Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER ( DHF )

Disusun Oleh :
NAMA : MAYANG TRI WULANDARI

NIM ​ : P05120319029

PRODI : SARJANA TERAPAN KEPERAWAT

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( )( )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/
atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015)
2. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi terdapat 4
tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di
dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di
sekitar rumah.
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.Biasanya menggigit
pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
- Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.
3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia (virus
berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga
terjadi komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan
zat C3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat
disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan
kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi
trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati.
Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan
jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya
tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan
dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4) Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan
Rit Yuliani, 2006)

5) ​

4. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4 golongan,
yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet
positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>
120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perarahan adalah
uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan pasien
menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

5. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua hal dibawah ini
dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7 hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
- Uji torniquet positif
- Petekie, purpura, ekimosis,
- Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat bekas suntikan.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan

- Peningkatan nilai hematokrit ³ 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin

- Penurunan nilai hematockit ³ 20% setelah pemberian cairan yang adekuat

e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura


Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi dengue,
yaitu:
1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan
ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun
inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan
dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I
hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau
susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai
berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila
ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil
lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan
dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam
pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan
nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah
80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10
ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse
dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma
ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
8. KOMPLIKASI
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak cairan
melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan
dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi Dengue Shock
Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi,
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
4. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
SIKI
SLKI

Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment: Fever Treatment


berhubungan tindakan
dengan keperawatan selama a. Monitor tanda – a. Tanda-tanda vital
proses 3 x 24 jam, pasien tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
infeksi virus akan : b. Anjurkan klien
dengue umum pasien.
untuk banayk
- Menunjukkan suhu
tubuh dalam minum air 1500 – b. Peningkatan suhu tubuh
2000ml/ hari akan menyebabkan
rentang normal.
(sedikit tapi penguapan tubuh
- TTV normal. sering) meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
c. Anjurkan klien
asupan cairan yang
untuk
banyak.
melonggarkan
pakaian c. Pakaian yang tipis
menggunakan menyerap keringat dan
baju yang membantu mengurangi
menyerap penguapan tubuh akibat
keringat dari peningkatan suhu
dan dapat terjadi
d. Beri kompres
konduksi.
hangat pada
bagian (Paha dan d. Kompres hangat dapat
aksila dan di mengembalikan suhu
abdomen ). normal memperlancar
sirkulasi.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi e. Dapat menurunkan
obat dan cairan demam

Kekurangan Setelah dilakukan Fluid Management


volume tindakan
cairan keperawatan selama a. Monitor tanda- a. Mengetahui deng an cepat
tanda vital. penyimpangan dari
berhubungan ... x 24 jam, pasien
keadaan normalnya.
dengan akan : b. Kaji input dan
pindahnya output cairan. b. Mengetahui balance cairan
- Menunjukkan
cairan dan elektrolit dalam
keseimbangan c. Observasi adanya
intravaskuler tubuh/homeostatis.
ke ekstra elektrolit dan tanda-tanda syok
asam basa c. Agar dapat segera
vaskuler d. Anjurkan klien
- Menunjukkan dilakukan tindakan jika
untuk banyak terjadi syok
keseimbangan minum.
cairan d. Asupan cairan sangat
e. Kolaborasi
- Turgor kulit baik diperlukan untuk
dengan dokter menambah volume cairan
dalam pemberian
- Tanda-tanda vital tubuh
cairan IV
dalam batas
normal e. Pemberian cairan IV
sangat penting bagi klien
yang mengalami defisit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien.

Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management Pain Management


berhubungan tindakan
a. Lakukan a. Mengetahui nyeri yang
dengan keperawatan selama
proses ... x 24 jam, pasien pengkajian nyeri dialami pasien sehingga
secara perawat dapat menentukan
patologis akan :
kompherensif. cara mengatasinya.
penyakit.
- Dapat mengontrol
nyeri b. Kaji faktor-faktor b. Dengan mengetahui
yang faktor-faktor tersebut
- Mengetahui tingkat mempengaruhi maka perawat dapat
nyeri reaksi pasien melakukan intervensi
terhadap nyeri. yang sesuai dengan
- Ekspresi wajah c. Berikan posisi masalah klien.
rileks. yang nyaman dan
c. Posisi yang nyaman dan
ciptakan suasana
ruangan yang situasi yang tenang dapat
membuat perasaan yang
tenang.
nyaman pada pasien.
d. Berikan suasana
d. Dengan suasana
gembira bagi gembira pasien dapat
pasien. sedikit me-ngalihkan
perhatiannya terhadap
Analgetic
nyeri.
Administration
Analgesic Administration
e. Berikan
e. Obat analgesik dapat
analgesik sesuai
menekankan rasa nyeri.
tipe dan beratnya
nyeri .

Risiko syok Setelah dilakukan Shock Prevention Shock Preventiom


(hipo- tindakan
a. Monitor keadaan a. Memantau kondisi klien
volemik) keperawatan selama
umum klien. selama masa perawatan
berhubungan ... x 24 jam, pasien
dengan akan : terutama saat terjadi
b. Observasi tanda- perdarahan sehingga tanda
perdarahan tanda vital
- TTV dalam batas pra syok, syok dapat
yang
berlebihan, normal c. Monitor input dan ditangani.
pindahnya output pasien
- Natrium serum, b. Tanda vital dalam batas
cairan kalium serum, d. Anjurkan pada normal menandakan
intravaskuler kalsium serum, pasien atau keadaan umum klien baik
ke ekstra- magnesium keluarga untuk
vaskuler serum dalam c. Mengetahui balance cairan
segera melapor dan elektrolit dalam
batas normal. jika ada tanda-
tanda perdarahan. d. Keterlibatan keluarga
- Hematokrit dalam
batas normal untuk segera melaporkan
Shock Management
jika terjadi perdarahan
e. Cek hemoglobin, terhadap pasien sangat
hematokrit, membantu tim perawatan
trombosit untuk segera melakukan
tindakan yang tepat
f. Monitor gas darah
dan oksigenasi Shock Management
e. untuk acuan melakukan
tindak lanjut terhadap
perdarahan.
f. Untuk mengetahui adanya
asidosis metabolik.

Ketidak- Setelah dilakukan Nutrition Nutrition Management


seimbangan tindakan Management
a. Memudahkan Suntuk
nutrisi keperawatan selama
a. Monitor keadaan intervensi selanjutnya
kurang dari ... x 24 jam, pasien
kebutuhan akan: umum klien
b. Merangsang nafsu makan
tubuh b. Beri makanan klien sehingga klien mau
- Menunjukkan
berhubungan sesuai kebutuhan makan.
dengan kebutuhan nutrisi
terpenuhi. tubuh klien.
intake nutrisi c. Makanan dalam porsi kecil
yang tidak - Mem-perlihatkan c. Anjurkan orang tapi sering memudahkan
adekuat tua klien untuk organ pencernaan dalam
adanya selera
akibat mual memberi metabolisme.
makan
dan nafsu makanan sedikit
tapi sering. d. Makanan dengan
makan yang komposisi TKTP
menurun d. Anjurkan orang berfungsi membantu
tua klien mempercepat proses
memberi penyembuhan.
makanan TKTP
Nutrition Monitoring
dalam bentuk
lunak e. Berat badan merupakan
Nutrition salah satu indicator
pemenuhan nutrisi
Monitoring berhasil.
e. Timbang berat f. Untuk mengetahui status
badan klien tiap nutrisi pasien.
hari.
f. Monitor mual dan
muntah pasien

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Jagarsa
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia). Jakarta: Jagakarsa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Jagakarsa
Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai