Anda di halaman 1dari 9

RISET IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION RESEARCH) SEBAGAI

METODOLOGI RISET UNTUK MENGAWAL KEBIJAKAN


Research Implementation Research
as Research Methodology to Care for Policy

Siswanto
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI

Naskah masuk: 19 Maret 2018 Perbaikan: 20 Maret 2018 Layak terbit: 29 April 2019
http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i2.2050

ABSTRAK
Pendekatan yang tepat untuk riset operasional adalah melalui siklus pemecahan masalah terdiri dari (i) mengukur
besaran masalah, (ii) mencari penyebab masalah, (iii) mengembangkan solusi, (iv) implementasi intervensi/ program,
dan (v) evaluasi program. Dalam perspektif ilmiah, maka dalam setiap tahapan siklus pemecahan masalah memerlukan
penelitian, termasuk tahap keempat yakni tahapan implementasi program. Penelitian yang menyediakan bukti ilmiah untuk
implementasi program disebut dengan Riset Implementasi (Implementation Research). Sebagai pendekatan metodologi,
Riset Implementasi termasuk dalam paradigma realisme kritis (critical realism), yang memungkinkan untuk menggunakan
metoda campuran (mixed method) (kombinasi kuantitatif dan kualitatif), atau secara sendiri hanya menggunakan kuantitatif,
atau kualitatif saja. Peran Riset Implementasi menjadi sangat penting untuk mendapatkan cara-cara implementasi yang
lebih baik, atau dalam rangka memperluas jangkauan program, guna mempelajari proses implementasi dan melihat
dampak program sebagaimana diinginkan. Riset tindak partisipatif (Participatory action research), dapat dipergunakan
sebagai metodologi yang tepat untuk mendapatkan cara-cara implementasi yang lebih baik dalam konteks penerapan
kebijakan/program baru, dengan menyesuaikan proses implementasi (proses manajemen) disesuaikan dengan situasi
dunia nyata di lapangan, berkaitan dengan aktor kebijakan, situasi organisasi, variasi sumber daya manusia, variasi
masyarakat, maupun variasi sumber daya lainnya.

Kata Kunci: riset operasional, lingkaran pemecahan masalah, riset implementasi, riset tindak partisipatif, situasi dunia
nyata.

ABSTRACT
The appropriate approach for operational research is by using problem solving cycle model, comprising (i) measuring
the magnitude of the problem, (ii) identifying the causes of the problem, (iii) developing the solution, (iv) implementing
program/ intervention, and (v) evaluating the program. Within a scientific perspective, in every phase of problem solving
cycle, it needs research, including the fourth phase i.e. implementing program/ intervention. Research that provide scientific
evidence for better implementation is labeled as Implementation Research. As a methodological approach, Implementation
Research belongs to critical realism paradigm that is possible to use mixed method (combination of qualitative and
quantitative), or stand alone of qualitative method, or quantitative method. The role of Implementation Research is very
crucial for better implementation or for better scale-up of the program by understanding the implementation process as
well as the impact of the program under concern. Participatory action research, as one of the Implementation Research
approach, can be used as an appropriate methodology for better implementation in the real context of the new policy (new
program) by tailoring the implementation process (management process) with the real world situation in terms of policy
actors, organizational situation, human resources variable, community variable, as well as, resources variable.

Keywords: operational research, problem solving cycle, implementation research, participatory action research, real
world situation.

Korespondensi:
Siswanto
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI
E-mail: siswantos1960@gmail.com

137
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 2 April 2019: 137–145

PENDAHULUAN Setelah suatu kebijakan atau program diputuskan,


baik melalui instrumen formal (Undang-Undang,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Perda,
Kesehatan, sebagai unit penunjang Kementerian
Surat Keputusan, dan lain-lain) maupun dalam bentuk
Kesehatan di bidang penelitian dan pengembangan
komitmen manajemen (perencanaan, penganggaran,
kesehatan, sangat diharapkan mampu memberikan
pedoman, dan lain-lain), maka secara sosiologis tidak
informasi dan inovasi untuk perbaikan kebijakan dan
ada jaminan bahwa kebijakan atau program tersebut
program pembangunan kesehatan (evidence-based
dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien di
policies). Dalam bahasa yang sederhana, penelitian
lapangan. Dalam perspektif sosiologis, terdapat
dan pengembangan kesehatan (litbangkes) harus
tiga aspek yang saling terkait, yakni “struktur”,
mampu menjadi lokomotif, legitimator, dan pengawal
“kultur”, dan “prosesual”. Instrumen kebijakan yang
kebijakan. Wilayah ini akan mencakup kegiatan
telah diputuskan adalah “pendekatan struktural”,
research for policies — bahwa kebijakan harus
yang dalam implementasinya adalah “seni /art”,
berdasar hasil penelitian, dan research of policies —
terkait penerapannya di lapangan sehingga mampu
bahwa perbaikan implementasi kebijakan juga harus
mengubah proses-proses di lapangan (perubahan
berdasar hasil penelitian.
prosesual), yang ujungnya dapat mengendap
Secara sederhana, riset dapat didefinisikan
(institusionalisasi) menjadi budaya baru yang
sebagai proses sistematis dan terstruktur dalam
menggantikan budaya lama (perubahan kultural) 3.
rangka menjawab suatu pertanyaan penelitian
Secara ilmu kebijakan, seorang analis kebijakan
(inquiry). Sudah tentu, pertanyaan penelitian haruslah
harus mampu mendalami isi kebijakannya sendiri
merujuk pada pada sesuatu yang belum diketahui
(content), konteks kebijakan dilaksanakan (context),
jawabannya dan untuk menjawabnya haruslah melalui
pelaku kebijakan di lapangan (actors), dan akhirnya
penelitian. Dengan kata lain, pertanyaan penelitian
proses kebijakannya sendiri, apakah akan mencapai
harus mengandung novelty (kebaruan), yang bisa
tujuan atau tidak, tergantung kepada ketiga dimensi
bersifat partial, atau sama sekali baru.
tersebut.
Dalam perspektif riset operasional untuk
Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
perbaikan pembangunan kesehatan, atau lebih
telah memperkenalkan apa yang disebut dengan
sering disebut research for health development, maka
Riset Implementasi (Implementation Research),
pendekatan yang sering dipakai adalah pendekatan
yang tujuannya adalah mengidentifikasi kendala dan
problem solving cycle (siklus pemecahan masalah).
permasalahan implementasi kebijakan di lapangan,
Dalam perspektif siklus pemecahan masalah, maka
dan berupaya memberikan solusi agar kebijakan
urutannya adalah: (i) mengukur besaran masalah, (ii)
dapat diterapkan dengan efektif dan efisien.1,2
mencari penyebab masalah, (iii) mengembangkan
Tulisan ini bertujuan untuk mengupas dan
solusi masalah, (iv) mengimplementasikan kebijakan,
mendiskusikan metodologi Riset Implementasi,
dan terakhir (v) mengevaluasi kebijakan. Dalam
yang dimulai dengan bahasan paradigma
konteks bahwa pengembangan adalah tahapan
keilmuan, kemudian dilanjutkan diskusi tentang
lanjutan dari penelitian, maka mengembangkan solusi
Riset Implementasi, Riset Implementasi dengan
masalah (yakni tahapan ke 3 dari problem solving
pendekatan participatory action research, dan diakhiri
cycle) dan mengimplementasikan kebijakan (tahapan
dengan kesimpulan.
ke 4 dari problem solving cycle), bisa dikatakan
sebagai riset pengembangan. Maknanya, tahapan ke
3 adalah riset untuk pengembangan inovasi (sudah Paradigma keilmuan
tentu sekaligus pembuktian efektivitasnya), terkait Berbicara tentang paradigma keilmuan, secara
pengembangan sistem, teknik, model intervensi, sederhana bisa dipolarkan menjadi dua kutub,
teknologi (obat dan alat kesehatan), dan perbaikan yakni kutub positivism (kuantitatif murni) dan kutub
manajemen di masyarakat/ lapangan. Setelah suatu constructivism (kualitatif murni). Namun demikian,
inovasi terbukti efektif, harapannya tentu bisa diadopsi paradigma keilmuan sesungguhnya bukanlah sesuatu
menjadi kebijakan/ program. Riset pada tahapan ke yang hitam putih, tetapi bersifat spektrum. Bila
4 merupakan inovasi implementasi dalam perspektif dilihat secara spektrum, maka terdapat tiga tonggak
mencari “cara implementasi” dari suatu kebijakan paradigma keilmuan, yakni positivism, constructivism,
yang telah diputuskan disesuaikan dengan konteks dan di tengahnya ada critical realism (realisme kritis).
lapangan (dunia nyata) 1,2. Secara spektrum dapat digambarkan sebagai bandul,

138
Riset Implementasi (Implementation Research) (Siswanto)

Tabel 1. Penjelasan secara ontologis dan epistemologis ketiga paradigma keilmuan: positivism, critical realism, dan
constructivism 1,2,4
Spektrum Paradigma Keilmuan
Paradigma keilmuan
Positivism Critical realism Constructivism
Asumsi realitas Realitas (being) adalah Mengakui keduanya, Realitas (being) adalah
(definisi ada) entitas yang bersifat obyektif, bahwa realitas (being) entitas yang bersifat
independen dengan pemikiran bisa obyektif dan juga bisa subyektif, dependen dengan
dan pengalaman subyek subyektif. Entitas prosesual pemikiran dan pengalaman
(misal tinggi badan, berat di masyarakat merupakan subyek (misal nilai, norma,
badan) contoh realitas dalam kepercayaan)
pandangan ini
Pertanyaan penelitian Berapa banyak, berapa besar, Bagaimana suatu proses Mengapa perilaku masyarakat
yang cocok seberapa besar hubungan interaksi di masyarakat berjalan sebagaimana adanya
(asosiasi, korelasi), seberapa berjalan, mengapa dapat (why people behave as they
besar pengaruh, dampak bekerja, mengapa pada are), bagaimana pemahaman
situasi lain tidak dapat bekerja masyarakat (understanding)
terhadap sesuatu, bagaimana
norma, nilai, dan kepercayaan
masyarakat terhadap sesuatu
Disiplin ilmu terkait Epidemiologi, Ekonomi Analisis kebijakan Antropologi, sosiologi
Studi manajemen dan
organisasi
Metode penelitian Deduktif, pendekatan Deduktif dan induktif (bisa Induktif
terkait hipotesis paralel; memungkinkan mixed Data dikumpulkan dengan
Data dikumpulkan dengan method) pendekatan kualitatif:
pengukuran metrik atau Data dikumpulkan dengan observasi partisipatori,
kuesioner terstruktur metoda campuran: kuesioner, wawancara mendalam,
(kuesioner tertutup) observasi, wawancara diskusi kelompok terarah
Analisis: secara kuantitatif mendalam, studi dokumen (FGD), studi dokumen, artefac
menggunakan statistik Analisis: secara kuantitatif dan Analisis: secara kualitatif
kualitatif
Penggunaan dalam Survei potong lintang Analisis kebijakan Antropologi kesehatan, Studi
riset operasional di (Riskesdas) Riset Sistem Kesehatan etnografi kesehatan,
bidang kesehatan Studi kohor(studi kohor (Health System Research) Studi etnofarmakologi
tumbuh kembang) Riset Implementasi
Studi kasus-kontrol Participatory Action Research
Studi intervensional Riset evaluatif
(quasi-experimental, truly
experimental)

di satu sisi ada positivism (kuantitatif murni) dan dan adalah data dengan skala ordinal, misalnya data
di sisi lainnya ada constructivism (kualitatif murni) yang diukur dengan skala Likert atau Visual Analog
(Lihat Gambar 1). Scale (VAS), yang mengandung sifat “order” (jenjang
Dari Gambar-1, terlihat bahwa pada kutub urutan). Ukuran-ukuran psikometrik sering kali
positivism (kuantitatif), terdapat empat jenis skala data menggunakan cara pengukuran model ini. Jenis
mulai dari skala ratio, interval, ordinal, dan akhirnya data terakhir dalam kluster positivism adalah data
skala nominal. Data dengan skala ratio adalah jenis nominal. Data nominal adalah pelabelan terkait jenis,
data yang paling kokoh secara kuantitatif, misalnya misalnya jenis kelamin, jenis agama, dan seterusnya.
data terkait berat (kg, gram) dan data terkait panjang Secara ilmu statistik, data nominal dimasukkan dalam
(meter, cm). Jenis data ini mempunyai nilai nol mutlak, kategori data kualitatif. Penggunaan istilah “kualitatif”
sehingga disebut data ratio. Jenis data berikutnya pada data nominal tentunya harus dibedakan dengan
adalah data dengan skala interval, misalnya suhu. Di penggunaan istilah “kualitatif” sebagai pendekatan
sini “angka” hanya menunjukkan interval, karena suhu keilmuan (metodologi riset). Karena, penelitian
nol derajat tidak menggambarkan temperatur dengan dengan metodologi kualitatif produk datanya adalah
nilai nol yang sebenarnya. Jenis data berikutnya

139
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 2 April 2019: 137–145

Critical Realism
Ratio: Berat, Panjang
Interval: Suhu Data Naratif dari
metode Grounded
Ordinal: Likert (Studi Etnografi)
Nominal (Jenis)
Data Naratif Terkait
Tema Prosesual

Gambar 1. Spektrum Paradigma Keilmuan dan Jenis Data yang Terkumpul

data naratif, baik melalui pendekatan keilmuan organisasi, kebijakan, program, pemberdayaan
contructivism dan pendekatan keilmuan critical masyarakat, dan lain-lain. Terkait dengan pendekatan
realism (lihat Gambar-1). metodologi riset (penjelasan epistemologis) pada
Untuk memahami secara lebih mendalam terkait masing-masing paradigma bisa dilihat secara
penggunaan ketiga tonggak (domain) pendekatan detail di Tabel-1. Perlu diperhatikan bahwa Riset
keilmuan tersebut, dapat dibuat matriks yang Implementasi berada pada paradigma critical
disejajarkan antara ketiga pendekatan keilmuan realism, karena pada Riset Implementasi berupaya
tersebut. Kemudian ketiganya dianalisis terkait (i) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang positif dan
asumsi ontologisnya (konsep mengenai realitas, faktor-faktor negatif terhadap terimplementasinya
konsep tentang ada, konsep tentang being), (ii) suatu kebijakan (entitas prosesual), dan akhirnya
konsep epistemologisnya (pembahasan terkait memberikan solusi untuk perbaikan implementasi.
penggunaan masing-masing pendekatan keilmuan Dalam perspektif ilmu kebijakan, Riset Implementasi
dalam metodologi riset) (Lihat Tabel-1). lebih kepada analysis of policy dari pada analysis for
Dari Tabel-1, dapat dilihat bahwa pada paradigma policy, karena kebijakan (policy) sudah ditetapkan.
positivism asumsi tentang realitas (being) adalah Inquiry-nya adalah bagaimana implementasinya di
entitas yang obyektif, netral, dan independen terhadap lapangan.
pemikiran dan pengalaman subyek. Contoh klasik
pada paradigma ini misalnya berat badan, tinggi Riset Implementasi
badan, tekanan darah, suhu tubuh, dan lain-lain, yang Riset Implementasi sangat penting untuk
bisa diukur secara metrik, terlepas dari pemikiran dan memahami konteks, menilai kinerja, memberikan
pengalaman subyek. Sementara, pada paradigma solusi terhadap kendala dari suatu kebijakan/ program
constructivism asumsi tentang realitas (being) adalah yang telah ditetapkan. Riset Implementasi sangat
entitas subyektif, tidak netral, dan dependen terhadap bermanfaat untuk melakukan scale-up (perluasan)
subyek. Contoh klasik pada paradigma ini adalah dari suatu pilot proyek yang sudah terbukti efektif
nilai, norma, kepercayaan, perasaan, pengalaman, di suatu tempat. Riset Implementasi tidak hanya
dan lain-lain, yang tidak bisa diukur secara metrik mampu mengidentifikasi faktor positif dan negatif
obyektif. Selanjutnya, pada paradigma critical realism prosesual kebijakan, tetapi juga dalam rangka
asumsi tentang realitas (being) adalah mengakui adaptasi/ penyempurnaan suatu kebijakan dikaitkan
keduanya (obyektivitas dan subyektivitas). Contoh dengan konteks kebijakan dilaksanakan.
realitas pada paradigma ini adalah entitas prosesual Karena sifatnya adalah melihat faktor positif
interaksi antar manusia, mengapa ada yang berjalan dan faktor negatif dalam implementasi kebijakan,
sesuai keinginan, mengapa ada yang tidak berjalan maka desain yang dapat digunakan adalah studi
sesuai keinginan. Contoh klasik pada paradigma ini intervensional pragmatis (pragmatic trials), studi
adalah tema-tema penelitian terkait manajemen,

140
Riset Implementasi (Implementation Research) (Siswanto)

manajemen (studi peningkatan mutu, analisis SWOT), maka dalam konteks “kolaborasi peneliti-klien”,
elaborasi persepsi dan pandangan stakeholder kedua pihak sedari awal sudah harus bekerja
(stakeholder analysis), dan participatory action bersama-sama.
research (PAR). Pada studi intervensional pragmatis
Sebagaimana telah diuraikan, bahwa Riset
dapat menggunakan desain mixed method, di mana
Implementasi adalah berupaya mengeksplor
dampak secara kuantitatif dinilai dengan pre-post,
faktor-faktor positif dan negatif serta kendala dan
sementara variable (tema) prosesual dieksplor secara
hambatan, terkait implementasi kebijakan/ program,
kualitatif. Desain lain adalah quasi-experimental,
dan berusaha memberikan inovasi solusi di tataran riil
yakni dengan membandingkan kelompok dengan
lapangan (dunia nyata). Oleh karena itu, tema-tema
intervensi dan kelompok tanpa intervensi, tanpa
Riset Implementasi bisa menggunakan pendekatan
dilakukan randomisasi. Bisa juga, menggunakan
sistem, yang mencakup (i) input, (ii) proses/ aktivitas,
mixed method, sehingga dampak/ outcome intervensi
(iii) cakupan, (iv) outcome, dan (v) impact.
dinilai secara kuantitatif, sementara variabel (tema)
Beberapa contoh tema-tema yang bisa digali
prosesual dinilai secara kualitatif.1
untuk Riset Implementasi baik pendekatan kuantitatif
Dalam konteks per baikan manajemen,
maupun kualitatif dapat dilihat pada Tabel-2.1
pendekatan peningkatan mutu (misalnya Total Quality
Tabel-2 menunjukkan bahwa Riset Implementasi
Management/ TQM, Plan Do Cek Action/ PDCA) dan
mencakup beberapa tema yang cukup luas dan
juga analisis SWOT dapat dipertimbangkan untuk
beragam, yang pada intinya adalah melakukan
digunakan sebagai metode riset. Pendekatan lain
elaborasi proses implementasi untuk menjawab
yang mempunyai keunggulan dalam kolaborasi antar
mengapa suatu kebijakan berhasil, mengapa tidak
peneliti dan responden (stakeholder yang diteliti)
berhasil, faktor-faktornya apa, dan kalau sudah
adalah participatory action research (PAR). PAR
teridentifikasi faktor-faktor tersebut solusinya
mempunyai keunggulan dalam konteks “co-research”,
bagaimana. Subyek penelitian Riset Implementasi
artinya keseluruhan tahapan proses riset dikerjakan
mencakup penentu kebijakan, masyarakat sasaran
secara bersama antara peneliti dengan responden
kebijakan, pelaku kebijakan, dan stakeholder terkait
(subyek yang diteliti).1
lainnya. Dari tema-tema sebagaimana Tabel-2, maka
Bila dipercaya bahwa pertanyaan penelitian
pendekatan Riset Implementasi bisa mengunakan
adalah inti dari penelitian (king of research), maka
pendekatan kualitatif, kuantitatif, atau metode
dalam menetapkan pertanyaan penelitian pada Riset
campuran (mixed method).
Implementasi perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1,2
Hubungan antara dimensi tujuan penelitian,
1) A p a k a h p e n e l i t i a n s u d a h m e n a n g k a p
pertanyaan penelitian, dan metodologi penelitian pada
inquiry (pertanyaan-pertanyaan) terkait isu
Riset Implementasi dapat diringkas sebagaimana
implementasi?
Tabel-3.
2) Apakah secara kerangka konsep sudah
Dari Tabel-3 dapat dilihat bahwa ruang lingkup
menggambarkan sebuah deskripsi yang lengkap
(dimensi) tujuan penelitian Riset Implementasi
dan jelas terkait bagaimana suatu kebijakan atau
sangat luas. Dalam perspektif sistem, dimensi
program diimplementasikan?
yang dapat dieksplor mencakup mulai dari input,
3) Apakah riset sudah mencoba mencari opsi-opsi
proses/ kegiatan, output, dan outcome. Secara
strategi untuk implementasi yang lebih efektif?
kuantitatif, tentunya setiap komponen sistem (input,
4) Apakah riset juga akan mengukur variable outcome
proses/ kegiatan, output, outcome) bisa dieksplor
dari kebijakan? Jika ya, harus tergambar dalam
dan dianalisis secara deskriptif (monovariat dan
desain riset.
bivariat) maupun secara analitik (dengan uji statistik
5) Apakah riset mengelaborasi konteks dan faktor-
yang lebih advanced). Selanjutnya secara kualitatif,
faktor yang berpengaruh dalam implementasi? Jika
dimensi atau tema-tema tersebut dapat dieksplor
ya, harus tergambar dalam kerangka konsep.
dan digali (probing) secara kualitatif, baik dengan
6) Apakah riset bersifat pendampingan terus menerus
pendekatan konstruktivistik (etnografi, fenomenologi)
untuk memperbaiki mutu? Jika ya, tentu harus
maupun dengan pendekatan realisme kritis (eksplor
melalui pendekatan manajemen (Total Quality
terhadap beberapa tema prosesual implementasi
Management, PDCA, dan lain-lain).
kebijakan). Korelasi antara dimensi tujuan penelitian,
7) Apakah riset sudah mengidentifikasi klien
apa yang dicari, pertanyaan penelitian yang harus
yang akan menggunakan hasil riset? Jika ya,

141
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 2 April 2019: 137–145

Tabel 2. Ruang lingkup inquiry pada Riset Implementasi, menyangkut tema, deskripsi tema, dan uraian sub-tema
Tema Deskripsi Tema Sub-tema (variable) terkait
Acceptability (akseptabilitas) Persepsi stakeholder terhadap suatu Faktor-faktor terkait akseptabilitas,
kebijakan/ program, mencakup persepsi misalnya kebersetujuan, keuntungan-
konsumen (klien), provider, manajer, penentu kerugian, kredibilitas (keberpercayaan),
kebijakan. Isunya: apakah semua stakeholder keyakinan
sudah sepakat dan mempunyai pandangan
yang sama?
Adoption (adopsi) Niat, keputusan untuk bertindak, dan tindakan Keberterimaan (uptake), utilisasi, niat
untuk menerapkan suatu kebijakan (kebijakan bertindak, tindakan
baru)
Appropriateness Kecocokan atau relevansi kebijakan dengan Relevansi, persepsi terkait kecocokan
(kecocokan) konteks dan lingkungan (baik lingkungan (fit) dengan lingkungan kebijakan,
geografis, masyarakat maupun provider) kompatibilitas, suitabilitas, kegunaan,
kepraktisan (practicability)
Feasibility (fisibilitas) Penilaian seberapa jauh suatu kebijakan / Kepraktisan, kecocokan dengan
intervensi dapat dilaksanakan di suatu setting kondisi riil lapangan (actual fit), utilitas,
tertentu suitabilitas dalam perspektif manajemen
keseharian
Fidelity (kepatuhan) Tingkat kepatuhan di mana suatu kebijakan Kepatuhan, kualitas pelayanan,
/ program diimplementasikan sebagaimana ketepatan dosis dikaitkan standar
pada pedoman dan juknis
Implementation cost Analisis biaya implementasi, baik biaya Cost effectiveness analysis
(Biaya implementasi) langsung maupun biaya tidak langsung Cost benefit analysis
Costing analysis
Coverage (cakupan) Tingkat cakupan suatu intervensi pada Jangkauan, akses pelayanan, termasuk
populasi sasaran di dalamnya adekuasi kualitas
pelayanan, termasuk isu integrasi
program
Sustainability (keberlanjutan) Tingkat keberlanjutan kebijakan/ intervensi Keberlangsungan, keberlanjutan,
pada setting organisasi dan masyarakat yang institusionalisasi, rutinisasi, integrasi,
ada keterbudayaan

dijawab, dan metode penelitiannya secara detail telah kebijakan di lapangan, dan akhirnya mengevaluasi
digambarkan pada Tabel-3. kembali.
Bila dilihat dari tahapan proses penelitiannya
Riset Implementasi dengan participatory action sendiri, pada prinsipnya participatory action research
research bisa dibagi dalam lima tahapan dan tahapan tersebut
Secara sederhana participatory action research bisa berulang membentuk spiral sampai diperoleh
(PAR) bisa dimaknai sebagai riset tindak (action suatu praktik baik (best practice) yang kokoh.
research) dengan pendekatan par ticipator y. Lima tahapan dalam participatory action research
Participatory mengandung maksud bahwa subyek terdiri atas: 6
penelitian (responden) harus dilibatkan secara aktif 1. Sistematisasi pengalaman subyek (mengumpulkan
dalam keseluruhan tahapan penelitian, termasuk data secara sistematis dan memvalidasi)
dalam menyusun rencana aksi untuk perbaikan 2. Co-analisis dan identifikasi masalah (menganalisis
implementasi (hubungan antara peneliti dan subyek data secara bersama antara peneliti dengan
adalah hubungan kemitraan ― co-researching). subyek untuk melihat masalah dan penyebab
Berarti keterlibatan subyek penelitian dimulai sejak masalah, bisa berdasarkan teori yang ada)
formulasi pertanyaan penelitian, menetapkan tujuan 3. Menetapkan tindakan untuk solusi masalah
penelitian, memformulasikan kerangka konsep (Melakukan review masalah dikaitkan dengan
penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data, ketersediaan sumber daya dan lingkungan
menetapkan tindakan untuk perbaikan implementasi kebijakan untuk menetapkan tindakan yang
tepat)

142
Riset Implementasi (Implementation Research) (Siswanto)

4. Mengevaluasi tindakan (Melakukan evaluasi dan tahapan 1 sampai dengan tahapan 5 adalah kerangka
review terhadap keseluruhan tindakan dikaitkan logis (logical framework) dalam penentuan tindakan
dengan tujuan kebijakan/program) yang tepat, yang sering dipakai juga dalam “proses
5. Sistematisasi hasil pembelajaran (Mengorganisir, perencanaan”. Yang membedakan participatory
memvalidasi dan berbagi pengetahuan baru) action research dengan proses perencanaan biasa
adalah bahwa dalam participatory action research
Secara skematis kelima tahapan participatory
ke semua proses harus terdokumentasikan dengan
action research sebagaimana telah diuraikan bisa
baik, diorganinisir, disistematisasi, dan akhirnya
ditunjukkan pada Gambar-2. Tampak bahwa urutan
ditulis dalam bentuk laporan hasil penelitian. Sudah
tentu, sebagai proses ilmiah hasil akhirnya adalah
publikasi ilmiah.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa inti dari
participatory action research adalah co-researching,
yakni meneliti secara bersama antara peneliti dan
subyek penelitian. Kalau pendekatan participatory
action research dihadap -hadapkan dengan
pendekatan riset tradisional (conventional research),
maka bisa ditunjukkan perbedaan peran subyek dan
peran peneliti pada kedua pendekatan tersebut (lihat
Tabel-4). 6,7
Sebagaimana terlihat pada Tabel-4, maka pada
participatory action research peneliti berperan ganda,
yakni sebagai “peneliti” dan juga sebagai “konsultan
dan pendidik”. Juga, karena pendekatannya kualitatif,
maka peneliti juga sebagai “pembelajar / learner”
Gambar 2. Lima tahapan participatory action research,
(belajar dari subyek). Dari sini tampak perbedaan
yang berlanjut secara spiral, sampai diperoleh antara pendekatan kualitatif murni (constructivism)
praktik baik (best practice) yang kokoh. 6 dengan pendekatan participatory action research.
(dimodifikasi) Pada kualitatif murni (constructivism), peneliti murni

