Anda di halaman 1dari 6

Eksplorasi Geothermal

(Sistem Panas Bumi Lahendong)

Nama : Leroy kukuruleNIM : 20219902

Prodi : Teknik Geologi

Universitas Pattimura

PENDAHULUAN
Pengertian Geohtermal ( panas bumi )

Geothermal adalah sebuah sumber daya energi yang berasal dari perut bumi
yang termasuk sumber energi baru saat ini. Nama Geothermal sendiri diambil dari
sebuah nama yang berasal dari Bahasa Yunani. Geo yang berarti BUMI sedangkan
Thermal yang berarti PANAS. Jadi secara umum, pengertian dari Geothermal adalah
energi panas yang dihasilkan dari panas bumi.

Sistem Hidrotermal
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225 °C), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225 °C). Pada dasarnya sistem panas bumi
jenis hidrotermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan
panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas

Gambar : Sistem Hidrotermal (Saptadjie, ITB)

Jenis Energi Panas bumi


Energi panas bumi merupakan sumber energi lokal yang tidak dapat di ekspor dan
sangat ideal untuk mengurangi peran bahan bakar fosil guna meningkatkan nilai
tambah nasional dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan
daerah setempat. Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak
tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya
tinggi. Dari segi pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilitas yang
tinggi karena dalam memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.Energi panas  bumi yang ada di Indonesia pada
saat ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu uap yaitu uap alam, air panas, dan batuan
kering panas. Sejauh ini ketiga jenis panas bumi itu keberadaannya masih belum
dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Pemanfaatan energi panas bumi
memang tidak mudah. Energi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman
1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan
"karakternya". Untuk mengeksplorasi ke tiga jenis energi panas bumi diperlukan
sumber daya yang tidak sedikit

va) Energi Uap Basah


Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari
perut  bumi berupa uap kering, , sehingga dapat digunakan langsung untuk
menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang
ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap
basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum
digunakan untuk menggerakkan turbin

b) Energi Panas Bumi


Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang
disebut "brine" dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan
mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat
menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk
dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah
sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem   primemya dan sistem
sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) exchanger) yang akan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.
c) Energi panas bumi Batuan
Panas Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada dalam perut
bumi terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas
bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas
dan dibiarkan menjadi uap  panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil
kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada
umumnya terletak jauh di dalam perut  bumi, sehingga untuk memanfaatkannya
perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan  biaya cukup tinggi.
PEMBAHASAN

LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian berada pada lapangan panas bumi lehendom kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara. Pengumpulan dan pengolahan data di lakukan di fungsi Geokimia
pertamina Geothermal Energy dengan melakukan kerja praktek.
8
LAPANGAN PANAS BUMI LAHENDONG
Lapangan panas bumi Lahendong terletak di zona tumbukan busur Sangihe dan
Halmahera Arc ( Putra et al, 2017 ). Lapangan panas bumi ini adalah sistem yang di
dominasi air panas yang terbagi menjadi dua reservoier yaitu bagian selatan dan
utara serta adanya manisfestasi berupa hot springs, mud pools, batuan alterasi,
serta fumalrole ( koestono et al, 2010). Lapangan panas bumi ini sudah adanya
kelanjutan dalam pengembangannya pada tahun 2013, namun pada tahun sebelum
itu adanya pengembangan panas bumi pada lapangan ini menjadi suatu hambatan,
yang dimana masih adanya masyarakat yang menolak akan pengembangan panas
bumi di kawasan tersebut. Oleh karena itu, untukmengedukasi masyarakat, maka
adanya pengembangan geowisata dan adanya pengunaan secara langsung dalam
potensi panas bumi tersebut dengan melalui wisata Danau Linow dan itu
berlangsung sampai sekarang.
GEOLOGI DAN SITEM HIDROTERMAL LAHENDONG,
MINAHASA, SULAWASI UTARA

