Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusunan makalah ini di latar belakangi oleh keinginan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang Etika ekonomi dan bisnis. Seperti yang
telah kita ketahui bersama,bahwa etika ekonomi dalama bisnis merupakan
prilaku seorang pembisnis, atau sifat, watak seorang pembisnis dimana
dalam menjalankan tugasnya,untuk kemajuan perekonomian di dunia. Etika
bisnis merupakan pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi
atau bisnis dan semua pihak yang terkait dengan para kompetitor untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan ilmu ekonomi dan mencapai
tujuan atau mendapatkan profit, sehingga kita harus menguasai sudut
pandang ekonomi, hukum, dan etika atau moral agar dapat mencapai target
yang dimaksud.

Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu bidang perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah
etika bisnis mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang. Etika
ekonomi usaha negara hampir sama dengan etika ekonomi koperasi yaitu
melayani tetapi sekaligus melindungi kepentingan umum. Orientasi pada
pelayanan dan perlindungan kepentingan umum inilah misi utama usaha
negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Inilah yang terkandung
dalam pengertian cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak, harus dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal (sebesar-besar
kemakmuran rakyat ). Etika ekonomi usaha swasta adalah memproduksi dan
menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan mengambil
keuntungan dari kegiatan dan usahanya itu. Usaha swasta berkembang
karena ada keuntungan yang bisa diperoleh .Apabila wawasan ekonomi
Pancasila sudah kita terima sebagai satu-satunya pegangan etik sistem dan
kebijaksanaan pembangunan nasional, maka perekonomian negara akan
berjalan lancar.

Dari gambaran di atas, kami sabagai mahasiswi yang menyusun


pembuatan makalah ini, ingin menyalurkan pengetahuan beserta opini kami
terhadap etika ekonomi dan bisnis Ditinjau dari segi sosial, dalam
masyarakat kurang mengerti tentang etika perkonomian sehingga banyak
terjadi penyimpangan ataupun kesalahfahaman dalam bisnisnya, dengan
adanya makalah ini saya mengharapkan supaya kedepanya para pembisnis
dapat lebih mempelajari tentang ilmu etika. Dari latar belakang itulah kami
membuat ulasan materi dalam makalah ini. Untuk mengetahui tentang dasar
apa saja harus di pelajri tentang etika ekonomi dan bisnis, agar pembisnis di
dunia ini lebih jujur dalam mencari keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari etika ekonomi dan bisnis ?
2. Pengertian etika ekonomi ?
3. Pengertian etika bisnis ?
4. Bagaimana persoalan etika bisnis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu etika ekonomi dan bisnis
2. Untuk mengetahui itu etika ekonomi
3. Untuk mengetahui apa itu etika bisnis
4. Untuk mengetahui bagaimana persoalan etika bisnis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Ekonomi dan bisnis

Etika Ekonomi dan bisnis merupakan cara untuk melakukan


kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang


beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh


karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur,
jujur, transparan dan sikap yang profesional.

2.2 Pengertian Etika Ekonomi

Etika ekonomi adalah prilaku ekonomi yang mempunyai norma-


norma dalam ekonomi baik secara pribadi, insitusi serta dalam mengambil
keputusan dibidang ekonomi, supaya dapat terwujudnya ekonomi yang jujur
dan dapat melahirkan persaingan yang sehat dan dapat mendorong
terbentuknya kerja sama untuk membantu perekonomian yang lebih maju.

Bisnis sebagai suatu fenomena sosial yang begitu hakiki tidak bisa
dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam
pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral. Namun demikian,
kadang-kadang kehadiran etika dalam bidang bisnis masih diragukan.
Dalam masyarakat sering kali beredar anggapan bahwa bisnis tidak
mempunyai hubungan dengan etika atau moralitas. Pelaku bisnis hanya
menjalankan pekerjaan atau tugasnya sebagaimana matahari yang hanya
berfungsi memancarkan cahaya serta panas saja, namun lupa akan keadaan
di sekitarnya yang akan timbul dari cahaya tersebut.

