Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR

A. Tinjauan Teori Medis

1. Bayi Baru Lahir

a. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-

42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2011).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42

minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa

cacat bawaan (Rukiyah, 2013).

b. Tanda BBL normal

Menurut Dewi (2011), ciri-ciri bayi normal adalah sebagai berikut:

1) Lahir aterm antara 37-42 minggu

2) Berat badan 2500-4000 gram.

3) Panjang badan 48-52 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Lingkar dada 30-38 cm.

6) Lingkar lengan 11-12 cm.

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.

9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tampak sempurna.

1
2

10) Kuku agak panjang dan lemas.

11) Nilai APGAR >7.

12) Gerakan aktif.

13) Bayi lahir langsung menangis kuat.

14) Testis sudah turun pada anak laki-laki dan genitalia labia mayora telah

menutupi labia minora pada anak perempuan.

15) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

16) Refleks morrow sudah baik dimana jika bayi dikagetkan akan

memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.

17) Refleks graff sudah baik dimana bila diletakkan suatu benda ke telapak

tangan maka akan menggenggam.

18) Refleks rooting sudah baik dimana dengan rangsang taktil pada

pipi/daerah mulut maka bayi akan mencari sumber rangsangan.

19) Refleks suckling sudah baik dimana bayi dapat menghisap

20) Eliminasi akan keluar dalam 24 jam pertama ditandai dengan

keluarnya  mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung

menjadi mandiri. Terjadi banyak perubahan yang dialami oleh bayi yang

semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Menurut

Maryunani (2008), perubahan tersebut diantaranya yaitu :

1) Sistem Pernafasan
3

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi

yaitu hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar serta tekanan terhadap rongga dada selama persalinan. Upaya

pernafasan pertama bayi berguna untuk mengeluarkan cairan dalam paru-

paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru untuk pertama

kali.

2) Sistem Peredaran darah

Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil

O2dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik

guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan besar

yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan

duktus arteriosus antara paru dan aorta. Hal ini terjadi akibat pemotongan

tali pusat serta usaha pernafasan pertama saat bayi lahir.

3) Sistem Pengaturan Tubuh

a) Pengaturan Suhu

Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap

melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu

tanpa menggigil merupakan usaha utama bayi untuk mendapatkan

kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat.

b) Mekanisme Kehilangan Panas

Bayi dapat kehilangan panas tubunya melalui cara-cara berikut

yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.

4) Metabolisme Glukosa
4

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2

jam). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan dengan cara-cara

berikut yaitu melalui penggunaan ASI, penggunaan cadangan glikogen

dan pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

5) Perubahan Sistem Gastrointestinal

Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi.

Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara

lambat sesuai pertumbuhan janin. Hubungan antara esophagus bawah

dan lambung bayi masih belum sempurna yang berakibat gumoh.

6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap

infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya dari

perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan saluran

pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus serta

perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR (2008), komponen asuhan bayi baru lahir meliputi :

1) Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi

mikroorganisme yang terpapar/terkontaminasi selama proses persalinan

berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah

resiko infeksi, maka sebelum menangani BBL harus :


5

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi.

b) Pakai handscoon saat menangani bayi yang belum dimandikan.

c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di

DTT/sterilisasi.

d) Pastikan semua yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.

2) Penilaian Segera Setelah Lahir

Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan

penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai bayi apakah

bayi menderita asfiksia/tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi

jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap

rangsangan. Bayi dikatakan normal jika nilai APGAR 7-10, asfiksia

sedang-ringan dengan nilai APGAR 4-6 dan asfiksia berat dengan nilai

APGAR 0-3. Jika dalam 2 menit nilai APGAR tidak mencapai 7, maka

harus dilakukan resusitasi karena jika bayi menderita asfiksia ≥5 menit

kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologic lanjutan di kemudian hari

akan lebih besar.

3) Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan kehilangan

panas pada tubuh bayi karena dapat menyebabkan hipotermi. Hipotermi

pada bayi dapat menyebabkan kesakitan berat bahkan kematian. Cara

pencegahan kehilangan panas dapat dilakukan dengan :

a) Keringkan bayi dengan seksama.


6

b) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat.

c) Selimuti kepala bayi.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

f) Memandikan bayi 6 jam setelah lahir.

4) Asuhan Tali Pusat

Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat

dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan

pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi

sebaik-baiknya. Pengikatan tali pusat dapat dilakukan dengan beberapa

cara yaitu dengan alat penjepit plastik, pita dari bahan nilon yang sangat

kuat dan disimpan dalam bungkus steril dan benang katun steril.

5) Inisiasi Menyusui Dini

Bayi normal disusui segera setelah lahir. ASI pertama sangat

bermanfaat bagi bayi karena mengandung kolostrum yang berguna untuk

antibody bayi. Selain itu ASI bermanfaat untuk mencegah gastroenteritis,

mempercepat involusi uterus, menurunkan kejadian kejang pada bayi

karena hipokalsemia serta mempererat hungan antara ibu dan bayi.

6) Pencegahan Infeksi Mata

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1

jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi

ini mengandung antibiotic tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tetap


7

diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi

mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.

7) Pemberian Vitamin K

Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg

intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi vitamin K

yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

8) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi

HB pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K. Selanjutnya

Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam atau

pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada

umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. 

9) Pemeriksaan BBL

Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di klinik, saat

kunjungan neonatal yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7

hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

e. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi 2 bagian yaitu pengkajian segera

setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi

dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi (Maryunani, 2012).


8

Menurut Varney (2007), selama pemeriksaan bayi baru lahir, dapat

menggunakan 4 teknik dasar yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Pemeriksaan yang lengkap menggunakan 3 jenis evaluasi yaitu pengukuran

antropometri, evaluasi system organ dan neurologis.

f. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Menurut Walyani (2016), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah

untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah

kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1) Dua jam pertama sesudah kelahiran.

Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam

pertama sesudah kelahiran, meliputi :

a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.

b) Bayi tampak aktif atau lunglai.

c) Bayi kemerahan atau biru.

2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut

seperti :

a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan.

b) Gangguan pernafasan.

c) Hipotermia.

d) Infeksi.
9

e) Cacat bawaan atau trauma lahir.

g. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Menurut Dewi (2011), hubungi dokter atau perwatan segera jika anak

mengalami :

1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan atau memperlihatkan perilaku yang

luar biasa.

2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.

3) Bayi tidak defekasi selama 48 jam.

4) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak/mengeluarkan pus.

5) Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C.

6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan kulit bayi tampak kuning,

coklat/persik.

Sedangkan menurut JNPK-KR (2008), rujuk bayi ke fasilitas kesehatan

jika ditemukan tanda bahaya berikut ini :

1) Kejang.

2) Tidak dapat menyusu.

3) Mengantuk/tidak sadar.

4) Merintih.

5) Retraksi dinding dada bawah.

6) Sianosis sentral.

7) Nafas cepat > 60x/m.


10

h. Asuhan neonatal

Kunjungan neonatal menurut Permenkes 741/ Th. 2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi

menjadi 3 yaitu :

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) 6 – 48 jam

Asuhan yang diberikan diantaranya :

a) Mempertahankan suhu tubuh bayi Hindari memandikan bayi hingga

sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis

dan jika suhunya 36,50C. Bungkus bayi dengan kain yang kering dan

hangat, kepala bayi harus tertutup.

b) Pemeriksaan fisik bayi

c) Dilakukan pemeriksaan fisik

(1) Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

(2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan

(3) Telinga : periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala

(4) Mata : tanda-tanda infeksi

(5) Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit. Periksa adanya

sumbing, refleks hisap, dilihat pada saat menyusu

(6) Leher : pembengkakan, gumpalan

(7) Dada : bentuk, puting, bunyi nafas, bunyi jantung

(8) Bahu lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah jari.

(9) Sistem syaraf : adanya reflek moro.


11

(10) Perut : bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat, lembek (pada saat menangis), tonjolan.

(11) Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis berlubang

pada letak ujung lubang.

(12) Kelamin perempuan : vagina berlubang, uretra berlubang, labia

mayor menutupi labia minor.

(13) Tungkai dan kaki : gerakan normal, tampak normal, jumlah jari.

(14) Punggung dan anus : pembengkakan atau cekungan, ada anus

atau lubang.

(15) Kulit : verniks, warna, pembengkakan atau bercak hitam, tanda-

tanda lahir.

(16) Konseling : jaga kehingatan, pemberian ASI, perawatan tali

pusat, agar ibu mengawasi tandatanda bahaya.

(17) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu : pemberian

ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan, kesulitan

bernafas yaitu pernapasan cepat > 60x/menit atau menggunakan

otot tambahan, letargi yaitu bayi terus menerus tidur tanpa

bangun walaupun untuk minum ASI, warna kulit abnormal yaitu

kulit biru atau kuning, suhu terlalu panas atau terlalu dingin ,

tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa, gangguan

gastrointestinal misalnya tidak BAB selama 3 hari, perut

membengkak, tinja hijau tua dan berlendir, mata bengkak atau

mengeluarkan cairan.
12

(18) Lakukan perawatan tali pusat pertahankan sisa tali pusat dalam

keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih

secara longgar, lipatlah popok di bawah tali pusat, jika tali pusat

terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan

keringkan dengan benar

d) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

e) Memberikan imunisasi HB-0

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) 3-7 hari

Asuhan yang diberikan diantaranya :

(1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

(2) Menjaga kebersihan bayi.

(3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

(4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24

jam dalam 2 minggu pasca persalinan. e) Menjaga keamanan bayi. f)

Menjaga suhu tubuh bayi. g) Konseling terhadap ibu dan keluarga

untuk memberikan ASI eksklusif pencegahan hipotermi dan

melaksanakan perawatan bayi baru lahir di ruamh dengan

menggunakan buku KIA. h) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG.

i) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan (Depkes RI, 2009).

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) 8-28 hari

Asuhan yang diberikan, diantaranya :

(5) Pemeriksaan fisik.


13

(6) Menjaga kebersihan bayi.

(7) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. d)

Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24

jam dalam 2 minggu pasca persalinan.

(8) Menjaga keamanan bayi.

(9) Menjaga suhu tubuh bayi.

(10) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberian ASI

eksklusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

(11) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG.

(12) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

B. Manajemen Kebidanan

Menurut Varney (2007), manajemen varney adalah kerangka atau pola pikir

bidan dalam melaksanakan asuhan.  Manajemen Varney terdiri dari 7 langkah yaitu:

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

a. Data subjektif

1) Biodata

2) Keluhan utama

3) Riwayat obstetri : Riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang,

dan riwayat KB
14

4) Riwayat keturunan kembar

5) Riwayat penyakit : Penyakit yang pernah diderita ibu, penyakit yang

pernah/sedang diderita keluarga, penyakit keturunan dan penyakit

sistemik

6) Pola kegiatan sehari-hari : Nutrisi, eliminasi, pola istirahat dan tidur,

olahraga dan rekreasi, personal hygiene, prilaku hidup sehat dan pola

hubungan seksual

7) Data psikologi, sosial, kultural dan ekonomi

b. Data objektif

1) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital

2) Pemeriksaan khusus : Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

3) Pemeriksaan penunjang

Darah : Golongan darah dan Hb Urine : Albumin dan reduksi

2. Langkah II : Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi

yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah yang

spesifik.

3. Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiapbersiap mencegah diagnosa/masalah


15

potensial ini menjadi benarbenar terjadi. Pada langkah ini perlu dilakukan

asuhan yang aman.

4. Langkah IV : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial yang memerlukan

tindakan kolaborasi dan rujukan Mengidentifikasi perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh Dalam menyusun

rencana asuhan harus mengacu pada diagnosis masalah asuhan serta kebutuhan

yang sesuai dengan kondisi klien. Pada langkah ini, informasi atau data dasar

yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Selain itu, rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi

klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan Rencana asuhan dilaksanakan secara

efisien dan aman, dapat dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien/tim

manajemen yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi

dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

keterlibatan bidan dalam manaejmen asuhan bagi klien adalah bertanggung

jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut.

7. Langkah VII : Mengevaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keaktifan dan

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan


16

apakah benar-benar telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah.

Rencana dapat dianggap efektif jika benar efektif dalam pelaksanaanya.

C. Pendokumentasiaan

Menurut Simatupang (2008), yang mengutip pernyataan Varney,

pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :

1. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney.

2. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.

3. A (Assasment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yaitu Diagnosa

masalah, Anitisipasi Masalah Potensial dan Perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.

4. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan,

Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assasment sebagai langkah 5, 6

dan 7 Varney.
17

DAFTAR PUSTAKA

Dewi. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.   Jakarta: Salemba Medika.
JNPK_KR. (2008). APN. Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo. Jakarta.

Maryunani. (2012). Buku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media; 2012
Rukiyah, Ai Yeyeh.( 2013). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info.
Simatupang. (2008). Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Praktik Kebidanan. Jakarta :
Arwana Indah ; 2008.
Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai