Anda di halaman 1dari 5

Eksakta Vol.18 No.

2 Oktober 2017
http://eksakta.ppj.unp.ac.id
E-ISSN : 2549-7464
P-ISSN : 1411-3724

ANALISA KUANTITATIF CAMPURAN SENYAWA OKSIDA SEBAGAI DASAR


IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN SUMBER DAYA ALAM
Studi Kasus : Kandungan Mineral pada Pasir Besi
di Pesisir Pantai Selatan, Jawa Barat

Setianto1*, Budy Santosa2, Darmawan Hidayat3 and Camellia Panatarani1


1
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia
2
Jurusan Geofisika, FMIPA, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia
3
Jurusan Teknik Elektro, FMIPA, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia Jalan Raya
Bandung-Sumedang KM 21, Sumedang 45363, Indonesia
setianto@phys.unpad.ac.id

ABSTRAK
Pasir besi merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia
terutama di pantai selatan Jawa Barat dan merupakan bahan dasar untuk bangunan serta
industri logam.Kandungan mineral pasir besi tersebut umumnya adalah oksida logam
seperti magnetit, hematit dan silika/kuarsa. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa
kuantitatif kandungan senyawa oksida logam (Fe2O3, Fe3O4) dan kuarsa (SiO2) sebagai
identifikasi mineral bijih besi yang memiliki aspek ekonomis untuk industri logam. hasil
analisa bahwa kandungan magnetite yang terdapat pada pasir besi secara kuantitatif dengan
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) berbeda untuk setiap sampel. Untuk sampel pasir
nonseparasi (TS) menghasilkan magnetite 24.27%, sampel tailing separasi ke-1 (SS1) menghasilkan
magnetite 5.39% dan sampel consentrate separasi ke-3 (S3) menghasilkan 61.98%

Kata Kunci : magnetite, hematite, Rietveld refinement

PENDAHULUAN carut marutnya konflik pasir besi di


Pasir besi merupakan salah satu sumber Indonesia, memang harus ada sikap tegas
daya alam yang melimpah di Indonesia dari Pemerintah dan penegak hukum.
terutama di pantai selatan Jawa Barat dan Dinas Pertambangan daerah akan ompong
merupakan bahan dasar untuk bangunan tanpa adanya tindakan dari aparat kepada
serta industri logam. Kandungan mineral penambang-penambang liar, namun akan
pasir besi tersebut umumnya adalah lebih tak bergigi lagi jika pemerintah
oksida logam seperti besi, timah dan sebagai pembuat regulasi tidak
silika/kuarsa. Salah satu bahan dasar yang memberikan sanksi sebesar-besarnya
dibuat menggunakan pasir besi adalah kepada pada penambang liar tersebut. Hal
kandungan magnetit (Fe3O4) yang ini bukan untuk melarang kegiatan
digunakan sebagai bahan dalam penambangan pasir besi, namun harus
pembuatan logam besi. Terlepas dari mengatur supaya semua pihak yang
Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
terlibat dan masyarakat tidak terkena bertujuan untuk menghilangkan kadar air.
dampak dari aktivitas penambangan. Kemudian dilakukan pengukuran SEM
Reklamasi di bekas lahan penambangan dan XRD untuk mengetahui morfologi
bisa dilakukan[1,2,3,4,5], yaitu dengan dan struktur kristal dari sampel pasir besi
menambahkan bahan-bahan organik pada tersebut.
lokasi bekas tambang.Pada pasir yang
berwarna hitam, mineral yang HASILPENELITIAN DAN
mendominasi adalah magnetit(Fe3O4), PEMBAHASAN
hematit(Fe2O3),
Limonit(Fe2O3.nH2O),Siderit a. Analisis Pola Intensitas untuk
(FeCO3). Semakin gelap warna dari pasir, Sampel Pasir Nonseparasi (TS)
menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang Pola intensitas terhadap 2 tetha yang
makin tinggi [Andi Yahya, 2014].Pasir didapatkan dai hasil uji XRD untuk
besi umumnya terdiri dari mineral opak sampel tanpa proses separator (XRD)
yang bercampur dengan butiran-butiran diperlihatkan pada gambar 1.
dari mineral non logam seperti,
kuarsa(SiO2), kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral
bijih pasir besi terutama berasal dari
batuan basaltik dan andesitik
vulkanik[6,7].

METODE PENELITIAN
Secara umum, untuk proses preparasi
sampel, pasir besi dari hasil tambang di
pantai selatan Jawa Barat diambil dalam
porsi yang bervariasi sesuai dengan lokasi
yang ada. Masing-masing sampel yang Gambar 1 Pola intensitas untuk sampel
berupa serbuk/butiran tersebut diayak TS
dengan menggunakan ayakan berukuran
60mesh sampai dengan 200mesh. Gambar 1 merupakan pola intensitas hasil
Pengayakan sangat luas dipakai untuk analisis menggunakan software MAUD.
pemisahan ukuran 300 mm hingga Grafik pola di atas merupakan grafik
menjadi ukuran sekitar 40 μm, meskipun intensitas1/2terhadap 2 tetha. Pada gambar
efisiensi ikut menurun seiring dengan 1, puncak intensitas tertinggi terdapat
tingkat kehalusan[8,9,10]. Ayakan kering pada posisi 2 tetha 27o dengan intensitas
biasanya terbatas pada material di atas 5 mencapai 7000 dan tepat berada pada
mm, sedangkan ayakan basah umumnya database silicon oxide-alpha. Dapat
berukuran 250 μm, metode untuk dipastikan mineral paling banyak yang
penanganan material di bawah 250 μm dikandung oleh sampel TS adalah silicon
ditangani dengan menggunakan metode oxide-alpha. Untuk graphite puncak
klasifikasi.Kemudian menentukan intensitas berada pada posisi 2 tetha
distribusi partikel pasir besiyang sekitar 25,5o dengan intensitas mencapai
dihasilkan dengan sebuah software 625. Untuk magnetite, clinoferrosilite dan
komersial.Sampel hasil ayakan kemudian hematite terjadi interferensi konstruktif
dikeringkan pada suhu 100°C yang dengan puncak intensitas berada pada

Setianto, Budy Santosa, Darmawan Hidayat, Camellia Panatarani Hal 174


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
o
posisi 2 tetha sekitar 35 dengan sampel pasir S3 diperlihatkan pada
intensitas mencapai 841. gambar 2 berikut :
Adapun hasil kuantitatif yang
dihasilkan dari sampel TS dapat dilihat
pada tabel 2 berikut:
Tabel 1. Hasil kuantitatif sampel TS

Kuantitatif Error
Mineral
(%) (%)
Magnetite
24,27 0,85
(Fe3O4)
Hematite
0,89 0,16
(Fe2O3)
Silicon oxide- Gambar 2 Pola intensitas untuk sampel
61,77 0,00
alpha (SiO2) S3
Graphite (C) 8,34 0,87
Clinoferrosilite Pada gambar 2. pola intensitas
4,73 0,49 untuk sampel S3 diatas terlihat bahwa
(FeSiO3)
puncak intensitas tertinggi terdapat pada
posisi 2 tetha 35o dengan intensitas
Hasil dari tabel 1 diatas terbukti bahwa mencapai 1000. Puncak intensitas
mineral yang terkandung dalam sampel tertinggi merupakan hasil dari interferensi
TS yang paling tinggi adalah silicon konstruktif dari magnetite, hematite, dan
oxide-alpha sebesar 61,77 % dengan clinoferrosilite. Adapun hasil kuantitatif
error sebesar 0%. Sesuai dengan yang yang dihasilkan dari sampel TS dapat
terlihat pada pola grafik bahwa pada dilihat pada tabel 2. berikut:
sampel TS, intensitas yang paling tinggi Tabel 2 Hasil kuantitatif sampel S3
berada pada 2 tetha 27o dengan besar
intensitas berkisar 7000. Kandungan Kuantitatif Error
paling tinggi kedua adalah magnetite Mineral
(%) (%)
sebesar 24,27% dengan error sebesar
0,85%. kandungan paling tinggi ke tiga Magnetite (Fe3O4) 61,98 0,00
adalah graphite sebesar 8,34% dengan
error sebesar 0,87%. Selanjutnya ada Hematite (Fe2O3) 0,07 0,30
clinoferrosilite sebesar 4,73% dengan Silicon oxide-
error sebesar 0,49. Dan yang paling 4,92 3,75
alpha (SiO2)
sedikit adalah hematite sebesar 0,89%
dengan error sebesar 0,16%. Graphite (C) 30,03 1,16
Clinoferrosilite
b. Analisis Pola Intensitas untuk 3,00 0,65
(FeSiO3)
Sampel Consentrate Separasi ke-3
(S3) Hasil dari tabel 2 diatas bahwa
mineral yang terkandung dalam sampel
Pola intensitas terhadap 2 tetha yang
S3 yang paling tinggi adalah magnetite
didapatkan dari hasil uji XRD untuk
sebesar 61,98% dengan error sebesar 0%.
Setianto, Budy Santosa, Darmawan Hidayat, Camellia Panatarani Hal 175
Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Kandungan paling tinggi kedua adalah mengurangi silicon oxide-alpha pada
graphite sebesar 30,03% dengan error pasir.
sebesar 1,16%. kandungan paling tinggi
ke tiga adalah silicon oxide-alpha KESIMPULAN
sebesar 4,92% dengan error sebesar
3,75%. Selanjutnya ada clinoferrosilite a. Massa pasir yang dihasilkan dari
sebesar 3,00% dengan errorsebesar hasil separasi terlihat semakin
0,65%. dan yang paling sedikit adalah banyak separasi yang dilakukan
Hematite (Fe2O3) sebesar 0,07% dengan maka, massa pasir yang terpakai
error sebesar 0,30%. Bila (mengandung mineral magnetik)
membandingkan hasil kuantitatif semakin berkurang. Sedangkan untuk
magnetite sampel S3 lebih besar jika pasir yang terbuang (tidak
dibandingkan dengan sampel TS. mengandung mineral magnetik)
Besarnya nilai kuantitatif untuk sampel terlihat hasil yang fluktuatif. Hal
S3 menunjukkan hasil separasi dengan tersebut terlihat bahwa hasil dari
magnetik separator yang sesuai. Magnetik separasi dengan menggunakan alat
separator yang digunakan berhasil magnetik separator ini, dari setiap
menseparasi pengotor yang terkandung di separasinya selalu ada mineral
dalam pasir, sehingga kandungan magnetik yang ikut terbuang. Nilai
magnetite menjadi lebih banyak. Hasil recovery untuk massa umpan 2 kg
kuantitatif untuk hematite sampel S3 adalah adalah 228,5624% dan untuk
lebih kecil jika dibandingkan dengan massa umpan 0,020 kg adalah
sampel TS. Kecilnya hasil kuantitatif 69,4625%. Nilai recovery tersebut
untuk sampel S3 ini, terjadi karena menunjukkan alat magnetic separator
hematite merupakan magnetik lemah yang digunakan tidak efektif untuk
sehingga saat proses separasi terjadi digunakan dalam skala besar.
hematite akan jatuh karna gaya gravitasi. b. Berdasarkan dari hasil analisa bahwa
Sifat hematite yang merupakan magnetik kandungan magnetite yang terdapat
lemah yang gaya magnetnya tidak cukup pada pasir besi secara kuantitatif
besar untuk menempel pada drum dengan menggunakan X-Ray
separator. Hasil kuantitatif untuk graphite Diffraction (XRD) berbeda untuk
sampel S3 lebih besar jika dibandingkan setiap sampel. Untuk sampel pasir
dengan sampel TS. Hal ini menunjukkan nonseparasi (TS) menghasilkan
saat proses separasi, graphite banyak magnetite 24.27% dengan error 0.85
yang ikut menempel pada drum separator. %. dan sampel consentrate separasi
Hasil kuantitatif untuk clinoferrosilite ke-3 (S3) menghasilkan 61.98%
sampel S3 lebih sedikit dibandingkan dengan error 0.
dengan sampel TS dan SS1. Hal ini
menunukkan bahwa hasil separator DAFTAR PUSTAKA
dengan menggunakan magnetik separator [1] Avner & Sidney H. 1982.
dapat mengurangi clinoferrosilite. Hasil “Introduction to Physical
kuantitatif untuk silicon oxide-alpha Metallurgy” Tokyo: McGraw-Hill
sampel S3 lebih sedikit dibandingkan International Book Company.
dengan sampel TS. Hal ini menunjukkan [2] B.D. Cullityand S.R. Stock,
bahwa proses separasi dengan Elements of X-Ray Diffraction
menggunakan separator magnetik dapat

Setianto, Budy Santosa, Darmawan Hidayat, Camellia Panatarani Hal 176


Eksakta Vol. 18 No. 2 Oktober 2017
E-ISSN : 2549-7464, P-ISSN : 1411-3724
Third Edition, Prentice Hall Cambrige university press,
Upper Saddle River, NewJersey Cambridge, UK, 2001
07458, (2001) [7] J.E Greedon, (1994), Magnetic
[3] Candra Kurniawan, Jurnal Ilmu oxides in Encyclopedia of
Pengetahuan dan Teknologi, Inorganic chemistry Ed. R. Bruce
TELAAH Volume 29, Mei2011 King, John Wiley & Sons ISBN
[4] Chisholm, Hugh, ed. (1911). 0-471-93620-0
"Silica". Encyclopædia [8] Rietveld, H.M. 1967. Acta
Britannica (ed. 11th). Cambridge Crystallogr. 22
University Press [9] Sudaryo, Sutjipto, Seminar
[5] Greenwood, Norman N.; Nasional V SDM Teknologi
Earnshaw, Alan Nuklir, Yogyakarta, 2009, hlm.
(1997). Chemistry of the 715-722
Elements (2nd ed.). Butterworth- [10] Y. Waseda, E. Matsubara, K.
Heinemann. ISBN 0080379419 Shinoda, X-ray crystallography,
[6] G. S. Rohrer, Structure and Springer-Verlag Berlin
bonding in crystalline materials, Heidelberg, 2011

Setianto, Budy Santosa, Darmawan Hidayat, Camellia Panatarani Hal 177

Anda mungkin juga menyukai