A. Prinsip-prinsip Etika Ekonomi

Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan


pernah lepas dari kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang
berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika
pada umumnya.
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang
menjadikewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak
begitu saja mengikuti norma dan nilai moral yang ada, namun juga
melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak.
Dalam kaitan ini, salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban
terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:
 Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan
sesuai dengan tuntutan mereka;
 Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi,
termasukpelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan
mereka;
 Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan
keselamatanpelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan
mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan terhadap
produk  dan  jasa perusahaan;
 Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam
menawarkan,memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan yang
menurutnya terbaik, karena kebebasan adalah unsur hakiki dari prinsip
otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk
bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa
seseorang bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip
otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya
dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa
yang dianggap baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan
keputusan dan tindakannya. Kesediaan
bertanggungjawab merupakan ciri khas dari makhluk bermoral,
dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada diri kita
sendiri dan juga tentunya pada stakeholder.
1. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena
kejujuranmerupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari
mitra bisnisnya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun
moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat
tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
 Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
dan kontrak. Pelaku bisnis disini secara a priori  saling percaya
satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan
janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak
mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan
pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis
dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
 Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu
danharga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok
dalamberbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu,
tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
 Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan yaitu   antara   pemberi    kerja   dan   pekerja, dan
berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran
karyawan ataupunatasannya tidak terjaga.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuaidengan aturan yang adil dan kriteria yang rasional
objektif dan dapatdipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada
pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai
keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
 Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau
kelompok masyarakat  dengan negara. Semua  pihak dijamin
untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan hukum
yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal
menuntut agar  Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua
pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan
baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku
secara sama bagi semua pelaku bisnis.
 Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil
antaraorang yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut
hubunganvertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan
horizontal antarwarga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara
pihak-pihak yang terlibat.
 Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi,
yaitu distribusi ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi
semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan
dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan   dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
3. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini
menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win
situation.

4. Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan
dengan tetapmenjaga nama baik dan nama baik perusahaan.

Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam


Smith, prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling
penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari semua aturan
bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut
Adam Smith, dalam prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif
berupa no  harm, bahwa sampai tingkat tertentu, prinsip ini telah
mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur
tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling menguntungkan
dengan pibak Iain, dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan orang
lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.

A. Manfaat Etika Dalam Kegiatan Ekonomi


(1) Dapat mengetahui laporan keuangan yang disajikan transparan,
kredibel, dan akuntabilitas.
(2) Dapat melihat keadaan perusahaan apakah berjalan dengan baik atau
tidak. Untuk memberikan  data kepada pihak eksternal dan internal.
(3) Untuk menghindari tindak korupsi, dengan adanya data keuangan
dapat diketahui sumber-sumber dana yang di dapat serta aktivitas-
aktivitas biaya apa saja yang dijalankan.

·         Dengan adanya etika bisnis, maka perusahaan semakin dipercaya oleh


pihak pemegang saham, maupun masyarakat, karena sudah menjalankan
etika-etika bisnis dalam suatu tantanan yang benar.
2.3 Pengertian Etika Bisnis

Kata Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethos” yang


mempunyai arti : adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir atau
berarti adat istiadat. Dapat dikatakan pula bahwa, etika adalah filsafat
tentang nilai-nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, di samping
mempelajari nilai-nilai, etika juga merupakan pengetahuan batin seseorang
yang sesuai dengan norma-norma etik.

Definisi :

(1) Etika adalah tuntutan mengenai prilaku , sikap dan tindakan yang
diakui, sehubungan dengan suatu jenis kegiatan manusia.
(2) Etika merupakan dasar-dasar moral, termasuk ilmu mengenai
kebaikan dan sifat tentang hak.

Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan


perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha
(bisnis). Kebenaran yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum
dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat,
perusahaan dan individu.

Etika dalam berbisnis merupakan hal yang penting untuk


kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Perilaku bisnis yang tidak etis
dapat merusak sistem pasar yang bisa yang bisa menjurus pada alokasi
sumber daya yang tidak efisien. Perilaku bisnis yang tidak etis dapat
dicontohkan lewat beberapa hal berikut ini :

 Kasus suap atau penyogokan, misalnya yang dilakukan terhadap


aparat tertentu untuk mendapatkan suatu kemudahan.
 Tindakan pemaksaan, misalnya memaksa konsumen untuk membeli
dari perusahaan tertentu.
 Menyembunyikan informasi, misalnya memberika informasi yang
tidak lengkap atau tidak akurat pada konsumen sehingga
menimbulkan ketidakpuasan konsumen.
 Pencurian, misalnya menggunakan sumber daya tertentu yang bukan
menjadi haknya atau dengan mengambil pihak lain.
 Diskriminasi yang tidak fair, misalnya memberika perlakuan yang
berbeda pada beberapa pihak tanpa ada dasar yang jelas.

Banyak perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan


kurang jujur terhadap konsumen dan tidak menjaga atau memelihara
kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen. Dalam hal ini peran
manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis
secara etis.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bisnis yang Etis adalah :


(1) Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis yang dipenuhi oleh situasi persaingan yang
tajam antara perusahaan yang satu dengan lainnya terkadang dapat
mendorong perusahaan untuk melanggar prinsip-prinsip etika bisnis.
Eksekutif perusahaan seringkali dihadapkan pada suatu dilema yang
menekannya, misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan
ongkos-ongkos, peningkatan efisiensi dan bersaing. Di pihak lain
eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap
masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau. Di
sini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan
misalnya, menekan ongkos dan efisiensi tetapi harus meningkatakan
kualitas produk. Eksekutif perusahaan harus pandai mengambil
keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan.
(2) Organisasi
Peran dan status seseorang dalam suatu organisasi atau
perusahaan dapat pula menjurus pada keinginan untuk mendahulukan
kepentingan pribadi dan merusak kerjasama antara sesama karyawan
secara professional. Secara umum, anggota organisasi itu sendiri
saling memepengaruhi satu dengan yang lainnya (proses interaktif).
Di lain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis,
misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
(3) Filosofi Moral Individu
Nilai dan norma yang dianut setiap orang tidak selalu sama,
seringkali perilaku moral seseorang dipengaruhi oleh kedua hal
tersebut. Individu yang tidak memiliki moralitas yang baik memiliki
kemungkinan besar untuk bertindak secara tidak etis.
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan
berinteraksi dengan sesama akan berperilaku etis. Prinsip-prinsip yang
diterima secara umum dapat dipelajari/diperoleh dari hasil interaksi
dengan teman, family dan kenalan.
Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab
moral terhadap hasil pekerjaanya dengan menjaga kehormatan
profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu
dalam pekerjaan. Seperti misalnya, dokter, apoteker, bankir.

Kode etik diperlukan untuk hal seperti berikut:


(1) Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen
strategis dan kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pihak
dengan pengembangan sosial ekonomi di lain pihak.
(2) Untuk menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana
pesaingan yang sehat.
(3) Untuk mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan,
masyarakat dan pemerintah.
(4) Untuk menciptakan ketenangan, kenyamanan dan keamanan batin
bagi pemilik perusahaan/investor serta bagi para karyawan.
(5) Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia
perdagangan internasional.

Kesadaran akan pentingnya perilaku yang etis dalam bisnis


sudah seharusnya didukung oleh semua pihak agar kelangsungan bisnis
dapat bertahan dalam jangka panjang. Perilaku bisnis yang etis dapat
memberikan kesempatan yang adil bagi setiap pihak untuk
menunjukkan kemampuannya secara optimal.
B. Etika Bisnis Dalam Perusahaan
Sekarang kalangan bisnis sudah memiliki kesadaran akan
pentingnya Etika Bisnis dalam operasi bisnis. Bahkan dalam
perkembangannya Etika Bisnis tidak lagi menjadi beban yang terpaksa
harus dilaksanakan perusahan melainkan sudah menjadi salah satu
strategy pengembangan perusahaan. Karena Tujuan perusahaan dapat
didefinisikan sebagai upaya untuk “memaksimumkan kesejahteraan si
pemilik dalam rentang waktu jangka panjang melalui aktivitas
penjualan barang dan/atau jasa. Contoh nyata akan manfaat etika bisnis
sebagai strategy pengembangan perusahaan misalnya Company Social
Responsibility dianggap dapat memberikan keuntungan pada
perusahaan dalam bentuk profitabilitas, kinerja financial yang lebih
kokoh, menurunkan resiko bentrok dengan lingkungan sekitar,
meningkatkan reputasi perusahaan, dll.

 Manfaat Tercapainya Tujuan Etika Bisnis Bagi Perusahaan


Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis
perusahaan berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin
pernah timbul dimasa lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan
dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,sumbangan dan
sebagainya. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara
ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan
perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
memilikinya.

Manfaat Etika Bisnis bagi Perusahaan :

1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika


telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting
bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling
mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara
intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang sama,
sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap
kasus sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu)
dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak,
kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat
berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena
adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage)
perusahaan.
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka
panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable
company).

Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting,


yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki
dsaya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan
tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang
sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral :
individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir
dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru,
kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh
individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral,
hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak
secara bermoral. Etika bisnis mempunyai prinsip dalam kaitan ini
berhubungan dengan berbagai upaya untuk menggabungkan berbagai
nilai-nilai dasar (basic values) dalam perusahaan, agar berbagai
aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan.

