Hubungan Lnternasional Indonesia Semasa Perjuangan - BelajarBro
Hubungan Lnternasional Indonesia Semasa Perjuangan - BelajarBro
Hubungan internasional yang dilakukan Indonesia semasa perjuangan antara lain sebagai berikut.
Dewan keamanan PBB berperan dalam menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN).
KTN berhasil mempertemukan lndonesia-Belanda dalam perundingan yang berlangsung pada 8 Desember 1947 di atas kapal perang Amerika
Serikat "Renville"yang sedang berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini dikenal dengan Perundingan Renville.
Waktu Belanda melakukan aksi militernya, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Birma U Aung San memprakarsai
Konferensi Asia yang diselenggarakan di New Delhi, pada 20-23 Januari 1949. Konferensi Asia menghasilkan resolusi yang disampaikan kepada
PBB.
Isinya:
Pada 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi kepada Belanda dan Indonesia, yang isinya:
1. Penghentian semua operasi militer dengan segera oleh Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya oleh Indonesia.
2. Pembebasan dengan segera tanpa bersyarat semua tahanan politik di dalam daerah Indonesia oleh Belanda.
3. Belanda harus memberikan kesempatan kepada para pemimpin Indonesia untuk kembali ke Yogyakarta.
4. Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu secepatnya.
5. Komisi Tiga Negara diganti namanya menjadi Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI/United Nations Commision for Indonesia). Tugas UNCI untuk
membantu melancarkan perundingan-perundingan.
2. Perundingan Renville
Perundingan ini diadakan pada 8 Desember 1947 di atas kapal perang Renville.
https://belajarbro.id/cpns/artikel-twk-23.php 1/2
9/20/21, 12:19 AM Hubungan lnternasional Indonesia Semasa Perjuangan | BelajarBro
3. Persetujuan Roem-Royen
Persetujuan Roem-Royen diselenggarakan pada 7 Mei 1949.
Persetujuan Roem-Royen merupakan pernyataan-pernyataan dari dua tokoh, yaitu
a. Mr. Moh. Roem selaku ketua delegasi Indonesia.
b. Dr. Van Royen selaku ketua delegasi Belanda
Pernyataan Mr. Moh. Roem, berisi:
a. Mengeluarkan perintah kepada "Pengikut Republik yang bersenjata" untuk menghentikan perang gerilya.
b. Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga kemanan.
c. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat "penyerahan" kedaulatan kepada Negara
Indonesia Serikat (NIS) dengan tidak bersyarat.
Pernyataan Dr. Van Royen, berisi:
a. Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
b. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik.
c. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang berada di daerah-daerah yang dikuasai RI sebelum tanggal 19 Desember 1948.
d. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat (NIS).
e. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar Konferensi Meja Bundar segera diadakan setelah Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
https://belajarbro.id/cpns/artikel-twk-23.php 2/2