mengadsorpsi logam berat pada kerang?
b. Apakah kerang yang telah dilakukan fitoremediasi menggunakan serai wangi
mengandung antioksidan?
1
2
2.2 Fitoremediasi
fitoremediasi dikenal sebagai metode yang menggunakan tanaman untuk
menghilangkan polutan dari sampel. Tanaman mengatasi polutan yang
terkontaminasi pada sampel dengan menjadikan zat kontaminasi kebentuk tidak
aktif atau kompleks (Wani et al., 2017). Fitoremediasi dikatakan berhasil jika
tanaman yang digunakan dapat menyerap dan menyimpan kontaminan logam berat
dengan konsentrasi yang tinggi. (Ashraf et al., 2019).
2.3 Serai Wangi
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, serai dapat digunakan sebagai
adsorben logam berat (Haque et al., 2018). Serai mengandung berbagai senyawa
fitokimia diantaranya fenol, flavonoid, alkaloid, terpenoid, antikuinon, aldehid,
alkohol dan ester yang dapat mereduksi prekursor oksida logam untuk pemulihan
ekosistem (Patiño-Ruiz et al., 2020).
2
3
BAB 3. METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan di Laboratorium Analisis Terapan,
Jurusan Kimia, Universitas Andalas, Padang. Laboratorium LLDIKTI Wilayah X.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya tabung reaksi, labu ukur, gelas
piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet takar, labu kjedahl, termometer, stopwatch,
lumpang alu, neraca analitik, grinder, oven, water bath shaker, spektrometer FT-
IR, Atomic Absorption Spectrospocy (AAS), dan Spektrofotometri UV-VIS.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya serai wangi, kerang,
akuades, H2SO4 p.a (Merck), HNO3 p.a (Merck), HCl p.a (Merck), 1.10-fenantrolin
monohidrat (Sigma), Asam Askorbat dan FeCl3.6H2O (Merck).
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pengambilan Sampel Kerang
Pengambilan sampel berdasarkan Purposive Sampling Method. Kerang diambil di
Muara Pantai Padang, disimpan dalam plastik polietilen dan dimasukkan dalam ice
coolbox suhu 4oC. sampel disimpan pada suhu -20oC.
3.3.2 Identifikasi Gugus Fungsi Serai Wangi
Serai wangi didapatkan di Limau Manis Selatan, Kota Padang. Batang serai wangi
dibersihkan, lalu dikeringkan anginkan, dipotong kecil. bubuk disimpan dalam
wadah kedap udara. Lalu dikarakterisasi dengan spektrofotometer FT-IR untuk
mengidentifikasi gugus fungsi (Jayashree, Samueln and Vashantha, 2018).
3.3.3 Preparasi Serai wangi
Batang serai wangi dibersihkan, dipotong kecil-kecil dan dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 60oC selama 24 jam. Lalu digrinder hingga halus.
100 g serbuk halus ditambahkan 800 mL akuades. Campuran tersebut diaduk
perlahan dan dipanaskan sampai suhu 80oC hingga volumenya berkurang 100 mL.
Ekstrak pekat serai wangi disimpan pada suhu 4oC (Patiño-Ruiz et al., 2020).
3.3.4 Uji Kapasitas Adsorpsi Serai Wangi Terhadap Logam Berat
Kerang dimaserasi dengan ekstrak serai wangi pada konsentrasi 0%, 12,5%, 25%,
50%, dan 100%. Kerang juga dimaserasi dengan waktu 0, 15, 30, 45, dan 60 menit.
3.3.5 Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd Pada Kerang
Kerang diambil 5 gram, dimasukkan dalam labu kjedahl, ditambahkan 2 mL larutan
H2SO4 p.a dan 10 mL HNO3 p.a. Lalu dipanaskan hingga gelap. Ditambahkan 2 mL
HNO3 hingga larutan berwarna gelap. Ditambahkan HNO3 sedikit demi sedikit
hingga larutan tidak berwarna gelap, didinginkan. Ditambahkan 10 mL akuades dan
3
4
dipanaskan hingga terbentuk uap tidak berwarna, larutan didiamkan lalu diencerkan
labu ukur 100 mL. lalu dianalisis dengan AAS (Agung and Wiadnyana, 2019).
3.3.6 Analisis Kandungan Logam Berat Cu, Zn Pada Kerang
Kerang diambil 1 gram, dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan
akuaregia (HCl:HNO3) dengan perbandingan 3:1. Lalu dipanaskan hingga warna
larutan berubah menjadi jernih. Didinginkan, lalu diencerkan dalam labu ukur 50
mL hingga tanda batas. lalu dianalisis dengan AAS.
3.3.7 Penentuan Kandungan Antioksidan Total dengan Metode MPM
3.3.7.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Askorbat
Larutan standar asam askorbat dibuat (5, 10, 15, 20, 25 30) mg/L. Kemudian
dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi, 2 mL akuades, 1 mL larutan FeCl3 0,1%
dan 1 mL orto-fenantrolin 0,1%. didiamkan selama 20 menit, diukur absorban pada
panjang gelombang 510 nm dengan Spektrofotometer UV-Vis. Digunakan larutan
blanko yaitu 3 mL akuades, 1 mL FeCl3 0,1% dan 1 mL orto-fenantrolin 0,1%.
3.3.7.2 Penentuan Kandungan Antioksidan Pada Kerang
10 gr kerang dihaluskan, lalu diencerkan dalam gelas piala 100 mL. Disaring
menggunakan kertas saring wattman, filtrat diambil 1 mL, ditambahkan 2 mL
akuades, 1 mL fenantrolin 0,1 %, 1 mL FeCl3 0,1 %, lalu larutan dikocok.
Selanjutnya didiamkan selama 20 menit. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 510 nm menggunakan spektrofotometer UV/Vis (Yefrida et al., 2020).
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
4.1 Pengujian Gugus Fungsi Pada Ekstrak Serai Wangi
Spektrofotometer fourier transform infrared (FTIR) merupakan metode analisis
spektroskopi vibrasional yang digunakan untuk menyelidiki gugus fungsi yang
dapat mengikat logam berat pada kerang selama maserasi. Informasi tersebut
didapatkan dengan cara menganalisis pergeseran panjang gelombang pada
spektrum FTIR pada rentang angka gelombang 4000-500 cm-1.
4
5
1.500
Konsentrasi
1.000
0.500
0.000
a 0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (%)
2.000
Logam (mg/kg)
1.500
Konsentrasi
1.000
0.500
0.000
b 0 20 40 60
Waktu Perendaman (menit)
Gambar 2. Hubungan konsentrasi logam timbal (Pb) pada kerang dengan
kosentrasi ekstrak serai wangi (a), waktu perendaman (b)
Konsentrasi logam Pb pada kerang yaitu 1,606 mg/kg. Konsentrasi logam Pb yang
dianalisis pada kerang melebihi batas ambang batas yang telah ditetapkan oleh
(Badan Standardisasi Nasional, 2009) yaitu 1 mg/kg. Konsentrasi logam Pb pada
kerang mengalami penurunan setelah dimaserasi dengan ekstrak serai wangi
kosentrasi 12,5%, 25%, dan 50% menjadi 1,372 mg/kg, 1,277 mg/kg, dan 1,121
mg/kg. Kemudian ketika dimaserasi dengan ekstrak serai wangi konsentrasi 100%
logam Pb pada kerang berkurang sedikit. ini menandakan titik optimum penurunan
kandungan logam Pb pada konsentrasi 50%. Konsentrasi logam Pb pada kerang
juga mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu perendaman dengan
ekstrak serai wangi, yaitu selama 15, 30, dan 45 menit. waktu perendaman optimum
yaitu pada waktu 45 menit dengan konsentrasi Pb pada kerang menjadi 0,763
mg/kg. Pb yang terdeteksi di wilayah Muara Pantai Padang disebabkan oleh adanya
limbah solar yang berasal dari kapal nelayan dan bensin beraditif timbal dari bahan
bakar kendaraan bermotor.
5
6
Logam (mg/kg)
1.500
Konsentrasi
1.000
0.500
0.000
a 0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (%)
2.000
Logam (mg/kg)
Konsentrasi
1.500
1.000
0.500
0.000
0 20 40 60
b Waktu Perendaman (menit)
Gambar 3. Hubungan konsentrasi logam cadmium (Cd) pada kerang dengan
kosentrasi ekstrak serai wangi (a), waktu perendaman (b)
Konsentrasi Logam Cd pada kerang yaitu sebesar 1,632 mg/kg. Konsentrasi logam
Cd yang dianalisis pada kerang melebihi batas ambang batas yang telah ditetapkan
oleh (Badan Standardisasi Nasional, 2009) yaitu 1,5 mg/kg. Konsentrasi logam Cd
pada kerang mengalami penurunan setelah dimaserasi dengan ekstrak serai wangi
konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% yaitu menjadi 0,879 mg/kg, 0,824 mg/kg, dan
0,788 mg/kg. Namun ketika dimaserasi dengan ekstrak serai wangi konsentrasi
100% logam Cd pada kerang berkurang sedikit dibandingkan ketika dimaserasi
dengan ekstrak serai wangi variasi konsentrasi lainnya, yaitu 0,911 mg/kg.
Konsentrasi optimum serai wangi untuk mengurangi kandungan logam Cd pada
kerang yaitu 50%. Konsentrasi logam Cd pada kerang mengalami penurunan
setelah dimaserasi dengan ekstrak serai wangi selama 15, 30, 45, dan 60 menit.
Waktu perendaman optimum yaitu 60 menit dengan kandungan logam Cd pada
kerang menjadi 0,397 mg/kg. Logam Cd di Muara Pantai Padang diduga berasal
dari limbah plastik, cat pada perahu nelayan, tumpahan solar di laut, limbah industri
dan debu atmosfer juga memberikan kontribusi masuknya logam Cd ke perairan.
4.2.3 Logam Tembaga (Cu)
60.000
Logam (mg/kg)
Konsentrasi
40.000
20.000
0.000
0 20 40 60 80 100
a Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (%)
6
7
60.000
Logam (mg/kg)
Konsentrsasi
40.000
20.000
0.000
0
20 40 60
b Waktu Perendaman (menit)
Gambar 4. Hubungan konsentrasi logam tembaga (Cu) pada kerang dengan
kosentrasi ekstrak serai wangi (a), waktu perendaman (b)
Konsentrasi logam Cu pada kerang yaitu 53,505 mg/kg. Konsentrasi logam Cu pada
kerang melebihi batas ambang batas yang telah ditetapkan oleh SK Depkes
RI. No.0375/B/SK/1989 yaitu 20 mg/kg. Kosentrasi logam Cu pada kerang
mengalami penurunan setelah dimaserasi dengan konsentrasi ekstrak serai wangi
12,5%, 25%, dan 50% menjadi 26,972 mg/kg, 23,125 mg/kg, dan 21,030 mg/kg.
kosentrasi optimum serai wangi untuk mengurangi logam Cu yaitu 50%.
Konsentrasi logam Cu pada kerang juga mengalami penurunan setelah dimaserasi
dengan ekstrak serai wangi selama 15, 30, dan 45 menit. Waktu perendaman
optimum yaitu 45 menit dengan konsentrasi logam Cu pada kerang menjadi 4,718
mg/kg. Sedangkan ketika dimaserasi dengan ekstrak serai wangi selama 60 menit,
konsentrasi logam Cu pada kerang lebih tinggi dibandingkan ketika dimaserasi
pada waktu 45 menit yaitu 8,288 mg/kg. Keberadaan logam Cu di Muara Pantai
Padang diduga berasal dari aktivitas dermaga, transportasi nelayan, dan logam Cu
juga dipakai dalam bahan pengawet kayu dan cat anti karat pada kapal.
4.2.4 Logam Seng (Zn)
800.000
Logam (mg/kg)
600.000
Konsentrasi
400.000
200.000
0.000
0 20 40 60 80 100
a Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (%)
800.000
Logam (mg/kg)
600.000
Konsentrasi
400.000
200.000
0.000
20 0 40 60
b Waktu Perendaman (menit)
Gambar 5. Hubungan konsentrasi logam seng (Zn) pada kerang dengan
kosentrasi ekstrak serai wangi (a), waktu perendaman (b)
7
8
8
9
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi optimum ekstrak serai wangi untuk menurunkan kandungan logam Pb,
Cd, Cu, dan Zn adalah 50%. waktu perendaman optimum untuk menurunkan
kandungan logam Pb, Cu, dan Zn adalah 45 menit, sedangkan logam Cd adalah 60
menit. Setelah dimaserasi pada kondisi optimum terjadi peningkatan kandung
antioksidan, yang dilihat dari peningkatan kandungan antioksidan pada kerang
sebesar 7,2649 mg AA/g.
5.2 Saran
Diharapkan penelitian ini dilanjutkan untuk mengetahui senyawa kimia yang
terkandung pada ekstrak serai wangi yang dapat digunakan untuk menurunkan
kandungan logam di dalam kerang. Serta mengetahui senyawa kimia yang dapat
meningkatkan kandungan antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. G. and Wiadnyana, G. (2019) ‘Analisis Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) Dan Kadmium ( Cd) Pada Kerang Hijau (Perna Viridis L.) Yang Beredar Di
Pasar Badung’, Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 8(2), pp.
161–169.
Akbarirad, H. et al. (2016) ‘An overview on some of important sources of natural
antioxidants’, International Food Research Journal, 23(3), pp. 928–933.
Ashraf, Sana et al. (2019) ‘Phytoremediation: Environmentally sustainable way for
reclamation of heavy metal polluted soils’, Ecotoxicology and Environmental
Safety, 174(November 2018), pp. 714–727. doi: 10.1016/j.ecoenv.2019.02.068.
Badan Standardisasi Nasional (2009) ‘SNI 7387:2009. Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan’, Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam
Pangan, p. 17. Available at: https://sertifikasibbia.com/upload/logam_berat.pdf.
Dabwan, A. H. A. and Taufiq, M. (2016) ‘Bivalves as bio-indicators for heavy
metals detection in Kuala Kemaman, Terengganu, Malaysia’, Indian Journal of
Science and Technology, 9(9). doi: 10.17485/ijst/2016/v9i9/88708.
Gunarathne, V. et al. (2018) Transgenic Plants: Benefits, Applications, and
Potential Risks in Phytoremediation. Benefits, Applications, and Potential Risks in
Phytoremediation., Transgenic Plant Technology for Remediation of Toxic Metals
and Metalloids. Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-0-12-814389-6.00005-5.
Haque, A. N. M. A., Remadevi, R. and Naebe, M. (2018) ‘Lemongrass
(Cymbopogon): a review on its structure, properties, applications and recent
developments’, Cellulose, 25(10), pp. 5455–5477. doi: 10.1007/s10570-018-1965-
2.
Januar, H. et al. (2019) ‘Seasonal heavy metals accumulation in the soft tissue of
anadara granosa mollusc form Tanjung Balai, Indonesia’, AIMS Environmental
Science, 6(5), pp. 356–366. doi: 10.3934/environsci.2019.5.356.
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20