Secara lebih jelas, mekanismenya berjalan sebagai


berikut.“Memaksimumkan kesejahteraan si pemilik dalam jangka
panjang”, berhubungan dengan dimensi waktu yang relatif panjang
serta menyangkut sustainability. Hal ini membutuhkan adanya
“kepercayaan” atau “saling mempercayai” (trust) dari berbagai pihak
yang berhubungan dengan perusahaan (stakeholders). Kalimat
“kesejahteraan pemilik” merupakan derivasi dan perwujudan dari “hak
kepemilikan” (ownership) yang muncul dari adanya penghargaan
(respect) terhadap “kepemilikan pribadi” (property rights).

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis


akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka panjang
maupun jangka menengah karena :

 Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan


terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
 Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
 Melindungi prinsip kebebasan berniaga
 Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan
oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain
sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun
nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika
bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat
kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang
berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus
mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika
perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung
dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi
yakni dengan cara :
 Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
 Memperkuat sistem pengawasan
 Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus
menerus.

2.4 Persoalan Etika Bisnis

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima


kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception),
Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang
masing-masing dapat diuraikan berikut ini:

1. Suap (Bribery)
Tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau
meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi
tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik.
Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli
pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran
kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah
dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan
mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift)
tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan
respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion)
Tindakan berupa tekanan, batasan, dorongan dengan paksa
atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat
berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan,
atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception)
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja
dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft),
Adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan
pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau
konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)
Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-
orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk
memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan
yang beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

Contoh kasus etika bisnis adalah produk-produk hasil hutan yang


mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak
memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga. Perilaku
etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam
sebuah bisnis.

Dua prinsip yang menjadi acuan dimensi etik dalam pengambilan


keputusan, yaitu:

1) Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep


etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya
keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak)
keputusan tersebut .

2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah


terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan
pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara
lain:

a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan


dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain.

b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak,
kejujuran dan kesamaan.

Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1) Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan


alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi
tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan,
pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari
tugas kerja, pajak dan kewajiban social.

2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution


(ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang
bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan
kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.

3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi


bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat berupa
perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian. Masalah terjadi
apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan
nyawa manusia. Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk
melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign)
yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu
kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang,
selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok
masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada
suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan
dilaksanakan. Karena itu diperlukan pemahaman pula akan berbagai contoh
kasus etika bisnis yang lebih luas.

. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai Etika Ekonomi dan Bisnis


dapat disimpulkan bahwa Etika Ekonomi dan Bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang berkaitan dengan prinsip penerapan moral
umum pada aspek-aspek yang berkaitan dengan  individu,  perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Semuanya ini mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat itu sendiri.
etika seorang pembisnis itu sangat lah penting karena untuk menjalankan
perekonomian di dunia khusunya di negara kita Indonesia yang saat ini
perekonomianya sedang terpuruk. Etika seseorang itu mengambarkan
watak,sifat dan tingkah laku seseorang,oleh karena itu para pemmbisnis
harus betul-betul mempelajari tentang etika ekonomi dan bisnis, karena
tanpa etika bisnis maka korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) akan tetap
marak dan menghalangi pemulihan ekonomi dan bisnis di berbagai negara
berkembang dan atau negara miskin. Karena itu, makin berkembang
kegiatan bisnis, maka etika bisnis juga makin diperlukan. Keperluan
terhadap etika bisnis saat ini ditandai dengan berkembangnya lembaga-
lembaga kajian, penerbitan jurnal dan buku serta penyelenggaraan
pertemuan-pertemuan ilmiah tentang etika bisnis di berbagai belahan dunia.
Akibatnya pemikiran etika bisnis dengan sendirinya juga berkembang pesat.

3.2.Saran       

Etika ekonomi dan bisnis itu harus di tegakkan karena itu sangat lah
penting bagi perekonomian didunia,khususnya di Indonesia,banyak para
pembisnis sekarang belum mengerti tentang etika dan banyak pelangaran
yang di lakukan para pembisnis dalam melakukan bisnisnya. Dengan hasil
pembelajaran ini kita harapkan para peninggi perusahaan besar tidak
memetikan perusahaan yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA

https://bellalaydrus361.wordpress.com/2016/11/16/makalah-etika-bisnis-2

Nugroho iswanto , Drs. (2000). Dasar-Dasar etika ekonomi dan bisnis.


Jakarta: Erlangga.Copy and WIN

Budi hartono Syafiie, Drs. (1994). Ilmu bisnis ekonomi . Bandung: Mandar
Maju.

Anda mungkin juga menyukai