Tabel 4. Perbedaan antara paradigma traditional research (conventional research) dengan participatory action research
(PAR) 7 (dimodifikasi)
Paradigma Traditional Research Paradigma Participatory Action Research
Penekanan pada “belajar tentang” subyek penelitian Penekanan pada “belajar dari dan belajar tentang” subyek
penelitian
Berupaya untuk seobyektif mungkin Pengalaman subyektif dari subyek penelitian dihargai juga
Peneliti bertindak sebagai ahli Peneliti bertindak sebagai “konsultan” dan “pendidik”
Aktivitas riset dilaksanakan oleh “orang luar” Aktivitas riset harus memperoleh input dari “dalam”, yakni
orang yang menjadi subyek penelitian
Subyek berperan tunggal, yakni sebagai subyek penelitian Subyek berperan ganda, sebagai subyek penelitian dan
peneliti
Subyek penelitian sebagai obyek pasif dan tidak Subyek penelitian terlibat secara aktif dalam penyusunan
berkontribusi pada proses riset konsep, desain, implementasi, dan analisis penelitian
Paradigma traditional mengapresiasi pendekatan riset Participatory action research mengapresiasi pendekatan
experimental yang terkendali (controlled) kualitatif untuk eksplor tacit knowledge subyek penelitian,
guna perbaikan implementasi
Keterlibatan subyek penelitian berakhir ketika Subyek penelitian sebagai agen perubahan (change
pengumpulan data selesai agents), yang melakukan transformasi hasil penelitian
menjadi kebijakan baru/ inisiatif baru
Agenda riset ditentukan oleh para ahli dan kekuatan- Agenda riset dipengaruhi oleh kebutuhan banyak pihak,
kekuatan elitis (top-down) termasuk pengguna akhir dari dari inovasi / intervensi
(kombinasi bottom-up dan top-down)

143
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 2 April 2019: 137–145

sebagai pembelajar, sementara responden (informan) monev terkait pengendalian vektor terpadu nyamuk
sebagai ahli (expert) (Lihat kembali Tabel-1). Namun, Aedes, (iv) mendokumentasikan pedoman dan
dalam participatory action research, peran peneliti instrumen monev pengendalian vektor terpadu
adalah sebagai pembelajar (learner) dan sekaligus menjadi “buku” untuk bahan pelatihan, (v) proses
juga ahli (expert), karena peneliti harus mampu pelatihan tokoh masyarakat, kader kesehatan, juru
menjadi konsultan dan pendidik. Oleh karena itu, pembasmi jentik (jurbastik) di tingkat rumah tangga
secara epistemologis pendekatan participatory dan unit bangunan, misalnya dengan 3M Plus,
action research bisa dimasukkan dalam pendekatan (Menutup, Menguras, Mengubur, Plus kegiatan
critical realism (berada di antara positivism dan lain dalam rangka pengendalian vektor terpadu),
constructivism). (vi) proses kegiatan jurbastik dalam PSN Plus
Dikaitkan dengan kerangka konsep penelitian (Pemberantasan Sarang Nyamuk Plus) di tiap rumah
yang akan dibangun (dalam rangka melakukan tangga, (vii) proses monev melihat keberhasilan
sistematisasi pertanyaan penelitian), tentunya akan kegiatan PSN Plus oleh jurbastik, dan (viii) proses
sangat berkait dengan kebijakan/ program/ intervensi/ monev oleh tenaga kader kesehatan untuk evaluasi
inovasi apa yang akan diteliti. Namun demikian bisa keberadaan jentik (Container Index dan House
dikatakan bahwa participatory action research lebih Index).
tepat untuk menjawab isu-isu terkait implementasi Secara kuantitatif, tim peneliti mengumpulkan
kebijakan/program/intervensi/inovasi di “tataran data terkait densitas nyamuk Aedes, memvalidasi
lapangan”. Container Index dan House Index, ser ta
Untuk memudahkan pembaca, kita ambil mengumpulkan data kasus demam berdarah pada
contoh bahwa tim peneliti ingin melakukan manusia, di mana data ini juga harus dikumpulkan
participatory action research pencegahan penyakit pada tahap sebelum intervensi (data pre-intervensi).
demam berdarah dengan inovasi “pemberdayaan Degan membandingkan pre dengan post, maka
masyarakat pengendalian vektor terpadu nyamuk secara kuantitatif akan bisa dilihat perubahan data
Aedes”. Maka di sini peneliti harus paham betul pre intervensi dibanding post intervensi, untuk melihat
tentang “konsep pemberdayaan dan tahapannya”, dampak secara kuantitatif.
bagaimana “manajemen pemberdayaan masyakarat”, Dengan memperhatikan tema-tema kualitatif
dan tentunya juga “konsep pengendalian vektor yang dieksplor dan dianalisis, serta data dari variabel
terpadu”. Sudah tentu, model pemberdayaan yang kuantitatif yang dikumpulkan dan dianalisis, maka
akan diciptakan oleh peneliti harus bisa dibuktikan pendekatan penelitian sebagaimana dicontohkan
bahwa model pemberdayaan tersebut efektif dapat dikatakan menggunakan pendekatan metode
mencapai tujuan yang diinginkan, yakni menurunnya campuran (mixed method). Dari sisi kualitatif,
densitas nyamuk Aedes, menurunnya House Index, mengeksplor dan menganalisis tema-tema prosesual
menurunnya Container Index, dan juga menurunnya implementasi inovasi: “pemberdayaan masyarakat
kasus demam berdarah. pengendalian vektor terpadu nyamuk Aedes”
Karena peneliti juga ingin melihat efektivitas secara lengkap mulai dari awal sampai akhir
inovasinya, maka secara metodologi penelitian (pendekatan critical realism). Sementara, dari
ini harus menggunakan metode campuran sisi kuantitatif adalah melihat perubahan secara
(mixed method), artinya gabungan kualitatif dan kuantitatif terkait dampak intervensi PSN Plus
kuantitatif. Secara kualitatif adalah mengeksplor, terhadap outcome yang diinginkan, menyangkut
mensistematisasi, dan mendokumentasikan perubahan densitas nyamuk Aedes, Container Index,
semua aktivitas pemberdayaan masyarakat dalam House Index, dan jumlah kasus demam berdarah
pengendalian vektor terpadu; sementara secara (pendekatan positivism).
kuantitatif melihat (menguji) efektivitas intervensi
terhadap output/outcome yang diinginkan. Aktivitas
KESIMPULAN DAN SARAN
pemberdayaan masyarakat yang dieksplor dan
didokumentasikan mencakup semua tahapan Kesimpulan
pemberdayaan masyarakat, misalnya: (i) proses
Dari apa yang telah disajikan, dibahas dan
advokasi kepada pimpinan daerah dan stakeholder
didiskusikan pada tulisan ini, dapat disarikan dan
terkait, (ii) proses membangun komitmen stakeholder
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
terkait, (iii) proses membuat pedoman dan instrumen