Daerah lahendong, Minahasa, Sulawesi Utara terletak pada jalur gunung berapi aktif
(jalur mediteran). Prospek panas bumi di daerah ini ditandai oleh dijumpainya
manifestasi panas bumi. Kondisi geologi daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik
berumur tersier (post miosen) sampai resen. Batuan tertua yang berumur miosen
tersingkap di bagian timur daerah Tondano, terdiri dari breksi (dengan komposisi
andesitic), dan tuff. Secara local dijumpai batuan konglomeratik dengan interkalasi
tuf, batupasir, batu lempung dan lensa batugamping. Batuan Vulkanik yang berumur
pliosen- plistosen terdiri dari “Tondano tuff’ dan batuan vulkanik gunung api muda.
Batuan vulkanik gunung api muda ini membentuk gunung api tipe strato a.l gunung
Soputan, lokon (menghasilkan lava flow bersifat basaltic). Di bagian utara dan
selatan danau Tondano tersingkap endapan fluiatil dan lacustrine berumur plistosen
akhir. Di beberapa tempat di daerah Lahendong dijumpai alterasi batuan yang variasi
dari lemah sampai kuat. Secara structural daerah minahasa termasuk dalam busur
vulkanik dari system orogenesa tersier. Lahendong, Tompaso dan Tondano termasuk
di dalam daerah ini. Van Bemmelen (1949) berpendapat, bahwa danau Tondano
adalah suatu depresi dari tondano sampai Langowan dan terbentuk oleh patahan-
patahan sejajar satu sama lain dengan arah umum  baratlaut-tenggara.  baratlaut-
tenggara. Tetapi kemngkinan kemngkinan lain adalah bahwa danau Tondano
Tondano merupakan merupakan suatu kaldera yang dihasilkan dari suatu “volcano
tectonic deression” pada zaman pra sejarah (Buntaran & Prijanto, 1981 dan Johnson,
1976), sama dengan danau Toba di Sumatera. Penelitian lebih lanjut telah
membuktikan bahwa danau Tondano adalah sisa-sisa kaldera (Ganda & D. Sunaryo,
1983), dimana aktivitas gunung api terdapat di dalam dan sekelilingnya sebagai
kegiatan lanjutan dari kegiatan di zaman kwarter. Di sebelah barat dari danau
Tondano terdapat gunung Tampusu dengan danau Linau di lereng sebelah barat.
Sisa dari aktivitas gunung api terdapat di sekeliling gunung tersebut dan juga
sebelah baratdaya. Di sebelah timur gunung Tampsu terdapat banyak mata air
panas sedang sebelah barat dari danau linau terdapat fumarole dari Lahendong
MANISFESTASI DAERAH LAHENDONG

Manisfestasi Geokimia permukaan yang menujukkan sistem panas bumi di bidang ini
adalah seperti mata air panas kolam lumpur, fumarol, dan batuan yang terubah
Daerah panasbumi Lahendong dapat di bagi menjadi dua kelompok air panas
berdasarkan karekter ristik kimianya dari rasiyo Cl – B sebagai kelompok lokon –
Mahau dan Lahendong - Tompaso kelompok.
Kelompok Lokon – Mahaw terletak di bagian utara dan di tandai olleh kandunganh
silikah yang rendah dan suhu rendah sementara tinggi. Kosentrasi rasio Cl / B dari di
Ca, Mg dan SO4 relatif lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok ke dua yaitu
adalah kelompok Lahendong – Tompaso. Kelompok ini terletak di bagian Tengah dan
Selatan dari lapangan. Estimasi suhu berdasarkan geothermometri gas sekitar
322oC.

Gambar : Contoh manifestasi yang terjadi di daerah Lahendong

Daftar Pustaka :
Betzy. 2014. Studi Monitoring Geokimia Fluida sebagai Respon dari Produksi,
Lapangan Panas Bumi Lahendong, Sulawesi Utara. Yogjakarta : Universitas Gajah
Mada. ( Diunduh pada 19 november 2021).

Anda mungkin juga menyukai