144
Riset Implementasi (Implementation Research) (Siswanto)

Peneliti mampu menggunakan “instrumen yang Saran


tepat” sesuai dengan masalah penelitiannya, maka
Participatory action research, sebagai salah
pemahaman yang mendalam terkait hubungan antara
satu pendekatan Riset Implementasi, mempunyai
pertanyaan penelitian dengan pendekatan keilmuan
keunggulan dalam rangka menghasilkan bukti
dan metodologi riset menjadi suatu keniscayaan.
(evidence) terkait praktik baik (best practice) suatu
Paradigma kuantitatif (positivism) dan paradigma
kebijakan di dunia nyata.
kualitatif (constructivism) bukanlah sesuatu yang
hitam putih (polar), namun merupakan sebuah
spektrum di mana di tengahnya ada paradigma DAFTAR PUSTAKA
critical realism. Peters, D.H, Tran, N.T and Adam, T. 2013. Implementaion
Dengan mengelaborasi asumsi terhadap realitas Research in Health, A Practical Guide, World Halth
(definisi ada, definisi being) pada ketiga paradigma Organization. World Health Organization.
keilmuan, maka dapat ditunjukkan kegunaan dari Tropical Disease Research (TDR) World Health Organization.
masing-masing paradigma, menyangkut dimensi 2014. Implementation Research Toolkit.
tujuan penelitiannya, pertanyaan penelitiannya, Wirutomo, P. 2016. Masyarakat Indonesia, Analisis
serta metode penelitian, pengumpulan data dan cara Sosiologis. Bahan PPRA 53 Lemhannas Tahun
2016.
analisisnya.
Siswanto. 2008, Ilmu Manajemen Preskriptif Vs Deskriptif:
Riset Implementasi, sebagai metodologi
Suatu Tinjauan dari Perspektif Filsafat Ilmu, Jurnal
penelitian untuk menghasilkan evidence terkait Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Universitas
implementasi kebijakan, mencakup tujuan riset Airlangga, No.2 April-Juni 2008.
yang cukup luas, seperti eksplorasi konteks Gilson, L. 2012. Health Policy and System Research, A
kebijakan, deskripsi implementasi kebijakan, melihat Methodology Reader. World Health Organization.
pengaruh (impact) kebijakan, menguji konsep (teori) Loewenson, R. et al 2014. Participatory Action Research in
dihubungkan dengan kenyataan lapangan, dan Health Systems. World Health Organization.
meramal keberhasilan kebijakan. Danley, K & Ellison, M.L. 1999. A Handbook for Participatory
Action Researchers. Center for Psychiatric
Rehabilitation, Trustees of Boston University.

145

Anda mungkin juga menyukai